Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Leptospirosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Leptospira patogenik dan memiliki manifestasi klinis yang luas,
bervariasi mulai dari infeksi yang tidak jelas sampai fulminan dan fatal.
Hubungan gejala klinis dengan infeksi oleh serotipe yang berbeda membawa pada
kesimpulan bahwa satu serotipe Leptospira mungkin bertanggungjawab terhadap
berbagai macam manifestasi kilis, tetapi satu gejala seperti meningitis aseptik
dapat disebabkan oleh berbagai serotipe. Pada jenis yang ringan, leptospirosis
dapat muncul seperti influenza dengan sakit kepala dan myalgia. Leptospirosis
yang berat,ditandai oleh jaundice, disfungsi renal dan diatesis hemoragik, dikenal
dengan Weilssyndrome












BAB II
ISI
Definisi
Leptospirosis adalah penyakit infeksi. Penyakit ini disebabkan oleh
leptospira patogenik dan memiliki manifestasi klinis yang luas,
bervardiasi mulai dari infeksi yang tiak jelas sampai fulminan dan fatal. Pada
jenis yang ringan, leptospirosis dapatmuncul seperti influenza dengan sakit kepala
dan myalgia. Leptospirosis yang berat,ditandai oleh jaundice, disfungsi renal dan
diatesis hemoragik, dikenal dengan Weilssyndrome.

Epidemiologi

Leptospirosis adalah zoonosis penting dengan penyebaran luas yang
mempengaruhi sedikitnya 160 spesies mamalia. Tikus adalah reservoir yang
paling penting, walaupun mamalia liar yang lain yang sama dengan hewan
peliharaan dan domestic dapat juga membawa mikroorganisme ini. Leptospira
meningkatkan hubungan simbiosis dengan hostnya dan dapat menetap pada
tubulus renal selama beberapa tahun. Transmisi Leptospira dapat terjadi melalui
kontak langsung dengan urin, darah, atau jaringan dari hewan yang terinfeksi atau
paparan pada lingkungan; transmisi antar manusia jarang terjadi. Karena
Leptospira diekresikan melalui urin dan dapat bertahan dalam air selama beberapa
bulan, air adalah saran penting dalam transmisinya. Epidemik leptospirosis dapat
terjadi melalui paparan air tergenang yang terkontaminasi.


Etiologi

Leptospira adalah spirochaeta yang berasal dari famili Leptospiraceae. Genus
Leptospira terdiri atas 2 spesies: L.interrogans yang patogenik
dan L.biflexa yang hidup bebas. Organisme ini panjangnya 6 sampai 20 um dan
lebarnya 0,1 um, kurang berwarna tetapi dapat dilihat dengan mikroskop dengan
pemeriksaan lapangan gelap dan setelah pewarnaan silver. Leptospirosis
membutuhkan media dan kondisi khusus untuk tumbuh; membutuhkan
waktu beberapa bulan agar kultur menjadi positif.
.
Patogenesis

Leptospira masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lender, memasuki
aliran darah dan berkembang, lalu menyebar secara luas ke jaringan tubuh.
Kemudian terjadi respon imunologi baik secara seluler maupun humoral
sehingga infeksi ini dapat ditekan dan terbentuk antibodi spesifik.
Walaupun demikian beberapa organisme ini masih bertahan pada
daerah yang terisolasi secara imunologi seperti dalam ginjal dimana
sebagian mikroorganisme akan mencapai convoluted tubules, bertahan
disana dan dilepaskan melalui urin. Leptospira dapat dijumpai dalam
air kemih sekitar 8 hari sampai beberapa minggu setelah infeksi dan
sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun kemudian. Leptospira
dapat dihilangkan dengan fagositosis dan mekanisme humoral.
Kuman ini dengan cepat lenyap dari darah setelah terbentuknya
agglutinin. Setelah fase leptospiremia 4-7 hari, mikroorganisme hanya
dapat ditemukan dalam jaringan ginjal dan okuler. Fase Leptospiruria
berlangsung selama 1-4 minggu. Tiga mekanisme yang terlibat pada
patogenese leptospirosis:invasi bakteri langsung, faktor inflamasi non
spesifik, dan reaksi imunologi.

