Anda di halaman 1dari 63

KERATITIS

Dimas Aji Prasetyo


20080310215
Kornea
Merupakan media
penglihatan yang berbentuk
cembung membentuk kubah transparan
Merupakan media penglihatan yang
pertama kali menerima rangsang
cahaya
Memiliki kekuatan refraksi 43 D, jernih,
dan avaskuler
Mendapatkan nutrisi dari pemb. Darah
limbus, humor aquos, air mata, dan
oksigenasi udara
Saraf sensori berasal dari cabang
pertama nervus trigeminus ( nervus V )
Lapisan kornea
Epithelium
Lapisan bowman
Stroma ( lapisan paling tebal )
Membran descement
Endotelium
Epitelial
Terdiri dari 5 lapis sel epitel bertingkat tak
bertanduk yang saling tumpang tindih dan
berikatan erat. Ikatan ini menghambat
pengaliran air, elektrolit dan glukosa melalui
barier. Sel penyusunnya berupa sel basal, sel
poligonal, dan sel gepeng. Bila terjadi kerusakan
pada sel basal akan mengakibatkan erosi
rekuren.
Lapisan epitel ini memiliki daya regenerasi yang
cukup besar.
Ujung syaraf kornea berakhir di epitel, sehingga
kelainan pada epitel akan menyebabkan
gangguan sensibilitas kornea dan rasa sakit serta
mengganjal.
Membran Bowman
Terletak di bawah membran basal epitel
kornea dan merupakan kolagen yang tersusun
tidak teratur. Lapisan ini memiliki daya tahan
yang tinggi terhadap trauma tetapi tidak
memiliki daya regenerasi.
Trauma akan menimbulkan jaringan parut.
Stroma
Merupakan lapisan paling tebal dari
kornea. Bersifat water soluble dan higroskopis.
Mengandung keratosit yang berupa fibroblas
yang terletak di antara serat kolagen stoma.
Keratosit membentuk bahan dasar dan
serat kolagen dalam perkembangan embrio
atau sesudah trauma

Membran Descemet
Merupakan membran aselular yang tipis,
kenyal, kuat, dan bening. Terletak di bawah stroma
dan sebagai pelindung/barier infeksi. Lapisan ini
terus berkembang seumur hidup.
Endotel
Merupakan lapisan kornea yang penting untuk
mempertahankan kejernihan kornea, mengatur
cairan di dalam stroma kornea dan tidak
mempunyai daya regenerasi, sehingga endotel
mengkompensasi sel-sel yang mati dengan
mengurangi kepadatan seluruh endotel dan
memberikan dampak pada regulasi cairan,
berupa membengkaknya stroma akibat kelebihan
cairan (edema kornea) dan hilangnya
transparansi. Dapat terganggu fungsinya akibat
trauma bedah, penyakit intra okuler dan penyakit
usia lanjut.

Fisiologi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata,
yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan
pembentukan bayangan di retina, karena jernih,
sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak
ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama
terjadi di permukaan anterior dari kornea.
Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea,
segera mengganggu pembentukan bayangan
yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan
sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan
gangguan penglihatan yang hebat terutama bila
letaknya di daerah pupil

NUTRISI
Cairan aquos
Berperan dalam difusi glukosa
Kapiler di limbus
Berperan dalam suplai oksigen dari
sirkulasi limbus
Film perikorneal

Persyarafan
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris
terutama berasal dari:
Saraf siliar longus
Saraf nasosiliar
Saraf ke V

Saraf siliar longus yang berjalan suprakoroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus
membran Bowman melepas selubung
Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai
pada kedua lapis terdepan.
Kelainan kornea
Ukuran
Mikro kornea diameter < 9 mm
Makro kornea diameter > 9 mm
Kecembungan
Keratokonus membentuk kerucut



Keratoglobus kornea mblendung



Desmatocele ada bagian kornea
tertentu yang
memblendung
Kornea plana kornea tampak datar
(kongenital )


