Anda di halaman 1dari 15

617 617

PAPUA BARAT
PROVINSI


I. KONDISI UMUM

A. Kondisi Fisik Daerah
1. Keadaan Geografis
Provinsi Papua Barat secara geografis
terletak pada 124-132 BT dan 0- 4 LS,
tepat berada di bawah garis khatulistiwa
dengan ketinggian 0-100 meter dari
permukaan laut. Batas wilayah Provinsi
Papua Barat, sebelah Utara berbatasan
dengan Samudera Pasifik, sebelah Selatan
berbatasan dengan Laut Banda (Provinsi
Maluku), sebelah Barat berbatasan dengan
Laut Seram (Provinsi Maluku), dan sebelah
Timur berbatasan dengan Provinsi Papua.

2. Iklim
Provinsi Papua Barat terletak pada sebelah selatan equator yang mempunyai iklim
tropika basah. Iklim ini cenderung panas, basah dan lembab. Musim di wilayah ini
merupakan perbedaan curah hujan yang dipengaruhi oleh angin pasat tenggara yang
bertiup mulai pertengahan April sampai September, dan angin musim barat laut yang
bertiup mulai bulan Oktober sampai akhir Maret. Selain itu, iklim dan cuaca wilayah ini
sangat dipengaruhi oleh topografi yang tidak datar (berbukit dan bergunung) (Petocz,
1984).
- Hampir seluruh wilayah Papua Barat memiliki kelas curah hujan tipe III pola C, dengan
curah hujan sekitar 2000-3000 mm/tahun.
- Rata-rata jumlah hari hujan di Provinsi Papua Barat berkisar antara 150-288 hari
hujan.
- Kelembaban udara rata-rata di wilayah Provinsi Papua Barat berkisar antara 81,25 % -
87,00%

3. Topografi
Kondisi topografi Provinsi Papua Barat sangat bervariasi membentang mulai dari dataran
rendah, rawa sampai dataran tinggi, dengan tipe tutupan lahan berupa hutan hujan
tropis, padang rumput dan padang alang-alang. Ketinggian wilayah di Provinsi Papua
Barat bervariasi dari 0->1000 m. Pembagian wilayah Provinsi Papua Barat berdasarkan
ketinggian wilayah dari permukaan laut dapat digolongkan ke dalam empat kelompok
yaitu: (1) wilayah dengan ketinggian 0-100 meter dpl; (2) wilayah dengan ketinggian
618


>100-500 meter dpl; (3) wilayah dengan ketinggian >500-1000 meter dpl; dan wilayah
dengan ketinggian >1000 meter dpl.

4. Luas Wilayah
Provinsi Papua Barat memiliki luas wilayah 97.117 km
2.
.Luas wilayah dan penduduk per
kabupaten/kota di provinsi Papua Barat tahun 2012 sebagai berikut:


Tabel 298. Luas Wilayah dan Persentase menurut Kabupaten/Kota
No. Kabupaten/Kota
Luas Planemetrik
(Km)
Persentase (%)
1 Kabupaten Fakfak 11.036 11,36
2 Kabupaten Kaimana 16.241 16,72
3 Kabupaten Teluk Wondama 3.959 4,08
4 Kabupaten Teluk Bintuni 20.840 21,46
5 Kabupaten Manokwari 14.250 14,67
6 Kabupaten Sorong Selatan 3.946 4,06
7 Kabupaten Sorong 7.515 7,74
8 Kabupaten Raja Ampat 8.034 8,27
9 Kota Sorong 656 0,67
10 Kabupaten Tambrauw 5.179 5.33
11 Kabupaten Maybrat 5.461 5.62

Total 97.117 100,00


5. Pulau dan Sungai
Wilayah Provinsi Papua Barat dilewati beberapa sungai yang tersebar di beberapa
wilayah kabupaten/kota. Dari sungai besar di Papua Barat sebagian besar mengalir di
wilayah pengembangan Sorong. Sungai-sungai tersebut menjadi sebuah sistem daerah
aliran sungai yang mengalir sepanjang tahun.

Sungai-sungai besar hingga kecil yang berasal dari wilayah pegunungan di bagian tengah
Kepala Burung yang mengalir ke arah dataran rendah (berawa) dan bermuara di Teluk
Bintuni. Selain itu, terdapat pula sejumlah sungai yang mengalir ke arah Selatan dan
bermuara di pantai Selatan pada dan pantai Utara. Beberapa sungai besar yang
bermuara di Teluk Bintuni adalah Sungai Arandai, Wiryagar, Kalitami, Seganoi, Kais,
Kamundan, Teminabuan, Sermuk, Maambar, Woronggei dan Sanindar. Selain sungai juga
dijumpai danau di daerah pegunungan, yaitu Danau Anggi Giji dan Anggi Gita serta
Danau Ayamaru.

