1. Akuntansi Investasi (PSAP 06) 2. Akuntansi Kewajiban (PSAP 09) 3. Akuntansi Aset Tetap (PSAP 07) 4. Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan (PSAP 08) 5. Akuntansi Koreksi (PSAP 10) 6. Konsep Penyesuaian (PSAP 01 dan 12) 7. Akuntansi pada Pemda (Permendagri 64/2013) 8. Akuntansi Transfer dan Akuntansi pada BUN (PMK 213/PMK.05/2013 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Pusat) 9. LK Konsolidasi (PSAP 11) 10. Government Finance Statistic Kisi-kisi 1. Akuntansi pada BUN Mekanisme pelaporan BUN SABUN Mankeu SIAP, SAI DJPB 2. Akuntansi Aset Tetap Pengakuan Aset Tetap Bagaimana penilaiannya Kapan digunakan Harga Perolehan & Harga Wajar Penilaian asset jika dengan pertukaran Penilaian asset jika perolehan asset berasal dari hibah, bagaimana perbedaan penilaiannya jika hibahnya berasal dari masyarakat & pemerintah Biaya yang dikeluarkan terkait asset tetap (kapitalisasi), apa syarat kapitalisasi 3. Akuntansi Investasi Metode Penilaian Kapan digunakan Metode Cost, Equity dan NRV 4. Akuntansi Koreksi Kesalahan Berulang dan Kesalahan Tidak Berulang, bagaimana perlakuannya? Koreksi tahun berjalan dan tahun sebelumnya 5. Ciri Entitas Pelaporan 6. Akuntansi Pemda SAPD SA DPKAD dan BPKAD Bagaimana membuat Laporan Konsolidasinya Jenis2 Pendapatan Daerah 7. GFS Pengertian, tujuan LK yang disajikan berdasarkan GFS 2
8. Akuntansi Transfer (DAU, DAK, DBH), bagaimana perlakuannya dan perbedaan antara CTA dan akrual terkait dropping-nya Pembahasan 1. Akuntansi pada BUN SA-BUN terdiri dari beberapa sub sistem yaitu : a. Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) SiAP adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. SiAP terdiri dari: o Sistem Akuntansi Umum (SAU) menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca SAU. o Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN) menghasilkan Laporan Arus Kas dan Neraca KUN. b. Sistem Akuntansi Utang Pemerintah dan Hibah (SA-UPH) adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pengakuan, pencatatan, pengikhtisaran, serta pelaporan posisi operasi utang pemerintah, penerimaan dan pengeluaran pembiayaan serta penerimaan hibah. c. Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SA-IP) adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pengakuan, pencatatan, pengikhtisaran, serta pelaporan posisi investasi pemerintah. d. Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP) adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pengakuan, pencatatan, pengikhtisaran, serta pelaporan posisi penerusan pinjaman. e. Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-TD) adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pengakuan, pencatatan, pengikhtisaran, serta pelaporan posisi transfer ke daerah. f. Sistem Akuntansi Belanja Subsdi dan Belanja Lain-lain (SA-BSBL) adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pengakuan, pencatatan, pengikhtisaran, serta pelaporan posisi transfer ke daerah. g. Sistem Akuntansi Transaksi Khusus (SA-TK) adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pengakuan, pencatatan, pengikhtisaran, serta pelaporan transaksi khusus. a. Sistem Akuntansi Akuntansi Badan Lainnya (SA-BL) adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pengakuan, pencatatan, pengikhtisaran, serta pelaporan posisi keuangan badan lainnya.
