Anda di halaman 1dari 3

CAMPAK

Campak, suatu penyakit akut menular, ditandai


oleh tiga stadium: (1) stadium inkubasi sekitar
10-12 hari dengan sedikit, jika ada, tanda-tanda
atau gejala-gejala; (2) stadium prdramal dengan
enantem (bercak koplik) pada mukosa
bukal dan faring, demam ringan sampai sedang,
konjungtivitis ringan, koryza, dan batuk yang
semakin berat; dan (3) stadium akhir dcngan
ruam makuler yang muncul berturut-turut pada
leher dan muka, tubuh, lengan dan kaki dan
disertai oleh demam tinggi.
DEFINISI
Campak (Rubeola, Campak 9 hari) adalah suatu
infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai
dengan demam, batuk, konjungtivitis
(peradangan selaput ikat mata/konjungtiva)
dan ruam kulit.
Penularan infeksi terjadi karena menghirup
percikan ludah penderita campak. Penderita
bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari
sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam
kulit ada.
PENYEBAB
Campak disebabkan oleh paramiksovirus.
Penularan terjadi melalui percikan ludah dari
hidung, mulut maupun tenggorokan penderita
campak. Masa inkubasi adalah 10-14 hari
sebelum gejala muncul. Kekebalan terhadap
campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif
dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang
lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1
tahun). Orang-orang yang rentan terhadap
campak adalah: bayi berumur lebih dari 1 tahun
, bayi yang tidak mendapatkan imunisasi,
remaja dan dewasa muda yang belum
mendapatkan imunisasi kedua.

GEJALA
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari
setelah terinfeksi, yaitu berupa:
- nyeri tenggorokan
- hidung meler
- batuk
- nyeri otot
- demam
- mata merah
- fotofobia (rentan
terhadap cahaya,
silau).
2-4 hari kemudian muncul bintik putih
kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik).
Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak
gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala
diatas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam
kemerahan yang mendatar) maupun papula
(ruam kemerahan yang menonjol). Pada
awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan
dan di bawah telinga serta di leher sebelah
samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar
ke batang tubuh, lengan dan tungkai,
sedangkan ruam di wajah mulai memudar. Pada
puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit,
ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai
40? Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya
turun, penderita mulai merasa baik dan ruam
yang tersisa segera menghilang.
KOMPLIKASI
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup,
campak jarang berakibat serius. Beberapa
komplikasi yang bisa menyertai campak:
1. Infeksi bakteri
- Pneumonia
- Infeksi telinga tengah
2. Kadang terjadi trombositopenia
(penurunan jumlah trombosit),
sehingga pendeita mudah memar dan
mudah mengalami perdarahan
3. Ensefalitis (inteksi otak) terjadi pada 1
dari 1,000-2.000 kasus.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan
ruam kulit yang khas.
Pemeriksaan lain yang mungkin perlu dilakukan:
- pemeriksaan darah
- pembiakan virus
- serologi campak.
PENGOBATAN
Tidak ada pengobatan khusus untuk campak.
Anak sebaiknya menjalani tirah baring.
Untuk menurunkan demam, diberikan
asetaminofen atau ibuprofen. Jika terjadi
infeksi bakteri, diberikan antibiotik.
PENCEGAHAN
Vaksin campak merupakan bagian dari
imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya
diberikan dalam bentuk kombinasi dengan
gondongan dan campak Jerman (vaksin
MMR/mumps,measles, rubella), disuntikkan
pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya
mengandung campak, vaksin dibeirkan pada
umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis
pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis
kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.