Di Provinsi Papua Barat terdapat beberapa sungai yang membentuk beberapa Daerah
Aliran Sungai (DAS). Sebagian besar Daerah Aliran Sungai yang terbentuk adalah pada
kabupaten-kabupaten di Wilayah Pengembangan Sorong. Sungai-sungai yang termasuk
dalam kategori terpanjang adalah Sungai Kamundan (425 km), Sungai Beraur (360 km),
dan Sungai Warsamsan (320 km), sedangkan sungai-sungai yang termasuk kategori
terlebar adalah Sungai Kaibus (80-2700 m), Sungai Minika (40-2200 m), Sungai Karabra
(40-1300 m), Sungai Seramuk (45-1250 m), dan Sungai Kamundan (140-1200 m). Sungai-
619


sungai ini sebagian besar terletak di kabupaten-kabupaten di Wilayah Pengembangan
Sorong. Berdasarkan data-data pada tabel di atas, beberapa sungai yang memiliki
kecepatan arus paling deras antara lain adalah Sungai Seramuk (3,06 km/jam), Sungai
Kaibus (3,06 km/jam), Sungai Beraur (2,95 km/jam), Sungai Aifat (2,88 km/jam), dan
Sungai Karabra (2,88 km/jam). Sungai-sungai tersebut terletak pada Wilayah
Pengembangan Sorong.


B. Keadaan Sosial Ekonomi

1. Pemerintah
Wilayah Provinsi Papua Barat memiliki 11 wilayah Pemerintahan Daerah yang terdiri
dari 10 Kabupaten dan 1 Kota, 155 distrik, 72 kelurahan, dan 1.349 kampung dengan
luas wilayah Provinsi Papua Barat secara keseluruhan sebesar 97.117 km. Secara
definitif dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 dengan nama
Provinsi Irian Jaya Barat bersamaan dengan pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah,
Kabupaten Mimika, Kabupaten Paniai, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong.
Namun pemekaran wilayah provinsi ini mengalami kevakuman kurang lebih tiga tahun
karena terjadi penolakan terhadap pemekaran ini, sementara pemekaran kabupaten
tetap dilaksanakan sesuai UU Nomor 45 Tahun 1999 tersebut.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten
Sarmi, Kabupaten Keerom, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat,
Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten
Waropen, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi,
Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni, dan Kabupaten Teluk Wondama di
Provinsi Papua, maka terjadi pemekaran untuk beberapa kabupaten. Pemekaran
wilayah untuk Provinsi Irian Jaya Barat sebagai berikut :
a. Kabupaten Sorong dengan empat kabupaten pemekaran, yaitu:
- Kabupaten Sorong Selatan
- Kabupaten Raja Ampat
b. Kabupaten Manokwari dengan dua kabupaten pemekaran, yaitu:
- Kabupaten Teluk Bintuni
- Kabupaten Teluk Wondama
c. Kabupaten Fakfak dengan satu kabupaten pemekaran, yaitu Kabupaten Kaimana
Setelah memiliki wilayah yang jelas, penduduk, aparatur pemerintahan, anggaran,
anggota DPRD, serta gurbernur dan wakil gubernur definitive, Provinsi Irian Jaya Barat
mulai membangun dirinya secara sah. Sejak tanggal 18 April 2007, Provinsi Irian Jaya
Barat berubah nama menjadi Provinsi Papua Barat, berdasarkan PP Nomor 24 Tahun
2007. Berdasarkan Undang-undang Nomor 56 Tahun 2008 dibentuk 2 kabupaten baru
di wilayah Papua barat, yaitu Kabupaten Tambrauw dan Kabupaten Maybrat.

2. Pendidikan
Terbatasnya kondisi ekonomi masyarakat dan sarana prasarana pembelajaran baik
formal maupun non formal sampai ke daerah terpencil adalah salah satu kendala.
Jumlah tenaga pengajar yang tercermin dari rasio guru dan murid pun masih sangat
620


kecil. Kesenjangan ini sangat signifikan apabila dibandingkan dengan kondisi sumber
daya manusia di sejumlah provinsi di wilayah Indonesia Barat.Berdasarkan hasil
SP2010, penduduk Provinsi Papua Barat usia 5 tahun ke atas yang tamat SM/sederajat
sebesar 22,94 persen, tamat DI/DII/DIII sebesar 2,18 persen, tamat DIV/S1 sebesar
4,15 persen dan tamat S2/S3 sebesar 0,25 persen.

3. Tenaga Kerja
Identifikasi aspek ketenagakerjaan di Provinsi Papua Barat dapat menggambarkan
sektor potensial dan penyerapan tenaga kerja ditiap sektor. Penduduk usia kerja yang
ada di Provinsi Papua Barat sebesar 494.862 jiwa di mana yang sebesar 342.888 jiwa
atau 69% masuk dalam kategori angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk
yang sedang bekerja ditambah dengan pencari kerja. Dari jumlah angkatan kerja
tersebut, 316.547 jiwa atau 92% sudah bekerja. Pengangguran di Provinsi Papua Barat
tercatat sebesar 26.341 jiwa dimana 52% dari pencari pekerjaan tersebut adalah Laki-
laki. Fenomena ini sangat erat korelasinya dengan masalah yang ditemukan yaitu tidak
tertampungnya laki-laki pada tenaga kerja sektor formal.

