PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2014 1. Tanah secara Umum a. Pengertian Tanah secara umum memiliki pengertian sebagai media alami untuk pertumbuhan tanaman. Berdasarkan pengertian secara ilmiah tanah merupakan kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman. Tanah merupakan hasil transformasi zat-zat mineral dan organik di muka daratan bumi. Tanah terbentuk di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja dalam masa yang sangat panjang. b. Ciri-ciri Tanah Tanah dicirikan dicirikan oleh : Lapisan, susunan yang dibentuk oleh berbagai lapisan dalam tanah yang dapat dibedakan secara geologi, kimia, dan biologi. Horison, lapisan-lapisan dalam penampang tanah yang setiap lapisannya mempunyai karakteristik yang berbeda sebagai hasil dari proses perkembangan tanah. c. Fungsi Tanah Tanah menunjang kehidupan tanaman dalam mensuplai berbagai bahan pangan, serat, serta obat-obatan Memasok keperluan manusia Menyaring air Mendaur ulang limbah Menyaring bahan pencemar Menyangga pH d. Jenis-jenis Tanah 1) Tanah Organosol atau Tanah Gambut. Tanah jenis ini berasal dari bahan induk organik dari hutan rawa, mempunyai ciri warna cokelat hingga kehitaman, tekstur debulempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat sampai dengan agak lekat, dan kandungan unsur hara rendah. Tanah ini terbentuk karena adanya proses pembusukan dari sisa-sisa tumbuhan rawa. Banyak terdapat di rawa Sumatra, Kalimantan, dan Papua, kurang baik untuk pertanian maupun perkebunan karena derajat keasaman tinggi. 2) Tanah Aluvial.Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan. Bahannya berasal dari material halus yang diendapkan oleh aliran sungai. Oleh karena itu, tanah jenis ini banyak terdapat di daerah datar sepanjang aliran sungai 3) Tanah Regosol. Tanah ini merupakan endapan abu vulkanik baru yang memiliki butir kasar. Penyebaran terutama pada daerah lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di daerah Sumatra bagian timur dan barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. 4) Tanah Litosol. Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di seluruh Indonesia. 5) Tanah Latosol. Latosol tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan ketinggian tempat berkisar 3001.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan gunung api kemudian mengalami proses pelapukan lanjut. 6) Tanah Grumusol. Jenis ini berasal dari batu kapur, batuan lempung, tersebar di daerah iklim subhumid atau subarid, dan curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun. 7) Tanah Podsolik. Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih 2.500 mm/ tahun. Tekstur lempung hingga berpasir, kesuburan rendah hingga sedang, warna merah, dan kering. 8) Tanah Podsol. Jenis tanah ini berasal dari batuan induk pasir. Penyebaran di daerah beriklim basah, topografi pegunungan, misalnya di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan Papua Barat. Kesuburan tanah rendah 9) Tanah Andosol. Tanah jenis ini berasal dari bahan induk abu vulkan. Penyebaran di daerah beriklim sedang dengan curah hujan di atas 2.500 mm/ tahun tanpa bulan kering. Umumnya dijumpai di daerah lereng atas kerucut vulkan pada ketinggian di atas 800 meter. Warna tanah jenis ini umumnya cokelat, abu-abu hingga hitam. 10) Tanah Mediteran Merah Kuning. Tanah jenis ini berasal dari batuan kapur keras (limestone). Penyebaran di daerah beriklim subhumid, topografi karst dan lereng vulkan dengan ketinggian di bawah 400 m. Warna tanah cokelat hingga merah. Khusus tanah mediteran merah kuning di daerah topografi karst disebut Terra Rossa. 11) Hidromorf Kelabu. Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal yaitu topografi yang berupa dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air, dan warna kelabu hingga kekuningan. e. Batas-batas Tanah a. Batas atas tanah, yaitu batas antara tanah dengan: Udara Air dangkal Tumbuhan hidup Bahan tumbuhan yang belum mulai terlapuk b. Batas horizontal tanah, yaitu suatu wilayah dimana tanah berangsur beralih ke air dalam, area-area tandus, batuan atau es. c. Batas bawah tanah, yaitu batas yang memisahkan antara tanah dengan bahan bukan tanah di bawahnya, batas ini merupakan batas yang paling sulit untuk ditetapkan. Namun, ada beberapa penetapan yang biasa digunakan, antara lain: Beralih berangsur ke batuan keras Beralih ke bahan-bahan tanah yang sama sekali bebas dari fauna tanah, perakaran, atau tanda-tanda kegiatan biologis lain Selain itu, untuk tujuan klasifikasi ditetapkan kedalaman 200 cm. f. Ilmu Tanah Ilmu tanah adalah cabang ilmu yang memadukan gatra ilmu dasar (kimia, fisika, dan matematika), biologi (botani, zoologi, mikrobiologi), ilmu kebumian (klimatologi, geologi, geografi), dan terapan (produksi pertanian, kehutanan, dan rekayasa tanah). Ilmu tanah menjembatani penelitian, pengajaran, dan pemanfaatan tanah. Cabang utama ilmu tanah diantaranya : 1) Pedologi, yaitu ilmu yang mempelajari proses-proses pembentukan tanah beserta faktor-faktor pembentuknya, klasifikasi tanah, survei tanah, dan cara pengamatan tanah di lapangan. 2) Edafologi, yaitu ilmu yang mempelajari tanah yang berhubungan dengan pertumbuhan tanaman untuk memperoleh pertumbuhan tanaman yang lebih baik serta memperbaiki dan mempertahankan kesuburan 2. Tanah sebagai Tubuh Alami a. Pemikiran tentang Tanah 1) Justus von Liebig (1840) Justus von Liebig seorang pakar kimia yang berasal dari Jerman mengemukakan teori keseimbangan yang melandasi konsep ilmu tanah menjadi berkembang di Amerika. Teori keseimbangan yang dikemukakan adalah bahwa tanah merupakan tempat cadangan hara yang setiap saat dapat diserap tanaman, yang harus selalu digantikan dengan menggunakan pupuk kandang, kapur, dan pupuk kimia. Teori ini dikenal dengan hukum minimum Liebig. Implikasi dari konsep ini adalah produksi tanaman tidak dapat ditingkatkan apabila salah satu faktor tumbuh menjadi pembatas. 2) E.W. Hilgard Pada tahun 1860, E.W. Hilgard memberikan perhatian terhadap hubungan antara iklim, tanaman, batuan induk, dan tanah yang terbentuk. Dapat dikatakan bahwa tanah bukan hanya sekedar media pertumbuhan tanaman, melainkan merupakan tubuh alam yang bersifat dinamis yang selalu dipelajari dan dibuat klasifikasinya. 3) Ramann (1917) Ramann (1917) mengembangkan konsep tanah yang dilatarbelakangi oleh konsep geologi. Tanah merupakan lapisan atas kerak bumi yang melapuk; dalam hal ini tidak ada pengertian tanah sebagai alat produksi atau kegunaan lainnya.
4) Joffee (1917) Joffee (1917) memberikan batasan lebih maju bahwa tanah merupakan kombinasi sifat fisik, kimia, dan biologi. Tanah adalah bangunan alami yang tersusun atas horizon-horizon yang terdiri atas bahan mineral dan organik, bersifat galir (tidak padu), dan mempunyai tebal yang tidak sama. Berbeda sama sekali dengan bahan induk yang ada di bawahnya dalam hal: morfologi, sifat, susunan fisik, bahan kimiawi, dan sifat biologi. 5) Glinka (1927) Glinka (1927) mengemukakan bahwa tanah adalah tubuh alam yang bebas, memiliki ciri morfologi tertentu sebagai hasil interaksi antara iklim, organisme, bahan induk, relief, dan waktu. b. Definisi Tanah Berdasarkan Pemikiran Para Ahli Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat dipermukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan dan bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sfat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pembentukan. c. Peranan Tanah sebagai Alat Produksi Tempat berdirinya tanaman ( menopang tanaman agar tetap berdiri) Gudang unsur hara Tempat persediaan air Tata udara tanah d. Gambaran Horizon Tanah secara Vertikal
