Anda di halaman 1dari 5

RINGKASAN PERMOHONAN

Perkara Nomor 37/PUU-XII/2014


Maksud Frasa Pahlawan Nasional dan Tanda Kehormatan Bagi Pahlawan
Nasional dan Veteran Republik Indonesia


I. PEMOHON
Kasmono Hadi, S.H, sebagai Pemohon.

II. OBJ EK PERMOHONAN
Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar,
Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2012 tentang Veteran Republik Indonesia terhadap Undang-Undang Dasar
1945.

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI
Para Pemohon menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan
Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah:
1. Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 Kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan peradilan yang berada
dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan
agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi;
2. Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 Mahkamah Konstitusi
berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang
Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus
pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil
pemilihan umum.
3. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka Mahkamah Konstitusi
berwenang untuk memeriksa dan mengadili permohonan Pemohon a quo.

IV. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON
Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia yang merasa
hak-hak konstitusionalnya dirugikan atau berpotensi dirugikan dengan
berlakunya Pasal 1 angka 4, Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 9 Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan
dan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2012 tentang Veteran
Republik Indonesia terhadap Undang-Undang Dasar 1945.




V. NORMA-NORMA YANG DIAJ UKAN UNTUK DI UJ I
A. NORMA MATERIIL
Norma yang diujikan, yaitu:
Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009
Pahlawan Nasional adalah gelar yang diberikan kepada warga negara
Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah
yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara,
atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau
menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan
dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009
Gelar berupa Pahlawan Nasional.
Pasal 9 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009
Derajat atau tingkat Bintang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (1) huruf a adalah sebagai berikut:
a. Bintang Republik Indonesia Adipurna;
b. Bintang Republik Indonesia Adipradana;
c. Bintang Republik Indonesia Utama;
d. Bintang Republik Indonesia Pratama;
e. Bintang Republik Indonesia Nararya;
f. Bintang Mahaputera Adipurna;
g. Bintang Mahaputera Adipradana;
h. Bintang Mahaputera Utama;
i. Bintang Mahaputera Pratama;
j. Bintang Mahaputera Nararya;
k. Bintang J asa Utama, Bintang Kemanusiaan, Bintang Penegak
Demokrasi Utama, Bintang Budaya Parama Dharma, Bintang Gerilya,
Bintang Sakti, dan Bintang Dharma;
l. Bintang J asa Pratama dan Bintang Penegak Demokrasi Pratama;
m. Bintang J asa Nararya dan Bintang Penegak Demokrasi Nararya;
n. Bintang Yudha Dharma Utama;
o. Bintang Bhayangkara Utama, Bintang Kartika Eka Paki Utama,
Bintang J alasena Utama, dan Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama;
p. Bintang Yudha Dharma Pratama;
q. Bintang Bhayangkara Pratama, Bintang Kartika Eka Paki Pratama,
Bintang J alasena Pratama, dan Bintang Swa Bhuwana Paksa
Pratama;
r. Bintang Yudha Dharma Nararya; dan
s. Bintang Bhayangkara Nararya, Bintang Kartika Eka Paki Nararya,
Bintang J alasena Nararya, dan Bintang Swa Bhuwana Paksa
Nararya.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2012
Veteran Republik Indonesia adalah warga negara Indonesia yang
bergabung dalam kesatuan bersenjata resmi yang diakui oleh
pemerintah yang berperan secara aktif dalam suatu peperangan
menghadapi negara lain dan/atau gugur dalam pertempuran untuk
membela dan mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, atau warga negara Indonesia yang ikut serta
secara aktif dalam pasukan internasional di bawah mandat
Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melaksanakan misi perdamaian
dunia, yang telah ditetapkan sebagai penerima Tanda Kehormatan
Veteran Republik Indonesia.