Tabel 299. Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Papua Barat Tahun 2010
No Jenis Kegiatan Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Penduduk Usia Kerja 261.046 233.816 494.862
2 Angkatan Kerja 215.096 127.792 342.888
x Bekerja 210.397 115.150 316.547

x Mencari Pekerjaan
(Pengangguran Terbuka)
13.699 12.642 26.341
3 Bukan Angkatan Kerja 45.950 106.024 151.974
x Sekolah 31.939 26.894 58.833
x Mengurus Rumah Tangga 2.442 74.161 76.603
x Lainnya 11.569 4.969 16.538
4 TPAK (%) 82,40 54,65 69,29

Tingkat pengangguran di Provinsi Papua Barat relatif sedang, berdasarkan golongan
umur, banyak dari golongan umur 20-24 yang belum mendapatkan pekerjaan,
tertampung pada 9 lapangan usaha. Jumlah penduduk pada golongan umur 25-29
yang bekerja mencapai 50.363 jiwa. Dari tahun 2007-2010 angka jumlah angkatan
kerja di Provinsi Papua Barat semakin meningkat dengan jumlah penduduk bekerja
yang juga meningkat dan jumlah pengangguran yang menurun.

4. Penduduk
Provinsi Papua Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia Timur dengan luas
wilayah 115.363,50 km
2
dan total penduduk sebanyak 760.422 jiwa pada tahun 2010
yang tersebar secara tidak merata di Sebelas kabupaten/kota. Bila diperinci menurut
jenis kelamin, maka penduduk di Provinsi papua Barat dapat dibedakan bahwa
penduduk dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 402.398 jiwa dan perempuan
sebanyak 358.024 jiwa dengan sex ratio sebesar 112,39. Sex ratio diatas 100
menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih dominan dari pada jenis kelamin
perempuan. Walaupun penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih banyak, namun angka
tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
621



Tabel 300. Rasio Jenis Kelamin Provinsi Papua Barat Tahun 2010
No Kabupaten/Kota
Jumlah Penduduk
Jumlah Sex Ratio
Laki-laki Perempuan
1 Fak-Fak 35.409 31.419 66.828 112,70
2 Kaimana 24.743 21.506 46.249 115,05
3 Teluk Wondama 14.171 12.150 26.321 116,63
4 Teluk Bintuni 29.078 23.344 52.422 124,56
5 Manokwari 98.940 88.786 187.726 111,44
6 Sorong Selatan 19.871 18.029 37.900 110,22
7 Sorong 37.502 33.117 70.619 113,24
8 Raja Ampat 22.653 19.854 42.507 114,10
9 Kota Sorong 99.920 90.705 190.625 110,16
Papua Barat 402.398 358.024 760.422 112,39
2009 389.980 353.880 743.860 110,20
2008 383.084 346.878 729.962 110,44
2007 379.277 343.704 722.981 110,35

5. Budaya
Suku-suku yang mendiami di Provinsi Papua dan Papua Barat tercatat ada 206 suku-
suku. Di antara suku-suku itu mendiami wilayah provinsi Papua Barat tercatat ada
sekitar 67 suku. Suku-suku itu adalah Suku Matbat, Biga, Seget, Duriankere, Maya,
Maden, Biak, Kawe, Wauyai, Legenyem, Waigeo, Moi, As, Moraid, Abun, Karon Dori,
Mpur, Meyah, Hatam, Manikion, Wandamen, Arandai, Moskona, Kaburi, Kais, Mai
Brat, Tehit, Kalabra, Konda, Yahadian, Suabo, Puragi, Kokoda, Kemberano,
Tanahmerah, Erokwanas, Bedoanas, Arguni, Sekar, Onin, Iha, Baham, Karas,
Uruangnirin, Mor, Irarutu, Kuri, Mairasi, Buruai, Kamberau, Kowiai, Semimi, Mer,
Kamoro, Ekari, Tunggare, Iresim, Yaur, Yeretuar, Tandia, Roon, Dusner, Meoswar,
Ansus, Woi, Pom, dan Mapia. Pada suku-suku ini dikelompokkan dalam klan- klan yang
merupakan bagian dari masyarakat.

Dalam pandangan suku-suku asli Papua pada umumnya, tanah adat adalah satu hal
yang sangat penting. Bagi mereka, tanah ibarat seorang ibu yang memberikan
kehidupan bagi anaknya. Dengan demikian, fungsi tanah terintegrasi ke dalam
keseluruhan aktivitas kehidupan. Tanah adat dalam konsep orang Papua adalah hak
milik sekaligus hak atas penguasaannya. Tanah merupakan modal awal kehidupan.
Dengan demikian, dalam tanah terkandung dan terkait berbagai nilai di antaranya nilai
ekonomi, politis, pertahanan dan religius magis.

Kepemilikan tanah bagi suku Papua bersifat komunal. Jadi, jika terjadi perpindahan
kepemilikan atas tanah, perpindahan itu menjadi urusan komunal atau urusan semua
anggota suku bukan urusan individu semata.
Hak yang melekat sebagai kompetensi khas pada masyarakat hukum adat berupa
wewenang/kekuasaan mengurus dan mengatur tanah seisinya dengan daya laku ke
dalam dan keluar disebut sebagai hak ulayat.

622


Ketika berhadapan dengan hak ulayat diperlukan kesadaran dari pihak luar yang
berarti harus membuka diri untuk memahami kesadaran hukum suatu masyarakat
(yang dalam hal ini masyarakat Papua Barat) yang terwujud dalam tindakan nyata
sehari-hari berangkat dari sudut pandang dan pola pikir masyarakat yang
bersangkutan.

Walau tidak ada hukum formal dalam adat suku-suku ini, tapi jika ada orang yang
melanggar suatu hukum adat akan dihukum oleh melalui pengadilan adat yang terdiri
dari para kepala klan, kepala kampung, kepala desa dan beberapa tokoh orang tua
lainnya. Ada satu hukuman yang sangat berat yang berlaku dalam adat suku di Papua
Barat yaitu dibunuh tanpa boleh membela diri atau mendapat pembelaan dari
siapapun, termasuk paman, kemenakan ataupun ipar. Hukuman ini disebut Hanom-
tagawim. Hukuman ini ditimpakan kepada seseorang yang telah melakukan tindakan
hanom, yakni berzina atau melakukan perzinahan dengan seseorang yang masih ada
hubungan kekerabatan yang dekat (incest). Bersetubuh dengan saudara sendiri atau
istri orang lain.

6. Bahasa
Di Provinsi Papua dan Papua Barat tercatat ada 310 bahasa yang digunakan
masyarakatnya. Di provinsi Papua Barat sendiri tercatat ada 67 suku yang
mendiaminya. Bahasa-bahasa yang digunakan ada 67 bahasa, yakni : bahasa Matbat,
Biga, Seget, Duriankere, Maya, Maden, Biak, Kawe, Wauyai, Legenyem, Waigeo, Moi,
As, Moraid, Abun, Karon Dori, Mpur, Meyah, Hatam, Manikion, Wandamen,
Arandai,Moskona, Kaburi, Kais, Mai Brat, Tehit, Kalabra, Konda, Yahadian, Suabo,
Puragi, Kokoda, Kemberano, Tanahmerah, Erokwanas, Bedoanas, Arguni, Sekar, Onin,
Iha, Baham, Karas, Uruangnirin, Mor, Irarutu, Kuri, Mairasi, Buruai, Kamberau, Kowiai,
Semimi, Mer, Kamoro, Ekari, Tunggare, Iresim, Yaur, Yeretuar, Tandia, Roon, Dusner,
Meoswar, Ansus, Woi, Pom, dan Mapia. Dapat dikatakan provinsi ini menyimpan
potensi sumberdaya manusia dan budaya. Sumberdaya budaya yang dalam hal ini
keragaman bahasa perlu mendapat perhatian untuk dikembangkan terlebih dahulu
sebelum pengembangan sumberdaya alam dan sumberdaya penduduk Papua Barat
itu sendiri untuk mendukung kegiatan pembangunan di provinsi Papua Barat. Menurut
klasifikasi Loukotka ada paling sedikit 31 golongan bahasa di Papua. Di dalamnya
terdapat 234 bahasa yang masih diklasifikasikan juga secara geografikal, yang
mendekati pembagian administratif dan provinsi ke dalam 10 kabupaten yaitu:

Pengetahuan terhadap keragaman bahasa-bahasa di provinsi Papua Barat memang
mutlak diperlukan untuk dapat mengkomunikasikan kepada penduduk tentang
perencanaan pembangunan serta manfaatnya khususnya progam-progam yang ada
dalam RTRW Papua Barat agar mereka berperan serta dan turut berpartisipasi di
dalam pembangunanan. Di samping itu pemahaman terhadap bahasa-bahasa di
provinsi Papua Barat akan dapat mengurangi kesalah pahaman serta konflik yang
mungkin timbul diantara penduduk asli dengan pihak-pihak luar yang berkaitan
dengan perencanaan dan pembangunan di wilayah ini.



623



II. ASPEK KAWASAN HUTAN

1. Luas Kawasan Hutan
Luas Kawasan hutan di Provinsi Papua Barat tahun 2007 tercatat seluas 9.769.686,81 ha.
Kawasan hutan tersebut meliputi :

1. Hutan Konservasi seluas 1.648.277,57 ha
2. Hutan Lindung seluas 1.232.683 ha
3. Hutan Produksi Terbatas seluas 1.847.243,96 ha
4. Hutan Produksi Tetap seluas 1.866.284,39 ha
5. Hutan Produksi yang dapat dikonversi 2.314.144,79 ha


Luas Kawasan Hutan (Daratan) di Provinsi Papua Barat
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa 25,98% kawasan hutan di provinsi Papua
Barat berupa hutan produksi yang dapat dikonversi, 20,95% merupakan hutan produksi
tetap, 20,74% hutan produksi terbatas, 18,50% merupakan hutan konservasi, dan 13,84%
merupakan hutan lindung.

2. Luas Penutupan Lahan
Tabel 301. Luas Penutupan Lahan Dalam Dan Luar Kawasan Hutan Provinsi Papua Barat
Penutupan
Lahan
KAWASAN HUTAN
APL
TOTAL
HUTAN TETAP
HPK Jumlah
KSA-KPA HL HPT HP Jumlah %
A. Hutan 1.767,5 1.548,7 1.014,9 1.719,0 2.222,6 8.272,7 184,9 8.457,6 89,8
-Hutan Primer 1.562,5 1.365,3 773,8 1.040,9 1.148,8 5.891,3 93,2 5.984,5 63,6
-Hutan Sekunder 205,0 183,4 241,2 678,1 1.073,7 2.381,4 91,7 2.473,1 26,3
-Hutan Tanaman - - - - - - - 0,0 -
B. Non Hutan 92,3 225,2 35,3 249,1 250,4 852,2 98,4 950,6 10,1
C. Tidak ada data 0,4 2,1 2,0 1,1 2,3 7,9 0,2 8,0 0,1
Total 1.860,2 1.775,9 1.052,3 1.969,2 2.475,2 9.132,8 283,5 9.416,2 100,0
Sumber : Statistik Kementerian Kehutanan Tahun 2011

Hutan
Konservasi
18,50%
Hutan
Lindung
13,84%
Hutan
Produksi
Terbatas
20,74%
Hutan
Produksi
Tetap
20,95%
Hutan
Produksi yg
dapat
dikonversi
25,98%
624



3. Penggunaan dan Pelepasan Kawasan Hutan
Kegiatan diluar kehutanan seperti pertambangan dan non pertambangan yang telah
mendapatkan ijin pinjam pakai kawasan hutan dengan kopensasi sebanyak 3 unit seluas
11,12 ha.




Hutan Papua Barat
625


III. ASPEK SUMBERDAYA HUTAN

A. Potensi Kayu di Hutan Negara
Rata-rata potensi tegakan kayu untuk semua jenis di Papua Barat berdasarkan hasil Re-
Enumerasi PSP tahun 1996-2009 yaitu jumlah pohon dengan diameter >20cm sebanyak
103.14 pohon/ha dengan volume 124.60 m3/ha, diameter >50cm sebanyak 20.29
pohon/ha dengan volume 72.83 m3/ha dan diamater >60cm sebanyak 11.60 pohon/ha
volumenya mencapai 55.13 m3/ha.

B. Produksi Kayu dan Non Kayu
1. Produksi Kayu Bulat
Produksi kayu bulat di Provinsi Papua Barat selama 2 tahun terakhir (tahun 2010 s.d
2012) cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 produksi kayu bulat
mencapai 509.520 m dan pada tahun 2011 mencapai 555.563 m. Pada tahun 2012
data belum semua terkumpul, yang baru tercatat sebesar 68.581,61 m. Secara rinci
produksi kayu bulat per kabupaten dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 302. Produksi Kayu Bulat di Provinsi Papua Barat
No. Kabupaten
Kayu Bulat/log (m)
2010 2011 2012
1 Fakfak 31,786 84,513
2 Kaimana 128,33 83,025. 68,560.61
3 Teluk Wondama 20,943.46 22,183.63
4 Teluk Bintuni 264,225.82 304,663.51
5 Manokwari 24,645.81
6 Sorong Selatan
7 Sorong 23,922.25 60,835.87
8 Raja Ampat 15,667.17
9 Tambrauw 340.36
10 Maybrat
11 Kota Sorong
Jumlah 509,520 555,563 68,581,61
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat

2. Produksi Kayu Olahan
Kayu olahan yang diproduksi di Provinsi Papua Barat antara lain kayu gergajian, wood
chip, veneer dan plywood. pada tahun 2010, produksi kayu olahan tersebut mencapai
94.567,45 m3, dan pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 122.651,53 m3,
tetapi pada tahun 2012 produksi kayu olahan di Provinsi Papua Barat ini mengalami
penurunan menjadi 74.201,33 m3. Secara rinci, produksi masing-masing jenis dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 303. Produksi Kayu Olahan di Provinsi Papua Barat
No Uraian
Produksi kayu Olahan (m
3
)
2010 2011 2012
1 Kayu Gergajian 48.733,30 67.325,08 41.636,31
2 Wood chip 23.635,00 33.750,00 19.550,00
626


3 Veneer 21.742,13 20.372,15 2.386,83
4 Plywood 4,570,177 1.204,30 10.628,18
Jumlah 94.567,45 122.651,53 74.201,33
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat

C. Flora dan fauna
Biodiversitas fauna di Papua (Kal Muller dalam Papua Web. 2005) melaporkan bahwa
keragaman jenis-jenis fauna di Indonesia antara lain: dari 515 jenis mamalia, (tertinggi
dari semua negara), dan ke tiga tertinggi untuk reptil (511 jenis) serta ke empat tertinggi
keragaman jenis burung (1.534 jenis), sebagian besar berada di Papua.
a. Khusus untuk jenis burung, dilaporkan bahwa total jenis burung yang ada di pulau
Papua (Papua & PNG) adalah 762 dimana 652 jenis ada di Papua (Prov. Papua &
Papua Barat), terdapat 34 jenis yang endemik.
b. Beberapa jenis fauna langka yang seharusnya dilindungi namun banyak
diperdagangkan secara gelap anatara lain: cenderawasih, Nuri kepala hitam,
mambruk, kasuari, walabi (kanguru) dan lain-lain.

















D. Lahan Kritis
Luas lahan kritis hasil inventarisasi pada tahun 2007 sebesar 1.304.770 ha dengan kategori
kritis mencapai 1.041.638 ha dan sangat kritis mencapai 263.132 ha. Pada tahun 2011, luas
lahan kritis tersebut mengalami penurunan menjadi 487.343 ha dengan kategori kritis
mencapai 410.601 ha dan sangat kritis 76.742 ha. Salah satu upaya untuk menghijaukan
lahan kritis tersebut dilakukan kegiatan rehabilitasi lahan di dalam dan diluar kawasan
hutan. Rehabilitasi pada tahun 2008 seluas 3.842 ha, dimana seluas 3.742 ha berada dalam
kawasan dan 100 ha diluar kawasan. Pada tahun 2010, melalui kegiatan penanaman dan
pemeliharaan 1 miliar pohon telah tertanam sebanyak 13.024.100 batang pohon dan pada
tahun 2011 telah tertanam sebanyak 12.826.793 batang pohon.


Flora identitas Papua Barat,
Matoa (Pometia pinnata)

Fauna Identitas Papua Barat,
Kasuari (Casuarius)
627



IV. POTENSI UNGGULAN PROVINSI

a. Raja ampat
Kepulauan Raja Ampat merupakan
tempat yang sangat berpotensi
untuk dijadikan sebagai objek
wisata, terutama wisata
penyelaman. Perairan Kepulauan
Raja Ampat menurut berbagai
sumber, merupakan salah satu
dari 10 perairan terbaik untuk
diving site di seluruh dunia.
Bahkan, mungkin juga diakui
sebagai nomor satu untuk
kelengkapan flora dan fauna
bawah air pada saat ini. Karena daerahnya yang banyak pulau dan selat sempit, maka
sebagian besar tempat penyelaman pada waktu tertentu memiliki arus yang kencang. Hal
ini memungkinkan juga untuk melakukan drift dive, menyelam sambil mengikuti arus yang
kencang dengan air yang sangat jernih.

b. Ekowisata di Cagar alam Arfak
Kawasan ini merupakan ekosistem yang
mewakili Irian Jaya sebagai habitat
beberapa satwa yang dilindungi Undang-
undang dan saat ini dikelola oleh WWF
Irian Jaya mengenai Pengembangbiakan/
penangkaran kupu-kupu. Kawasan ini
ditetapkan pada tahun 1991 oleh Sub Balai
Inventarisasi dan Perpetaan Hutan
Manokwari. Kawasan ini ditunjuk
berdasarkan SK. Menteri Pertanian No.
82/Kpts/Um/11/82 tanggal 10 Nopember
1982, Rekomendasi Gubernur,
Rekomendasi Kepala Dinas Kehutanan/
Instansi yang mendukung, Usulan Sub
Balai/ Balai KSDA, status kawasan
sebelumnya TGHK SK. Menteri Kehutanan
No. 820/Kpts/Um/11/82 tanggal 10
Nopember 1982.
Perbedaan zona ekosistem mebuat kawasan pegunungan Arfak kaya akan keanekaragaman
hayati yang bernilai tinggi. Hasil ekspedisi selama bertahun-tahun didapati ada ribuan
spesies tumbuhan, 110 spesies mamalia dengan 44 spesies yang telah tercatat, 320 spesies
burung (aves), lima diantaranya merupakan satwa endemik di kawasan pegunungan Arfak
hingga Tambrauw. Misalnya, Cenderawasih Arfak (Astrapia nigra), Parotia barat (Parotia
sefilata) dan burung Namdur polos (Amblyornis inornatus) yang oleh suku Arfak Moley
disebut burung Mbrecew atau burung pintar.
628



c. Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
Hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang dapat dimanfaatkan di Provinsi Papua Barat cukup
potensial namun penelitian potensi di alam belum banyak dilakukan. Beberapa jenis HHBK
tersebut adalah : rotan, bambu, masoi, kulilawang, gaharu, gambir, kayu putih, nipah,
sagu, buah merah dan sarang semut merupakan potensi yang perlu dikembangan dalam
kaitannya dengan pengembangan pemanfaatan potensi hutan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui pengelolaan hutan berbasis masyarakat adat.

d. Pemanfaatan tumbuhan hutan oleh masyarakat Papua sejak dahulu yang sampai sekarang
antara lain untuk obat-obatan, sumber karbohidrat dan buah-buahan yang berpotensi
namum belum banyak di teliti untuk dibudidayakan.




Gambar ... Buah Merah
629



V. ASPEK KELEMBAGAAN

A. Model Pengelolaan

Pengelolaan Hutan Produksi di Papua Barat sebagian besar dilaksanakan oleh pihak
pemegang ijin dalam bentuk Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK). IUPHHK
untuk Hutan Alam seluruhnya sebanyak 20 unit seluas 3.568.080 ha. Dari jumlah tersebut,
tinggal 19 unit seluas 3.413.080 ha masih aktif dan 1 unit seluas 155.000 ha sudah tidak
aktif. Daftar IUPHHK-HA di provinsi Papua Barat sebagai berikut:

Tabel 304. Daftar IUPHHK-HA di provinsi Papua Barat
No Nama IUPHHK Nomor SK Tanggal SK Luas (ha)
Lokasi
(Kab/Kota)
Ket
1 PT.Arfak Indra 333/Menhut-
II/2009
15/06/2009 177.900 Fak-fak Aktif
2 PT.Asco Prima
Nusantara
82/Menhut-
II/2009
05/03/2009 171.270 Kaimana Aktif
3 PT.Bangun Kayu Irian 01/Kpts-
II/1993
04/01/1993 299.000 Sorong
Selatan
Aktif
4 PT.Bintuni Utama
Murni
213/Menhut-
II/2007
28/05/2007 82.120 Bintuni Aktif
5 PT.Hanurata Coy Ltd
(Sorong)
81/Kpts-
II/1994
25/02/1994 417.570 Sorong dan
Fak-fak
Aktif
6 PT.Hasrat Wira Mandiri 735/Kpts-
II/1993
08/11/1993 119.700 Sorong Aktif
7 PT.Intim Pura Timber 69/Kpts-
II/1989
06/02/1989 333.000 Sorong Aktif
8 PT.Irmasulindo 08/Kpts-
II/2001
11/01/2001 174.540 Kab. Yapen
Waropen
Aktif
9 PT.Kaltim Hutama 279/Kpts-
IV/1988
21/03/1988 155.000 Kab. Nabire Tidak Aktif
10 PT.Mancaraya Agro
Mandiri
55/Menhut-
II/2006
14/03/2006 97.820 Sorong
Selatan
Aktif
11 PT.Manokwari Mandiri
Lestari
48 Tahun
2002
21/05/2002 83.240 Bintuni Aktif
12 PT.Megapura
Mambramo Bangun
397/Menhut-
II/2006
17/07/2006 55.100 Manokwari Aktif
13 PT.Multi Wahana
Wijaya
534/Kpts-
II/1991
14/08/1991 139.000 Sorong Aktif
14 PT.Teluk Bintuni Mina
Agro K.
393/Kpts-
II/1992
22/04/1992 239.000 Bintuni Aktif
15 PT.Wana Galang
Utama
464/Kpts-
II/1992
22/10/1992 212.000 Sorong
Selatan
Aktif
16 PT.Wana Irian Perkasa 936/Kpts-
II/1992
25/11/1992 53.800 Kaimana Aktif
17 PT.Wana Kayu
Hasilindo
547/Kpts-
II/1997
27/08/1997 84.000 Kaimana Aktif
18 PT.Wapoga Mutiara
Timber (Unit I, Papua
(178.800 Ha)& Unit II,
744/Kpts-
II/1990
13/12/1990 375.700 Kab. Sarmi/
Wondama
Aktif
630


No Nama IUPHHK Nomor SK Tanggal SK Luas (ha)
Lokasi
(Kab/Kota)
Ket
Irjabar (196.900 Ha))
19 PT.Wukirasari 477/Menhut-
II/2008
31/12/2008 116.320 Kaimana Aktif
20 PT.Yotefa Sarana
Timber
811/Kpts-
II/1991
30/10/1991 182.000 Bintuni Aktif
IUPHHK Hutan Tanaman di provinsi Papua Barat tidak ada. Demikian juga areal
pencadangan untuk Hutan Tanaman Rakyat, dan Hutan Kemasyarakatan.