3
Mekanisme Pelaporan SA-BUN
4
Keterangan: 1) KPPN mengirim semua file data setiap hari dan laporan keuangan setiap bulan ke Kanwil DJPB cq bidang aklap, sedangkan KPPN Khusus mengirim file data ke Dit. APK 1a. KPPN setiap hari mengirim data transaksi ke Dit APK 2) Kanwil DJPB menyampaikan file data dan laporan keuangan setiap bulan ke Dit APK sebagai bahan penyusunan LKPP 3) Dit PKN menyampaikan file data dan Laporan Keuangan BUN setiap bulan ke Dit APK sebagai bahan penyusunan LKPP 3a. Dit PKN melakukan rekonsiliasi data dengan Dit APK 4) Unit akuntansi dibawah UABUN menyampaikan; 4a. DJPU selaku UAPBUNUH menyampaikan laporan dan ADK ke entitas BUN dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan gabungan entitas BUN 4b. DJKN selaku UAPBUNIP menyampaikan laporan dan ADK ke entitas BUN dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan gabungan entitas BUN 4c. Dit SMI selaku UAPBUNPP menyampaikan laporan dan ADK ke entitas BUN dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan gabungan entitas BUN 4d. DJPK selaku UAPBUNTD menyampaikan laporan dan ADK ke entitas BUN dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan gabungan entitas BUN 4e. DJA selaku UAPBUNBSBL menyampaikan laporan dan ADK ke entitas BUN dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan gabungan entitas BUN 4f. Dit APK selaku UAPBUNBL menyampaikan laporan dan ADK ke entitas BUN dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan gabungan entitas BUN 4g. Unit Akuntansi yang mengelola transaksi khusus selaku UAPBUNTK menyampaikan laporan dan ADK ke entitas BUN dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan gabungan entitas BUN 5) Entitas BUN menyampaikan Laporan Keuangan Gabungan dan ADK seluruh entitas dibawah BUN ke Dit APK sebagai bahan penyusunan LKPP 6) Presiden cq Menteri Keuangan cq Direktur Jenderal Perbendaharaan menyampaikan LKPP ke BPK tiap semester dan tahunan 7) BPK melakukan pemeriksaan terhadap LKPP yang disampaikan presiden 2. Akuntansi Aset Tetap Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
5
Klasifikasi Aset:
Aset tetap Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan, maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Nilai wajar adalah nilai tukar aset tetap dengan kondisi yang sejenis di pasaran pada saat penilaian. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut. Aset tetap terdiri dari: Tanah Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan, Irigasi, dan Jaringan Aset Tetap Lainnya Konstruksi dalam Pengerjaan. Aset Aset Lancar Kas dan Setara Kas Investasi Jangka Pendek Piutang Persediaan Aset Non Lancar Invetasi Jangka Panjang Aset Tetap Dana Cadangan Aset Lainnya 6
Komponen biaya yang dapat dimasukkan sebagai biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari: harga beli, bea impor, biaya persiapan tempat, biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar muat (handling cost), biaya pemasangan (instalation cost), biaya profesional seperti arsitek dan insinyur, serta biaya konstruksi (biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut). Yang tidak termasuk komponen biaya aset tetap adalah: Biaya administrasi dan biaya umum lainnya sepanjang biaya tersebut tidak dapat diatribusikan secara langsung pada biaya perolehan aset atau membawa aset ke kondisi kerjanya. Biaya permulaan (start-up cost) dan pra-produksi serupa kecuali biaya tersebut perlu untuk membawa aset ke kondisi kerjanya. Apabila aset tetap ditukar dengan aset tetap yang yang tidak serupa atau aset lainnya, maka aset tetap yang baru diperoleh tersebut dinilai berdasarkan nilai wajarnya, yang terdiri atas nilai aset tetap yang lama ditambah jumlah uang yang harus diserahkan untuk mendapatkan aset tetap baru tersebut. Apabila suatu aset tetap ditukar dengan aset yang serupa, yang memiliki manfaat yang serupa dan memiliki nilai wajar yang serupa, atau kepemilikan aset yang serupa, maka tidak ada keuntungan dan kerugian yang diakui dalam transaksi ini. Biaya aset yang baru diperoleh dicatat sebesar nilai tercatat (carrying amount) atas aset yang dilepas. Perlakuan untuk asset tetap yang berasal dari hibah adalah dengan menganggap seolah-olah ada uang kas masuk sebagai pendapatan hibah, kemudian uang tersebut dibelanjakan aset tetap yang bersangkutan.
