Anda di halaman 1dari 24

1

A. LATAR BELAKANG
Konstitusi atau Undang-undang Dasar dalam negara adalah sebuah norma sistem politik
dan hukum untuk membentuk pemerintahan suatu negara. Menurut K. C. Wheare, konstitusi
adalah keseluruhan sistem ketatanegaraaan suatu negara yang berupa kumpulan peraturan yang
membentuk mengatur atau memerintah dalam pemerintahan suatu negara
1
. Konstitusi ini
ditegakkan dalam rangka membentuk tatanan negara yang bisa diatur dan berlandaskan pada
hukum. Konstitusi memuat sendi-sendi pokok hukum dan juga aturan yang memiliki sifat
fundamental untuk terbentuknya suatu negara. Sehingga jika mempelajarai konstitusi suatu
negara, berarti secara tidak langsung juga akan mempelajari hukum dan tatanan negara tersebut.
Bila ditinjau berdasarkan isinya, konstitusi dalam hal ini tidak mengatur hal-hal yang
terperinci, melainkan hanya menjabarkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar bagi peraturan-
peraturan lainnya, seperti menetapkan prinsip-prinsip dasar politik, prinsip-prinsip dasar hukum
termasuk dalam bentukan struktur, prosedur, wewenang dan kewajiban pemerintahan negara
pada umumnya
2
. Namun di samping mengatur mengenai pemerintahan negara (dalam arti fungsi
negara atau eksekutif), konstitusi juga mengatur mengenai Perwakilan Rakyat (Parlemen atau
Dewan Perwakilan Rakyat di Indonesia), lembaga peradilan, dan hak asasi manusia
masyarakatnya.
Dalam hal ini pembahasan yang lebih menitikberatkan pada badan perwakilan
masyarakat (MPR/DPR di Indonesia, Congress di Amerika) dinilai lebih menarik. Hal ini karena
pertama, badan perwakilan rakyat tersebut merupakan representasi dari seluruh lapisan
masyarakat, dimana mereka menjadi perpanjangan tangan rakyat untuk menyuarakan aspirasi
dan keinginannya pada pemerintah negara. Kedua, badan perwakilan rakyat tersebut memiliki
suatu fungsi unik sebagai representasi dalam masyarakat, yaitu mengawasi jalannya
pemerintahan yang ada. Sehingga badan atau lembaga ini bertugas menjamin berjalannya fungsi
check and balances agar pemerintahan berjalan sesuai dengan keinginan masyarakat yang
memilihnya. Ketiga, badan perwakilan rakyat tersebut memiliki suatu hak khusus dimana
mereka bertugas untuk mengesahkan setiap Undang-Undang yang merupakan penjabaran lebih
lanjut prinsip-prinsip yang terkandung di dalam Konstitusi. Keempat, badan atau lembaga
perwakilan rakyat ini mampu untuk menentukan besar kecilnya anggaran guna menjalankan

1
Wikipedia, Konstitusi [http://id.wikipedia.org/wiki/Konstitusi], diakses pada tangga 14 agustus 2014
2
Wikipedia, Konstitusi [http://id.wikipedia.org/wiki/Konstitusi], diakses pada tangga 14 agustus 2014
2

pemerintahan. Sehingga roda pemerintahan baru dapat berjalan bila rencana anggaran yang
diajukan telah disahkan oleh lembaga tersebut. Karena posisi penting dari lembaga perwakilan
rakyat inilah, maka perlu pengkajian lebih lanjut melalui metode perbandingan konstitusi
terhadap negara lain khususnya negara adidaya seperti Amerika.
Melalui metode perbandingan konstitusi ini, dapat diketahui sistem lembaga perwakilan
rakyat manakah yang lebih baik. Karena dengan cara perbandingan inilah dapat diketahui
kelemahan dan kelebihan masing-masing sistem perwakilan rakyat yang diatur di dalam
konstitusi negara masing-masing. Sehingga dapat menjadi bahan pengkajian untuk membuat
sistem lembaga perwakilan rakyat Indonesia lebih baik lagi.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang di atas, muncul suatu permasalahan, yaitu bahwa
metode perbandingan konstitusi merupakan suatu metode penelitian yang bertugas
membandingan konstitusi yang satu dengan konstitusi yang lain. Dalam hal ini konstitusi yang
akan dibandingkan adalah konstitusi negara Indonesia (Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945) pasca amandemen dan konstitusi Amerika (The Constitution of United States),
terutama dalam hal badan atau lembaga perwakilan rakyatnya (MPR/DPR untuk Indonesia, dan
Congress untuk Amerika). Hal ini karena lembaga perwakilan rakyat merupakan salah satu
lembaga yang cukup penting sebagai salah satu lembaga yang mewakili dan merupakan
representasi dari masyarakat guna mengawasi pemerintahan yang sedang berjalan, membuat
Undang-Undang, dan mengesahkan anggaran pendapatan dan pengeluaran negara.
Selain itu konstitusi Indonesia perlu dibandingkan dengan konstitusi Amerika karena
walaupun Amerika merupakan negara Serikat, dan Indonesia adalah negara Kesatuan sehingga
berbeda dalam hal bentuk negaranya, namun pada dasarnya terdapat persamaan dalam hal
lembaga perwakilan rakyatnya, seperti misalnya sistem pembagian kamar yang digunakan,
fungsinya, dan lainnya. Terlebih lagi walaupun Amerika memiliki bentuk pemerintahan federal
dan Indonesia Republik, namun Amerika merupakan salah satu negara yang memiliki check and
balances yang cukup berhasil, dimana pengawasan terhadap pemerintahan yang sedang berjalan
cukup kuat. Karena itulah perlu dibandingkan manakah lembaga perwakilan manakah yang lebih
baik. Oleh karena itu atas masalah tersebut, timbul permasalahan yaitu bagaimanakah lembaga
perwakilan rakyat di Amerika ? Bagaimanakah lembaga perwakilan rakyat di Indonesia menurut
3

UUD 1945 pasca amandemen ? Apakah perbedaan antara kedua lembaga perwakilan rakyat
tersebut ? Manakah yang lebih baik antara lembaga perwakilan rakyat menurut konstitusi
Amerika atau menurut konstitusi Indonesia pasca amandemen ?
C. PEMBAHASAN DAN ANALISIS
1. Badan (Lembaga) Perwakilan Rakyat Di Amerika Serikat
Amerika Serikat (United States of America) adalah sebuah negara Republik
Konstitusional federal dengan sistem pemerintahan Presidensil yang terdiri dari 50 negara bagian
dan sebuah distrik federal. Dengan kekuasaan mayoritas dibatasi oleh hak-hak minoritas yang
dilindungi oleh undang-undang
3
dan pemerintahan yang diatur menurut sistem pemisahan
kekuasaan yang ditetapkan oleh Konstitusi Amerika Serikat (The Constitution Of USA)
4
, maka
jelaslah bahwa konstitusi merupakan suatu sumber hukum tertinggi bagi Negara. Selain
berdasarkan atas konstitusi, Amerika Serikat juga menganut sistem demokrasi perwakilan,
dimana hanya sedikit orang yang dipilih untuk mewakili sekelompok orang yang lebih banyak
5
.
Karena itulah terdapat kekuasaan Legislatif atau Badan (Lembaga) Perwakilan Rakyat atau
Parlemen di Amerika Serikat.
Parlemen di Amerika Serikat menganut sistem dua kamar (Bicameral System), dimana
terdapat dua kamar legislatif atau parlemen, sehingga kekuasaan legislatif terdiri atas dua bagian.
Konstitusi Amerika Serikat menetapkan bahwa kekuasaan legislatif terdapat di tangan Congress
yang terdiri dari Senate dan House of Representatives (HoR)
6
.
Congress
Congress (Kongres) Amerika Serikat merupakan lembaga legislatif yang berfungsi
sebagai pembuat undang-undang dan pengawas Pemerintah Nasional. Kongres terdiri atas
sebuah Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat. wewenang Kongres dan peranannya amatlah besar
karena bukan hanya sebagai pemberi legitimasi bagi eksekutif tetapi juga peran utamanya adalah
sebagai pembuat kebijakan melalui proses legislasi, kemudian pengawasan karena para anggota