B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR 1945
Norma yang dijadikan sebagai dasar pengujian, yaitu :
Pasal 28D ayat (1) UUD 1945
Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan
kepastian hukum yang adil dan perlakuan yang sama di hadapan
hukum.
Pasal 28G ayat (1) UUD 1945
Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya,
serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
Pasal 28I ayat (2) UUD 1945
Setiap orang bebas dari perlakuan yang diskriminatif atas dasar apapun
dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu.
VI. ALASAN-ALASAN PEMOHON UNDANG-UNDANG A QUO
BERTENTANGAN DENGAN UUD 1945
1. Bahwa adanya ketentuan pada Pasal 1 angka 4, Pasal 4 ayat (1), dan
Pasal 9 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda
Jasa, dan Tanda Kehormatan mengakibatkan Pemohon tidak memperoleh
jaminan kepastian hukum dalam kedudukan Pemohon sebagai Veteran
Pejuang K.R.I yang menerima anugrah Bintang Gerilya/Pahlawan Gerilya
sehingga ketentuan yang terdapat didalam Undang-Undang a quo
bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945;
2. Bahwa adanya ketentuan didalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009
tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, tidak menempatkan
gelar Pahlawan Gerilya dalam kategori Pahlawan, menyebabkan Pemohon
merasa kehilangan kehormatan sebagai Pahlawan Gerilya yang telah
berjuang membela bangsa dan negara ini di medan perang,
3. Adanya ketentuan didalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang
Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan dan Undang-Undang Nomor
15 Tahun 2012 tentang Veteran Republik Indonesia menyebabkan
Pemohon menerima perlakuan yang diskriminatif karena hak Pemohon
yang mendapat gelar Pahlawan gerilya diberangus oleh ketentuan yang
terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar,
Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.

VII. PETITUM
1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
2. Berkenan merevisi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar,
Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Pasal 1 angka 4 untuk memasukkan
kalimat dan yang diridhoi masih hidup;
3. Berkenan merevisi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar,
Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Pasal 4 ayat (1) beserta
penjelasannya tentang Pahlawan untuk menempatkan / mengatur sebutan
Pahlawan Gerilya dalam kategori Pahlawan;
4. Berkenan merevisi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar,
Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan dalam Pasal 9, untuk menempatkan /
mengatur Bintang Gerilya dalam tingkat / derajat yang terhormat, yaitu
dalam derajat diatas semua jenis bintang yang lebih baru, yang
dianugrahkan oleh Pemerintah atau Negara , sebab Bintang Grilya adalah
Bintang yang dianugrahkan untuk pertama kalinya, sebelum ada bintang-
bintang yang lainnya;
5. Berkenan merevisi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar,
Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Pasal 9 untuk menempatkan Bintang
Gerilya dalam derajat bintang utama dan berkelas, karena Bintang Gerilya
adalah simbol perjuangan rakyat semesta yang patriotic dan cikal bakal
anugrah Bintang yang identik dengan keberadaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
6. Berkenan untuk mengatur Satya Lencana Perang Kemerdekaan ke-1 dan 2
serta GOM, yang tidak diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. Dan demikian
pula agar satya lencana ditingkatkan derajatnya menjadi Bintang Bakti;
7. Berkenan untuk mengatur Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang
Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, satu ketentuan bahwa Tanda
Kehormatan Bintang Gerilya adalah sebagai nama bintangnya yang
dianugrahkan oleh negara, sedang sebutan Pahlawan Gerilya adalah
sebagai sebutan orang (subjek) yang menerima Bintang Gerilya yang pada
umumnya adalah veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia,
yang ditempatkan dalam kategori Pahlawan dalam Pasal 4 ayat (1);
8. Menyatakan materi muatan, pasal, ayat, dan/atau bagian dari Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda
Kehormatan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945;
9. Menyatakan materi muatan, pasal, ayat, dan/atau bagian dari Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda
Kehormatan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;
10. Berkenan untuk merevisi/ meluruskan arti/ rumusan Veteran RI Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2012 tentang Veteran Republik Indonesia dalam
Pasal 1 angka 1, agar ada kepastian untuk bias dikenang oleh masyarakat
dan bangsa. Rumusan itu untuk diubah / menambah kalimat turut serta
mendirikan.
Atau apabila Majelis Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon
putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Anda mungkin juga menyukai