Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No.

2 Juli 2008: 96 -103



96


KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN OBAT YANG
DIGUNAKAN DALAM PENGOBATAN TRADISIONAL
MASYARAKAT SASAK LOMBOK BARAT

Soedarsono Riswan
1
dan Dwi Andayaningsih
2

1
Bidang Botani, Puslit. Biologi LIPI,
2
Fakultas Biologi Universitas Nasional


ABSTRACT
Traditional medication have been long enough been conducted by our ancestors since
long ago and hereditary endowed from generation to generation. Research of useful plant
for traditional medication of Sasak society who live in West Lombok have been done.
Data collected by interview with chosen informan like the figure or tribe-head, and follow
some of community daily activity and also field observation. The result showed that there
were not less than 25 plant species exploited to cure of diseases. Useful plant and
ethnobotanical aspect will be discussed in this paper.
Keywords: traditional medicine, Sasak tribe, West Lombok

ABSTRAK
Pengobatan tradisional sudah lama dilakukan oleh nenek moyang kita sejak jaman
dahulu dan diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Penelitian
mengenai pemanfaatan tumbuhan untuk pengobatan tradisional suku Sasak di Lombok
Barat telah dilakukan. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan informan terpilih
seperti kepala adat, dukun kampung dan mengikuti sebagian aktivitas harian penduduk
serta observasi lapangan. Tercatat tidak kurang dari 25 jenis tumbuhan yang
dimanfaatkan untuk mengobati berbagai macam penyakit. Cara pengolahan dan aspek
etnobotani lainnya akan dijelaskan dalam makalah ini.
Kata kunci: pengobatan tradisional, Suku Sasak, Lombok Barat


PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara
tropis yang sudah dikenal sebagai
penghasil berbagai macam komoditas
hasil pertanian, termasuk di antaranya
tanaman obat. Kondisi tanah yang
subur, iklim yang baik serta didukung
oleh keanekaragaman flora membuat
Indonesia menjadi negara penghasil
komoditas obat-obatan asal alam
yang cukup potensial.
Obat tradisional merupakan
warisan turun-temurun dari nenek
moyang berakar kuat dalam budaya
bangsa, oleh karena itu baik dalam
ramuan maupun dalam
penggunaannya sebagai obat
tradisional masih berdasarkan
pengalaman yang diturunkan dari
generasi ke generasi baik secara
lisan maupun tulisan. Dewasa ini
pemanfaatan obat tradisional oleh
masyarakat digunakan sebagai
pengobatan alternatif untuk diri
sendiri. Pemanfaatan obat tradisional
untuk menanggulangi penyakit rakyat
dalam pelayanan kesehatan formal
masih kurang atau belum digunakan
dalam pelayanan kesehatan formal.
Pengetahuan tradisional tersebut
jika tidak ditulis, lama kelamaan akan
menghilang, oleh karena itu dilakukan
penggalian informasi salah satunya
Pengobatan Tradisional Masyarakat Sasak Lombok Barat
(Soedarsono Riswan dan Dwi Andayaningsih)

97
terhadap masyarakat Sasak yang
tinggal di desa Senaru yang termasuk
kecamatan Bayan, Kabupaten
Lombok Barat, dimana
masyarakatnya masih mempraktekan
pengobatan tradisional.
Desa Senaru merupakan desa
terakhir yang berbatasan langsung
dengan hutan produksi dan Taman
Nasional Gunung Rinjani. Desa ini
termasuk ke dalam kecamatan Bayan,
Kabupaten Lombok Barat terletak
pada ketinggian antara 600-800 m
dpl., merupakan lereng kaki gunung
Rinjani dengan topografi cukup miring
sampai terjal. Mata pencaharian
penduduk adalah bertani atau
berladang, sebagian kecil berdagang
dan mengantar tamu atau turis yang
dating berkunjung ke daerah
pegunungan Rinjani dan Danau
Sagara Anakan, karena Desa Senaru
merupakan pintu utama untuk menuju
ke daerah tersebut. Perjalanan ke
desa tersebut ditempuh dengan jalan
darat dari Mataram kurang lebih 2.5
jam. Di lokasi ini terdapat pula lokasi
wisata air terjun Sendang Gila yang
merupakan kawasan hutan produksi
Senaru, jaraknya sekitar 2 km dari
desa Senaru. Daerah ini merupakan
lokasi pariwisata yang banyak
dikunjungi wisatawan baik dalam
maupun luar negri karena keindahan
air terjunnya. Medannya yang cukup
bertebing dan kelestariannya selalu
terjaga, menjadikan hutan di kawasan
ini cukup baik.

METODOLOGI PENELITIAN
Cara pengumpulan data yang ada
kaitannya dengan pengobatan
tradisional dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan
metode survei eksploratif dan
wawancara. Teknik wawancara yang
dilakukan adalah wawancara dengan
responden yang terdiri dari penduduk
setempat terutama yang memiliki
pengetahuan tentang
keanekaragaman jenis tumbuhan
yang tumbuh di sekitarnya dan juga
wawancara dengan kepala adat yang
disebut dengan istilah Pemangku.
Pemangku ini juga mempunyai
pengetahuan dalam pengobatan
tradisional. Jenis-jenis tumbuhan
yang mempunyai manfaat sebagai
bahan obat yang diinformasikan oleh
masyarakat dan Pemangku dicatat
nama lokalnya, cara pengolahannya,
bagian tumbuhan yang dimanfaatkan
dan cara pengobatannya. Jenis-jenis
tumbuhan tersebut diambil contoh
koleksi herbariumnya untuk
identifikasi nama jenis yang dilakukan
di Herbarium Bogoriense Puslit
Biologi - LIPI di Bogor. Sedangkan
analisa kimianya dilakukan di Balit.
Kimia Analitik, Puslit. Kimia LIPI
Serpong.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kehidupan Masyarakat Sasak dan
Sistem Pengobatan Tradisional
Desa Senaru dihuni oleh
masyarakat dari suku Sasak.
Sebagian besar menganut agama
Islam, dan sebagian kecil yang
beragama Hindu. Mata
pencahariannya adalah bertani.
Dalam pertanian mereka menanam
padi sawah, padi ladang, jagung, ubi
kayu, ubi jalar, kacang kedele, kacang
tanah dan lain-lain. Dalam rangka
pertanian, mereka masih melakukan
beberapa macam upacara di
antaranya adalah Membangar,
Ruwah binik, Sidekang pare,
Menyemprak, Ruwah petukan
pare, Ruwah repak jami, dan
Selamet sambi. Melalui upacara-
upacara ini mereka berharap akan
mendapat curah hujan yang cukup,
tanaman menjadi subur, tanaman
terhindar dari hama penyakit,
ternakpun selamat dan sebagainya.
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 2 Juli 2008: 96 -103

98

Dalam pengobatan tradisional
mereka percaya kepada dukun
kampung yang disebut dengan
Belian. Masyarakat Sasak yang
tinggal di desa Senaru masih sangat
mempercayai adanya roh-roh halus
yang dapat menyebabkan mereka
sakit. Dan praktek pengobatan
tradisional masih dilakukan walaupun
sudah didirikan Puskesmas dengan
fasilitas seorang bidan dan seorang
mantri kesehatan.