Limbus kornea
Arcus senilis ( degeneratif )
Jaringan parut ( cicatrix ) :
Nebula ( putih tipis di kornea,
baru kelihatan bila menggunakan
senter )
Makula ( Putih agak tebal di kornea,
tampak ketika dilihat dari dekat )
Leukoma ( putih tebal di kornea, dari jauh
pun tampak jelas )
Infiltrat
Punktata ( titik-titik pada kornea )
Numuler ( bulat bulat putih )
Dendritika ( sering pada infeksi virus, bentuk berupa
bercak kecil )
Geografika ( bentuk berupa bercak yang besar
dan menyerupai atlas )



Pterygium


Keratitis
peradangan pada kornea yang ditandai
dengan adanya infiltrasi sel radang dan
edema kornea pada lapisan kornea
manapun yang dapat bersifat akut atau
kronis yang disebabkan oleh berbagai
faktor antara lain bakteri, jamur, virus atau
karena alergi.

Epidemiologi
Di negara-negara berkembang insidensi keratitis
berkisar antara 5,9-20,7 per 100.000 orang tiap
tahun
predisposisi :
Trauma
pemakaian lensa kontak dan perawatan lensa
kontak yang buruk
penggunaan lensa kontak yang berlebihan
Herpes genital atau infeksi virus lain
kekebalan tubuh yang menurun karena penyakit
lain
serta higienis dan nutrisi yang tidak baik,
Patofisiologi
Kornea adalah struktur yang sehingga saat
terjadi peradanganan, tidak dapat segera .
Sel-sel di stroma kornea pertama-tama akan
bekerja sebagai makrofag, kemudian disusul
dengan dilatasi pembuluh darah yang ada
di limbus dan tampak sebagai injeksi pada
kornea. Lalu terjadilah infiltrasi dari sel-sel
lekosit, sel-sel polimorfonuklear, dan sel
plasma yang mengakibatkan timbulnya
infiltrat, yang tampak sebagai bercak
kelabu, keruh dan permukaan kornea
menjadi tidak licin.
Gejala klinis
Trias keratitis
Fotofobia
Epifora
Blefarospasme
Keluhan lain
Penurunan visus
Mata merah (injeksi siliar)
Hypopion
Nyeri
Infiltrat +/-


Klasifikasi
Menurut penyebabnya
1. Bakterial
Etiologi :
Pseudomonas aeruginosa
Streptococcus (beta-hemolyticus, pneumoniae )
Staphylococcus (aureus, epidermidis )
Mycobacterium fortuitum
Haemophilus influenza
Neiseria sp
Corynebacterium dhiptheriae
Moraxella liquefaciens
,dll
Predisposisi
Penggunaan kortikosteroid
kontak lensa
graf kornea yang telah terinfeksi
Gejala klinis
onset nyerinya sangat cepat
Konjungtival injection
Fotofobia
penurunan visus
inflamasi endotel
tanda reaksi bilik mata depan
Hipopion

Penatalaksanaan

2. Fungal
Etiologi :
Fusarium
Cephalocepharium
Culvularia

Predisposisi
Petani
Penggunaan kortikosteroid

Gejala klinis
Keluhan timbul 5 hari 3 minggu setelah trauma
Sakit mata yang berat
Fotofobia
Epifora
Infiltrat abu-abu berfiga dan terdapat satelit ( bila terletak di dalam
stroma )
Tampak ulcus ke dalam endotel tapi tak teratur
Hipopion ( pus di camera oculi anterior )

Penatalaksanaan
Natamisin 5% tiap 1-2 jam saat bangun
anti jamur lain seperti miconazol, amfoterisin, nistatin, dan lain-lain
Siklopegik
Keratoplasti
3. Viral
Etiologi :
HSV
Herpes zooster
Virus Epstein-Barr
Gejala klinis
Demam
Malaise
limfadenopati preaurikuler
konjungtivitis folikutans
Bleparitis
Fotofobia
injeksi perikornea
penglihatan kabur
Penatalaksanaan
antiviral



4. Kerusakan N. V
Etiologi :
Trauma
Tindakan pembedahan
,dll
Patofisiologi
Kerusakan saraf kornea kornea kehilangan reflek berkedip
mekanisme proteksi menghilang