3
Scheb, John M., and John M. Scheb II (2002). An Introduction to the American Legal System. Florence, KY: Delmar, hlm.6. ISBN
0-7668-2759-3.
4
Killian, Johnny H. "Constitution of the United States". The Office of the Secretary of the Senate, diakses pada 19 Agustus 2014
5
"Victorian Electronic Democracy : Glossary". 28 July 2005. Diarsipkan dari aslinya tanggal 13 December 2007, diakses 19
Agustus 2014.
6
Nomensen Sinamo, Perbandingan Hukum Tata Negara, Jala Permata Perkasa, Jakarta, 2010, hlm. 138.
4

Kongres secara tetap mengawasi pelaksanaaan undang-undang serta jalannya pemerintahan.
Kemudian fungsi lainnya adalah fungsi representatif karena anggota Kongres adalah wakil dari
masing-masing negara bagian yang telah di pilih oleh konstituen masing-masing
7
. Kongres akan
mengadakan sidang paripurna sedikitnya satu kali setiap tahun (biasanya akan diselenggarakan
pada hari senin pertama bulan desember) kecuali di tetapkan tanggal tetap lainnya berdasarkan
voting
8
.
Konstitusi memberikan banyak kekuasaan bagi Kongres. Berdasarkan Article I, Section 8
Konstitusi AS kekuasaan itu mencakup: kekuasaan untuk memungut dan mengumpulkan pajak;
untuk menggulirkan uang dan nilainya; memberikan hukuman bagi pemalsuan; membangun
kantor pos dan jalan, mempromosikan kemajuan ilmu pengetahuan dengan mengeluarkan paten,
membuat pengadilan federal yang menjadi bagian dari Mahkamah Agung, mendefinisikan dan
menghukum pembajakan dan kejahatan besar, menyatakan perang, membentuk dan mendukung
militer Amerika Serikat, menyediakan dan merawat Angkatan Laut Amerika Serikat, membuat
pengaturan tanah dan angkatan laut, menyediakan senjata dan disiplin milisi Amerika Serikat,
menjalankan legislasi eksekutif di Washington D.C., dan membuat undang-undang yang
diperlukan untuk menjalankan kekuasaan tersebut dengan benar.
Kongres juga diberikan kekuasaan untuk mengadakan pengawasan. Pengawasan kongres
ditujukan untuk mencegah kebocoran dan penyalahgunaan, melindungi kebebasan sipil dan hak-
hak perseorangan, memastikan pihak eksekutif menjalankan tugasnya sesuai undang-undang,
memperoleh informasi untuk menyusun undang-undang dan mendidik masyarakat, dan
memperbaiki kinerja eksekutif. Pengawasan kongres berlaku bagi semua departemen di dalam
kabinet, lembaga-lembaga eksekutif, komisi pengaturan, dan lembaga kepresidenan
9
.
House of Representative
House of Representative (HoR) adalah perwakilan rakyat negara yang terdiri dari 435
anggota. Setiap anggota mewakili rakyat dan senat, serta pemerintah negara bagian secara
proposional sesuai dengan jumlah penduduknya. Namun masing-masing negara bagian
sekurang-kurangnya mempunyai seorang Anggota Perwakilan. Masing-masing Anggota Dewan

7
Agus Sudrajat, Sistem Parlemen Amerika Serikat,
[http://aguzssudrazat.blogspot.com/2013/07/sistem-parlemen-amerika-serikat.html], diakses pada tanggal 19 Agustus 2014
8
The Constitution of The United States of America, Article I : The Legislative Branch, Section 4 : Elections, Meetings
9
Wikipedia, Pemerintahan Federal Amerika Serikat, [http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintah_federal_Amerika_Serikat],
diakses pada tanggal 19 Agustus 2014
5

bertugas selama dua (2) tahun dan setelah itu dapat dipilih kembali. Selain 435 anggota berhak
suara, terdapat juga lima anggota tanpa hak suara, yaitu empat orang perwakilan dan
seorang komisioner residen. Terdapat satu perwakilan dari Washington, D.C., Guam, Kepulauan
Virgin, dan Samoa Amerika, dan komisioner residen dari Puerto Rico
10
. Kursi DPR Amerika
Serikat ditentukan dari tiap negara bagian dengan mempertimbangkan jumlah penduduk masing-
masing negara bagian itu.
Dalam rangka untuk dapat menjadi seorang anggota House of Representative yang dapat
dipilih melalui pemilihan umum, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sesuai
dengan pasal 1 ayat 2 The Constitution of USA, yang menentukan bahwa seorang anggota HoR
berusia minimal 25 (dua puluh lima) tahun, telah berstatus kewarganegaraan Amerika Serikat
selama tujuh tahun dan merupakan penduduk dari negara bagian tempat dimana ia dipilih
11
.
HoR memiliki kekuasaan khusus untuk menambah keuangan negara melalui Undang-
Undang yang dibentuknya. Karena itulah kontitusi Amerika memberika kekuasaan kepada HoR
untuk mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) mengenai pendapatan dan pengeluaran
pemerintah walaupun senat boleh mengusulkan atau menyetujui perubahan-perubahan dari
rancangan undang-undang yang diajukan
12
. Selain itu HoR juga memiliki hak untuk mengajukan
impeachment (dalam rangka untuk meminta pertanggungjawaban terhadap pejabat pemerintah
yang melakukan tindakan kriminal), dan menentukan pemilihan presiden jika posisi calon-calon
presiden memiliki suara yang sama saat pemilu.
Dalam HoR juga terdapat beberapa partai. Sehingga siapapun yang memiliki suara
mayoritas, memiliki hak terbesar dalam proses pengambilan keputusan di dalam HoR. Artinya,
jika DPR mengusulkan aturan atau RUU, hanya memerlukan suara mayoritas untuk
mengesahkan RUU tersebut. Namun, terdapat aturan bahwa Senat harus melindungi partai
minoritas, sehingga partai mayoritas tidak dapat mengontrol penjadwalan atau parameter debat
13
.
Mengenai Pemilihan, Anggota HoR dipilih melalui pemilihan langsung (direct popular
vote) setiap dua tahun dengan jumlah perwakilan tiap Negara Bagian tergantung jumlah populasi

10
Situs Resmi HoR Amerika Serikat, [http://www.house.gov], diakses pada tanggal 17 Agustus 2008
11
The Constitution of The United States of America, Article I : The Legislative Branch, Section 2 : The House
12
The Constitution of The United States of America, Article I : The Legislative Branch, Section 7 : Revenue Bills, Legislative
Process, Presidential Veto
13
Anggresti, Congress: System Power of Senators and Member of House of Representative, 05 April 2013, [http://anggresti-
fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-76540-Sistem%20Politik%20Amerika%20Serikat-
CONGRESS:%20SYSTEM%20%20POWER%20OF%20SENATORS%20AND%20MEMBERS%20OF%20HOUSE%20OF%20REPRESENTA
TIVE.html], diakses pada tanggal 27 Agustus 2014
6

masing-masing Negara bagian. Oleh karena itu, setiap 10 tahun Biro Sensus Amerika Serikat
akan melakukan sensus penduduk. Setiap negara bagian akan dibagi ke dalam congressional
districts dan tiap negara bagian memiliki minimal satu congressional districts.
Jumlah congressional districts diatur tiap diadakan sensus
14
. Jumlah anggota HoR tidak boleh
lebih dari satu untuk setiap 30 ribu orang dan setiap Negara Bagian paling sedikit memiliki satu
wakil rakyat. Contohnya, Negara Bagian New Hampshire berhak untuk memilih tiga orang,
Massachusetts delapan orang, New Jersey empat orang, Pennsylvania delapan orang, Delaware
satu orang, Maryland enam orang, Virginia sepuluh orang, North Carolina lima orang, South
Carolina lima orang dan Georgia tiga orang. Apabila terjadi kekosongan perwakilan suatu
Negara Bagian, Penguasa Eksekutif akan mengeluarkan Perintah Pemilihan untuk mengisi
kekosongan jabatan tersebut
15
.
Waktu, tempat dan cara menyelenggarakan pemilihan Senator dan anggota HoR akan
ditentukan di setiap Negara Bagian oleh Badan Legislatif masing-masing, tetapi Kongres dapat
setiap saat dengan undang-undang membuat atau mengubah peraturan tersebut, kecuali tempat
untuk memilih Senator
16
. Seorang senator atau Wakil Rakyat tidak diperbolehkan untuk
memiliki dua jabatan sekaligus dalam kongres dan diangkat untuk menduduki jabatan sipil
apapun di bawah kekuasaan Amerika Serikat
17
. Kebanyakan Negara Bagian menggelar
pemilihan umum (general election) pada bulan November. Terdapat tiga calon dalam setiap surat
suara, pertama adalah kandidat dari partai politik besar yang secara otomatis muncul dalam surat
suara. Kedua adalah kandidat dari partai kecil yang dipilih melalui aturan partai masing-masing
dan ketiga adalah kandidat independen yang mencalonkan dirinya sendiri tanpa dilatar belakangi
partai politik manapun. Namun, apabila seorang kandidat merupakan anggota
partai incumbent maka dia tidak perlu menjalani pemilu karena namanya akan secara otomatis
muncul dalam surat suara
18
.
Di samping itu, HoR terdiri dari 20 komite yang memiliki yuridiksi legislatif yang
berbeda. Tiap komite menanggung tuntutan dan masalah serta dapat merekomendasikan
langkah-langkah untuk dibahas dalam HoR. Komite juga memiliki tanggung jawab pengawasan

14
US Government. Election of House of Representatives, 2007,
[http://bensguide.gpo.gov/35/election/representatives.html], diakses pada tanggal 27 Agustus 2014
15
The Constitution of The United States of America, Article I : The Legislative Branch, Section 2 : The House
16
The Constitution of The United States of America, Article I : The Legislative Branch, Section 4 : Elections, Meetings
17
The Constitution of The United States of America, Article I : The Legislative Branch, section 6 : Compensation
18
US Government. Election of House of Representatives, 2007,
[http://bensguide.gpo.gov/35/election/representatives.html], diakses pada tanggal 27 Agustus 2014
7

untuk memantau lembaga, program dan kegiatan dalam wilayah hukum mereka, dan dalam
beberapa kasus di daerah yang melintasi wilayah hukum komite yang terkait.
Komite yang ada dalam HoR saat ini ialah Agriculture; Appropriations; Armed Services;
Budget; Commerce; Education and the Workforce; Ethics; Financial Services; Foreign Affairs;
Homeland Security; House Administration; Judiciary; Natural Resources; Oversight and
Government Reform; Rules; Science, Space, and Technology; Small Business; Transportation
and Infrastructure; Veterans Affairs; dan Ways and Means.
Setiap anggota komite memiliki sub komite yang dibentuk oleh komite untuk membantu
semua kegiatan dari HoR. Subkomite bertanggung jawab dan bekerja dalam pedoman yang
ditetapkan oleh komite yang menunjuk mereka. Persyaratan umum untuk mendirikan subkomite
ditetapkan dalam aturan Senat, tapi tugas subkomite secara spesifik diserahkan kepada HoR,
contoh subkomite dalam komite Agriculture yaitu Conservation, energy, and forestry; General
Farm Commodities and risk management; Nutrition and horticulture; Livestock, dairy, and
poultry; dan Rural development, research, biotechnology, and foreign agriculture. Komite dalam
HoR adalah komite yang melayani dan menduduki kursi pada House of Chamber untuk
mempertimbangkan langkah langkah dari Union calendar.
Senate
Senat Amerika Serikat akan terdiri dari dua Senator dari setiap Negara Bagian untuk
enam tahun; dan masing masing Senator akan memiliki satu suara di dalam Kongres
19
. Dua
orang anggota senator tersebut dipilih tidak tergantung dari luasnya daerah dan jumlah penduduk
di negara bagian tersebut. Penggantian senator tidak dilakukan secara serentak. Setiap dua tahun
sekali diadakan pemilihan anggota senat, dimana 1/3 (sepertiga) dari anggota senat habis masa
jabatannya dan diganti dengan anggota baru. Dengan demikian, setiap saat selalu terdapat 2/3
dari anggota senat di tingkat nasional atau pemerintah federal.
Pada awalnya senator dipilih oleh badan legislatif dari tiap-tiap negara bagian yang
memiliki wewenang untuk itu, namun sekarang Senator langsung dipilih oleh rakyat sejak
amandemen ke-17 The Constitution of USA tahun 1912. Syarat untuk menjadi seorang Senator
menurut Article I, Section 3 Konstitusi Amerika Serikat adalah berusia minimal 30 tahun, telah
menjadi warga negara Amerika minimal selama sembilan tahun, dan berdomisili di negara