Keanekaragaman tumbuhan obat
yang digunakan dalam pengobatan
tradisional
Dari hasil wawancara dengan
penduduk disini tercatat tidak kurang
dari 25 jenis tumbuhan (Tabel 1) yang
dimanfaatkan untuk mengobati
berbagai penyakit rakyat. Sekitar 16
jenis penyakit yang diobati dengan
ramuan dari tumbuh-tumbuhan di
antaranya adalah sakit batuk, diare,
luka, cacingan, gatal karena jelatang,
demam, gatal, cacar, terkena gigitan
kalajengking, malaria, mata merah,
goaman, keloh, desentri, sesak
nafas dan terkena gigitan ular. Dari
informasi yang diperoleh,
penggunaan masing-masing jenis
tumbuhan tersebut adalah sebagai
berikut.
Kethuk (Alocasia sp.) termasuk ke
dalam suku Araceae (1), getah
batangnya dioleskan ke kulit untuk
menyembuhkan gatal-gatal karena
terkena jelatang. Akar dari Alocasia
indica digosok dengan garam
merupakan obat terhadap gigitan ular,
borok ganas dan ruam saraf.
Pulai (Alstonia scholaris (L.) R.Br),
getah batangnya dimanfaatkan untuk
mengobati diare. Rebusan kulit
batangnya digunakan sebagai
febrifuge, tonik, emenagogue, dan
anti-kolera. Sedangkan di Thailand,
kulitnya digunakan sebagai tonik yang
kuat, febrifuge, haid yang tidak
teratur, disentri, diare dan artritis.
Pulai sudah dikategorikan mempunyai
status kelangkaan jarang (2, 3).
Srikaya bayan (Annona squamosa
L.), daunnya dicampur dengan daun
jarak cina (Jatropha curcas) dan daun
sesapa (Blumea balsamifera) diremas
dan masukkan ke dalam ember berisi
air, kemudian untuk memandikan
anak-anak yang sakit demam. Berupa
perdu atau pohon kecil, tinggi 2-7 m,
kulit pohon tipis berwarna keabu-
abuan, getah kulitnya beracun,
termasuk pohon buah-buahan kecil
yang tumbuh di tanah berbatu, kering,
dan terkena cahaya matahari
langsung. Daunnya juga berkhasiat
sebagai obat borok, bisul, luka, kudis,
eksema,batuk, dan demam (4).
Kekosok (Ardisia javanica DC.),
kulit batang luarnya ditambah dengan
beras kemudian ditumbuk dan
ditambah air, selanjutnya dibuat pupur
untuk mengobati penyakit cacar.
Jenis-jenis Ardisia lain yang juga
dimanfaatkan sebagai obat adalah
Ardisia colorata, daunnya diminum
sebagai obat mulas. Ardisia humilis,
daunnya digunakan sebagai obat
kudis dan buahnya sebagai obat
cacing. Sedangkan Ardisia
odontophylla, seduhan akarnya
digunakan sebagai obat encok, dan
seduhan daun diminum untuk
mengobati perut mulas (1).
Daun sesapa (Blumea balsamifera
(L.) DC.) digunakan untuk
memandikan anak-anak yang
demam. Berupa perdu, tumbuh tegak,
tinggi sampai 4 m, berambut halus,
termasuk suku Asteraceae. Daunnya
mengandung borneol, cineole,
limonene, di-methyl ether
phloroacetophenone dan
dimanfaatkan sebagai obat rematik
sendi, influenza, kembung, diare, dan
nyeri haid (4).


Pengobatan Tradisional Masyarakat Sasak Lombok Barat
(Soedarsono Riswan dan Dwi Andayaningsih)

99
Tabel 1
Jenis Tumbuhan Obat Yang Digunakan Dalam Pengobatan Tradisional
Masyarakat Sasak Di Lombok Barat

No. Nama Jenis Suku Nama lokal Bagian
berguna
1. Alocasia sp. Araceae Kethuk Getah
batang
2. Alstonia scholaris (L.)
R.Br.
Apocynaceae Pulai Getah
batang
3. Annona squamosa L. Annonaceae Srikaya
bayan
Daun
4. Ardisia javanica DC. Myrsinaceae Kekosok Kulit batang
5. Blumea balsamifera (L.)
DC.
Asteraceae Sesapa Daun
6. Bridelia stipularis (L.) Bl. Euphorbiaceae Geguthu Kulit batang
7. Centela asiatica (L.)
Urban
Apiaceae Telingan
bangket
Daun
8. Commelina diffusa Burm
f.
Commelinacea
e
Bebenyah Daun
9. Cordia obliqua Auct.. Boraginaceae Kendal Kulit batang
10. Crinum asiaticum L. Amaryllidacea
e
Bakung Daun
11. Crotalaria usaramoensis
Baker f.
Fabaceae Geronong
bodok
Daun
12. Desmodium triflorum
(L.)DC.
Fabaceae Empet-
empet
Daun
13. Emilia sonchifolia (L.) Asteraceae Seripa Daun
14. Euphorbia hirta L. Euphorbiaceae Jambokan Getah,
daun
15. Ficus hispida L. Moraceae Lembukik
bulu
Daun muda
16. Ficus septica Burm f. Moraceae Lembukik Getah
batang
17. Gmelina asiatica L. Verbenaceae Wareng Air buah
18. Jatropha curcas L. Euphorbiaceae Jarak Daun
19. Knema sumatrana
(Blume) W.J. de Wilde
Myristicaceae Durenan Kulit batang
20. Leucaena leucocephala
(Lamk.) de Wit
Fabaceae Blandengan Biji
21. Melaleuca cajuputi
Powell
Myrtaceae Kayu putih Daun
22. Oxalis corniculata L. Oxalidaceae Sumangge Tanaman
23. Sonchus oleraceus L. Asteraceae Terinjing Daun
24. Stachytarpheta
jamaicensis (L.) Vahl.
Verbenaceae Urut
pemecut
jaran
Daun
25. Tabernaemontana
sphaerocarpa Bl.
Apocynaceae Kumbi Bunga