5. Defisiensi vit. A
6. Alergi

Keratitis bakterial
Keratitis pneumokokus
Ulkus kornea pneumokokus biasanya muncul 24-48 jam
setelah inokulasi pada kornea yang lecet
Infeksi ini secara khas menimbulkan sebuah ulkus
berbatas tegas warna kelabu yang cenderung
menyebar secara tak teratur dari tempat infeksi ke
sentral kornea
Batas yang maju menampakkan ulserasi aktif dan
infiltrasi sementara batas yang ditinggalkan mulai
sembuh. (Efek merambat ini menimbulkan istilah ulkus
serpiginosa akut.)
Lapis superfisial kornea adalah yang pertama terlibat,
kemudian parenkim bagian dalam.
Kornea sekitar ulkus sering bening. Biasanya ada
hipopion.
Kerokan dari tepian depan ulkus kornea pneumokokus
mengandung diplokokus berbentuk lancet gram-positif
Keratitis pseudomonas
Pseudomonas adalah penyebab umum ulkus
kornea bakteri.
Pada ulkus kornea pseudomonas berawal
sebagai infiltrat kelabu atau kuning di tempat
epitel kornea yang retak.
Biasanya disertai nyeri
Lesi ini cenderung cepat menyebar ke segala
arah karena pengaruh enzim proteolitik yang
dihasilkan organisme ini.
Keratitis karena Pseudomonas memiliki ciri khas
yaitu cepat, progresif, dan berat. Bila dalam
2x24 jam tidak segera diperiksakan, prognosis
buruk
Keratitis virus
Keratitis herpes simplek virus
Disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1
maupun tipe 2.
Dapat bersifat primer dan kambuhan.
Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan
cairan dan jaringan mata, rongga hidung, mulut,
alat kelamin yang mengandung virus
Masa inkubasi 2 hari - 2 minggu
Infeksi primer ditandai oleh adanya demam,
malaise, limfadenopati preaurikuler, konjungtivitis
folikutans, blefaritis, dan 2/3 kasus terjadi keratitis
epitelial.


Keratitis herpes simpleks dibagi menjadi 2 :
Tipe Epitelial
Kerusakan terjadi akibat pembiakan virus
intraepitelial mengakibatkan kerusakan sel epitel
dan membentuk tukak kornea superfisial.
Tipe Stromal
Terjadi reaksi imunologik tubuh terhadap virus
yang menyerang yaitu reaksi antigen-antibodi
yang menarik sel radang ke dalam stroma. Sel
radang ini mengeluarkan bahan proteolitik untuk
merusak virus tetapi juga akan merusak stroma di
sekitarnya.
Gambaran Klinik
Gejala-gejala subyektif keratitis epitelial meliputi:
fotofobia, injeksi perikorneal, dan penglihatan
kabur.
Berat ringannya gejala-gejala iritasi tidak
sebanding dengan luasnya lesi epitel, berhubung
adanya hipestesi atau insensibilitas kornea.
Pada keratitis herpes simpleks ringan tidak
terdapat fotofobia
Lesi dendritik maupun geografik

Dendritik
Geografik
Keratitis Jamur
Sering disebabkan oleh spesies jamur:
Nekrosis koagulatif stroma kornea yang meluas
dengan edema serat kolagen dan keratosit
Hifa berpotensi masuk ke membran descement
yang intak dan menyebar ke kamera okuli
anterior

Manifestasi klinis
Sensasi benda asing
Rasa sakit atau ketidaknyamanan mata
Penglihatan buram
Mata merah yang tidak biasa
Air mata berlebih dan sekret berlebih.
Peningkatan kepekaan cahaya
Injeksi konjungtiva
Pus / Hipopion
Infiltrasi stroma

Klasifikasi Berdasarkan Bentuk Klinis
Keratitis Flikten
Keratitis Sika
Keratitis Neuroparalitik
Keratitis Numularis

Menurut tempatnya
Keratitis Superfisialis
Ulseratif
Keratitis pungtata superfisialis ulserativa
Keratitis flikten
Keratitis herpetika
Keratitis sicca
Keratitis rosasea
Non ulseratif
Keratitis pungtata superfisialis fuchs
Keratitis numularis dimmer
Keratitis disiformis westhoff
Keratokonjungtivitis epidemika
Keratitis Superfisialis non
ulseratif
1. Keratitis pungtata superfisialis
Merupakan suatu peradangan akut yang mengenai satu atau kedua mata
yang dapat dimulai dari konjungtivitis kataral, disertai infeksi dari traktus
respiratorius bagian atas
Tampak infiltrat yang berupa titik-titik pada kedua permukaan membran
bowman.
Tes fluoresin (-)
Gejala : mata nyeri, merah, silau, terasa seperti kelilipan
Penyebab belum diketahui dengan jelas, diduga dapat disebabkan oleh :
Virus
Bakteri
Parasit
Keracunan
Obat topikal
Sinar UV
Trauma ringan
Pemakaian lensa kontak

