Anda di halaman 1dari 10

1

PENDAHULUAN
Banyak dari kita memiliki pengalaman-pengalaman traumatis : ditinggal oleh orang yang
dicintai, penyakit serius, perceraian, kecelakaan, pelecehan seksual, melihat kejadian mengerikan
dan lain-lain. Pada saat itu, kita mungkin akan merasa sangat gelisah atau takut, atau kesedihan
yang mendalam.Tetapi biasanya rasa sakit hati akan berlalu, dan kehidupan menjadi lebih
normal
1
.
Tetapi sering seseorang yang mengalami suatu kejadian yang menakutkan atau
pengalaman yang mengubah situasi kehidupan akan mengalami stress berat di mana ingatan-
ingatan itu tidak berkurang, bahkan untuk sesaat. Pada beberapa orang, pengalaman di atas
sangat ekstrem sehingga mereka tidak dapat menerima kenyataan yang dialaminya. Seseorang
yang merasa seperti ini mungkin menderita Post Traumatic Stress Disorder, atau PTSD, sebuah
kondisi nyata dan melemahkan kesehatan. Untungnya, banyak yang sudah dipelajari dalam
beberapa tahun tentang penyembuhan PTDS. Memberikan pemahaman dan mencari interfensi
sangatlah penting untuk dapat menangani gejala-gejala yang berlebihan dan menetap, dan dapat
menolong seseorang untuk mendapatkan kembali hidup mereka
1
.
DEFINISI
Posttraumatic stress disorder (PTSD) merupakan gangguan pada seseorang yang
dialami dan berkembang setelah pengalaman atau menyaksikan suatu kejadian yang mengancam
jiwa, mencederai, atau ancaman terhadap integritas dari tubuh, biasanya diiringi dengan
ketidakmampuan seseorang untuk beradaptasi. Seseorang biasanya dihadapkan pada ketakutan,
kepasrahan dan situasi yang menyeramkan. Individu ini biasanya dengan kemampuan adaptasi
yang baik akan berusaha melupakan kejadian tersebut dan melanjutkan kehidupannya. Tetapi
individu dengan kemampuan adaptasi yang kurang akan menghasilkan beberapa gejala seperti
pendiam, kaku, dan perilaku menghindar. Beberapa gejala tadi bisa bervariasi dari ringan hingga
parah sehingga mengganggu fungsinya di masyarakat. Beberapa kejadian yang lainnya yang
dapat menimbulkan kelainan ini adalah, bencana alam, pelecehan seksual, penyiksaan, perang,
dan kecelakaan
2
.
2

Peristiwa yang dapat dikategorikan sebagai peristiwa traumatik pada umumnya mengandung tiga
buah elemen sebagai berikut : kejadian tersebut tidak dapat diprediksi, orang yang mengalami
kejadian tersebut tidak siap dihadapkan pada kondisi / kejadian demikian, dan tidak ada yang
dapat dilakukan oleh orang tersebut untuk mencegah terjadinya peristiwa tersebut
3
.
EPIDEMIOLOGI
PTSD memiliki prevalesi antara 8 10 %, dan diikuti dengan ketidakmampuan berfungsi
dalam sosial. Dalam situasi perang prevalensi individu yang mengalami PTSD meningkat hingga
30 persen. Perempuan memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan laki-laik, karena pelecehan
seksual lebih banyak dialami oleh wanita
2
.
FAKTOR RISIKO
Terpapar secara langsung terhadap trauma, trauma yang berat dan dalam waktu lama
serta adanya trauma yang mengancam kematian dapat meningkatkan resiko terjadinya PTSD.
PTSD ini juga dapat terjadi pada individu yang memiliki riwayat keluarga yang memiliki
gangguan mental, pernah mengalami penyakit kejiwaan, adanya gangguan kepercayaan diri,
berpisah dini dengan orang tua, kemiskinan, keterbatasan pendidikan, penelantaran oleh orang
tua, perlakuan kasar selama masa kanak-kanak, dan riwayat trauna sebelumnya.
Orang-orang yang beresiko menderita gangguan PTSD
1
1. Siapapun yang menjadi korban atau menyaksikan sebuah adegan kekerasan, atau
berulang-ulang menghadapi situasi yang mengerikan.
- Kekerasan dalam rumah tangga atau pasangan intim
- Perkosaan atau pelecehan seksual
- Serangan tiba-tiba atau pembajakan
- Perlakuan kekerasan di tempat umum, di sekolah, atau di tempat kerja.
2. Orang yang mengalami kejadian yang tidak diinginkan dalam kehidupan sehari-hari :
- Kecelakaan mobil atau kebakaran
- Bencana alam, seperti gempa bumi
3