Patologi

Dalam perjalanan pada fase leptospiremia, Leptospira melepaskan toksin yang
bertanggung jawab atas terjadinya keadaan patologi pada beberapa organ. Lesi
yang muncul terjadi karena kerusakan pada lapisan endotel kapiler. Pada
leptospirosis terdapat perbedaan antara derajat gangguan fungsi organ dengan
kerusakan secara histiologik. Pada leptospirosis lesi histologis yang ringan
ditemukan pada ginjal dan hati pasien dengan kelainan fungsional yang nyata dari
organ tersebut. Perbedaan ini menunjukkan bahwa kerusakan bukan pada struktur
organ. Lesi inflamasi menunjukkan edema dan infiltrasi sel monosit, limfosit dan
sel plasma. Pada kasus yang berat terjadi kerusakan kapiler dengan perdarahan
yang luas dan disfungsi hepatoseluler dengan retensi bile. Selain di ginjal
Leptospira juga dapat bertahan pada otak dan mata. Leptospira dapat masuk
kedalam cairan serebrospinalis pada fase leptospiremia. Hal ini akan
menyebabkan meningitis yang merupakan gangguan neurologi terbanyak yang
terjadi sebagai komplikasi leptospirosis. Organ-organ yang sering dikenai
Leptospira adalah ginjal, hati, otot dan pembuluh darah. Kelainan spesifik pada
organ:
1) Ginjal
Interstitial nefritis dengan infiltrasi sel mononuklear merupakan bentuk
lesi pada leptospirosis yang dapat terjadi tanpa ganggguan fungsi ginjal.
Gagal ginjal terjadi akibat tubular nekrosis akut. Adanya peranan
nefrotoksin, reaksi imunologis, iskemia ginjal, hemolisis dan invasi
langsung mikroorganisme juga menimbulkan kerusakan ginjal.
2) Hati
Menunjukkan nekrosis sentilobuler fokal ddengan infiltrasi sel limfosit
fokal dan proliferasi sel kuppfer dengan kolestasis. Pada kasus-kasus
yang diotopsi, sebagian ditemukan Leptospira dalam hepar. Biasanya
organisme ini terdapat diantara sel-sel parenkim.
3) Jantung
Epikardium, endokardium dan miokardium dapat terlibat. Kelainan
miokardium dapat fokal atau difus berupa interstitial edema dengan
infiltrasi neutrofil sel mononuklear dan plasma. Nekrosis berhubungan
dengan infiltrasi neutrofil. Dapat terjadi perdarahan fokal pada
miokardium dan endokarditis.
4) Otot rangka
Pada otot rangka, terjadi perubahan-perubahan berupa local nekrotis,
vakuolisasi dan kehilangan striata. Nyeri otot yang terjadi pada
leptospirosis disebabkan invasi langsung dari Leptospira. Dapat juga
ditemukan antigen Leptospira pada otot.
5) Mata
Leptospira dapat masuk ruang anterior dari mata selama fase
leptospiremia dan bertahan beberapa bulan walaupun antibody yang
terbentuk cukup tinggi. Hal ini akan menyebabkan uveitis.
6) Pembuluh darah
Terjadi perubahan pada pembuluh darah akibat terjadinya vaskulitis yang
akan menimbulkan perdarahan. Sering ditemukan perdarahan atau ptekie
pada mukosa, permukaan serosa dan alat-alat viscera serta perdarahan
bawah kulit.
7) Susunan saraf pusat
Leptospira mudah masuk ke dalam cairan serebrospinal dan dikaitkan
dengan terjadinya meningitis. Meningitis terjadi sewaktu terbentuknya
respon antibody, tidak pada saat memasuki CSS. Diduga bahwa
terjadinya meningitis diperantarai oleh mekanisme imunologis. Terjadi
penebalan meninges dengan sedikit peningkatan sel mononuclear
arachnoid. Meningitis yang terjadi adalah meningitis aseptic, biasanya
paling sering disebabkan oleh L. Caniola.
8) Weils disease
Merupakan leptospirosis berat yang ditandai dengan ikterus, biasanya
disertai perdarahan, anemia, azotemia, gangguan kesadaran dan demam
tipe kontinyu. Penyakit ini biasanya terdapat pada 1-6% kasus dengan
leptospirosis.