2. Keratitis Numularis
Diduga disebabkan oleh virus.
Tampak infiltrat bulat subepitelial dan di tengahnya
tampak lebih jernih seperti halo.
Tes fluoresin (-)
Gambaran Klinis:
Mata merah
Fotofobia
Mata unilateral yang terserang
Lakrimasi

3. Keratitis disiformis

Peradangan pada kornea
yang banyak dijumpai
di daerah persawahan basah
Pada anamnesa umumnya diperoleh adanya kontak
dengan lumpur sawah
Pada kornea tampak infiltrat bulat-bulat, ditengahnya
lebih padat dari pada di tepi dan terletak subepitelial
Tes fluoresin (-)
4. Keratokonjungtivitis epidemika
Merupakan peradangan yang mengenai kornea dan
konjungtiva yang disebabkan reaksi alergi terhadap
adenovirus tipe 8
Dapat timbul sebagai suatu epidemia dan biasanya
unilateral.
Gejala : pasien merasa demam, seperti ada benda
asing di mata, kadang disertai nyeri periorbita, dan
disertai penglihatan yang
menurun

Keratitis superfisial ulserativ
1. Keratitis pungtata superfisial ulseratif
Didahului oleh konjungtivitis kataral, akibat stafilokokus atau
pneumokokus
Tes fluoresin (+)
Lebih sering mengenai 1/3 bagian bawah mata

2. Keratokonjungtivitis flikten
Radang kornea dan konjungtiva
akibat reaksi imun
Terdapat flikten yang berupa benjolan
berbatas tegas, berwarna keabu-abuan
yang terdapat pada lapisan superfisial
kornea dan menonjol diatas permukaan kornea

3. Keratitis herpetika
Keratitis yang disebabkan oleh infeksi herpes simpek dan herpes
zoster

4. Keratokonjngtivitis sicca
Merupakan peradangan akibat keringnya permukaan kornea
dan konjungtiva
Penyebab :
Defisiensi komponen lemak
Defisiensi kelenjar air mata
Defisiensi komponen musin
Akibat penguapan yang berlebihan
Akibat sikatrik di kornea
Gambaran Klinis
mata terasa gatal
terasa seperti ada pasir
Fotopobia
visus menurun
secret lengket
mata terasa kering.

5. Keratitis rosea
Biasa diderita pada orang yang menderita acne rosacea
Keratitis profunda
Ulseratif
Keratitis et lagoftalmus
Keratitis neuroparalitik
Xerofthalmus
Trakoma dengan infeksi sekunder
Gonore
Ulkus serpens akut
Ulkus serpens kronik
Ulkus ateromatosis
Protusio kornea
Kelainan degeneratig
Erosi kornea
Non ulserativ
Keratitis intertisialis luetik
Keratitis pustuloformis profunda
Keratitis disiformis
Keratitis sklerotikans
Keratitis Et Lafogthalmus
Terjadi karena mata tak menutup dengan sempurna
sehingga kornea menjadi kering dan terkena trauma
Dapat disebabkan oleh tarikan jaringan parut pada
tepi kelopak, eksofthalmus, paralise saraf facial, dan
atoni orbikularis okuli
Pengobatan dengan mengatasi causa dan air mata
buatan. Dapat diberikan salep mata untuk
mencegah infeksi sekunder
Keratitis neuroparalitik
Terjadi akibat kelelahan saraf trigeminus sehingga terdapat
kekeruhan kornea yang tidak sensitif disertai kekeringan
kornea
Penyebab :
Herpes zoster
Tumor fosa posterior cranium
Keadaan lain yang menyebabkan
kornea menjadi anestetis
Gejala klinis :
Ketajaman penglihatan menurun
Silau
Mata merah
Injeksi perikorneal
Infeksi sekunder ulcus serpen akut
hipopion endofthalmitis kebutaan
Flattened kornea
Xerofthalmia
Terjadi akibat defisiensi vitamin A
Klasifikasi menurut Depkes RI :
Stadium 1 Hemeralopia
Tidak terjadi pembentukan kembali dari rodopsin dalam sel batang
retina, sehingga penglihatan berkurang saat keadaan redup
Stadium 2 hemeralopia + xerosis konjuntiva dan
kornea
a. Konjungtiva menjadi tidak mengkilat, berkerut dan kering
disekitar limbus
b. Terbentuk bitots spot
c. Hiperkeratinisasi sel epitel, saphrophitic xerosis basili
d. Kornea menjadi tidak mengkilat, kering, dan keruh
e. Sindroma umuya : gambaran kabut tebal tersebar di
akuator atau retina perifer
Stadium 3 stadium 1+2+keratomalasi
a. kornea menjadi keruh dengan kerusakan epitel
b. apabila disertai infeksi sekunder panofthalmi, ptisis
bulbi, sampai kebutaan
Gejala klinis :
Reversibel : buta senja, xerosis konjungtiva, xerosis kornea,
bitots spot
Irreversibel : ulserasi kornea

