Osmen Gultom
Pusat pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif
ABSTRAK
PENGKAJIAN RECOVERY ENERGY HASIL PROSES INSENERATOR UNTUK
PEMANASAN UDARA PEMBAKARAN. Telah dilakukan pengkajian memanfaatkan panas
yang terkandung dalam gas hasil pembakaran insenerator untuk digunakan pemanasan awal
terhadap udara pembakaran yang diperlukan. Gas hasil panas hasil pembakaran yang keluar
tungku dilewatkan melalui alat penukar panas sehingga akan terjadi perpindahan panas dari
gas hasil pembakaran ke udara pembakaran. Dari studi yang dilakukan diketahui bahwa pada
pembakaran 20 kg/jam limbah cair pada suhu 1000°C akan dihasilkan udara kering sebanyak
773,8 kg/jam dan udara basah 47,2 kg/jam dengan kandullgan panas 1.136.490 kJ/jam.
Recovery energy yang diperoleh tergantung pad a beda temperatur antara temperatur gas
panas yang masuk alat penukar panas dan temperatur gas panas yang keluar alat penukar
panas. Semakin tinggi beda temperatur maka panas yang diperoleh semakin besar.
ABSTRACT
A STUDY OF ENERGY RECOVERY OF FLUE GAS INCINERA TOR FOR USING PRE
HEA TING COMBUSTION AIR. It has been done a study of using heat containing in the
incinerator flue gas for pre heat combustion air. Hot flue gas flow through a heat exchanger so
it will occur heat transfer from flue gas to air combustion. The result of study show that
combustion of 20 kglh of liquid waste with combustion temperature 1000°C will produce 773,8
kglh of dry air and 47,2 kglh moisture with total heat content 1.136.490 kJIh. Available heat
depends of temperature difference between temperature flue gas entering heat exchanger and
temperature flue gas leaving heat exchanger. The higher difference temperature will result more
available heat.
PENDAHULUAN
Proses pembakaran digunakan secra luas untuk mengontrol emisi
campuran volatil organik dalam proses industri. Dimana pada suhu tinggi dan
waktu yang cukup uap hidrokarbon dioksidasi menjadi karbon dioksida dan uap
air. Proses ini diterapkan untuk mengolah limbah radioaktif terbakar baik limbah
cair maupun padat.
Salah satu keunggulan pembakaran adalah efisiensi pemisahan polutan
yang tinggi serta reduksi volume yang sangat besar. Disisi lain sejumlah
problem bisa terjadi pada pembakaran limbah. Pembakaran yang tidak
sempurna dari bahan-bahan organik menghasilkarl pembentukan aldehida dan
uap asam. Oksidasi hidrokarbon yang mengandung sulfur ataupun halogen
akan menghasilkan polutan seperti sulfur dioksida, asam hidroklorida ataupun
phosgen. Jika polutan ini timbul maka diperlukan scrubber untuk pemisahan
polutan.
Pembakaran merupakan suatu proses kimia yang terjadi karena
kombinasi yang sangat cepat antara oksigen dan elemen atau campuran kimia
yang mengasilkan pelepasan panas. Dalam pembakaran bahan bakar atau
limbah dimana komponen utama terdiri dari karbon dan hidrogen pelepasan
panas yang terjadi ditunjukkan oleh reaksi berikut:
Dari reaksi diatas terlihat bahwa produk utama dari pembakaran bahan bakar
organik adalah CO2, H2O dan energy (panas).
Salah satu titik kritis daiam pengolahan limbah radioaktif menggunakan
proses pembakaran adalah sulitnya mengontrol gas hasil pembakaran (gas
buang). Hal ini terjadi karena energy yang timbul dari proses pembakaran akan
terikut dalam aliran gas buang akibatnya diperlukan pengolahan awal untuk
mengambil panas (menurunkan temperatur) agar pengolahan gas buang dapat
dilakukan. Untuk menurunkan temperatur dapat dilakukan dengan cara
pengenceran menggunakan udara luar pada ambien temperatur. Akibatnya
volume gas yang diolah bertambah. Cara lain untuk menurunkan temperatur
adalah dengan mengambil kembali (recovery) panas yang ada dengan
menggunakan alat penukar panas.
Dengan semakin meningkatnya harga bahan bakar dan biaya
operasional maka recovery energy merupakan salah satu alternatif yang perlu
dipertimbangkan pada pengoperasian instalasi insenerator. Pada makalah ini
akan dibahas pemanfaatan energy yang timbul dari proses pembakaran limbah
untuk digunakan bagi keperluan proses seperti pemanasan awal terhadap
udara pembakaran, limbah cair yang akan dibakar atau pemanasan ulang gas
buang yang telah dicuci dalam kolom pencucian sebelum dilepas ke
lingkungan.
METODOLOGI PENEL/TIAN
Studi yang dilakukan mengambil data-data teknis insenerator yang ada
di P2PLR dan dokumen technicatome serta literatur yang berhubungan.
Perhitungan diawali dengan menghitung neraca bahan dan neraca panas pad a
tungku pembakaran. Kemudian ditentukan jumlah panas yang timbul dan panas
yang keluar tungku. Panas yang timbul ini digunakan untuk pemanasan awal
terhadap udara pembakaran dengan menggunakan alat penukar panas dan
dihitung jumlah panas yang bjsa direcovery.
RECOVERYENERGYPROSESINSENERATOR
Berhubung dengan semakin meningkatnya biaya operasional dan
keterbatasan bahan bakar yang ada maka recovery energy menjadi bagian
penting dalam pengoperasian instalasi insenerator. Alasan lain yang menjadi
pertimbangan recovery energy adalah:
.Ekonomi; untuk memperoleh pendapatan atau menghemat energy
.Konservasi; untuk mengurangi jumlah bahan bakar yang diperlukan serta
mengurangi ketergantungan pada pihak lain
.Pendinginan gas hasil pembakaran; untuk menurunkan temperatur gas
buang yang keluar dari tungku insenerator sebelum masuk ke sistem
pengolahan gas buang
(3)
mCp(T gasbuang masuk HE-T gas buang keluar HE)
DASAR PERHITUNGAN
Perhitungan recovery energy diawali dengan menghitung neraca bahan dan
panas pada tungku insenerator. Perhitungan neraca massa dan panas
didasarkan pada hukum termodinamika pertama yaitu dalam kondisi steady
state;
input yang masuk ke sistem = out put yang keluar sistem
.
Gas buang akan selalu mempunyai komponen basah dan komponen kering.
Jika dianggap komponen kering mempunyai sifat yang sarna dengan udara
kering (Wdg, ha) dan Wm komponen udara basah maka persamaan (7)
ditulis: