Anda di halaman 1dari 10

Tanah Secara Umum, Tanah Sebagai Tubuh Alami,

Pembentukan dan Perkembangan Tanah


Ditujukan untuk memenuhi tugas Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman




Oleh :
Kelompok
Kelas F

Gea Anggun Pratiwi 150510130223
Risa Rismaniar Ruhyaman 150510130224
F. Aida Rahmani 150510130226
Nurul Fitri Hanifah 1505101302
Salma Dahlania 1505101302


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
1. Tanah secara Umum
a. Pengertian
Tanah secara umum memiliki pengertian sebagai media alami untuk
pertumbuhan tanaman. Berdasarkan pengertian secara ilmiah tanah merupakan
kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri
dari campuran bahan mineral dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman.
Tanah merupakan hasil transformasi zat-zat mineral dan organik di muka
daratan bumi. Tanah terbentuk di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang
bekerja dalam masa yang sangat panjang.
b. Ciri-ciri Tanah
Tanah dicirikan dicirikan oleh :
Lapisan, susunan yang dibentuk oleh berbagai lapisan dalam tanah yang dapat
dibedakan secara geologi, kimia, dan biologi.
Horison, lapisan-lapisan dalam penampang tanah yang setiap lapisannya
mempunyai karakteristik yang berbeda sebagai hasil dari proses perkembangan
tanah.
c. Fungsi Tanah
Tanah menunjang kehidupan tanaman dalam mensuplai berbagai bahan pangan,
serat, serta obat-obatan
Memasok keperluan manusia
Menyaring air
Mendaur ulang limbah
Menyaring bahan pencemar
Menyangga pH
d. Jenis-jenis Tanah
1) Tanah Organosol atau Tanah Gambut. Tanah jenis ini berasal dari bahan induk organik
dari hutan rawa, mempunyai ciri warna cokelat hingga kehitaman, tekstur
debulempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat sampai dengan agak lekat, dan
kandungan unsur hara rendah. Tanah ini terbentuk karena adanya proses pembusukan
dari sisa-sisa tumbuhan rawa. Banyak terdapat di rawa Sumatra, Kalimantan, dan
Papua, kurang baik untuk pertanian maupun perkebunan karena derajat keasaman
tinggi.
2) Tanah Aluvial.Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan. Bahannya
berasal dari material halus yang diendapkan oleh aliran sungai. Oleh karena itu, tanah
jenis ini banyak terdapat di daerah datar sepanjang aliran sungai
3) Tanah Regosol. Tanah ini merupakan endapan abu vulkanik baru yang memiliki butir
kasar. Penyebaran terutama pada daerah lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat
di daerah Sumatra bagian timur dan barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
4) Tanah Litosol. Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah
yang tidak begitu tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum
mengalami proses pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di
lereng gunung dan pegunungan di seluruh Indonesia.
5) Tanah Latosol. Latosol tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300
mm/tahun, dan ketinggian tempat berkisar 3001.000 meter. Tanah ini terbentuk dari
batuan gunung api kemudian mengalami proses pelapukan lanjut.
6) Tanah Grumusol. Jenis ini berasal dari batu kapur, batuan lempung, tersebar di daerah
iklim subhumid atau subarid, dan curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun.
7) Tanah Podsolik. Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tersebar di daerah beriklim
basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih 2.500 mm/ tahun. Tekstur lempung hingga
berpasir, kesuburan rendah hingga sedang, warna merah, dan kering.
8) Tanah Podsol. Jenis tanah ini berasal dari batuan induk pasir. Penyebaran di daerah
beriklim basah, topografi pegunungan, misalnya di daerah Kalimantan Tengah,
Sumatra Utara, dan Papua Barat. Kesuburan tanah rendah
9) Tanah Andosol. Tanah jenis ini berasal dari bahan induk abu vulkan. Penyebaran di
daerah beriklim sedang dengan curah hujan di atas 2.500 mm/ tahun tanpa bulan kering.
Umumnya dijumpai di daerah lereng atas kerucut vulkan pada ketinggian di atas 800
meter. Warna tanah jenis ini umumnya cokelat, abu-abu hingga hitam.
10) Tanah Mediteran Merah Kuning. Tanah jenis ini berasal dari batuan kapur keras
(limestone). Penyebaran di daerah beriklim subhumid, topografi karst dan lereng
vulkan dengan ketinggian di bawah 400 m. Warna tanah cokelat hingga merah.
Khusus tanah mediteran merah kuning di daerah topografi karst disebut Terra
Rossa.
11) Hidromorf Kelabu. Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor
lokal yaitu topografi yang berupa dataran rendah atau cekungan, hampir selalu
tergenang air, dan warna kelabu hingga kekuningan.
e. Batas-batas Tanah
a. Batas atas tanah, yaitu batas antara tanah dengan:
Udara
Air dangkal
Tumbuhan hidup
Bahan tumbuhan yang belum mulai terlapuk
b. Batas horizontal tanah, yaitu suatu wilayah dimana tanah berangsur beralih ke air
dalam, area-area tandus, batuan atau es.
c. Batas bawah tanah, yaitu batas yang memisahkan antara tanah dengan bahan bukan
tanah di bawahnya, batas ini merupakan batas yang paling sulit untuk ditetapkan.
Namun, ada beberapa penetapan yang biasa digunakan, antara lain:
Beralih berangsur ke batuan keras
Beralih ke bahan-bahan tanah yang sama sekali bebas dari fauna tanah,
perakaran, atau tanda-tanda kegiatan biologis lain
Selain itu, untuk tujuan klasifikasi ditetapkan kedalaman 200 cm.
f. Ilmu Tanah
Ilmu tanah adalah cabang ilmu yang memadukan gatra ilmu dasar (kimia, fisika, dan
matematika), biologi (botani, zoologi, mikrobiologi), ilmu kebumian (klimatologi, geologi,
geografi), dan terapan (produksi pertanian, kehutanan, dan rekayasa tanah). Ilmu tanah
menjembatani penelitian, pengajaran, dan pemanfaatan tanah. Cabang utama ilmu tanah
diantaranya :
1) Pedologi, yaitu ilmu yang mempelajari proses-proses pembentukan tanah beserta
faktor-faktor pembentuknya, klasifikasi tanah, survei tanah, dan cara pengamatan
tanah di lapangan.
2) Edafologi, yaitu ilmu yang mempelajari tanah yang berhubungan dengan
pertumbuhan tanaman untuk memperoleh pertumbuhan tanaman yang lebih baik serta
memperbaiki dan mempertahankan kesuburan
2. Tanah sebagai Tubuh Alami
a. Pemikiran tentang Tanah
1) Justus von Liebig (1840)
Justus von Liebig seorang pakar kimia yang berasal dari Jerman
mengemukakan teori keseimbangan yang melandasi konsep ilmu tanah menjadi
berkembang di Amerika. Teori keseimbangan yang dikemukakan adalah bahwa
tanah merupakan tempat cadangan hara yang setiap saat dapat diserap tanaman,
yang harus selalu digantikan dengan menggunakan pupuk kandang, kapur, dan
pupuk kimia. Teori ini dikenal dengan hukum minimum Liebig. Implikasi dari
konsep ini adalah produksi tanaman tidak dapat ditingkatkan apabila salah satu
faktor tumbuh menjadi pembatas.
2) E.W. Hilgard
Pada tahun 1860, E.W. Hilgard memberikan perhatian terhadap hubungan
antara iklim, tanaman, batuan induk, dan tanah yang terbentuk. Dapat dikatakan
bahwa tanah bukan hanya sekedar media pertumbuhan tanaman, melainkan
merupakan tubuh alam yang bersifat dinamis yang selalu dipelajari dan dibuat
klasifikasinya.
3) Ramann (1917)
Ramann (1917) mengembangkan konsep tanah yang dilatarbelakangi oleh
konsep geologi. Tanah merupakan lapisan atas kerak bumi yang melapuk; dalam
hal ini tidak ada pengertian tanah sebagai alat produksi atau kegunaan lainnya.

4) Joffee (1917)
Joffee (1917) memberikan batasan lebih maju bahwa tanah merupakan
kombinasi sifat fisik, kimia, dan biologi. Tanah adalah bangunan alami yang
tersusun atas horizon-horizon yang terdiri atas bahan mineral dan organik, bersifat
galir (tidak padu), dan mempunyai tebal yang tidak sama. Berbeda sama sekali
dengan bahan induk yang ada di bawahnya dalam hal: morfologi, sifat, susunan
fisik, bahan kimiawi, dan sifat biologi.
5) Glinka (1927)
Glinka (1927) mengemukakan bahwa tanah adalah tubuh alam yang bebas,
memiliki ciri morfologi tertentu sebagai hasil interaksi antara iklim, organisme,
bahan induk, relief, dan waktu.
b. Definisi Tanah Berdasarkan Pemikiran Para Ahli
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat dipermukaan kulit bumi,
yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan dan bahan
organik sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium
pertumbuhan tanaman dengan sifat-sfat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari
faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu
pembentukan.
c. Peranan Tanah sebagai Alat Produksi
Tempat berdirinya tanaman ( menopang tanaman agar tetap berdiri)
Gudang unsur hara
Tempat persediaan air
Tata udara tanah
d. Gambaran Horizon Tanah secara Vertikal