B. Sumber Daya Manusia (SDM)

SDM Pengelola kawasan hutan di Provinsi Papua Barat dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 305. SDM Pengelola Kawasan Hutan Lingkup Provinsi Papua Barat















Sumber : Statistik Kemenhut 2012 (diolah)


C. Prospek Pengelolaan Hutan

Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) merupakan unit pengelolaan hutan terkecil yang
dapat dikelola secara efisien dan lestari. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor : SK.744/Menhut-II/2009 Tanggal 19 Oktober 2009, telah ditetapkan Kesatuan
Pengelolaan Hutan di Provinsi Papua Barat yaitu 16 unit KPHP seluas 4.214.122.000 ha
dan 5 unit KPHL seluas 1.190.623 ha. Selain itu juga telah ditetapkan 1 unit KPH Model
yaitu KPHP Model Sorong melalui SK Nomor : 701/Menhut-II/2010 dengan luas 223,369
ha. Areal yang sudah dibebani izin pemanfaatan seluas 40.460,14 ha yang diberikan
kepada PT. Mancaraya Agro Mandiri melalui SK Menhut No.55/Menhut-II/06 tanggal 14
Maret 2006. Tidak ada izin IUPHHK-HTI, RE, pencadangan HTR, penetapan HKM dan HD.
Luas kawasan hutan yang belum dibebani izin pemanfaatan di KPHP Model Sorong seluas
182.908,86 ha.


No Instansi
Jumlah SDM Menurut Golongan
Jumlah
IV III II I
L P L P L P L P L P Total
1 BPHHP Wil. XVIII Manokwari 1 - 21 5 7 1 - - 29 6 35
2 BPDAS Remu Ransiki 1 - 10 5 12 - - - 23 5 28
3 Balai Besar KSDA Papua Barat 3 - 56 11 60 2 - - 119 13 132
4 Balai Besar TN Teluk
Cendrawasih
6 - 45 11 74 5 - - 125 16 141
5 BPKH Wil. XVII Manokwari 1 - 19 1 17 2 - - 37 3 40
6 Balai Penelitian Kehutanan
Manokwari
5 1 35 9 18 5 1 - 59 14 73
7 SMK Kehutanan Manokwari 5 - 10 5 15 11 3 - 33 16 49
631


D. Daftar UPT, LSM dan Lembaga terkait

1. Dinas Provinsi dan Kabupaten /Kota
No Dinas Alamat
1 Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat Jl. Trikora Taman Ria Wosi Rendani No. 1212 Papua
Barat
Tlp/Fax : (0986) 216010
2 Dinas Kehutanan Kabupaten Sorong
Selatan
Komplek Kantor Bupati Keyen Sorong Selatan
Tlp : (0952) 31086
3 Dinas Kehutanan Kabupaten Sorong Jl. Raya Klamono Km. 25 Aimas Sorong
Tlp : (0986) 401728
4 Dinas Kehutanan Kabupaten Fak-Fak Jl. A. Yani Komplek Perkebunan Fak-fak
Tlp/Fax : (0956) 24498
5 Dinas Kehutanan Kabupaten Kaimana Jl. Raya Utarum Krooy Kaimana
Tlp : (0957) 21270
Fax : (0957) 21187
6 Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Manokwari
Jl. Sujarwo Condronegoro, SH No. 2 Manokwari
Tlp : (0986) 211656, 215029
Fax : (0986) 211660
7 Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Teluk Wondama
Komplek Perkantoran Rasiei Kab. Teluk Wondama
8 Dinas Kehutanan Kabupaten Teluk
Bintuni
Jl. Raya Bintuni Km. 30 (SP.3) Manimeri
Tlp/Fax : (0955) 31061
9 Dinas Kehutanan Kabupaten Raya
Ampat
Waisai, Papua Barat
10 Dinas Kehutanan Kota Sorong Jl. A. Yani Sorong


2. UPT Kehutanan Provinsi Papua Barat
No Nama UPT Alamat
1.

Balai Besar KSDA Papua Barat Jl. Jenderal Sudirman No. 40 Sorong
Tlp : (0951) 321986
Fax : (0951) 334073
2. Balai Besar Taman Nasional Teluk
Cendrawasih, Papua

Jl. Drs. Essau Sesa Sowi Gunung Manokwari, Papua
Barat
Tlp : (0986) 212303
Fax : (0986) 214719
3. Balai Penelitian Kehutanan Manokwari Jl. Inamberi Susweni PO Box.159 Manokwari, Papua
Barat
Tlp : (0986) 213437, 213440
Fax : (0986) 213437
4. Balai Pengelolaan DAS Remu Ransiki
Manokwari
Jl. Serma Suwandi Komp. BLK Sanggeng Manokwari -
98312
Tlp : (0986) 2704021

5. Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan
Produksi (BPPHP) Wilayah XVIII
Manokwari
Jl. Drs. Essau Sesa Sowi Gunung Manokwari, Papua
Barat 983150
Fax : (0986) 213996
6. Balai Pemantapan Kawasan Hutan
(BPKH) Wilayah XVII Manokwari
Jl. Angkasa Mulyono No. 17 Amban, manokwari
Tlp : (0986) 2700012
Fax : (0986) 213006
7. SMK Kehutanan Manokwari Jl. Serma Suwandi Komp. BLK/SMK Kehutanan
Manokwari
Tlp : (0986) 212107

Anda mungkin juga menyukai