Masa inkubasi biasanya 1-2 minggu tetapi antara 2-20 hari.
Leptospirosis mempunyai 2 fase penyakit yang khas yaitu fase
leptospiremia akut yang diikuti fase imun. Perbedaan kedua fase ini
tidak selalu jelas, dan pada kasus-kasus ringan tidak selalu diikuti fase
kedua. Gambaran klinis pada leptospirosis yaitu demam, menggigil,
sakit kepala, meningismus, anorexia, mialgia, conjuctival suffusion,
mual, muntah, nyeri abdomen, ikterus, hepatomegali, ruam kulit,
fotofobia. Jarang sekali ditemukan pneumonitis, hemoptoe, delirium,
perdarahn, diare, edema, splenomegali, gagal ginjal, peroferal neuritis,
pancreatitis, parotitis, epididimytis.
Fase leptospiremia ditandai dengan adanya Leptospira didalam darah
dan cairan serebrospinal, berlangsung secara tiba-tiba dengan gejala
awal sakit kepala biasanya di frontal, rasa sakit pada otot yang hebat
terutama paha, betis, dan pinggang disertai nyeri tekan. Pada
pemeriksaan keadaan sakit berat, ditemukan adanya bradikardi relative,
dan ikterus(50%). Pada hari ke 3-4 dapat dijumpai adanya konjungtiva
suffision dan fotofobia. Pada kulit dapat dijumpai rash yang berbentuk
macular, makulopapular atau urtikaria. Kadang-kadang dijumpai
splenomegali, hepatomegali serta limfadenopati. Fase ini berlangsung
4-7 hari. Jika cepat ditangani pasien akan membaik, suhu akan kembali
normal, penyembuhan organ-organ yang terlibat dan fungsinya kembali
normal 3-6 minggu setelah onset. Pada keadaan sakit yang lebih berat,
demam turun setelah 7 hari diikuti oleh bebas demam selama 1-3hari,
setelah itu terjadi demam kembali. Keadaan ini disebut fase kedua atau
fase imun. Fase ini ditandai dengan peningkatan titer antiody, dapat
timul demam yang menapai suhu 0 disertai menggigil dan
kelemahan umum.
Terdapat rasa sakit yang menyeluruh pada leher, perut dan otot-otot
kaki terutama betis. Terdapat perdarahan berupa epistaksis, gejala
kerusakan pada ginjal dan hati, uremia, ikterik. Perdarahan paling jelas
terlihat pada fase ikterik, purpura, petechiae, epistaksis, dan
perdarahan gusi. Tanda-tanda meningeal dapat menetap dalam beberapa
minggu, tetapi biasanya menghilang setelah 1-2 hari. Pada fase ini
Leptospira dapat dijumpai dalam urin.
Penegakan diagnosis