3. Akuntansi Investasi a. Klasifikasi Investasi
Investasi Investasi Jangka Pendek
Investasi Jangka Panjang
Permanen Nonpermanen 7
b. Penilaian investasi pemerintah dilakukan dengan tiga metode yaitu: (1). Metode biaya; Metode biaya adalah suatu metode penilaian yang mencatat nilai investasi berdasarkan harga perolehan. Dengan menggunakan metode biaya, investasi dicatat sebesar biaya perolehan. Penghasilan atas investasi tersebut diakui sebesar bagian hasil yang diterima dan tidak mempengaruhi besarnya nilai investasi pada badan usaha/badan hukum yang terkait. (2). Metode ekuitas; Metode ekuitas adalah suatu metode penilaian yang mengakui penurunan atau kenaikan nilai investasi sehubungan dengan adanya rugi/laba badan usaha yang menerima investasi (investee), proporsional terhadap besarnya saham atau pengendalian yang dimiliki pemerintah. Dengan menggunakan metode ekuitas, pemerintah mencatat investasi awal sebesar biaya perolehan dan ditambah atau dikurangi sebesar bagian laba atau rugi pemerintah setelah tanggal perolehan. Bagian laba yang diterima pemerintah akan mengurangi nilai investasi pemerintah. Dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham, tidak mempengaruhi nilai investasi pemerintah karena pengakuan kenaikan nilai investasinya sudah dilakukan pada saat laba dilaporkan. Penyesuaian terhadap nilai investasi juga diperlukan untuk mengubah porsi kepemilikan investasi pemerintah, misalnya adanya perubahan yang timbul akibat pengaruh valuta asing serta revaluasi aset tetap. (3). Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan; Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan digunakan terutama untuk kepemilikan yang akan dilepas/dijual dalam jangka waktu dekat. Penggunaan metode tersebut di atas didasarkan pada kriteria: (a) Kepemilikan kurang dari 20% menggunakan metode biaya; (b) Kepemilikan 20% sampai 50%, atau kepemilikan kurang dari 20% tetapi memiliki pengaruh yang signifikan menggunakan metode ekuitas; (c) Kepemilikan lebih dari 50% menggunakan metode ekuitas; (d) Kepemilikan bersifat nonpermanen menggunakan metode nilai bersih yang direalisasikan. Metode biaya dan metode ekuitas digunakan untuk pengukuran nilai investasi atas investasi permanen, sedangkan metode nilai bersih yang dapat direalisasikan digunakan untuk pengukuran nilai investasi nonpermanen. Dalam kondisi tertentu, kriteria besarnya prosentase kepemilikan saham bukan merupakan faktor yang menentukan dalam pemilihan metode penilaian investasi, tetapi 8
yang lebih menentukan adalah tingkat pengaruh (the degree of influence) atau pengendalian terhadap perusahaan investee antara lain: Kemampuan mempengaruhi komposisi dewan komisaris; Kemampuan untuk menunjuk atau menggantikan direksi; Kemampuan untuk menetapkan dan mengganti dewan direksi perusahaan investee; dan Kemampuan untuk mengendalikan mayoritas suara dalam rapat/pertemuan dewan direksi.
4. Akuntansi Koreksi a. Kesalahan adalah penyajian pos-pos yang secara signifikan tidak sesuai dengan yang seharusnya yang mempengaruhi laporan keuangan periode berjalan atau periode sebelumnya. Periode berjalan adalah periode sebelum laporan keuangan belum ditetapkan dengan Perda. Periode sebelumnya adalah periode akuntansi dimana laporan keuangan telah diterbitkan. b. Ditinjau dari sifat kejadiannya, kesalahan dapat dikelompokkan menjadi: (1). kesalahan yang tidak berulang yaitu kesalahan yang diharapkan tidak akan terjadi kembali, dikelompokkan menjadi 2 yaitu: a) Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan, baik yang mempengaruhi kas ataupun tidak, dilakukan dengan pembetulan pada akun yang bersangkutan dalam periode berjalan b) Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode sebelumnya, akan mempengaruhi posisi kas apabila LK periode tersebut belum diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun pendapatan atau akun belanja dari periode bersangkutan (2). kesalahan yang berulang dan sistemik yaitu kesalahan yang disebabkan sifat alamiah (normal) dari jenis-jenis transaksi tertentu yang diperkirakan akan terjadi secara berulang. Contohnya: penerimaan pajak dari WP yang memerlukan koreksi sehingga perlu dilakukan restitusi atau tambahan pembayaran dari WP.
5. Ciri Entitas Pelaporan
Entitas yang dibiayai oleh APBN atau APBD atau mendapat pemisahan kekayaan dari anggaran. Entitas tersebut dibentuk dengan peraturan perundangundangan. Pimpinan entitas tersebut adalah pejabat pemerintah yang diangkat atau pejabat negara yang ditunjuk atau yang dipilih oleh rakyat. Entitas tersebut membuat pertanggungjawaban baik langsung maupun tidak langsung kepada wakil rakyat sebagai pihak yang menyetujui anggaran. 9
Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih akuntansi yang menurut ketentuan perUUan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa LK. Entitas Pelaporan meliputi: Pemerintah Pusat, Pemda, K/L, BUN
Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan PA/PB sebagai entitas akuntansi yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan menyampaikan LK sehubungan dengan anggaran atau barang yang dikelolanya yang ditujukan kepada entitas pelaporan. Entitas Akuntansi meliputi: KPA pada K/L yang mempunyai dok. Pelaksanaan anggaran sendiri, BUD, KPA pada Pemda yang mempunyai dokumen pelaksanaan anggaran terpisah, relative besar dan pengelolaan kegiatannya dilakukan secara mandiri.