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 2 Juli 2008: 96 -103

100

Geguthu (Bridelia stipularis (L.) Bl.)
termasuk ke dalam suku
Euphorbiaceae, berupa perdu yang
memanjat tinggi. Kulit batangnya
direbus ditambah sedikit garam dan
diminum untuk mengobati desentri.
Daun telingan bangket (Centella
asiatica (L.) Urban) diremas-remas
ditempelkan ke bagian yang luka.
Berupa terna, menahun, tidak
berbatang, mempunyai rimpang
pendek dan stolon-stolon yang
merayap, panjang 10-80 cm.
Tanaman mengandung asiaticoside,
thankuniside, isothankuniside,
madecassoside, brahmoside,
brahminoside, brahmic acid,
madasiatic acid, hydrocotyline,
mesoinositol, centellose, carotenoids,
garam mineral, zat pahit vellarine dan
zat samak (5). Tanaman ini
mempunyai sifat kimiawi dan efek
farmakologis sebagai berikut : rasa
manis, sejuk, anti infeksi, antitoxic,
penurun panas, dan peluruh air seni
(4).
Daun bebenyah (Commelina
diffusa Burm f.) termasuk suku
Commelinaceae, daunnya diremas-
remas ditempelkan pada bekas luka
karena gigitan ular. Berupa herba
tinggi 20-60 cm, tegak atau menjalar,
bulat , lunak, beruas-ruas, berwarna
hijau. Daunnya berkhasiat sebagai
obat pelancar haid, demam, sakit
kepala dan untuk peluruh keringat.
Kandungan kimia daun adalah
saponin dan polifenol (6). Di
Indonesia, daun dan batang
digunakan untuk mengobati haid yang
tidak teratur. Daunnya juga
dimanfaatkan sebagai.
Kendal (Cordia obliqua Willd.),
bagian dalam kulit batangnya dikerok
dan dioleskan pada lidah dan bibir
pada bayi yang baru lahir yang
terkena sakit goaman. Berupa pohon
tinggi 15-20 m; batangnya tegak,
bulat, percabangan simpodial,
permukaan kasar dan berwarna
coklat. Kulit batang dan daun
digunakan sebagai obat demam. Kulit
batang, daun dan buah kendal
mengandung saponin, disamping itu
kulit batang dan daunnya juga
mengandung flavonoida dan tanin,
sedang buahnya mengandung
polifenol (7).
Daun bakung (Crinum asiaticum)
diikatkan pada perut yang
perasaannya seperti ada daging di
dalamnya (disebut dengan sakit
keloh). Herba tahunan tinggi kira-kira
1.3 m; batangnya semu, diameter
10 cm, tegak, lunak, putih kehijauan.
Akarnya dimanfaatkan sebagai
peluruh keringat dan obat luka, dan
daunnya sebagai obat bengkak. Akar
dan daun mengandung alkaloida,
saponin, flavonoida dan polifenol.
Bunganya mengandung saponin,
flavonoida dan tannin (8).
Daun geronong bodok (Crotalaria
usaramoensis Baker f.) diremas-
remas dan airnya dimanfaatkan
sebagai obat tetes mata yang merah.
Tumbuhan ini merupakan terna, umur
agak panjang, berakar dalam, tumbuh
tegak, tinggi 1 sampai 2.5 m, pada
bagian kaki sering agak berkayu.
Daun empet-empet (Desmodium
triflorum (L.) DC.) diremas-remas
ditempelkan ke bagian yang luka.
Sedangkan seluruh tanaman direbus
dan ditambah sedikit garam diminum
untuk menyembuhkan diare. Bentuk
perdu tinggi 3 m. Daun, buah dan
akar mengandung saponin dan
flavonoida, disamping itu daunnya
mengandung polifenol serta akarnya
juga mengandung tanin (8).
Daun seripa (Emilia sonchifolia (L.)
DC.) Masyarakat Sasak
memanfaatkan daunnya untuk
mengobati luka dengan cara diremas-
remas dan kemudian ditempelkan
pada bagian yang sakit. Berupa terna
semusim, tumbuh tegak atau
berbaring pada pangkalnya, tinggi 10-
40 cm dan dapat mencapai 1.2 m.
Pengobatan Tradisional Masyarakat Sasak Lombok Barat
(Soedarsono Riswan dan Dwi Andayaningsih)