19
The Constitution of The United States of America, Article I : The Legislative Branch, Section 3 : State of the Union, Convening
Congress
8

bagian yang memilihnya. Jumlah anggota Senat saat ini adalah 100 orang, dimana 50 negara
bagian diwakili oleh 2 senator. Senat akan di ketuai oleh Wakil Presiden Amerika Serikat, akan
tetapi ia tidak mempunyai hak suara kecuali jika jumlah suara terbagi sama. Namun di samping
itu Senat harus memilih pejabat-pejabatnya yang lain, dan juga Ketua sementara, jika Wakil
Presiden tidak ada atau apabila ia harus menjalankan jabatan Presiden Amerika Serikat
20
.
Setelah para senat tersebut terpilih, maka mereka akan langsung dibagi secara rata ke
dalam tiga kelas. Kedudukan Senator kelas satu akan dilowongkan Sehabis Tahun kedua, kelas
dua sehabis tahun keempat, dan kelas tiga sehabis tahun keenam, sehingga sepertiga jumlahnya
dapat dipilih tiap Tahun kedua; dan apabila terjadi Lowongan karena Pengunduran diri, atau
selama Reses Badan Legislatif Negara Bagian mana pun, Penguasa Eksekutif Negara Bagian
tersebut dapat melakukan pengangkatan sementara sampai sidang Badan Legislatif berikutnya,
yang kemudian akan mengisi Lowongan tersebut
21
.
Senat sepenuhnya setara kedudukannya dengan HoR, dan bukan merupakan "majelis
peninjauan" keputusan, seperti halnya dengan majelis tinggi dalam sistem legislatif dua kamar di
banyak negara. Namun ada sejumlah kekuasaan khusus yang diberikan kepada satu majelis saja.
Senat dan Senatornya mempunyai kekuasaan khusus untuk menolak pengangkatan pegawai yang
dipilih oleh presiden untuk jabatan-jabatan penting, memiliki hak menyelidiki segala dakwaan,
dan memberi persetujuan dengan 2/3 suara atas perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh presiden.
Senat dan senatornya memiliki wewenang khusus untuk memastikan pengangkatan para pejabat
tinggi dan duta besar oleh presiden dari pemerintah federal. Senat juga memiliki wewenang
untuk mengadili dan menentukan apakah pejabat dalam kasus impeachment bersalah atau tidak.
Senat bertugas untuk membantu presiden membuat keputusan tentang isu-isu besar, seperti
keputusan tentang militer dan pelaksanaan perang, kebijakan keuangan, perdagangan
internasional, membuat pengadilan federal hingga naturalisasi orang asing yang ingin menjadi
warga negara Amerika Serikat. Saat ini senat memiliki 17 komisi tetap.
Namun terdapat juga kekuasaan Senat yang dijalankan bersama-sama dengan HoR, yaitu
dalam hal perancangan UU. Anggota HoR dan Senator bersama-sama dalam Kongres merancang
RUU melalui voting atau suara mayoritas, untuk kemudian diserahkan kepada presiden untuk

20
The Constitution of The United States of America, Article I : The Legislative Branch, Section 3 : State of the Union, Convening
Congress
21
The Constitution of The United States of America, Article I : The Legislative Branch, Section 2 : The House
9

menandatanganinya atau memberikan hak veto. Setelah RUU di veto presiden, RUU hanya sah
menjadi UU jika 2/3 anggota masing-masing chamber menyetujuinya.
Bagi banyak orang, ada anggapan bahwa menjadi Senator dipandang lebih prestise
daripada menjadi anggota DPR. Senator dipandang memiliki kekuasaan yang lebih. Mereka juga
lebih menarik perhatian media. Sehingga, sudah sangat umum jika anggota DPR ingin dipilih
untuk menjadi Senator, namun tidak umum jika seorang Senator ingin dipilih menjadi anggota
DPR. Selain itu, Senator secara luas dianggap sebagai calon-calon yang lebih baik untuk
pemerintahan nasional, seperti presiden dan wakil presiden
22
.
Sistem pemilihan senator dan perwakilan HoR telah diatur sedemikian rupa dan memiliki
berbagai prosedur serta aturan yang telah ditetapkan dalam konstitusi Amerika Serikat untuk
menciptakan pemerintahan yang ideal. Berbagai pemilihan dengan syarat-syarat yang berlaku
diharapkan dapat menjaring kualitas-kualitas terbaik untuk mewakili rakyat dalam senate dan
House of Representative. Sehingga siapapun yang berhasil lolos dalam pemilihan anggota Senat
dan House of Representatives dapat mewakili aspirasi masyarakat di Negara Bagian tempat ia
berasal.
Pembentukan Undang-Undang (Kewenangan Legislatif)
Walaupun pada dasarnya setiap kamar, baik itu HoR dan Senat memiliki kekuasaan
khusus yang berbeda-beda, namun keduanya memiliki suatu tugas yang sama dalam hal
pembentukan dan penyusunan suatu Undang-Undang guna menjalankan fungsi legislatif sebagai
pembentuk UU. Berdasarkan Article I, Section 7 mengenai Revenue Bills, Legislative Process,
Presidential Veto, dijelaskan bahwa Setiap Rancangan Undang-Undang, selain mengenai
peningkatan pendapatan, yang harus melalui HoR dan senat, sebelum menjadi Undang-Undang
akan disampaikan kepada Presiden Amerika Serikat. Jika Presiden setuju, maka ia akan
menandatanganinya, tetapi jika tidak, ia akan mengembalikan RUU tersebut disertai dengan
Keberatan-Keberatannya, ke Kamar dimana RUU tersebut berasal untuk kemudian di
pertimbangkan. Jika setelah dipertimbangkan kembali 2/3 anggota Kamar itu setuju untuk
meloloskan Rancangan tersebut, rancangan itu akan disampaikan bersama-sama dengan

22
Anggresti, Congress: System Power of Senators and Member of House of Representative, 05 April 2013, [http://anggresti-
fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-76540-Sistem%20Politik%20Amerika%20Serikat-
CONGRESS:%20SYSTEM%20%20POWER%20OF%20SENATORS%20AND%20MEMBERS%20OF%20HOUSE%20OF%20REPRESENTA
TIVE.html], diakses pada tanggal 27 Agustus 2014

10

Keberatan-Keberatannya ke Kamar lainnya, yang juga akan mempertimbangkan kembali. Jika
disetujui oleh 2/3 anggota Kamar ini, rancangan tersebut akan menjadi Undang-Undang.
Tetapi dalam semua Kasus demikian, hasil suara akan ditentukan dengan kata-kata ya
dan tidak, dan Nama orang-orang yang memberi suara setuju dan menolak RUU tersebut akan
dimasukkan ke dalam catatan masing-masing Kamar. Jika suatu Rancangan Undang-Undang
tidak dikembalikan oleh Presiden dalam waktu sepuluh Hari (kecuali Hari Minggu) setelah
disampaikan kepadanya, rancangan itu akan menjadi Undang-Undang seperti halnya bila ia
menandatanganinya, kecuali jika Kongres dengan penundaan sidangnya mencegah
pengembaliannya, dalam hal mana rancangan itu tidak akan menjadi Undang-Undang.
2. Badan (Lembaga) Perwakilan Rakyat Di Indonesia
Republik Indonesia (RI) adalah suatu negara kesatuan yang menjalankan pemerintahan
Republik Presidensil multipartai yang demokratis
23
. Dengan kedaulatan berada di tangan rakyat
dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar, maka dapat dikatakan bahwa Indonesia
merupakan negara hukum yang berdasarkan atas konstitusinya, yaitu Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)
24
. Seperti halnya dengan negara-negara demokrasi
lainnya, sistem politik Indonesia didasarkan pada Trias Politica, yaitu adanya kekuasaan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Kekuasaan legislatif Indonesia dipegang oleh sebuah lembaga
perwakilan rakyat bernama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI Atau MPR)
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) adalah lembaga legislatif bikameral yang
merupakan salah satu lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Pada masa
sebelum reformasi, MPR pernah menjadi lembaga tertinggi negara unikameral. Namun
setelah amandemen ke-4 UUD 1945, MPR tidak lagi menjadi lembaga tertinggi negara, dan
komposisi keanggotaannya juga berubah. Setelah amandemen UUD 1945, yaitu sejak 2004,
MPR menjelma menjadi lembaga bikameral yang terdiri dari 560 anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) yang merupakan wakil rakyat melalui Partai Politik, ditambah dengan 132
anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang merupakan wakil provinsi dari

23
Wikipedia, Politik dan Pemerimtahan, [http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia#Politik_dan_pemerintahan], diakses pada
tanggal 27 Agustus 2014
24
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Bab I, Pasal 1, ayat (2) dan (3)
11

jalur independen
25
. Anggota DPR dan DPD dipilih melalui pemilu dan dilantik untuk masa
jabatan lima tahun. Sebelumnya, anggota MPR adalah seluruh anggota DPR ditambah utusan
golongan dan TNI/Polri.
Pada dasarnya terdapat beberapa perbedaan tugas dan wewenang yang dimiliki oleh
MPR, DPR, dan DPD. Tugas dan wewenang MPR seperti yang diamanatkan Pasal 3 UUD 1945,
adalah :
1) MPR berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Dengan usul pengubahan pasal UUD 1945 diajukan oleh
sekurangkurangnya 1/3 (satu pertiga) dari jumlah anggota MPR dan diputuskan melalui
Sidang paripurna MPR dengan persetujuan sekurang-kurangnya 50% dari jumlah anggota
ditambah 1 (satu) anggota.
2) MPR melantik Presiden dan Wakil Presiden hasil pemilihan umum dalam sidang
paripurna MPR.
3) MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa
jabatannya menurut UUD 1945. Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden
diusulkan oleh DPR.
4) Jika terjadi kekosongan jabatan Presiden (karena mangkat, berhenti, diberhentikan, atau
tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya), MPR segera
menyelenggarakan sidang paripurna MPR untuk melantik Wakil Presiden menjadi
Presiden.
5) Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, MPR menyelenggarakan sidang paripurna
dalam waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari untuk memilih Wakil Presiden dari 2
(dua) calon yang diusulkan oleh Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil
Presiden dalam masa jabatannya.
6) Apabila Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, MPR
menyelenggarakan sidang paripurna paling lambat 30 (tiga puluh) hari untuk memilih
Presiden dan Wakil Presiden, dari 2 (dua) pasangan calon presiden dan wakil presiden
yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon

25
Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
12

Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam
pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.
Selain itu, berdasarkan Pasal 2 ayat (2) UUD 1945, ditetapkan bahwa MPR bersidang
sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota negara. Sidang MPR sah apabila dihadiri
26
:
Sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah Anggota MPR untuk memutus usul DPR untuk
memberhentikan Presiden/Wakil Presiden,
Sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR untuk mengubah dan menetapkan
UUD 1945, dan
Sekurang-kurangnya 50%+1 dari jumlah Anggota MPR sidang-sidang lainnya.
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI Atau DPR)
Dewan Perwakilan Rakyat RI adalah salah satu lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat. DPR terdiri atas anggota
partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum. Anggota MPR
terdiri dari 560 anggota yang berasal dari 9 partai politik besar di Indonesia (hasil pemilihan
umum tahun 2009).
Berdasarkan pasal 20A ayat (1) UUD 1945, ditetapkan bahwa DPR memiliki beberapa
fungsi khusus dalam menjalankan tugasnya. Fungsi-fungsi tersebut antara lain
27
:
1) Fungsi Legislasi: fungsi DPR yang dilaksanakan untuk membentuk UU bersama dengan
Presiden
2) Fungsi Anggaran: Fungsi anggaran dilaksanakan untuk membahas dan memberikan
persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap rancangan undang-undang
tentang APBN yang diajukan oleh Presiden.
3) Fungsi Pengawasan: Fungsi pengawasan dilaksanakan melalui pengawasan atas
pelaksanaan undang-undang, APBN, dan terhadap pemerintahan yang sedang berjalan.
Dalam melaksanakan fungsinya, DPR juga memiliki beberapa hak, yaitu:

26
Wikipedia, Majelis Permusyawaratan Rakyat, [http://id.wikipedia.org/wiki/Majelis_Permusyawaratan_Rakyat], diakses pada
tanggal 27 Agustus 2014
27
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 20A ayat (2) dan (3)
13

1) Hak Interpelasi : hak DPR untuk meminta keterangan kepada Pemerintah mengenai
kebijakan Pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2) Hak Angket: hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu
undang-undang dan/atau kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan hal penting,
strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
3) Hak Imunitas: kekebalan hukum dimana setiap anggota DPR tidak dapat dituntut di
hadapan dan di luar pengadilan karena pernyataan, pertanyaan/pendapat yang
dikemukakan secara lisan ataupun tertulis dalam rapat-rapat DPR, sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan Tata Tertib dan kode etik.
4) Hak Menyatakan Pendapat: hak DPR untuk menyatakan pendapat atas: Kebijakan
Pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air atau di dunia
internasional; Tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket; Dugaan
bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum, maupun
perbuatan tercela, dan/atau Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi
syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.
Selain itu di samping memiliki beberapa fungsi dan hak, dalam hal tertentu DPR juga
dapat dimintakan persetujuan dan pertimbangan oleh Presiden dalam hal Presiden menyatakan
perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain
28
; mengangkat duta dan konsul;
penempatan duta negara lain
29
; memberi amnesti dan abolisi
30
, mengukuhkan Peraturan
Pemerintah Pengganti UU menjadi UU
31
, memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan
32
,
memberikan persetujuan atas pengangkatan anggota Komisi Yudisial
33
, memberikan persetujuan
atas pengangkatan Hakim Agung
34
, dan mengajukan 3 dari 9 orang anggota hakim konstitusi
35
.
Sama halnya dengan DPR di negara lain, anggota DPR di Indonesia pun tidak boleh
merangkap jabatan sebagai pejabat negara lainnya, hakim pada badan peradilan, pegawai negeri

28
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 11
29
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 13
30
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 14
31
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 22
32
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 23F
33
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 24B ayat (3)
34
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 24A ayat (3)
35
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 24C ayat (3)
14

sipil, anggota TNI/Polri, pegawai pada BUMN/BUMD atau badan lain yang anggarannya
bersumber dari APBN/APBD. Anggota DPR juga tidak boleh melakukan pekerjaan sebagai
pejabat struktural pada lembaga pendidikan swasta, akuntan publik, konsultan, advokat/
pengacara, notaris, dokter praktek dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan tugas,
wewenang, dan hak sebagai anggota DPR.
Dalam hal pelaksanaan tugasnya, di dalam DPR sendiri dilengkapi dengan beberapa alat
kelengkapan yang terdiri dari: Pimpinan, Badan Musyawarah, Komisi, Badan Legislasi, Badan
Anggaran, Badan Akuntabilitas Keuangan Negara, Badan Kehormatan, Badan Kerjasama Antar-
Parlemen, Badan Urusan Rumah Tangga, Panitia Khusus dan alat kelengkapan lain yang
diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripurna. Di samping beberapa alat kelengkapan tersebut,
terdapat juga Sekreatrian Jendral DPR-RI yang merupakan unsur penunjang DPR, yang
berkedududukan sebagai Kesekretariatan Lembaga Negara yang dipimpin oleh seorang
Sekretaris Jenderal dan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Pimpinan
DPR. Sekretaris Jenderal diangkat dan diberhentikan dengan Keputusan Presiden atas usul
Pimpinan DPR. Sekretariat Jenderal DPR RI personelnya terdiri atas Pegawai Negeri Sipil.
Susunan organisasi dan tata kerja Sekretaris Jenderal ditetapkan dengan keputusan Presiden.
Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI Atau DPR)
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) adalah lembaga tinggi negara yang anggotanya merupakan
perwakilan dari setiap provinsi yang dipilih melalui Pemilihan Umum di setiap Provinsi
36
.
sebelum 2004, DPD ini disebut juga sebagai Utusan Daerah. Anggota DPD yang dipilih dari
setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggota DPD tersebut tidak boleh lebih dari
1/3 (sepertiga) jumlah anggota DPR
37
.
Kekuasaan yang diberikan kepada DPD sebagai wakil daerah sangatlah kecil dan
terbatas. Dalam arti DPD hanya memiliki tugas dan wewenang hanya terbatas pada daerah yang
diwakilkan saja. Berdasarkan pasal 22D, tugas dan wewenang DPD adalah:
1) DPD dapat mengajukan kepada DPR dan ikut membahas RUU yang berkaitan dengan
otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya;
serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta memberikan

36
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 22C ayat (1)
37
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 22C ayat (2)
15

pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN dan RUU yang berkaitan dengan Pajak,
pendidikan, dan agama
38
.
2) DPD dapat melakukan pengawasan terhadap pelakasanaan UU yang berkaitan dengan
hal-hal tersebut serta menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada DPR sebagai bahan
pertimbangan untuk ditindaklanjuti
39
.
Perbandingan Konstitusi Amerika Serikat dengan Republik Indonesia dalam Hal
Kekuasaan Legislatif
Pada dasarnya baik Amerika Serikat maupun Indonesia sama-sama menganut sistem dua
kamar (bicameral) dalam sistem perwakilan rakyatnya. Sistem bikameral adalah sistem parlemen
yang terbagi atas 2 lembaga legislatif dalam suatu struktur negara. Hal ini dapat di lihat dimana
di Amerika Congress terbagi atas HoR dan Senat; sedangkan di Indonesia MPR terbagi atas DPR
dan DPD.
Pada prinsipnya, kedua kamar majelis dalam sistem bikameral ini memiliki kedudukan
yang sederajat. Satu sama lain tidak saling membawahi, baik secara politik maupun secara
legislatif. Undang-undang tidak dapat ditetapkan tanpa persetujuan bersama ataupun melalui
sidang gabungan diantara kedua majelis itu. Selain itu, menurut pendapat para ahli, sistem
bikameral mencerminkan prinsip checks and balances bukan hanya antar cabang-cabang
kekuasaan negara (legislatif, eksekutif, yudikatif) tapi juga di dalam cabang legislatif itu sendiri.
Dengan demikian maka sistem bikameral dapat lebih mencegah terjadinya tirani mayoritas
maupun tirani minoritas
40
. Namun konsep bikameral semacam ini tidak berjalan dalanm
praktiknya di lembaga perwakilan Indonesia.
Kemunculan DPD awalnya memberikan harapan baru di tiap daerah dikarenakan bisa
membawa kepentingan kepentingan daerah ke tingkat nasional. Yang nantinya kebijakan publik
di tingkat nasional tidak merugikan daerah dan senantiasa sejalan dengan kepentingan nasional.
Dengan komposisi dan jumlah anggota DPD dalam MPR dari setiap provinsi sama. Tapi, tidak
lebih dari 1/3 jumlah anggota DPR. Komposisi ini, juga mirip sistem bikameral di Amerika
Serikat, dimana jumlah anggota senat lebih sedikit dari anggota HoR. Tapi, kewenangan senat

38
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 22D ayat (1) dan (2)
39
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 22D ayat (3)
40
Mahmud Zamzami, Perbandingan MPR Dengan Congress, Rabu, 22 November 2008,
[http://zamzamizone.blogspot.com/2008/11/perbandingan-mpr-dengan-congress.html], diakses pada tanggal 28 Agustus 2014
16

sangat berimbang dengan kewenangan HoR di Amerika. Bahkan, masa tugas senator lebih lama
ketimbang DPR.
Mengenai DPD dan DPR dalam MPR, tampak DPR memiliki kewenangan yang lebih
luas dibandingkan DPD. Bahkan, DPD tidak mempunyai kewenangan yang sangat cukup
signifikan sebagai wakil daerah. Jika dibandingkan dengan bikameral Amerika Serikat, kepuasan
negara bagian yang besar dan kecil, bukan sekadar terwakili dalam Congress, tapi roh dari
bikameral Amerika Serikat itu terletak pada bargaining position yang seimbang. Sebuah undang-
undang hanya sah kalau disetujui senat dan HoR.
Dengan posisi yang sama kuat, maka meski wakil dari negara bagian yang besar lebih
banyak di HoR, tapi tidak membuat UU yang merugikan negara bagian kecil, karena UU itu bisa
dimentahkan dalam senat. Tapi, apa yang ditemukan dalam bikameral Indonesia, DPD tidak
lebih sebagai pelengkap dan formalitas belaka. Bisa saja, hal ini ditepis dengan alasan, karena di
DPR sudah ada perwakilan dari daerah. Kalau ini benar, berarti DPD menjadi tidak penting,
sehingga tidak perlu dibentuk lagi
41
.
Hal ini karena di dalam tugas dan wewenang DPD seperti yang di amanatkan di dalam
UUD 1945 pasal 22D ayat (1), (2), dan (3) yang menjelaskan bahwa DPD hanya dapat
mengajukan RUU dan ikut serta membahas RUU jika hal tersebut berkaitan dengan otonomi
daerah atau daerahnya saja. Dari kewenangan yang diatur dalam ayat 1-3, pasal 22D, DPD nyaris
tidak mengemban fungsi legislasi. Hal ini terlihat dari kewenangan DPD yang hanya
mengajukan RUU yang berkaitan dengan persoalan daerah kepada DPR. Jadi, DPD sebatas
mengajukan, bukan mengambil keputusan. Mengajukan RUU bukan fungsi legislasi.
Kewenangan kedua, DPD ikut membahas RUU yang berkaitan dengan daerah. Ini tidak
jelas, hanya sekadar ikut membahas atau mengambil keputusan. Jika sekadar membahas RUU
tidak bisa dikatakan DPD memiliki fungsi legislasi. Kewenangan lain, DPD memberikan
pertimbangan kepada DPR mengenai RUU APBN, RUU Pajak, pendidikan dan agama. Artinya,
pertimbangan itu bisa dipakai atau tidak. Jadi, tergantung DPR. Soal memberikan pertimbangan
bukan fungsi legislasi.

41
Mahmud Zamzami, Perbandingan MPR Dengan Congress, Rabu, 22 November 2008,
[http://zamzamizone.blogspot.com/2008/11/perbandingan-mpr-dengan-congress.html], diakses pada tanggal 28 Agustus 2014
17

Hal ini juga semakin menjadi ambigu ketika menengok Pasal 20 ayat (1) UUD 1945 yang
berbunyi DPR memegang penuh kekuasaan membentuk UU. Sangat rasional bila DPD bukan
sebagai pembentuk UU, dan oleh sebab itu lembaga ini tidak punya hak untuk mengajukan RUU.
Selain itu di dalam ayat (3) pasal 22D juga dijelaskan bahwa DPD juga diberikan
kewenangan untuk mengawasi pelaksanaan UU yang berkaitan dengan daerah. Namun dari Pasal
22D ayat (3) diatas diketahui bahwa fungsi pengawasan yang diberikan kepada DPD tidak
bersifat imperatif. Di pasal tersebut juga tidak menunjukkan bahwa tidak dapat ditindaklanjuti
dari hasil hasil pengawasan. Hasil dari pengawasan DPD disampaikan kepada DPR, dan DPR
yang menentukan digunakan atau tidak digunakan hasil dari pengawasan tersebut.
Kekuasaan yang lebih besar pada DPR terhadap DPD, sangat berpotensi melahirkan
superioritas DPR dalam pengelolaan negara. DPD tidak lebih dari sekadar wakil daerah yang
duduk dalam bidang legislatif, tanpa kewenangan legislasi (original power dalam pembentukan
UU atau hak untuk menolak suatu RUU). Padahal secara konseptual, DPD bertugas untuk
mewakili dan ikut mengelola kepentingan daerah untuk dibawa ke tingkat nasional, serta
meningkatkan peran serta daerah dalam penyelenggaraan Negara.
Berbeda dengan konsep, Senat yang terdapat di Amerika Serikat. Oleh Konstitusi AS,
senat memiliki wewenang khusus yang tercantum dalam Article 2, Section 2, Clause 2 yang pada
dasarnya menentukan bahwa Senat memiliki kewenangan sekaligus menunjukkan original
power untuk memberi pertimbangan dan persetujuan mengenai perjanjian luar negeri,
pengangkatan duta, konsul, menteri, hakim federal, dan pejabat-pejabat lainyang ditentukan
dalam UU. Beda halnya dengan DPD, Senat di Amerika Serikat dapat mengikutsertakan daerah
dalam menetukan politik dan pengelolaan Negara melalui pembentukan undang undang, dan
pengawasan atas jalannya pemerintahan, bukan sekedar persoalan daerah.
Bahkan banyak ahli mengatakan bahwa Senat di Amerika Serikat dalam parlemen
mempunyai kekuasaan lebih besar daripada HoR. Hal tersebut dikarenakan Senat secara umum
adalah suatu badan legislatif tetapi terkadang menjadi badan eksekutif atau yudikatif.
Senat merupakan badan eksekutif karena dapat mengambil bagian dalam pemerintahan dalam
berbagai cara tetapi ini hanya sebatas nominasi dari pejabat pejabat publik yang secara umum
menganggap sebagai kekuasaan eksekutif. Sedang yudikatif artinya Senat hanya memiliki
kekuasaan bila di legilasikan oleh congress. Dan itu hanya pada perselisihan tertentu, dalam
18

Article 3, section 2 yang paling bermakna merupakan kasus yang menyangkut perselisihan antara
warga Negara dari dua Negara bagian yang berbeda
42
.
Dengan demikian, berdasarkan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa sistem
Senat di Amerika Serikat yang diamanatkan melalui konstitusinya lebih baik di bandingkan
dengan sistem DPD di Indonesia. Karena Senat dapat benar-benar mewakili dan menjadi
perpanjangan tangan dari daerah yang diwakilinya untuk tingkat federal, tidak hanya sebatas
formalitas atau pengamat dari daerah tanpa fungsi legislasi sedikitpun. Dengan adanya konsep
senat tersebut, check and balances di dalam legislatif pun dapat terjadi karena senat dapat
mengawasi setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh HoR agar tidak merugikan daerah yang
diwakilinya.
Selain itu, di samping sistem senat yang memiliki kekuasaan seimbang dengan HoR,
perbedaan lain antara senat dengan DPD adalah bahwa Senat terbagi ke dalam 3 kelas, dimana
masing-masing kelas memiliki masa jabatan yang berbeda. Seperti misalnya kedudukan Senator
kelas satu sehabis Tahun kedua, kelas dua sehabis tahun keempat, dan kelas tiga sehabis tahun
keenam, sehingga sepertiga jumlahnya dapat dipilih tiap Tahun kedua. Dengan demikian, sistem
check and balances yang dilakukan oleh Senat terhadap HoR tidak akan pernah putus dan
menciptakan pemerintahan yang stabil. Karena dengan masa jabatan HoR yang hanya dua tahun,
dan dimana tiap dua tahun tersebut 1/3 anggota senat dipilih kembali, maka akan tetap ada 2/3
anggota senat yang akan mengawasi HoR yang baru dengan mempertahankan roh atau
semangat senat yang pernah ada. Dan ketika 2/3 anggota senat tersebut habis masa jabatanny,
maka akan tetap ada 1/3 anggota senat ditambah dengan HoR baru yang akan mengawasi 2/3
anggota senat yang baru tersebut. Sehingga pengawasan dan kestabilan pemerintahannya akan
tetap terjaga dan tidak putus.
Berbeda dengan di Indonesia dimana baik DPD maupun DPR memiliki masa jabatan
yang sama. Sehingga ketika Pemilihan Umum Legislatif berlangsung maka semua anggota DPR
dan DPD akan murni anggota baru. Sehingga program-program, pengawasan dan nilai-nilai dari
DPR atau DPD yang lama akan ikut berakhir dan terputus. Ini tentu sangat merugikan terhadap
RUU atau UU yang sedang di rancang atau di revisi. Karena DPR baru akan tiba-tiba dihadapkan
pada pekerjaan DPR lama yang masih belum terselesaikan. Sehingga RUU atau UU yang

42
Arfonshyado, Perbandingan DPD dan Senate di USA, 16 Januari 2010,
[http://arfonshyado.wordpress.com/2010/01/16/perbandingan-dpd-dan-senate-di-usa/], diakses pada tanggal 28 Agustus 2014
19

dihasilkan belum tentu sejalan dengan keinginan DPR yang lama, atau lebih buruknya akan
terhenti sama sekali.
Tentunya bila dibandingkan akan lebih baik sistem yang diterapkan oleh Amerika Serikat
karena adanya program yang terus berlanjut, pengawasan yang lebih efektif, dan pemerintahan
yang lebih stabil dapat tercapai bila dibandingkan dengan pergantian DPR dan DPD yang
berjalan bersamaan. Sehingga program dan pengawasan yang ada akan terhenti.

D. KESIMPULAN
Berdasarkan The Constitution of USA, Lembaga perwakilan Rakyat (Parlemen) di
Amerika Serikat menganut sistem dua kamar (Bicameral System). Hal ini dibuktikan dimana
kekuasaan legislatif Amerika terdapat di tangan Congress yang terdiri dari Senate dan House of
Representatives (HoR). Congress merupakan lembaga legislatif yang berfungsi sebagai pembuat
undang-undang, pengawas Pemerintahan, dan mengawasi pelaksanaan UU itu sendiri. Lalu
House of Representative (HoR) adalah perwakilan rakyat negara yang terdiri dari 435 anggota
yang mewakili rakyat negara bagian secara proposional sesuai dengan jumlah penduduknya.
Masa jabatan anggota HoR adalah selama dua tahun dan setelah itu dapat dipilih kembali. HoR
memiliki kewenangan khusus, yaitu kewenangan untuk menambah keuangan negara melalui
RUU mengenai Pendapatan dan pengeluaran pemerintah yang dibentuknya. Anggota HoR
dipilih melalui pemilihan langsung (direct popular vote). Di samping itu juga terdapat Senate
(Senat). Senat terdiri dari dua Senator dari setiap Negara Bagian untuk masa jabatan enam tahun.
Tidak hanya itu, masing masing Senator juga memiliki satu suara di dalam Kongres. Senat akan
di ketuai oleh Wakil Presiden Amerika Serikat. Dalam hal ini Senat memiliki wewenang khusus
untuk menolak pengangkatan pegawai yang dipilih oleh presiden untuk jabatan-jabatan penting,
memberi persetujuan dengan 2/3 suara atas perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh presiden,
memastikan pengangkatan para pejabat tinggi dan duta besar oleh presiden dari pemerintah
federal, dan juga bertugas untuk membantu presiden membuat keputusan.
Sedangkan kekuasaan legislatif Indonesia dipegang oleh suatu Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR) yang terbagi atas DPR dan DPD. MPR merupakan lembaga bikameral yang
terdiri dari 560 anggota DPR yang merupakan wakil rakyat melalui Partai Politik, ditambah
dengan 132 anggota DPD yang merupakan wakil provinsi dari jalur independen. DPR sendiri
20

terdiri atas anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih melalui pemilu. Dalam
menjalankan tugasnya, DPR memiliki beberapa fungsi khusus, yaitu Fungsi Legislasi, Fungsi
Anggaran, dan Fungsi Pengawasan. Begitupula dengan adanya hak-hak khusus, yaitu Hak
Interpelasi, Hak Angket, Hak Imunitas, dan Hak Menyatakan Pendapat. Sedangkan DPD
adalah lembaga tinggi negara yang anggotanya merupakan perwakilan dari setiap provinsi yang
dipilih melalui Pemilihan Umum di setiap Provinsi. Jumlah seluruh anggota DPD tersebut tidak
boleh lebih dari 1/3 (sepertiga) jumlah anggota DPR. Namun kekuasaan yang diberikan kepada
DPD sebagai wakil daerah sangatlah kecil dan terbatas, yaitu hanya terbatas pada daerah yang
diwakilkan saja.
Bila dibandingkan antara kekuasaan legislatif Amerika dan Indonesia, terlihat perbedaan
dalam hal kekuasaan wakil daerah. Karena kekuasaan DPD di Indonesia tidak seimbang dengan
kekuasaan DPR. Sebagai wakil dari daerah di Parlemen, DPD tidak mempunyai kewenangan
legislasi sama sekali, terlebih dalam menyuarakan kepentingan di daerahnya. Karena
berdasarkan pasal 22D ayat (1-3) diketahui bahwa tugas DPD hanya terbatas pada pengajuan
RUU, membahas RUU dan mengawasi pelaksanaan UU yang terkait dengan daerahnya saja.
Hal-hal tersebut bukanlah termasuk fungsi legislasi karena DPD tidak memiliki kewenangan
untuk mengambil keputusan atau menolak RUU yang dibuat oleh DPR terkait dengan daerahnya.
Padahal DPD bertugas untuk mewakili dan ikut mengelola kepentingan daerah untuk dibawa ke
tingkat nasional, serta meningkatkan peran serta daerah dalam penyelenggaraan Negara.
Hal ini berbeda dengan kewenangan Senat di Amerika dimana Senat memiliki hak suara
untuk menyatakan pendapatnya di parlemen dan memiliki posisi yang sama, bahkan lebih besar
daripada HoR. Senat juga memiliki kewenangan sekaligus mampu menunjukkan original power
untuk memberi pertimbangan dan persetujuan kepada pemerintah Federal. Senat di Amerika
Serikat juga dapat mengikutsertakan daerah dalam menetukan politik dan pengelolaan Negara
melalui pembentukan UU, dan pengawasan atas pemerintahan, bukan sekedar persoalan daerah.
Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem Senat yang terdapat di Amerika lebih baik bila
dibandingkan dengan konsep DPD yang diatur di dalam UUD 1945 pasca amandemen. Karena
Senat dapat benar-benar mewakili daerahnya untuk tingkat federal, dan juga memiliki fungsi
legislasi di Congress. Sehingga check and balances di dalam legislatif pun dapat terjadi karena
senat dapat mengawasi setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh HoR agar tidak merugikan daerah
yang diwakilinya.
21

DAFTAR PUSTAKA

Anggresti. Congress: System Power of Senators and Member of House of Representative. 05
April 2013.
[http://anggrestifisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail76540Sistem%20Politik%20Amerika%20Se
rikatCONGRESS:%20SYSTEM%20%20POWER%20OF%20SENATORS%20AND%20MEM
BERS%20OF%20HOUSE%20OF%20REPRESENTATIVE.html], diakses pada tanggal 27
Agustus 2014
Arfonshyado. Perbandingan DPD dan Senate di USA. 16 Januari 2010,
[http://arfonshyado.wordpress.com/2010/01/16/perbandingan-dpd-dan-senate-di-usa/], diakses
pada tanggal 28 Agustus 2014
Killian, Johnny H. "Constitution of the United States". The Office of the Secretary of the Senate,
diakses pada 19 Agustus 2014
Scheb, John M., and John M. Scheb II. 2002. An Introduction to the American Legal System.
Florence, KY: Delmar. ISBN 0-7668-2759-3
Sinamo, Nomensen. 2010. Perbandingan Hukum Tata Negara. Jakarta : Jala Permata Perkasa
Situs Resmi HoR Amerika Serikat. [http://www.house.gov]. diakses pada tanggal 17 Agustus
2008
Sudrajat, Agus. Sistem Parlemen Amerika Serikat.
[http://aguzssudrazat.blogspot.com/2013/07/sistem-parlemen-amerika-serikat.html], diakses pada
tanggal 19 Agustus 2014
The Constitution of The United States of America
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
US Government. 2007. Election of House of Representatives.
[http://bensguide.gpo.gov/35/election/representatives.html], diakses pada tanggal 27 Agustus
2014
"Victorian Electronic Democracy : Glossary". 28 July 2005. Diarsipkan dari aslinya tanggal 13
December 2007, diakses 19 Agustus 2014.
Wikipedia, Konstitusi [http://id.wikipedia.org/wiki/Konstitusi], diakses pada tangga 14 agustus
2014
Wikipedia. Majelis Permusyawaratan Rakyat.
[http://id.wikipedia.org/wiki/Majelis_Permusyawaratan_Rakyat], diakses pada tanggal 27
Agustus 2014
22

Wikipedia. Pemerintahan Federal Amerika Serikat.
[http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintah_federal_Amerika_Serikat], diakses pada tanggal 19
Agustus 2014
Wikipedia. Politik dan Pemerimtahan.
[http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia#Politik_dan_pemerintahan], diakses pada tanggal 27
Agustus 2014
Zamzami, Mahmud. 2008. Perbandingan MPR Dengan Congress.
[http://zamzamizone.blogspot.com/2008/11/perbandingan-mpr-dengan-congress.html], diakses
pada tanggal 28 Agustus 2014





















23

KONSTITUSI AMERIKA VS UNDANG-UNDANG DASAR
REPUBLIK INDONESI TAHUN 1945 PASCAAMANDEMEN
MAKALAH KE-1

PERBANDINGAN HUKUM TATA NEGARA
SEKSI : A

OLEH
NAMA : ARIF WIJAYA HAMBALI
NIM : 2012-050-018
NO URUT SESUAI DHK :










FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
JAKARTA
2014

24

Anda mungkin juga menyukai