diagnosis awal leptospirosis sulit karena pasien biasanya datang dengan
meningitis, hepatitis, nefritis, pneumonia, influenza, demam yang tidak diketahui
asalnya dan diathesis hemoragic. Bahkan pada beberapa kasus datang sebagai
pancreatitis. Pada anamnesis, penting untuk mengetahui tentang riwayat pekerjaan
pasien, apakah termasuk kelompok resiko tinggi, gejala/keluhan pasien didapati
demam yang muncul mendadak, sakit kepalaterutama di bagian frontal, nyeri otot,
mata merah, mual, atau muntah.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai demam, bradikardi, nyeri tekan oto,
hepatomegali dan lain-lain. Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin bisa
dijumpai leukositosis, normal atau sedikit menurun disertai gambaran neutrofilia
dan laju endap darah yang meninggi. Pada urin dijumpai proteinuria, leukosituria
dan toraks. Bila organ hati terlibat, bilirubin indirek meningkat tanpa peningkatan
transaminase. Ureum dan kreatinin meninggi bila terjadi komplikasi pada ginjal.
Trombositopenia pada 50% kasus. Diagnosis Leptospira diambil dari cairan tubuh
dengan mengambil spesimen dari darah atau CSS selama 10 hari pertama.
Dianjurkan melakukan kultur ganda dan kultur urin setelah 2-4 minggu onset
penyakit.
Ditemukannya sedimen urin (leukosit, eritrosit, dan hyalin atau granular)
dan proteinuria ringan pada leptospirosis anikterik menjadi gagal ginjal dan
azotemia pada kasus yang berat. Jumlah sedimen eritrosit biasanya
meningkat. Pada leptospirosis anikterik, jumlah leukosit antara 3000-
26000/L, dengan pergeseran ke kiri . Trombositopenia yang ringan
terjadi pada 50% pasien dihubungkan dengan gagal ginjal.pada
perbandingannya dengan hepatitis akut, leptospirosis memiliki
bilirubin danalkalin phospatase serum yang meningkat sama dengan
peningkatan ringan dari amino transferase serum yaitu sampai 200/ul.
Kreatin phospoki nase yang meningkat pada 50% pasien leptospirosis
selama seminggu pertama perjalanan penyakitnya dapat membantu
membedakannya dengan infeksi hepatitis virus. Uji serologi dapat
dilakukan untuk mendeteksi adanya Leptospira dengan cepat adalah dengan
pemeriksaan Polymerase Chain Reactive (PCR), silver stain, atau fluroscent
antibody stain dan mikroskop pandang gelap.
Pada pemeriksaan radiologis leptospirosis berat, lebih sering
ditemukan abnormalitas gambaran radiologis paru daripada
berdasarkan pemeriksaan fisik berupa gambaran hemoragik alveolar
yang menyebar. Abnormalitas terjadi 3-9 hari setelah onset.
Abnormalitas radiografi paling sering terlihat pada lobus bawah paru.




Pengobatan
Pengobatan suportif
Observasi ketat untuk mendeteksi dan mengatasi keadaan dehidrasi,
hipotensi, perdarahan dan gagal ginjal sangat penting pada
leptospirosis. Gangguan fungsi ginjal umumnya dengan spontan akan
membaik dengan membaiknya kondisi pasien. Pemberian antibiotik
harus dimulai secpat mungkin, untuk kasus ini pemberian dapat
dilakukan intravena untuk penicilin G, amoxicilin, ampicilin, atau
eritromicin. Sedangkan pada kasus ringan dapat diberikan secra per
oral untuk tetrasiklin, doksisiklin, ampisilin atau amoxicilin maupun
sefalosporin. Pilihan antibiotik utama adalah penicilin. Keseimbangan
cairan, elekrolit dan asam basa diatur sebagaimana pada
penanggulangan gagal ginjal secara umum. Kalau terjadi uremia berat
dilakukan dialisis.

Prognosis

Jika tidak ada ikterus, penyakit ini jarang fatal. Pada kasus ikterus, angka
kematian 55 pada umur dibawah umur 30 tahun, dan pada usia lanjut mencapai
30-40%. Leptospirosis selama kehamilan dapat menyebabkan kematian janin.
.
Pencegahan

Bagi mereka yang mempunyai resiko tinggi harus diberikan perlindungan berupa
pakaian khusus yang dapat melindunginya dari kontak dengan bahan-bahan yang
telah terkontaminasi dengan kemih binatang reservoit. Pemberian doksisiklin
200mg per minggu dapat berguna.
Vaksinasi terhadap hewan-hewan tersangka reservoir sudah lama
direkomendasikan tetapi vaksinasi pada manusia belum berhasil dilakukan, masih
perlu penelitian lebih lanjut.

BAB IV
KESIMPULAN

Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
Leptospira. Manusia dapat terinfeksi melalui kontak dengan Leptospira
secara incidental. Gejala klinis yang timbul mulai dari ringan sampai
berat bahkan kematian bila terlambat mendapat pengobatan.
Diagnosis diniyang tepat serta dibarengi dengan penatalaksanaan yang
cukup cepat dapat mencegah perjalanan penyakit menjadi berat.
Pencegahan dini juga sebaiknya disosialisasikan pada masyarakat agar
mereka dapat terhindar dari leptospirosis.

Anda mungkin juga menyukai