6. Akuntansi Pemda Laporan Keuangan Konsolidasian adalah suatu laporan keuangan yang merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas pelaporan, atau entitas akuntansi, sehingga tersaji sebagai satu entitas tunggal. Laporan keuangan pemerintah daerah disusun dengan melakukan proses konsolidasi dari seluruh laporan keuangan entitas akuntansi yang terdapat pada pemerintah daerah. Neraca saldo dari semua entitas akuntansi SKPD dan entitas akuntansi PPKD menjadi dasar dalam penyusunan laporan keuangan. Proses penyusunan LK Konsolidasian: 1. Kepala SKPD, selaku PA menyusun LK gabungan dari Satker yang berada dalam lingkup SKPD dan menyampaikannya kepada Gubernur/Bupati/Walikota melalui PPKD selaku entitas pelaporan untuk dilakukan proses konsolidasi 2. PPKD selaku BUD menyusun LK sebagai pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah yang selanjutnya akan digabungkan dengan LK yang berasal dari SKPD 3. PPKD selaku entitas pelaporan melakukan proses konsolidasian dan menyusun LK Pemda berdasarkan LK SKPD dan LK Pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah dan disampaikan kepada Gubernur/Bupati/Walikota untuk selanjutnya disampaikan kepada BPK dan DPRD 10
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) terdiri atas:
Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Sumber pendapatan daerah terdiri atas: a. pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu: 1) hasil pajak daerah; 2) hasil retribusi daerah; 3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan 4) lain-lain PAD yang sah; b. dana perimbangan; dan c. lain-lain pendapatan daerah yang sah. 11
7. GFS (Government Finance Statistics) Sistem GFS dikeluarkan oleh International Monetary Fund (IMF) yang dipublikasikan pertama kali pada tahun 1986. GFS berisi uraian atas sistem makro ekonomi yang dirancang untuk mendukung analisis fiskal suatu negara. Tujuan utama sistem GFS adalah memberikan suatu kerangka kerja konseptual dan kerangka akuntansi yang komprehensif sehingga dapat digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kebijakan fiskal suatu negara baik disektor pemerintah maupun di sektor publik yang lebih luas. Sistem GFS dirancang untuk menyediakan data statistik yang memungkinkan para pengambil keputusan dan para analisis untuk mempelajari perkembangan/progress dalam operasi keuangan, posisi keuangan, dan kondisi likuiditas dari sektor pemerintah dan sektor publik secara konsisten dan sistematik. Data yang dihasilkan dari sistem GFS yang lengkap dapat digunakan untuk menguji/ menginvestigasi area khusus dari kegiatan operasi pemerintah. Komponen pokok laporan keuangan GFS terdiri dari: a) The Statement of Government Operations; detail of transactions in revenue,expense, the net acquisition of nonfinancial assets, the net acquisition of financial assets, and the net incurrence of liabilities. b) The Statement of Other Economic Flows; Presents influences on the governments net worth that are not the result of government transactions. They are classified as changes either in the volume or value of assets, liabilities, and net worth. c) The Balance Sheet Menyajikan posisi aset, kewajiban, dan kekayaan bersih pada saat akhir periode akuntansi. d) A Statement of Source and Uses of Cash. laporan yang memberikan informasi sumber dan penggunaan kas yang berguna dalam memperkirakan tingkat likuiditas dari seluruh sektor pemerintah. Basis pencatatan transaksi ekonomi dengan sistem GFS adalah Basis Akrual, dimana transaksi dicatat pada saat terjadinya. Penerapan basis akrual artinya bahwa transaksi nonkeuangan (Nonmonetary transactions) juga dicatat dan diintegrasikan dalam penyusunan laporan keuangan dengan sistem GFS ini. Alasan penggunaan basis akrual disamping karena pencatatan dengan basis ini akan bersesuaian dengan waktu terjadinya aliran sumber daya yang sesungguhnya, tetapi juga karena basis akrual ini memberikan prakiraan paling tepat terhadap dampak makroekonomi atas suatu kebijakan fiskal pemerintah.