Keterangan:
1) Horizon O, yaitu horizon organik yang terbentuk di atas lapisan tanah mineral
2) Horizon A, yaitu horizon yang berada di permukaan antara campuran bahan
organik dan bahan mineral
3) Horizon B, yaitu horizon iluviasi (penimbunan dari bahan-bahan yang tercuci di
atasnya
4) Horizon C, yaitu horizon yang mengandung bahan induk dan sedikit terlapuk.
e. Golongan atau Tipe Tanah
1) Tanah Organik, merupakan pembentuk utama lahan gambut dan kelak dapat
menjadi batu bara. Tanah organik cenderung memiliki keasaman tinggi karena
mengandung beberapa asam organik (substansi humik) hasil dekomposisi berbagai
bahan organik. Kelompok tanah ini biasanya miskin mineral, pasokan mineral
berasal dari aliran air atau hasil dekomposisi jaringan makhluk hidup. Tanah
organik dapat ditanami karena memiliki sifat fisik gembur (sarang) sehingga
mampu menyimpan cukup air namun karena memiliki keasaman tinggi sebagian
besar tanaman pangan akan memberikan hasil terbatas dan di bawah
capaian optimum.
2) Tanah Mineral, merupakan tanah yang didominasi oleh mineral. Mineral ini
membentuk partikel pembentuk tanah. Tekstur tanah demikian ditentukan oleh
komposisi tiga partikel pembentuk tanah, diantaranya pasir, lanau (debu),
dan lempung. Tanah pasiran didominasi oleh pasir, tanah lempungan didominasi
oleh lempung. Tanah dengan komposisi pasir, lanau, dan lempung yang seimbang
dikenal sebagai geluh (loam).
f. Bahan-bahan Penyusun Tanah
1) Bahan Mineral
Berasal dari pelapukan batuan
Susunan mineral dalam tanah berbeda-beda sesuai susunan mineral batuan
induknya (beku, malihan, endapan)
Ukuran mineral:
kerikil : > 2 mm
pasir : 2 mm 50 u
debu : 50 u 2 u
liat : < 2 u
Mineral dibedakan menjadi mineral primer dan mineral sekunder.
Mineral primer adalah mineral yang berasal langsung dari batuan yang
dilapuk, umumnya dalam fraksi-fraksi pasir dan debu.
Mineral sekunder baru yang terbentuk selama proses pembentukan tanah
berlangsung, umumnya dalam fraksi liat.

2) Bahan Organik
Hasil penimbunan sisa-sisa tumbuhan dan binatang, sebagian telah mengalami
pelapukan dan pembentukan kembali menjadi mangsa jasad mikro, sehingga
sifatnya selalu berubah atau tidak mantap.
Kadar bahan organik pada tanah mineral umumnya < 3%.
Berfungsi sebagai perekat butiran tanah, sumber utama unsur N, P dan S,
meningkatkan kemampuan tanah dan menahan air dan hara serta sebagai
sumber energi bagi jasad mikro.
Komposisi :
a. jaringan asli (bagian akar dan atas tanaman) dan bagian baru yang telah
mengalami pelapukan.
b. humus : telah diubah dari sifat aslinya secara menyeluruh, berwarna hitam,
bersifat kolodial, kemampuan menahan air dan ion lebih besar dari liat.

3) Air
Kuat atau tidaknya air ditahan oleh tanah yang mempengaruhi tingkat
ketersediaan air tanah bagi tanaman.
Air dalam pori besar umumnya tidak tersedia bagi tanaman karena segera
hilang merembves ke bawah.
Air dalam pori sedang: mudah diserap oleh tanah.
Air dalam pori halus : sulit diambil oleh tanaman. Jadi, tidak semua air dalam
tanah tersedia bagi tanaman, sebagian tetap tinggal dalam tanah.
Terjadi dinamika hara dengan adanya pertukaran antara hara dalam larutan
dengan yang terdapat di permukaan tanah.
Larutan tanah mengandung garam-garam larut, sebagian besar berupa hara
tanaman :
N, P ,K Ca, Mg dan S (hara makro)
Fe,Mn, B, Mo,Cu, Zn dan Cl (hara mikro)
4) Udara
Menempati pori tanah (terutama sedang dan besar)
Jumlahnya berubah-ubah tergantung kondisi air tanah.
Susunannya tergantung dari reaksi yang terjadi dalam tanah :
uap air > atmosfer
CO2 > atmosfer
O2 < atmosfer (bervariasi dipengaruhi kandungan CO2 dalam tanah)

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Jenis-jenis Tanah. [Online]. Tersedia:
http://www.katailmu.com/2013/02/jenis-jenis-tanah.html. [07 Maret 2014].
Anonim. 2013. Tanah. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah [07 Maret
2014].
Sudiarto, Fadil. 2010. Bahan Penyusun Tamah. [Online]. Tersedia:
http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2064228-bahan-
penyusun-tanah/. [07 Maret 2014].
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta:
Kanisius (Anggota IKAPI).

Anda mungkin juga menyukai