KUSTA
Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang
disebabkan oleh Mycobacterium lepra (M.
leprae) yang pertama kali menyerang saraf tepi,
selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa
(mulut), saluran napas bagian atas, sistim
retikuloendotelia, mata, otot, tulang dan testis
(Amirudin dalam Harahap, 2000).
Cara Penularan Penyakit Kusta
Cara penularan penyakit kusta melalui
saluran napas (inhalasi) dan kulit (kontak
langsung yang lama dan erat). Kuman mencapai
permukaan kuit melalui folikel rambut, kelenjar
keringat dan diduga juga melalui air susu ibu.
Tempat implantasi tidak selalu menjadi lesi
pertama. Timbulnya penyakit kusta pada
seseorang tidak mudah sehingga tidak perlu
ditakuti. Hal ini bergantung pada beberapa
faktor antara lain sumber penularan, kuman
kusta, daya tahan tubuh, sosial ekonomi dan
iklim. Sumber penularan adalah kuman kusta
utuh (solid) yang berasal dari pasien kusta tipe
MB (Multi Basiler) yang belum diobati atau
tidak teratur berobat. Insiden tinggi pada
daerah tropis dan sub tropis yang panas dan
lembab. Kusta dapat menyerang pada semua
umur, anak-anak lebih rentan dari pada orang
dewasa. Frekuensi tertinggi pada orang dewasa
ialah umur 25- 35 tahun, sedangkan pada
kelompok anak umur 10-12 tahun (Mansjoer,
et.al.,2000).
Klasifikasi penyakit kusta
1. Kusta Pausibasilar (PB)
Tanda-tandanya: Bercak putih seperti panu
yang mati rasa, artinya bila bercak putih
tersebut disentuh dengan kapas, maka kulit
tidak merasakan sentuhan tersebut, ciri-cirinya
seperti : Permukaan bercak kering dan kasar,
Permukaan bercak tidak berkeringat, Batas
(pinggir) bercak terlihat jelas dan sering ada
bintil-bintil kecil. Kusta tipe kering ini
kurang/tidak menular, namun apabila tidak
segera diobati akan menyebabkan cacat.
2. Kusta Multibasilar (MB)
Tanda-Tandanya: Bercak putih kemerahan yang
tersebar satu-satu atau merata diseluruh kulit
badan, terjadi penebalan dan pembengkakan
pada bercak, pada permukaan bercak sering
ada rasa bila disentuh dengan kapas. Pada
permulaan tanda dari tipe kusta basah sering
terdapat pada cuping telinga dan muka. Kusta
tipe basah ini dapat menular, maka bagi yang
menderita penyakit tipe kusta tipe basah ini
harus berobat secara teratur sampai selesai
seperti yang telah ditetapkan oleh dokter.
Pengobatan penyakit kusta
Pengobatan penderita kusta ditujukan untuk
mematikan kuman kusta, sehingga tidak
berdaya merusak jaringan tubuh, dan tanda-
tanda penyakit menjadi kurang aktif dan
akhirnya hilang. Dengan hancurnya kuman,
maka sumber penularan dari penderita
terutama tipe multi basiler (MB) keorang lain
terputus (Hiswani , 2001) .

DIABETES MELITUS
Diabetes melitus, DM (bahasa Yunani:
, diabanein, tembus atau pancuran
air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang
juga dikenal di Indonesia dengan istilah
penyakit kencing manis adalah kelainan
metabolik yang disebabkan oleh banyak faktor,
dengan simtoma berupa hiperglikemia kronis
dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein, sebagai akibat dari: defisiensi
sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau
keduanya. Defisiensi transporter glukosa. atau
keduanya.
Tipe Diabetes Mellitus
1. Diabetes Mellitus Tipe I
Diabetes mellitus tipe I adalah penyakit
hiperglikemia akibat ketiadaan absolute insulin.
Penyakit ini disebut diabetes mellitus dependen
insulin (DMDI). Pengidap penyakit ini harus
mendapatkan insulin pengganti. Diabetes tipe I
biasanya dijumpai pada orang yang tidak gemuk
berusia kurang dari 30 tahun, dengan
perbandingan laki-laki sedikit lebih banyak
daripada wanita.


