KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN OBAT YANG DIGUNAKAN DALAM PENGOBATAN TRADISIONAL MASYARAKAT SASAK LOMBOK BARAT
Soedarsono Riswan 1 dan Dwi Andayaningsih 2
1 Bidang Botani, Puslit. Biologi LIPI, 2 Fakultas Biologi Universitas Nasional
ABSTRACT Traditional medication have been long enough been conducted by our ancestors since long ago and hereditary endowed from generation to generation. Research of useful plant for traditional medication of Sasak society who live in West Lombok have been done. Data collected by interview with chosen informan like the figure or tribe-head, and follow some of community daily activity and also field observation. The result showed that there were not less than 25 plant species exploited to cure of diseases. Useful plant and ethnobotanical aspect will be discussed in this paper. Keywords: traditional medicine, Sasak tribe, West Lombok
ABSTRAK Pengobatan tradisional sudah lama dilakukan oleh nenek moyang kita sejak jaman dahulu dan diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Penelitian mengenai pemanfaatan tumbuhan untuk pengobatan tradisional suku Sasak di Lombok Barat telah dilakukan. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan informan terpilih seperti kepala adat, dukun kampung dan mengikuti sebagian aktivitas harian penduduk serta observasi lapangan. Tercatat tidak kurang dari 25 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan untuk mengobati berbagai macam penyakit. Cara pengolahan dan aspek etnobotani lainnya akan dijelaskan dalam makalah ini. Kata kunci: pengobatan tradisional, Suku Sasak, Lombok Barat
PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara tropis yang sudah dikenal sebagai penghasil berbagai macam komoditas hasil pertanian, termasuk di antaranya tanaman obat. Kondisi tanah yang subur, iklim yang baik serta didukung oleh keanekaragaman flora membuat Indonesia menjadi negara penghasil komoditas obat-obatan asal alam yang cukup potensial. Obat tradisional merupakan warisan turun-temurun dari nenek moyang berakar kuat dalam budaya bangsa, oleh karena itu baik dalam ramuan maupun dalam penggunaannya sebagai obat tradisional masih berdasarkan pengalaman yang diturunkan dari generasi ke generasi baik secara lisan maupun tulisan. Dewasa ini pemanfaatan obat tradisional oleh masyarakat digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk diri sendiri. Pemanfaatan obat tradisional untuk menanggulangi penyakit rakyat dalam pelayanan kesehatan formal masih kurang atau belum digunakan dalam pelayanan kesehatan formal. Pengetahuan tradisional tersebut jika tidak ditulis, lama kelamaan akan menghilang, oleh karena itu dilakukan penggalian informasi salah satunya Pengobatan Tradisional Masyarakat Sasak Lombok Barat (Soedarsono Riswan dan Dwi Andayaningsih)
97 terhadap masyarakat Sasak yang tinggal di desa Senaru yang termasuk kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Barat, dimana masyarakatnya masih mempraktekan pengobatan tradisional. Desa Senaru merupakan desa terakhir yang berbatasan langsung dengan hutan produksi dan Taman Nasional Gunung Rinjani. Desa ini termasuk ke dalam kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Barat terletak pada ketinggian antara 600-800 m dpl., merupakan lereng kaki gunung Rinjani dengan topografi cukup miring sampai terjal. Mata pencaharian penduduk adalah bertani atau berladang, sebagian kecil berdagang dan mengantar tamu atau turis yang dating berkunjung ke daerah pegunungan Rinjani dan Danau Sagara Anakan, karena Desa Senaru merupakan pintu utama untuk menuju ke daerah tersebut. Perjalanan ke desa tersebut ditempuh dengan jalan darat dari Mataram kurang lebih 2.5 jam. Di lokasi ini terdapat pula lokasi wisata air terjun Sendang Gila yang merupakan kawasan hutan produksi Senaru, jaraknya sekitar 2 km dari desa Senaru. Daerah ini merupakan lokasi pariwisata yang banyak dikunjungi wisatawan baik dalam maupun luar negri karena keindahan air terjunnya. Medannya yang cukup bertebing dan kelestariannya selalu terjaga, menjadikan hutan di kawasan ini cukup baik.
METODOLOGI PENELITIAN Cara pengumpulan data yang ada kaitannya dengan pengobatan tradisional dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei eksploratif dan wawancara. Teknik wawancara yang dilakukan adalah wawancara dengan responden yang terdiri dari penduduk setempat terutama yang memiliki pengetahuan tentang keanekaragaman jenis tumbuhan yang tumbuh di sekitarnya dan juga wawancara dengan kepala adat yang disebut dengan istilah Pemangku. Pemangku ini juga mempunyai pengetahuan dalam pengobatan tradisional. Jenis-jenis tumbuhan yang mempunyai manfaat sebagai bahan obat yang diinformasikan oleh masyarakat dan Pemangku dicatat nama lokalnya, cara pengolahannya, bagian tumbuhan yang dimanfaatkan dan cara pengobatannya. Jenis-jenis tumbuhan tersebut diambil contoh koleksi herbariumnya untuk identifikasi nama jenis yang dilakukan di Herbarium Bogoriense Puslit Biologi - LIPI di Bogor. Sedangkan analisa kimianya dilakukan di Balit. Kimia Analitik, Puslit. Kimia LIPI Serpong.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kehidupan Masyarakat Sasak dan Sistem Pengobatan Tradisional Desa Senaru dihuni oleh masyarakat dari suku Sasak. Sebagian besar menganut agama Islam, dan sebagian kecil yang beragama Hindu. Mata pencahariannya adalah bertani. Dalam pertanian mereka menanam padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedele, kacang tanah dan lain-lain. Dalam rangka pertanian, mereka masih melakukan beberapa macam upacara di antaranya adalah Membangar, Ruwah binik, Sidekang pare, Menyemprak, Ruwah petukan pare, Ruwah repak jami, dan Selamet sambi. Melalui upacara- upacara ini mereka berharap akan mendapat curah hujan yang cukup, tanaman menjadi subur, tanaman terhindar dari hama penyakit, ternakpun selamat dan sebagainya. Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 2 Juli 2008: 96 -103
98
Dalam pengobatan tradisional mereka percaya kepada dukun kampung yang disebut dengan Belian. Masyarakat Sasak yang tinggal di desa Senaru masih sangat mempercayai adanya roh-roh halus yang dapat menyebabkan mereka sakit. Dan praktek pengobatan tradisional masih dilakukan walaupun sudah didirikan Puskesmas dengan fasilitas seorang bidan dan seorang mantri kesehatan.
Keanekaragaman tumbuhan obat yang digunakan dalam pengobatan tradisional Dari hasil wawancara dengan penduduk disini tercatat tidak kurang dari 25 jenis tumbuhan (Tabel 1) yang dimanfaatkan untuk mengobati berbagai penyakit rakyat. Sekitar 16 jenis penyakit yang diobati dengan ramuan dari tumbuh-tumbuhan di antaranya adalah sakit batuk, diare, luka, cacingan, gatal karena jelatang, demam, gatal, cacar, terkena gigitan kalajengking, malaria, mata merah, goaman, keloh, desentri, sesak nafas dan terkena gigitan ular. Dari informasi yang diperoleh, penggunaan masing-masing jenis tumbuhan tersebut adalah sebagai berikut. Kethuk (Alocasia sp.) termasuk ke dalam suku Araceae (1), getah batangnya dioleskan ke kulit untuk menyembuhkan gatal-gatal karena terkena jelatang. Akar dari Alocasia indica digosok dengan garam merupakan obat terhadap gigitan ular, borok ganas dan ruam saraf. Pulai (Alstonia scholaris (L.) R.Br), getah batangnya dimanfaatkan untuk mengobati diare. Rebusan kulit batangnya digunakan sebagai febrifuge, tonik, emenagogue, dan anti-kolera. Sedangkan di Thailand, kulitnya digunakan sebagai tonik yang kuat, febrifuge, haid yang tidak teratur, disentri, diare dan artritis. Pulai sudah dikategorikan mempunyai status kelangkaan jarang (2, 3). Srikaya bayan (Annona squamosa L.), daunnya dicampur dengan daun jarak cina (Jatropha curcas) dan daun sesapa (Blumea balsamifera) diremas dan masukkan ke dalam ember berisi air, kemudian untuk memandikan anak-anak yang sakit demam. Berupa perdu atau pohon kecil, tinggi 2-7 m, kulit pohon tipis berwarna keabu- abuan, getah kulitnya beracun, termasuk pohon buah-buahan kecil yang tumbuh di tanah berbatu, kering, dan terkena cahaya matahari langsung. Daunnya juga berkhasiat sebagai obat borok, bisul, luka, kudis, eksema,batuk, dan demam (4). Kekosok (Ardisia javanica DC.), kulit batang luarnya ditambah dengan beras kemudian ditumbuk dan ditambah air, selanjutnya dibuat pupur untuk mengobati penyakit cacar. Jenis-jenis Ardisia lain yang juga dimanfaatkan sebagai obat adalah Ardisia colorata, daunnya diminum sebagai obat mulas. Ardisia humilis, daunnya digunakan sebagai obat kudis dan buahnya sebagai obat cacing. Sedangkan Ardisia odontophylla, seduhan akarnya digunakan sebagai obat encok, dan seduhan daun diminum untuk mengobati perut mulas (1). Daun sesapa (Blumea balsamifera (L.) DC.) digunakan untuk memandikan anak-anak yang demam. Berupa perdu, tumbuh tegak, tinggi sampai 4 m, berambut halus, termasuk suku Asteraceae. Daunnya mengandung borneol, cineole, limonene, di-methyl ether phloroacetophenone dan dimanfaatkan sebagai obat rematik sendi, influenza, kembung, diare, dan nyeri haid (4).
Pengobatan Tradisional Masyarakat Sasak Lombok Barat (Soedarsono Riswan dan Dwi Andayaningsih)
99 Tabel 1 Jenis Tumbuhan Obat Yang Digunakan Dalam Pengobatan Tradisional Masyarakat Sasak Di Lombok Barat
No. Nama Jenis Suku Nama lokal Bagian berguna 1. Alocasia sp. Araceae Kethuk Getah batang 2. Alstonia scholaris (L.) R.Br. Apocynaceae Pulai Getah batang 3. Annona squamosa L. Annonaceae Srikaya bayan Daun 4. Ardisia javanica DC. Myrsinaceae Kekosok Kulit batang 5. Blumea balsamifera (L.) DC. Asteraceae Sesapa Daun 6. Bridelia stipularis (L.) Bl. Euphorbiaceae Geguthu Kulit batang 7. Centela asiatica (L.) Urban Apiaceae Telingan bangket Daun 8. Commelina diffusa Burm f. Commelinacea e Bebenyah Daun 9. Cordia obliqua Auct.. Boraginaceae Kendal Kulit batang 10. Crinum asiaticum L. Amaryllidacea e Bakung Daun 11. Crotalaria usaramoensis Baker f. Fabaceae Geronong bodok Daun 12. Desmodium triflorum (L.)DC. Fabaceae Empet- empet Daun 13. Emilia sonchifolia (L.) Asteraceae Seripa Daun 14. Euphorbia hirta L. Euphorbiaceae Jambokan Getah, daun 15. Ficus hispida L. Moraceae Lembukik bulu Daun muda 16. Ficus septica Burm f. Moraceae Lembukik Getah batang 17. Gmelina asiatica L. Verbenaceae Wareng Air buah 18. Jatropha curcas L. Euphorbiaceae Jarak Daun 19. Knema sumatrana (Blume) W.J. de Wilde Myristicaceae Durenan Kulit batang 20. Leucaena leucocephala (Lamk.) de Wit Fabaceae Blandengan Biji 21. Melaleuca cajuputi Powell Myrtaceae Kayu putih Daun 22. Oxalis corniculata L. Oxalidaceae Sumangge Tanaman 23. Sonchus oleraceus L. Asteraceae Terinjing Daun 24. Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl. Verbenaceae Urut pemecut jaran Daun 25. Tabernaemontana sphaerocarpa Bl. Apocynaceae Kumbi Bunga
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 2 Juli 2008: 96 -103
100
Geguthu (Bridelia stipularis (L.) Bl.) termasuk ke dalam suku Euphorbiaceae, berupa perdu yang memanjat tinggi. Kulit batangnya direbus ditambah sedikit garam dan diminum untuk mengobati desentri. Daun telingan bangket (Centella asiatica (L.) Urban) diremas-remas ditempelkan ke bagian yang luka. Berupa terna, menahun, tidak berbatang, mempunyai rimpang pendek dan stolon-stolon yang merayap, panjang 10-80 cm. Tanaman mengandung asiaticoside, thankuniside, isothankuniside, madecassoside, brahmoside, brahminoside, brahmic acid, madasiatic acid, hydrocotyline, mesoinositol, centellose, carotenoids, garam mineral, zat pahit vellarine dan zat samak (5). Tanaman ini mempunyai sifat kimiawi dan efek farmakologis sebagai berikut : rasa manis, sejuk, anti infeksi, antitoxic, penurun panas, dan peluruh air seni (4). Daun bebenyah (Commelina diffusa Burm f.) termasuk suku Commelinaceae, daunnya diremas- remas ditempelkan pada bekas luka karena gigitan ular. Berupa herba tinggi 20-60 cm, tegak atau menjalar, bulat , lunak, beruas-ruas, berwarna hijau. Daunnya berkhasiat sebagai obat pelancar haid, demam, sakit kepala dan untuk peluruh keringat. Kandungan kimia daun adalah saponin dan polifenol (6). Di Indonesia, daun dan batang digunakan untuk mengobati haid yang tidak teratur. Daunnya juga dimanfaatkan sebagai. Kendal (Cordia obliqua Willd.), bagian dalam kulit batangnya dikerok dan dioleskan pada lidah dan bibir pada bayi yang baru lahir yang terkena sakit goaman. Berupa pohon tinggi 15-20 m; batangnya tegak, bulat, percabangan simpodial, permukaan kasar dan berwarna coklat. Kulit batang dan daun digunakan sebagai obat demam. Kulit batang, daun dan buah kendal mengandung saponin, disamping itu kulit batang dan daunnya juga mengandung flavonoida dan tanin, sedang buahnya mengandung polifenol (7). Daun bakung (Crinum asiaticum) diikatkan pada perut yang perasaannya seperti ada daging di dalamnya (disebut dengan sakit keloh). Herba tahunan tinggi kira-kira 1.3 m; batangnya semu, diameter 10 cm, tegak, lunak, putih kehijauan. Akarnya dimanfaatkan sebagai peluruh keringat dan obat luka, dan daunnya sebagai obat bengkak. Akar dan daun mengandung alkaloida, saponin, flavonoida dan polifenol. Bunganya mengandung saponin, flavonoida dan tannin (8). Daun geronong bodok (Crotalaria usaramoensis Baker f.) diremas- remas dan airnya dimanfaatkan sebagai obat tetes mata yang merah. Tumbuhan ini merupakan terna, umur agak panjang, berakar dalam, tumbuh tegak, tinggi 1 sampai 2.5 m, pada bagian kaki sering agak berkayu. Daun empet-empet (Desmodium triflorum (L.) DC.) diremas-remas ditempelkan ke bagian yang luka. Sedangkan seluruh tanaman direbus dan ditambah sedikit garam diminum untuk menyembuhkan diare. Bentuk perdu tinggi 3 m. Daun, buah dan akar mengandung saponin dan flavonoida, disamping itu daunnya mengandung polifenol serta akarnya juga mengandung tanin (8). Daun seripa (Emilia sonchifolia (L.) DC.) Masyarakat Sasak memanfaatkan daunnya untuk mengobati luka dengan cara diremas- remas dan kemudian ditempelkan pada bagian yang sakit. Berupa terna semusim, tumbuh tegak atau berbaring pada pangkalnya, tinggi 10- 40 cm dan dapat mencapai 1.2 m. Pengobatan Tradisional Masyarakat Sasak Lombok Barat (Soedarsono Riswan dan Dwi Andayaningsih)
101 Tanaman ini mempunyai sifat kimiawi dan efek farmakologis sebagai berikut : pahit, sejuk, membersihkan panas, menghilangkan panas, antitoxic, antibiotik, anti bengkak (4). Jambokan (Euphorbia hirta L.), getah batangnya untuk obat luka, sedangkan daunnya diremas ditambah garam dan air sedikit kemudian diminum untuk mengobati desentri. Kandungan kimianya adalah myricyl alkohol, taraxerol, friedlin, - amyrin, - sitosterol, -eufol, euforbol, triterpenoid eufol, tirukalol, eufosterol, hentriacontane, flavonoid dan tanin. Seluruh bagian tanaman digunakan sebagai obat desentri, diare, gangguan pencernaan, dan radang ginjal (4). Lembukik bulu (Ficus hispida L.) diambil pucuk daunnya dengan cara menggigit pakai gigi dan ditambah pucuk alang-alang (Imperata cylindrica) disemburkan pada yang sakit ngeresan (sesak nafas). Tumbuhan ini berupa pohon dengan tinggi sampai 15 m. Kulit batangnya licin dan berwarna hijau. Termasuk ke dalam suku Moraceae. Mempunyai nama lokal Sunda beunying (9). Lembukik (Ficus septica Burm f.) berupa perdu, jarang yang pohon kecil, panjang 1 5 m, permukaan kulit batang hijau muda atau putih. Getah batang lembokik (Ficus septica) dioleskan pada luka bekas gigitan kalajengking. Air batangnya untuk obat batuk dan mata, sedangkan jus akar digunakan juga sebagai obat mata (9). Wareng (Gmelina asiatica L.) termasuk suku Verbenaceae, air buahnya untuk obat gatal-gatal. Buahnya disamping sebagai obat gatal-gatal, air dari daun dan buahnya dapat juga diteteskan pada sakit telinga (1). Jarak (Jatropha curcas L.), daunnya diremas-remas ditambah garam sedikit, kemudian ditempelkan ke bagian yang luka. Berbentuk semak tahunan, tinggi 1.5-5 m. Daunnya berkhasiat sebagai obat cacing, perut kembung dan luka. Daun dan batang mengandung saponin, flavonoida dan polifenol, sedangkan daunnya juga mengandung tanin (8). Kulit batang durenan (Knema sumatrana (Blume) W.J. de Wilde) direbus dan diminum untuk mengobati malaria. Selain itu juga sebagai minuman tiap