101
Tanaman ini mempunyai sifat kimiawi
dan efek farmakologis sebagai berikut
: pahit, sejuk, membersihkan panas,
menghilangkan panas, antitoxic,
antibiotik, anti bengkak (4).
Jambokan (Euphorbia hirta L.),
getah batangnya untuk obat luka,
sedangkan daunnya diremas
ditambah garam dan air sedikit
kemudian diminum untuk mengobati
desentri. Kandungan kimianya adalah
myricyl alkohol, taraxerol, friedlin, -
amyrin, - sitosterol, -eufol, euforbol,
triterpenoid eufol, tirukalol, eufosterol,
hentriacontane, flavonoid dan tanin.
Seluruh bagian tanaman digunakan
sebagai obat desentri, diare,
gangguan pencernaan, dan radang
ginjal (4).
Lembukik bulu (Ficus hispida L.)
diambil pucuk daunnya dengan cara
menggigit pakai gigi dan ditambah
pucuk alang-alang (Imperata
cylindrica) disemburkan pada yang
sakit ngeresan (sesak nafas).
Tumbuhan ini berupa pohon dengan
tinggi sampai 15 m. Kulit batangnya
licin dan berwarna hijau. Termasuk ke
dalam suku Moraceae. Mempunyai
nama lokal Sunda beunying (9).
Lembukik (Ficus septica Burm f.)
berupa perdu, jarang yang pohon
kecil, panjang 1 5 m, permukaan
kulit batang hijau muda atau putih.
Getah batang lembokik (Ficus
septica) dioleskan pada luka bekas
gigitan kalajengking. Air batangnya
untuk obat batuk dan mata,
sedangkan jus akar digunakan juga
sebagai obat mata (9).
Wareng (Gmelina asiatica L.)
termasuk suku Verbenaceae, air
buahnya untuk obat gatal-gatal.
Buahnya disamping sebagai obat
gatal-gatal, air dari daun dan buahnya
dapat juga diteteskan pada sakit
telinga (1).
Jarak (Jatropha curcas L.),
daunnya diremas-remas ditambah
garam sedikit, kemudian ditempelkan
ke bagian yang luka. Berbentuk
semak tahunan, tinggi 1.5-5 m.
Daunnya berkhasiat sebagai obat
cacing, perut kembung dan luka.
Daun dan batang mengandung
saponin, flavonoida dan polifenol,
sedangkan daunnya juga
mengandung tanin (8).
Kulit batang durenan (Knema
sumatrana (Blume) W.J. de Wilde)
direbus dan diminum untuk mengobati
malaria. Selain itu juga sebagai
minuman tiap hari sebagai pengganti
minuman teh, karena warnanya
seperti teh. Daerah penyebaran
tumbuhan ini adalah Peninsular
Thailand, Peninsular Malaysia dan
Sumatra (10).
Blandengan (Leucaena glauca
(Lamk.) de Wit Benth.), bijinya
dimakan untuk mengobati cacingan.
Berupa perdu, tahunan, tinggi 2-5 m.
Bijinya dimanfaatkan sebagai peluruh
air seni dan obat cacing. Daunnya
mengandung alkaloida, saponin,
flavonoida dan tanin (8).
Daun kayu putih (Melaleuca
cajuputi Powell) diremas-remas untuk
mengobati luka bekas gigitan
kalajengking. Daunnya yang diremas-
remas juga bisa dioleskan ke leher
untuk obat batuk. Kandungan kimia
dari kulit batangnya adalah lignin dan
melaleucin, sedangkan daunnya
mengandung minyak atsiri terdiri dari
sineol 50% - 65%, -twerpineol,
valeraldehida dan benzaldehida.
Wijayakusuma (1996) mengatakan
bahwa daunnya bermanfaat sebagai
obat rematik, neuralgia, diare, perut
kembung, radang usus, sakit kepala,
asma, sakit gigi, batuk, demam, flu,
eksema, dan radang kulit.
Tanaman sumangge (Oxalis
corniculata L.) direbus dan airnya
diminum 3 kali sehari 1 gelas
ditambah garam sedikit dapat untuk
mengobati batuk. Tumbuhan merayap
atau tegak tinggi mencapai 5-35 cm,
tumbuh liar pada tempat-tempat yang
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 2 Juli 2008: 96 -103

