BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pikiran adalah gagasan dan proses mental. Berpikir memungkinkan seseorang untuk
merepresentasikan dunia sebagai model dan memberikan perlakuan terhadapnya secara
efektif sesuai dengan tujuan, rencana, dan keinginan. Kata yang merujuk pada konsep dan
proses yang sama di antaranya kognisi, pemahaman, kesadaran, gagasan, dan imajinasi.
Berpikir melibatkan manipulasi otak terhadap informasi, seperti saat kita membentuk
konsep, terlibat dalam pemecahan masalah, melakukan penalaran, dan membuat keputusan.
Berpikir adalah fungsi kognitif tingkat tinggi dan analisis proses berpikir menjadi bagian
dari psikologi kognitif.
Berfikir merupakan ciri utama bagi manusia. Berfikir disebut juga sebagai proses
bekerjanya akal. Secara garis besar berfikir dapat dibedakan antara berfikir alamiah dan
berfikir ilmiah. Berfikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kehidupan sehari-
hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Berfikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan
sarana tertentu secara teratur dan cermat.
Bagi seorang ilmuan penguasaan sarana berfikir ilmiah merupakan suatu keharusan,
karena tanpa adanya penguasaan sarana ilmiah, maka tidak akan dapat melaksanakan
kegiatan ilmiah dengan baik. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat untuk membantu
kegiatan ilmiah dengan berbagai langkah yang harus ditempuh.
Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya ada tiga, yaitu: bahasa ilmiah, logika dan
matematika, logika dan statistika. Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan fikiran seluruh proses berfikir ilmiah. Logika dan matematika
mempunyai peranan penting dalam berfikir deduktif sehingga mudah diikuti dan mudah
dilacak kembali kebenarannya. Sedang logika dan statistika mempunyai peranan penting
dalam berfikir induktif dan mencari konsep-konsep yang berlaku umum.
1.2. Rumusan Masalah
2
Berdasarkan latar belakang di atas adapun rumusan yang akan dibahas pada makalah
ini, yaitu:
1. Bagaimana yang dimaksud dengan berfikir?
2. Bagaimana macam-macam berfikir?
3. Bagaimana komponen dari berfikir?
4. Bagaimana proses-proses dalam berfikir?
5. Bagaimana keterampilan dalam berfikir itu?
1.3. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah pada makalah ini, adapun tujuan
yang hendak dicapai yaitu:
1. Mengetahui definisi tentang berfikir
2. Mengetahui macam-macam berfikir
3. Mengetahui komponen-komponen tentang berfikir
4. Mengetahui proses berfikir
5. Mengetahui keterampilan dalam berfikir
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Berfikir
Berpikir adalah tingkah laku yang menggunakan ide untukmembantu seseorang.
Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif.
Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik
informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory.
(Khodijah, 2006:117).
Pengertian Berfikir Menurut Para Ahli :
Drever (dalamWalgito, 1997 dikutip Khodijah, 2006:117) berpikir adalah melatih ide-
ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah.
Solso (1998 dalam Khodijah, 2006:117) berpikir adalah sebuah proses di mana
representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi
yang komplek antara atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika,
imajinasi, dan pemecahan masalah.
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski,
dalam Suriasumantri (ed), 1983) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini
berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang
tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian- perngertian.
Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun tidak
bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja
organ tubuh yang disebut otak. Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi
manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia (Ismienar, 2009).
Berpikir merupakan suatu aktivitas akal dan rohani yang berlaku pada seseorang
akibat adanya kecenderungan ingin mengetahui dan mengalami. Akal manusia
berfungsi untuk mengingat (Said, 2011).
4
Akal atau pikiran adalah sumber ilmu intelektual (intelectual knowledge) yang
menghasilkan transfer knowledge dan transfer value melalui proses pemikiran
melalui akal (Said, 2011).
Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara
kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi
kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan
dalam long term memory. Jadi berpikir adalah sebuah representasi simbol dari
beberapa peristiwa atau item (Latipah, 2012).
2.2. Macam-Macam Berpikir
Berpikir banyak sekali macamnya. Banyak para ahli yang mengutarakan pendapat
mereka. Berikut ini akan dijelaskan macam-macam berpikir, yaitu:
1. Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasakan kebiasaan sehari-hari dari
pengaruh alam sekelilingnya. Misal: penalaran tentang panasnya api yang dapat membakar
jika dikenakan kayu pasti kayu itu akan terbakar.
2. Berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dabn
cermat. Misal: dua hal yang bertentangan penuh tidak dapat sebagai sifat hal tertentu pada
saat yang sama dalam satu kesatuan.
3. Berpikir autistik. Contoh berpikir autistik antara lain adalah mengkhayal, fantasi atau
wishful thinking. Dengan berpikir autistik seseorang melarikan diri dari kenyataan dan
melihat hidup sebagai gambar-gambar fantastis.