hari sebagai pengganti minuman teh, karena warnanya seperti teh. Daerah penyebaran tumbuhan ini adalah Peninsular Thailand, Peninsular Malaysia dan Sumatra (10). Blandengan (Leucaena glauca (Lamk.) de Wit Benth.), bijinya dimakan untuk mengobati cacingan. Berupa perdu, tahunan, tinggi 2-5 m. Bijinya dimanfaatkan sebagai peluruh air seni dan obat cacing. Daunnya mengandung alkaloida, saponin, flavonoida dan tanin (8). Daun kayu putih (Melaleuca cajuputi Powell) diremas-remas untuk mengobati luka bekas gigitan kalajengking. Daunnya yang diremas- remas juga bisa dioleskan ke leher untuk obat batuk. Kandungan kimia dari kulit batangnya adalah lignin dan melaleucin, sedangkan daunnya mengandung minyak atsiri terdiri dari sineol 50% - 65%, -twerpineol, valeraldehida dan benzaldehida. Wijayakusuma (1996) mengatakan bahwa daunnya bermanfaat sebagai obat rematik, neuralgia, diare, perut kembung, radang usus, sakit kepala, asma, sakit gigi, batuk, demam, flu, eksema, dan radang kulit. Tanaman sumangge (Oxalis corniculata L.) direbus dan airnya diminum 3 kali sehari 1 gelas ditambah garam sedikit dapat untuk mengobati batuk. Tumbuhan merayap atau tegak tinggi mencapai 5-35 cm, tumbuh liar pada tempat-tempat yang Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 2 Juli 2008: 96 -103
102
lembab, yang terbuka maupun yang teduh di sisi jalan. Atau lapangan rumput. Di pulau Jawa tumbuhan ini terdapat dari pantai sampai pegunngan dengan ketinggian 3.000 m dpl. Mempunyai batang lunak dan bercabang-cabang. Termasuk suku Oxalidaceae. Tanaman ini mengandung asam oksalat. Mempunyai sifat kimiawi dan efek farmakologis sebagai berikut : rasa asam, sejuk, menurunkan panas, menetralisir racun, antibiotik, anti- inflamasi, penenang, dan menurunkan tekanan darah. Terinjing (Sonchus oleraceus L.), masyarakat Sasak memanfaatkan daunnya untuk mengobati luka. Berupa terna semusim, tegak, pahit, mengandung getah yang berwarna putih, tinggi 0.3 sampai 1.25 m. Di Jawa ditemukan pada ketinggian 200 sampai 2200 m dpl. Di tempat-tempat tertentu tumbuh agak banyak di daerah yang menerima cukup cahaya matahari atau sedikit naungan, daerah tidak terlalu kering di ladang dan di kebun, di belukar dan pinggiran jalan, di daerah ini tumbuhan tersebut tidak merupakan tumbuhan yang mengganggu. Tumbuhan ini merupakan makanan ternak yang baik, batang yang muda serta daun merupakan lalab yang digemari (1). Daun urut pemecut jaran (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl.) diremas-remas ditambah garam sedikit, airnya diminum dapat sebagai obat batuk Berupa semak, tegak, tinggi 20-90 cm. Daunnya berkhasiat sebagai obat batuk,mencret dan luka. Daun dan akar mengandung saponin dan flavonoida. Disamping itu daunnya juga mengandung tanin, sedangkan akarnya juga mengandung polifenol (8). Jus dari daun dan akarnya digunakan sebagai tonik, emetik, expektoran, stimulan, purgatif, dan emenagogu (11). Bunga kumbi (Tabernaemontana sphaerocarpa Bl.) yang masih kuncup diambil airnya diteteskan ke mata yang merah. Pohon tinggi hingga 13 m, di Jawa Tengah dan Jawa Timur di bawah 800 m dan di banyak daerah sangat umum, tetapi tumbuhnya tidak pernah berkelompok. Getahnya dipergunakan untuk mengobati penyakit kulit dan daunnya sebagai obat luar terhadap keseleo. Buahnya berwarna jingga dan diketahui beracun. Nama daerah Sunda : hamperu badak. Jawa : jembirit, gembirit, kembirit, cempirit (1). Rebusan kulit batangnya digunakan sebagai obat penyakit kulit. Daun diremas dicampur dengan kapur untuk mengobati infeksi mata (12).
KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukan bahwa pengobatan tradisional masyarakat Sasak di Lombok Barat masih mendominasi cara penyembuhan suatu penyakit yang diderita oleh masyarakat. Tercatat 16 macam penyakit yang memanfaatkan tumbuhan untuk pengobatannya di antaranya adalah sakit batuk, diare, luka, cacingan, gatal karena jelatang, demam, gatal, cacar, terkena gigitan kalajengking, malaria, mata merah, goaman, keloh, desentri, sesak nafas dan terkena gigitan ular. Dari hasil penelitian tercatat sebanyak 25 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam 16 suku yang dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional. Perlu dilakukan penelitian lanjutan sehubungan dengan kandungan kimia dari setiap jenis tumbuhan tersebut walaupun sudah ada beberapa tanaman yang diketahui kandungan kimianya namun masih perlu diuji lagi termasuk dosis yang tepat dalam penggunaannya beserta uji klinisnya. Pengobatan Tradisional Masyarakat Sasak Lombok Barat (Soedarsono Riswan dan Dwi Andayaningsih)
103 Tercatat satu jenis tumbuhan yaitu pulai (Alstonia scholaris) yang sudah dikategorikan mempunyai status kelangkaan jarang.
DAFTAR PUSTAKA 1. Heyne K. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I-III. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya; 1987. 2. van Valkenburg JLCH and Bunyapraphatsara N. Medicinal and Poisonous Plants 2. Leiden: Backhuys Publishers; 2001. PROSEA No 12(2). 3. Sulistiarini D. Alstonia scholaris (L.) R.Br. Dalam: Rifai MA, Rugayah dan Widjaja EA (Penyunting). Tiga Puluh Tumbuhan Obat Langka Indonesia. Sisipan Floribunda 1992: 2: 5-6. 4. Wijayakusuma HS, Dalimartha ASW. Tanaman Berkhasiat Obat Di Indonesia. Jilid ke-4. Jakarta: Pustaka Kartini; 1996. 5. Dalimartha S. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Jakarta: Trubus Agriwidya; 2000. hal. 149-156. 6. Djumidi H, Sugiarso S, dan Gotama I. Inventaris Tumbuhan Obat Indonesia Jilid IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Balitbang Kesehatan; 1997. 7. Hutapea JR, Sutjipto, Djumidi. Inventaris Tumbuhan Obat Indonesia Jilid II. Jakarta: Departemen Kesehatan Balitbang Kesehatan; 1993. 8. Syamsuhidayat SS dan Hutapea JR. Inventaris Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I. Jakarta: Departemen Kesehatan Balitbang Kesehatan; 1991. 9. Harada K, Rahayu M, Muzakkir A. Medicinal Plants of Gunung Halimun National Park West Java Indonesia. BCP-JICA; 2002. 10. Sambas EN, Sosef MSM, and Knema Lour. In : Sosef MSM, Hong LT and Prawirohatmodjo S (eds). PROSEA No. 5(3). Bogor: PROSEA; 1998. p. 317-320. 11. van Valkenburg JLCH and Bunyapraphatsara N. Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl. In: van Valkenburg JLCH and Bunyapraphatsara N (eds). Medicinal and Poisonous Plants 2. Leiden: Backhuys Publishers; 2002. p. 510- 513. PROSEA No. 12(2). 12. Chua LSL and Horsten SFAJ. Tabernaemontana L. In: van Valkenburg JLCH and Bunyapraphatsara N (eds). Medicinal and Poisonous Plants 2. Leiden: Backhuys Publishers; 2002. p. 530- 538. PROSEA No. 12(2).