2. Diabetes Mellitus Tipe II
Diabetes mellitus tipe II adalah penyakit
hiperglikemia akibat insensitivitas sel terhadap
insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun
atau berada dalam rentang normal. Karena
insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta
pancreas, maka diabetes mellitus tipe II
dianggap sebagai noninsulin dependent
diabetes mellitus (NIDDM). Diabetes mellitus
tipe II biasanya timbul pada orang yang berusia
lebih dari 30 tahun, dan dahulu disebut sebagai
diabetes awitan dewasa. Pasien wanita lebih
banyak daripada pria.
3. Diabetes Gestasional
Diabetes gestasiional terjadi pada wanita hamil
yang sebelumnya tidak mengidap diabetes.
Sekitar 50% wanita pengidap kelainan ini akan
kembali ke status nondiabetes setelah
kehamilan berakhir. Namun, risiko mengalami
diabetes tipe II pada waktu mendatang lebih
besar daripada normal.
Gejala Diabetes Mellitus
Gejala awal diabetes adalah penderita merasa
lemas, tidak bertenaga, ingin makanan yang
manis, sering buang air kecil, dan mudah sekali
merasa haus. Dan setelah jangka panjang tanpa
perawatan memadai, dapat memicu berbagai
komplikasi kronis, seperti:
- Gangguan pada mata dengan potensi
berakibat pada kebutaan
- Gangguan pada ginjal hingga berakibat pada
gagal ginjal
- Gangguan pada jardiovaskula, disertai lesi
membrane basalis yang dapat diketahui
dengan pemeriksaan menggunakan
mikroskop elektron
- Gangguan pada sistem saraf hingga disfungsi
autonom, foot ulcer, amputasi, charcit joint,
dan disfungsi seksual.
Dan gejala lain seperti dehidrasi, ketoasidosis,
ketonuria, dan hiperosmolar nonketotik yang
dapat berakibat pada stupor dan koma. Kata
diabetes mellitus itu sendiri mengacu pada
simtoma yang disebut glikosuria, atau kencing
manis, yang terjadi jika tidak segera
mendapatkan perawatan.

Pengobatan
1. Insulin: pengidap diabetes tipe I memerlukan
terapi insulin. Tersedia berbagai jenis insulin
dengan asal dan kemurnian yang berbeda-
beda.insulin juga berbeda-beda dalam aspek
saat awitan kerja, waktu puncak kerja, dan
lama kerja. .pengidap diabetes tipe II,
walaupun dianggap tidak bergantung insulin,
juga dapat memperoleh manfaat dari terapi
insulin. Pada pengidap diabetes tipe II,
mungkin terjadi defisiensi pelepasan insulin
atau insulin yang dihasilkan kurang efektif
karena mengalami sedikit perubahan.
2. Pendidikan dan kepatuhan terhadap diet:
adalah komponen penting lain pada
pengobatan diabetes tipe I dan II. Rencana
diet diabetes dihitung secara individual
bergantung pada kebutuhan pertumbuhan,
rencana penurunan berat (biasanya untuk
pasien diabetes tipe II), dan tingkat aktivitas.
Distribusi kalori biasanya 50-60% dari
karbohidrat kompleks, 20% dari protein, dan
30% dari lemak. Diet juga mencakup serat,
vitamin, dan mineral. Sebagian penderita
diabetes tipe II mengalami pemulihan kadar
glukosa darah mendekati normal hanya
dengan intervensi diet karena adanya peran
faktor kegemukan.
3. Program Olahraga: terutama untuk pengidap
diabetes tipe II, adalah intervensi terapetik
ketiga untuk diabetes mellitus. Olahraga,
digabung dengan pembatasan diet, akan
mendorong penurunan berat dan dapat
meningkatkan kepekaan insulin. Untuk
kedua tipe diabetes, olahraga terbukti dapat
meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel
sehingga kadar glukosa darah turun.
Olahraga juga dapat meningkatkan kepekaan
sel terhadap insulin.

Anda mungkin juga menyukai