Penatalaksanaan
Lokal : sulfas atropin, antibiotik, mata ditutup
Diit TKTP
Pemberian vitamin A dosis terapetik 50.000IU/KgBB
dengan dosis maksimal 400.000IU
(gejala kelebihan vit.A : pseudo tumor cerebri
anoreksia, muntah, nausea, nyeri kepala, diare)
Trachoma dengan infeksi sekunder
Dapat menimbulkan kebutaan pada stadium dini
maupun lanjut
Stadium dini : terdapat panus pada lumbus kornea
1/3 atas.
Panus menimbulkan ulkus akibat infeksi sekunder
perforasi peradangan ptisis bulbi
Stadium lanjut : timbul entripion dengan trikiasis
kebutaan
Gonorrhoeae
Dapat menyebabkan kebutaan dengan gejala awal
berupa konjungtivitis purulenta yang akut disertai
dengan blefarospasme tumpukan sekret purulen
yang penuh gonokokus dibawah konjungtiva
palpebra superior
Gonokokus menghasilkan enzim proteolitik yang
dapat meyebabkan kerusakan kornea dan menjadi
perforasi yang dapat berujung pada kebutaan
Ulcus serpens akut
Etiologi :
Virus
Pneumokokus
E coli
Staph. Aureus
Strep. Non hemolitikus
Fungus
Moraxella liquifaciens

Diawali dengan trauma kecil epitel kornea lalu terjadi infeksi sekunder
Pasien mengeluh kesakitan, disertai pembengkakan palpebra, infiltrat
cepat membesar dan menjalar ke segala arah
Ulkus mentebar ke kornea kemudian merambat lebih dalam yang
diikuti oleh perforasi
Gejala khasnya berupa hipopion yang steril yang terjadi akibat
rangsangan toksin kuman pada badan siliar. Pada konjungtiva
tampak tanda-tanda peradangan yang berat berupa injeksi
konjungtiva dan injeksi siliar yang berat
Ulkus serpens akut diobati dengan antibiotika spektrum luas dan
dapat diberikan tiap jam atau lebih. Selain itu dapat diberikan
penisilin sebagai pengobatan tambahan subkonjungtiva
Pada keadaan yang lebih parah dapat dilakukan keratoplasti
Ulcus mooren

Suatu ulcus menahun
superfisial yang dimulai
dari tepi kornea dengan
bagian tepinya tergaung dan
berjalan progresif tanpa kecenderunganperforasi. Lambat
laun akan mengenai seluruh kornea
Penyebab belum diketahui sampai sekarang. Diduga
penyebabnya adalah reaksi hipersensitifitas terhadap protein
tuberkulosis, virus, autoimun, dan alergi terhadap toksin
ankilostoma
Merupakan tukak idiopatik unulateral maupun blateral
Lebih sering terdapat pada wanita paruhbaya
Tukak ini menghancurkan membran bowman dan struma
kornea. Neovaskularisasi tidak terlihat pada bigian yang
sedang aktif, bila kronik akan terlihat jaringan parut dan
jaringan vaskularisasi

Ulcus ateromatosis
Tukak yang terjadi padajaringan parut kornea
Jaringan parut atau sikatrik pada kornea sangat
rentan terhadap serangan infeksi.
Berkembang dengan cepat ke segala arah
Sering terjadi perforasi dan diikuti panofthalmitis
Keraoplasti merupakan tindakan yang tepat bila
mata dan penglihatan masih dapat diselamatkan
Ulcus marginalis
Merupakan peradangan
kornea bagian perifer
yang khas. Biasanya
terdapat daerah jernih antara limbus kornea
dengan tempat kelainannya.
Sumbu memanjang daerah peradangan biasanya
sejajar dengan limbus kornea
Biasanya karena alergi, toksik, infeksi, dan penyakit
kolagen vaskuler
Penglihatan pasien akan menurun disertai dengan
rasa sakit, fotofobia, dan lakrimasi
Penatalaksanaan : antibiotik + steroid lokal,
disertai dengan vitamin B dan
C dosis tinggi

Protrusio kornea
Beberapa penonjolan kornea :
1. Inflammatoir :
Keratektasi
protusio kornea tanpa penojolan iris setelah kornea menipis (ulkus
kornea non perforata atau kornea menjadi lemah, karena panus
atau keratitis ). Visus sangat terganggu
Stafiloma kornea
Sikatrik kornea, menonjol, disertai prolaps iris. Merupakan gejala
sisa dari ulkus kornea perforata yang menimbulkan leukoma
adherens ( perlengketan iris pada kornea )

2. Non inflammatoir
Keratokonus
Merupakan proses degeneratif, terjadi penipisan umum
kornea dan penonjolan kedepan bagian tengah kornea
Keratoglobus
Merupakan pembesaran segmen anterior bola mata,
tanpa disertai kenaikan TIO, disebabkan karena kelainan
pertumbuhan
Kelainan degeneratif
Keratotonus
Terjadi penipisan kornea dan penonjolan bagian tengah
disertai ruptur dari membran descement dan
pembentukan jaringan parut yang superfisial di apeks
kornea
Tanda klinis : visus menurun, penonjolan kornea yang
menyebabkan penekanan palpebra inferior, fundus tak
tampak dengan tenang
Penatalaksanaan :
Ringan : lensa kontak
Berat : transplantasi kornea
Arcus senilis
Proses degeneratif yang terjadi pada orang tua
Tidak menunjukkan keluhan berarti dan tampak sebagai
kekeruhan yang anuler, berwarna abu-abu, lebar kurang lebih 2
mm dan dari limbus dibatasi oleh kornea yang jernih

Distrofi kornea
Marginal
Terjadi distrofi didaerah limbus, jaringan stroma diganti jaringan ikat,
kornea perlahan menjadi tipis, membran descement menonjol ke depan
Terdapat injeksi perikorneal
Zonuler, distrofi pita, keratopati pita
Terdapat deposit garam kalisum pada superfisial kornea dan hialinisasi
membram bowmann
Timbul akibat hiperkalsemia adenoma paratiroid, gagal ginjal, atau
kelaianan lokal mata seperti uveitis, glaukoma absolut, edema kornea,
pemakaian miotika yang lama, ptisis bulbi
Fissura palpebra tampak pita di kornea selebar 3-6 mm, melintang,
horizontal, disertai injeksi perikornea dan penurunan visus
Penatalaksanaan :
Larutan HCL 0,5%
Infus larutan EDTA 0,4% selama 15 menit
Keratoplasti
Noduler
Diawali keratokonjungtivitis
Terdapat degenerasi dan vaskularisasi superfisial kornea,
mengenai epitel, membran bowmann, dan stroma superfisial
Tampak injeksi perikornea, neovaskularisasi kornea superfisial,
kekeruhan berupa nodul putih
Gejala klinis : visus menurun
Penatalaksanaan : keratoplasti

Familier-Herediter
Dikenal 3 bentuk :
Granuler : bercak putih seperti batu di superior kornea
Makuler : tirai kelabu di bagian sentral
Retikuler : nodul-nodul putih yang saling berhubungan
Terdapat deposit hialin dalam lamel superfisial, degenerasi
membran bowmann lamel superfisial.
Keluhan : visus menurun
Penatalaksanaan : keratoplasti
Epitel endotel
Terdapat deposit hialin pada membran descemen,
kerusakan endotel, edema kornea, degenerasi
membran bowmann dan epitel
Kornea mengeruh dengan permukaan yang tidak
rata
Terdapat tanda iritasi dan penurunan visus
Pengobatan : keratoplasti

Degenerasi lemak-lpoid
Terdapat deposit masa lipoid dalam stroma kornea,
membran bowmann diganti makrofag, penebalan
epitel dengan infiltrasi dari masa lipoid
Terjadi penebalan kornea sentral disertai dengan
gangguan visus
Penatalaksanaan : keratoplasti
Erosi kornea
Suatu keadaan lepasnya epitel kornea akibat trauma
tumpul atau tajam pada kornea
Gejala klinis: rasa sakit disertai lakrimasi, fotofobia,
blefarospasme, visus menurun
Pemeriksaan : injeksi perikornea (+), kornea lebih tipis,
warna iris lebih hitam, tes fluoresin memberikan warna
hijau
Penatalaksanaan :
Siklopegik mengurangi rasa nyeri dan
mengistirahatkan mata
Antibiotik tetes ( bentuk krim dapat mengganggu
epitelisasi)
Mata ditutup
Keratitis profunda non ulseratif
Keratitis intertisialis luetik ( K.Parenkimatosa )
Merupakan reaksi imunologis terhadap treponema
pallidum karena kuman ini dijumpai pada kornea pada
fase akut
Umumnya muncul pada usia 5-15 tahun
Gejala klinis :
Subjektif :
Fotofobia, lakrimasi, sakit, visus menurun
Objektif :
Merupakan bagian dari trias hutchinson ( keratitis intertisialis,
gangguan pendengaran, kelainan gigi seri atas, pangkal hidung
yang datar )

Tanda khas :
Salmon patch : warna kornea yang bercampur antara warna
putih dari infiltrat dan warna merah dari neovaskuler profunda
Mutton fat deposit : tampilan kornea timbul diserati dengan
keratik presipitat yang besar
Penatalaksanaan :
Sesuai penyebab
Lokal : sulfas atropin 1% 3x sehari satu tetes, antibiotika,
kortikosteroid
Keratoplasti ( kornea tetap keruh setelah pengobatan)
Keratitis pustuloformis profunda
Nama lainnya adalah Acute Syphilitic Abcess of the Cornea
Dimulai dengan fotofobia dan injeksi perikornea ringan
kemudian erbentuk infiltrat di stroma kornea.
Dalam 3 minggu berubah menjadi massa noduler, pustuler,
disertai hipopion yang hebat, iritis, dan rasa sakit
Penatalaksanaan :
Sesuai penyebabnya
Lokasl : sulfas atropin 1% 3x1tetes sehari, antibiotika, kortikosteroid
Keratoplasti ( kornea tetap keruh setelah pengobatan )

Keratitis disiformis
Biasanya muncul bersamaan dengan herpes simpleks, bersifat
unilateral
Kornea tampak keruh pada lapisan dalam, disertai
penurunan sensibilitas kornea, tanpa disertai neovaskularisasi
Penatalaksanaan :
Sesuai penyebab
Likal : sulfas atropin 1% 3x1 tetes sehari, antibiotik, kortikosteroid
Keratitis sklerotikans
Merupakan komplikasi skleritis yang memberikan kekeruhan
pada kornea dengan letak temporal, sedikit menonjol,
disertai dengan nyeri tekan
Etiologi tidak diketahui
gejala subjektif : keluhan mata yang sakit, fotofobia, tanpa
disertai sekret
Gejala objektif : keluhan kornea yang terlokalisir dan berbatas
tegas, unilateral, kornea terlihat putih menyerupai sklera dan
terdapat iritis non granulomatosa
Penatalaksanaan :
Bersifat tidak spesifik
Skleritis kortikosteroid dan antiradang non steroid
Iritis Lokal : sulfas atropin 1% 3x1 tetes, kortikosteroid

Anda mungkin juga menyukai