- Kejadian kecelakaan major, seperti kecelakaan pesawat terbang atau serangan teroris
- Bencana yang disebabkan oleh kesalahan manusia, seperti kecelakaan industri.
3. Veteran perang atau korban perang sipil
4. Anak-anak yang merasa diabaikan atau dilecehkan secara seksual, fisik, atau verbal, atau
orang dewasa yang dilecehkan seperti anak kecil.
5. Orang yang mengetahui kematian mendadak salah satu anggota keluarga atau teman
dekat atau orang yang dicintai
6. Profesional yang berhubungan dengan korban pad situasi trauma, seperti pekerja
emergency, polisi, pemadam kebakaran, militer, dan pekerja pencari dan penyelamat
PATOFISIOLOGI
Adrenalin adalah hormon yang dihasilkan ketika tubuh dalam kondisi stress. Hormon ini
mempersiapkan tubuh untuk menghadapi stress. Ketika stres menghilang, kadar adrenalin di
dalam tubuh akan kembali seperti semula. Pada individu dengan PTSD, memori mengenai truma
menjaga kadar adrenalin dalam tubuh tetap tinggi. Hal ini mengakibatkan individu ini menjadi
lebih tegang, gelisah, dan tidak bisa merasa santai dan tidur dengan nyenyak
4
.
Hippocampus adalah bagian dari otak yang memproses mengenai memori. tingginya
kadar hormon stress, seperti adrenalin, mengakibatkan fungsi dari adrenalin tidak bekerja
dengan baik. Ini berarti ingatan masa lampau dan mimpi buruk terus berlanjut dikarenakan
memori mengenai trauma tidak dapat di proses. Jika stress hilang, dan kadar adrenalin kembali
ke nilai normal, otak dapat memperbaiki sendiri kerusakan yang terjadi pada dirinya, seperti
penyembuhan luka. Gangguan memori dapat di proses, ingatan masa lampau dan mimpi buruk
dapat menghilang secara berangsur-angsur
4
.
GEJALA-GEJALA PTSD
Gejala-gejala dibagi menjadi tiga kategori. Seseorang yang mendapat pengalaman traumatis
akan memperlihatkan beberapa gejala dan kombinasinya. Tetapi, diagnosis PTSD artinya bahwa
4

seseorang telah menunjukan kriteria yang lebih spesifik. Gejala-gejala PTSD dapat dilihat di
bawah ini
5,8
:
1. Merasakan kembali peristiwa traumatik tersebut (Re-Experiencing Symptoms)
Secara berkelanjutan memiliki pikiran atau ingatan yang tidak menyenangkan mengenai
peristiwa traumatik tersebut .
Mengalami mimpi buruk yang terus menerus berulang .
Bertindak atau merasakan seakan-akan peristiwa traumatik tersebut akan terulang
kembali, terkadang ini disebut sebagai "flashback" .
Memiliki perasaan menderita yang kuat ketika teringat kembali peristiwa traumatik
tersebut .
Terjadi respon fisikal, seperti jantung berdetak kencang atau berkeringat ketika teringat
akan peristiwa traumatik tersebut .
2. Menghindar (Avoidance Symptoms)
Berusaha keras untuk menghindari pikiran, perasaan atau pembicaraan mengenai
peristiwa traumatik tersebut .
Berusaha keras untuk menghindari tempat atau orang-orang yang dapat mengingatkan
kembali akan peristiwa traumatik tersebut.
Sulit untuk mengingat kembali bagian penting dari peristiwa traumatik tersebut.
Kehilangan ketertarikan atas aktifitas positif yang penting.
Merasa "jauh" atau seperti ada jarak dengan orang lain .
Mengalami kesulitan untuk merasakan perasaan-perasaan positif, seperti kesenangan /
kebahagiaan atau cinta / kasih sayang.
Merasakan seakan-akan hidup anda seperti terputus ditengah-tengah - anda tidak
berharap untuk dapat kembali menjalani hidup dengan normal, menikah dan memiliki
karir .
3. Pemicu (Hyperarousal Symptoms)
Sulit untuk tidur atau tidur tapi dengan gelisah .
5

Mudah / lekas marah atau meledak-ledak .
Memiliki kesulitan untuk berkonsentrasi .
Selalu merasa seperti sedang diawasi atau merasa seakan-akan bahaya mengincar di
setiap sudut .
Menjadi gelisah, tidak tenang, atau mudah "terpicu" / sangat "waspada" .
DIAGNOSA
Diagnosis PTSD dapat diketahui jika sejumlah gejala dari masing-masing wilayah
sudah berlangsung satu bulan atau lebih,dan jika sudah menyebabkan masalah yang buruk atau
tekanan di rumah atau tempat kerja, atau mengganggu kehidupan sehari-hari. Ada beberapa
kriteria dalam menegakkan diagnosa PTSD:
1. Berdasarkan kriteria PPDGJ-III
6

1. Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul dalam kurun waktu 6 bulan
setelah kejadian traumatik berat (masa laten yang berkisar antara beberapa minggu
sampai beberapa bulan, jarang sampai melampaui 6 bulan). Kemungkinan masih dapat
ditegakkan apabila tertundanya waktu mulai saat kejadian dan onset melebihi waktu 6
bulan, asal saja manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak didapat alternatif kategori
gangguan lainnya.
2. Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus diapatkan bayang-bayang atau mimpi-
mimpi dari kejadin traumatik tersebut secara berulang-ulang kembali.
3. Gangguan otonomik, gangguan afek, dan kelainan tingkah laku semuanya dapat
mewarnai diagnosis tatapi tidak khas.
4. Suatu sequelemenahun yang terjadi lambat setelah stress yang luar biasa, misalnya
saja beberapa puluh tahun setelah trauma, diklasifikasikan dalam kategori
F62.0(Perubahan kategori yang berlangsung lama setelah mengalami katastrofa)
2. Berdasarkan kriteria The American Psychiatric Association
5,7

1. Memiliki sekurang-kurangnya satu gejala Menghidupkan kembali (Intrusive Re-
experiencing)
6

2. Memiliki sekurang-kurangnya tiga gejala Avoidance (penghindaran).
3. Memiliki sekurang-kurangnya dua gejala Arousal (Pemicu).
PTSD dapat berlangsung dalam enam bulan pada beberapa orang, sementara yang
lainnya mungkin mengalami gejala-gejalanya lebih lama. Sekali lagi, sangatlah penting untuk
dimengerti bahwa tiap orang merespon secara berbeda terhadap trauma. Beberapa orang akan
memiliki masalah yang kecil, dan masalah tersebut akan hilang tanpa diterapi. Sementara yang
lainnya memerlukan dukungan dan terapi sebelum mereka dapat bergerak maju dalam kehidupan
mereka
3
.





7

Diagram Alur Diagnostik untuk PTSD
8
8

PENATALAKSANAAN
Terapi utama untuk pasien dengan PTSD adalah psikoterapi, obat-obatan atau keduanya.
Setiap pasien memiliki karakteiristik yang berbeda, sehingga terapi yang diberikan tidak sama
antara satu pasien dengan pasieng lainnya
5
.
Adapun terapi yang diberikan pada pasien PTSD adalah sebagai berikut :
Psikoterapi
Psikoterapi diberikan oleh ahli kejiwaan untuk mengobati gangguan mental
pasien. Psikoterapi dapat dilakukan secara individu atau di dalam grup. Psikoterapi
setidaknya dilakukan selama 6 sampai 12 minggu, tetapi dapat saja lebih. Sebuah
penelitian menunjukan bahwa dukungan keluarga dan teman sangat penting dalam
menunjang dalam keberhasilan terapi
5
.
Salah satu jenis dari psikoterapi disebut cognitive behavioral therapy(CBT), yang
memiliki beberapa bagian
5,8
:
1. Exposure therapy. Terapi ini membantu pasien membantu mengatasi rasa
takutnya. Terapi ini dilakukan dengan cara : mengunjungi tempat-tempat kejadian
dan menceritakan kembali pengalaman pasien terhadap traum yang pernah
terjadi.
2. Cognitive restructuring. Terapi ini membantu pasien untuk untuk mengatasi
memori buruk terhadap trauma sehingga pasien dapat berpikir secara realistis.
3. Stress inoculation training. Terapi ini mengurangi gejla PTSD dengan
mengajarkan pasien bagaimana menghadapi kecemasannya. Terapi ini membantu
pasien mengatasi memori yang jelek tersebut dengan pikiran yang jernih.



9

Obat-obatan
Obat-obatan yang sering digunakan untuk mengatasi gejla PTSD adalah : Anti
depresan,seperti sertralin dan paroxetin, benzodiazepin dan anti psikotik
5
.
KESIMPULAN
Posttraumatic stress disorder (PTSD) merupakan gangguan pada seseorang yang
dialami dan berkembang setelah pengalaman atau menyaksikan suatu kejadian yang mengancam
jiwa, mencederai, atau ancaman terhadap integritas dari tubuh, biasanya diiringi dengan
ketidakmampuan seseorang untuk beradaptasi. Tetapi individu dengan kemampuan adaptasi
yang kurang akan menghasilkan beberapa gejala seperti pendiam, kaku, dan perilaku
menghindar. Beberapa gejala tadi bisa bervariasi dari ringan hingga parah sehingga mengganggu
fungsinya di masyarakat. Beberapa kejadian yang lainnya yang dapat menimbulkan kelainan ini
adalah, bencana alam, pelecehan seksual, penyiksaan, perang, dan kecelakaan. Untuk
menegakkan diagnosis dari PTSD, dapat digunakan kriteria bedasarkan PPDGJ III dan Kriteria
The American Pschyatri assosiation. Dalam penatalaksanaan PTSD, yang paling utama ialah
pemberian psikoterapi kepada pasien. Kalau seandainya setelah psikoterapi kemajuan pasien
tidak seperti yang kita harapkan, dapat kita kombinasikanpsikoterapi denganpemberian
psikofarmaka.







10

DAFTAR PUSTAKA
1. Sufry, y. Post Traumatic Stress Disorder. 2009. Diakses dari www. Pedulitrauma.com
2. Anonim. Post Traumatic Stress Disorder.2009. Diakse dari www.klikdokter.com
3. Adeslia, Veronica. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Jakarta . 2009. Diakses dari
www.e-psikologi.com
4. Anonim. Post Traumatic Stress Disorder. Diakses dari www.rcpsych.ac.uk
5. National institute Mental Health panduan. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).
Diakses dari www.nlm.nih.gov
6. PPGDJ-III. Diagnosis Gangguan Jiwa. Editor :rusdi muslim. PT nuh jaya. Jakarta. 2001
7. Litz BT. Diagnosis Post Traumatic Stress Disorder. 2002. Diakses dari www.
Healtyplace.com
8. Anonim. Post Traumatic Stress Disorder. Diakses dari www.nimha.org

Anda mungkin juga menyukai