Keterangan: 1) Horizon O, yaitu horizon organik yang terbentuk di atas lapisan tanah mineral 2) Horizon A, yaitu horizon yang berada di permukaan antara campuran bahan organik dan bahan mineral 3) Horizon B, yaitu horizon iluviasi (penimbunan dari bahan-bahan yang tercuci di atasnya 4) Horizon C, yaitu horizon yang mengandung bahan induk dan sedikit terlapuk. e. Golongan atau Tipe Tanah 1) Tanah Organik, merupakan pembentuk utama lahan gambut dan kelak dapat menjadi batu bara. Tanah organik cenderung memiliki keasaman tinggi karena mengandung beberapa asam organik (substansi humik) hasil dekomposisi berbagai bahan organik. Kelompok tanah ini biasanya miskin mineral, pasokan mineral berasal dari aliran air atau hasil dekomposisi jaringan makhluk hidup. Tanah organik dapat ditanami karena memiliki sifat fisik gembur (sarang) sehingga mampu menyimpan cukup air namun karena memiliki keasaman tinggi sebagian besar tanaman pangan akan memberikan hasil terbatas dan di bawah capaian optimum. 2) Tanah Mineral, merupakan tanah yang didominasi oleh mineral. Mineral ini membentuk partikel pembentuk tanah. Tekstur tanah demikian ditentukan oleh komposisi tiga partikel pembentuk tanah, diantaranya pasir, lanau (debu), dan lempung. Tanah pasiran didominasi oleh pasir, tanah lempungan didominasi oleh lempung. Tanah dengan komposisi pasir, lanau, dan lempung yang seimbang dikenal sebagai geluh (loam). f. Bahan-bahan Penyusun Tanah 1) Bahan Mineral Berasal dari pelapukan batuan Susunan mineral dalam tanah berbeda-beda sesuai susunan mineral batuan induknya (beku, malihan, endapan) Ukuran mineral: kerikil : > 2 mm pasir : 2 mm 50 u debu : 50 u 2 u liat : < 2 u Mineral dibedakan menjadi mineral primer dan mineral sekunder. Mineral primer adalah mineral yang berasal langsung dari batuan yang dilapuk, umumnya dalam fraksi-fraksi pasir dan debu. Mineral sekunder baru yang terbentuk selama proses pembentukan tanah berlangsung, umumnya dalam fraksi liat.
2) Bahan Organik Hasil penimbunan sisa-sisa tumbuhan dan binatang, sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali menjadi mangsa jasad mikro, sehingga sifatnya selalu berubah atau tidak mantap. Kadar bahan organik pada tanah mineral umumnya < 3%. Berfungsi sebagai perekat butiran tanah, sumber utama unsur N, P dan S, meningkatkan kemampuan tanah dan menahan air dan hara serta sebagai sumber energi bagi jasad mikro. Komposisi : a. jaringan asli (bagian akar dan atas tanaman) dan bagian baru yang telah mengalami pelapukan. b. humus : telah diubah dari sifat aslinya secara menyeluruh, berwarna hitam, bersifat kolodial, kemampuan menahan air dan ion lebih besar dari liat.
3) Air Kuat atau tidaknya air ditahan oleh tanah yang mempengaruhi tingkat ketersediaan air tanah bagi tanaman. Air dalam pori besar umumnya tidak tersedia bagi tanaman karena segera hilang merembves ke bawah. Air dalam pori sedang: mudah diserap oleh tanah. Air dalam pori halus : sulit diambil oleh tanaman. Jadi, tidak semua air dalam tanah tersedia bagi tanaman, sebagian tetap tinggal dalam tanah. Terjadi dinamika hara dengan adanya pertukaran antara hara dalam larutan dengan yang terdapat di permukaan tanah. Larutan tanah mengandung garam-garam larut, sebagian besar berupa hara tanaman : N, P ,K Ca, Mg dan S (hara makro) Fe,Mn, B, Mo,Cu, Zn dan Cl (hara mikro) 4) Udara Menempati pori tanah (terutama sedang dan besar) Jumlahnya berubah-ubah tergantung kondisi air tanah. Susunannya tergantung dari reaksi yang terjadi dalam tanah : uap air > atmosfer CO2 > atmosfer O2 < atmosfer (bervariasi dipengaruhi kandungan CO2 dalam tanah)
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. Jenis-jenis Tanah. [Online]. Tersedia: http://www.katailmu.com/2013/02/jenis-jenis-tanah.html. [07 Maret 2014]. Anonim. 2013. Tanah. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah [07 Maret 2014]. Sudiarto, Fadil. 2010. Bahan Penyusun Tamah. [Online]. Tersedia: http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2064228-bahan- penyusun-tanah/. [07 Maret 2014]. Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).