102

lembab, yang terbuka maupun yang
teduh di sisi jalan. Atau lapangan
rumput. Di pulau Jawa tumbuhan ini
terdapat dari pantai sampai
pegunngan dengan ketinggian 3.000
m dpl. Mempunyai batang lunak dan
bercabang-cabang. Termasuk suku
Oxalidaceae. Tanaman ini
mengandung asam oksalat.
Mempunyai sifat kimiawi dan efek
farmakologis sebagai berikut : rasa
asam, sejuk, menurunkan panas,
menetralisir racun, antibiotik, anti-
inflamasi, penenang, dan
menurunkan tekanan darah.
Terinjing (Sonchus oleraceus L.),
masyarakat Sasak memanfaatkan
daunnya untuk mengobati luka.
Berupa terna semusim, tegak, pahit,
mengandung getah yang berwarna
putih, tinggi 0.3 sampai 1.25 m. Di
Jawa ditemukan pada ketinggian 200
sampai 2200 m dpl. Di tempat-tempat
tertentu tumbuh agak banyak di
daerah yang menerima cukup cahaya
matahari atau sedikit naungan,
daerah tidak terlalu kering di ladang
dan di kebun, di belukar dan pinggiran
jalan, di daerah ini tumbuhan tersebut
tidak merupakan tumbuhan yang
mengganggu. Tumbuhan ini
merupakan makanan ternak yang
baik, batang yang muda serta daun
merupakan lalab yang digemari (1).
Daun urut pemecut jaran
(Stachytarpheta jamaicensis (L.)
Vahl.) diremas-remas ditambah
garam sedikit, airnya diminum dapat
sebagai obat batuk Berupa semak,
tegak, tinggi 20-90 cm. Daunnya
berkhasiat sebagai obat
batuk,mencret dan luka. Daun dan
akar mengandung saponin dan
flavonoida. Disamping itu daunnya
juga mengandung tanin, sedangkan
akarnya juga mengandung polifenol
(8). Jus dari daun dan akarnya
digunakan sebagai tonik, emetik,
expektoran, stimulan, purgatif, dan
emenagogu (11).
Bunga kumbi (Tabernaemontana
sphaerocarpa Bl.) yang masih kuncup
diambil airnya diteteskan ke mata
yang merah. Pohon tinggi hingga 13
m, di Jawa Tengah dan Jawa Timur di
bawah 800 m dan di banyak daerah
sangat umum, tetapi tumbuhnya tidak
pernah berkelompok. Getahnya
dipergunakan untuk mengobati
penyakit kulit dan daunnya sebagai
obat luar terhadap keseleo. Buahnya
berwarna jingga dan diketahui
beracun. Nama daerah Sunda :
hamperu badak. Jawa : jembirit,
gembirit, kembirit, cempirit (1).
Rebusan kulit batangnya digunakan
sebagai obat penyakit kulit. Daun
diremas dicampur dengan kapur
untuk mengobati infeksi mata (12).

KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukan
bahwa pengobatan tradisional
masyarakat Sasak di Lombok Barat
masih mendominasi cara
penyembuhan suatu penyakit yang
diderita oleh masyarakat. Tercatat 16
macam penyakit yang memanfaatkan
tumbuhan untuk pengobatannya di
antaranya adalah sakit batuk, diare,
luka, cacingan, gatal karena jelatang,
demam, gatal, cacar, terkena gigitan
kalajengking, malaria, mata merah,
goaman, keloh, desentri, sesak
nafas dan terkena gigitan ular.
Dari hasil penelitian tercatat
sebanyak 25 jenis tumbuhan yang
termasuk ke dalam 16 suku yang
dimanfaatkan dalam pengobatan
tradisional. Perlu dilakukan
penelitian lanjutan sehubungan
dengan kandungan kimia dari setiap
jenis tumbuhan tersebut walaupun
sudah ada beberapa tanaman yang
diketahui kandungan kimianya namun
masih perlu diuji lagi termasuk dosis
yang tepat dalam penggunaannya
beserta uji klinisnya.
Pengobatan Tradisional Masyarakat Sasak Lombok Barat
(Soedarsono Riswan dan Dwi Andayaningsih)

103
Tercatat satu jenis tumbuhan yaitu
pulai (Alstonia scholaris) yang sudah
dikategorikan mempunyai status
kelangkaan jarang.

DAFTAR PUSTAKA
1. Heyne K. Tumbuhan Berguna
Indonesia Jilid I-III. Jakarta: Yayasan
Sarana Wana Jaya; 1987.
2. van Valkenburg JLCH and
Bunyapraphatsara N. Medicinal and
Poisonous Plants 2. Leiden:
Backhuys Publishers; 2001.
PROSEA No 12(2).
3. Sulistiarini D. Alstonia scholaris (L.)
R.Br. Dalam: Rifai MA, Rugayah dan
Widjaja EA (Penyunting). Tiga Puluh
Tumbuhan Obat Langka Indonesia.
Sisipan Floribunda 1992: 2: 5-6.
4. Wijayakusuma HS, Dalimartha ASW.
Tanaman Berkhasiat Obat Di
Indonesia. Jilid ke-4. Jakarta:
Pustaka Kartini; 1996.
5. Dalimartha S. Atlas Tumbuhan Obat
Indonesia Jilid 2. Jakarta: Trubus
Agriwidya; 2000. hal. 149-156.
6. Djumidi H, Sugiarso S, dan Gotama
I. Inventaris Tumbuhan Obat
Indonesia Jilid IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan Balitbang
Kesehatan; 1997.
7. Hutapea JR, Sutjipto, Djumidi.
Inventaris Tumbuhan Obat Indonesia
Jilid II. Jakarta: Departemen
Kesehatan Balitbang Kesehatan;
1993.
8. Syamsuhidayat SS dan Hutapea JR.
Inventaris Tumbuhan Obat Indonesia
Jilid I. Jakarta: Departemen
Kesehatan Balitbang Kesehatan;
1991.
9. Harada K, Rahayu M, Muzakkir A.
Medicinal Plants of Gunung Halimun
National Park West Java Indonesia.
BCP-JICA; 2002.
10. Sambas EN, Sosef MSM, and
Knema Lour. In : Sosef MSM, Hong
LT and Prawirohatmodjo S (eds).
PROSEA No. 5(3). Bogor: PROSEA;
1998. p. 317-320.
11. van Valkenburg JLCH and
Bunyapraphatsara N. Stachytarpheta
jamaicensis (L.) Vahl. In: van
Valkenburg JLCH and
Bunyapraphatsara N (eds). Medicinal
and Poisonous Plants 2. Leiden:
Backhuys Publishers; 2002. p. 510-
513. PROSEA No. 12(2).
12. Chua LSL and Horsten SFAJ.
Tabernaemontana L. In: van
Valkenburg JLCH and
Bunyapraphatsara N (eds). Medicinal
and Poisonous Plants 2. Leiden:
Backhuys Publishers; 2002. p. 530-
538. PROSEA No. 12(2).

Anda mungkin juga menyukai