4. Berpikir realistik adalah berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata,
biasanya disebut dengan nalar (reasoning). Floyd L. Ruch (1967) menyebutkan ada tiga
macam berpikir realistik, atara lain:
a. Berpikir Deduktif
Deduktif merupakan sifat deduksi. Jadi, berpikir deduktif adalah proses berpikir (penalaran)
yang bertolak dari proposisi yang sudah ada, menuju proposisi baru yang berbentuk
kesimpulan.
b. Berpikir I nduktif
Induktif artinya bersifat induksi. Jadi, berpikir induktif adalah proses berpikir yang bertolak
dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan. Berpikir
5
induktif adalah menarik suatu kesimpulan umum dari berbagai kejadian yang ada di
sekitarnya.
c. Berpikir Evaluatif
Berpikir evaluatif ialah berpikir kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya suatu
gagasan (Ismienar, 2009).
2.3. Macam-Macam Kegiatan Berpikir
Kegiatan berfikir dapat kita golongkan sebagai berikut:
1. Berpiki rasosiatif, yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang timbulnya ide lain.
Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya, jadi
ide-ide timbul secara bebas. Jenis-jenis berpikir asosiatif:
a. Asosiasi bebas: Suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, tanpa ada batasnya.
Misalnya, ide tentang makan dapat merangsang timbulnya ide tentang restoran, dapur, nasi ,
atau anak yang belum sempat diberi makanan atau hal lainnya.
b. Asosiasi terkontrol: Satu ide tertentu menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-
batas tertentu. Misalnya, ide tentang membeli mobil, akan merangsang ide-ide lain tentang
harganya, pajaknya, pemeliharaannya, mereknya, atau modelnya, tetapi tidak merangsang ide
tentang hal-hal lain di luar itu seperti peraturan lalu lintas, polisi lalu lintas, mertua sering
meminjam barang-barang, piutang yang belum ditagih, dans ebagainya.
c. Melamun: yaitu menghayal bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal
yang tidak realistis.
d. Mimpi: ide-ide tentang berbagai hal yang timbul secara tidak disadari pada waktu tidur.
Mimpi ini kadang-kadang terlupakan pada waktu terbangun, tetapi kadang-kadang masih
dapat diingat.
e. Berpikir artistik: yaitu proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan pikiran sangat
dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar.
Ini sering dilakukan oleh para seniman dalam menciptakan karya-karya seninya.
6
2. Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumya. Dan diarahkan
pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahan persoalan. Dua macam berpikir terarah,
yaitu:
a. Berpikir kritis yaitu membuat keputusan atau pemeliharaan terhadap suatu keadaan.
b. Berpikir kreatif, yaitu berpikir untuk menentukan hubungan-hubungan baru antara
berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan system baru,
menemukan bentuk artistic baru dan sebagainya.
2.4. Komponen Berpikir
Ketika berpikir, seseorang menghubungkan pengertian satu dengan pengertian lain
untuk memecahkan masalah. Pengertian-pengertian tersebut merupakan bahan atau materi
yang digunakan dalam proses berpikir. Pengertian-pengertian tersebut dapat dirangkum
sebagai tiga elemen dasar dalam berpikir yaitu:
1. Mental images merupakan representasi dalam pikiran yang menyerupai objek atau
peristiwa yang direpresentasikan.
2. Konsep adalah kategorisasi objek, peristiwa, atau orang yang memiliki karakteristik
umum.
3. Penalaran adalah proses ketika informasi digunakan untuk menarik kesimpulan dan
mengambil keputusan (Latipah, 2012).
2.5.Proses Berpikir
Proses berpikir itu pada pokoknya ada 4 langkah, yaitu:
1. Pembentukan Pengertian
Pengertian atau lebih tepatnya disebut pengertian logis dibentuk melalui 3 tingkatan, sebagai
berikut:
a. Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis.
b. Membanding-bandingkan ciri tersebut.
c. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan atau membuang ciri-ciri yang tidak hakiki dan
menangkap ciri-ciri yang hakiki.
2. Pembentukan Pendapat
7
Pembentukan pendapat yaitu menggabungkan atau memisah beberapa pengertian menjadi
suatu tanda yang khas dari masalah itu. Pendapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
a. Pendapat Afirmatif (positif), yaitu pendapat yang secara tegas menyatakan sesuatu.
b. Pendapat Negatif, yaitu pendapat yang secara tegas menerangkan tidak adanya sesuatu
sifat pada sesuatu hal.
c. Pendapat Modalitas (kebarangkalian), yaitu pendapat yang menerangkan kemungkinan-
kemungkinan sesuatu sifat pada suatu hal.
3. Pembentukan Keputusan
Pembentukan keputusan yaitu menggabung-gabungkan pendapat tersebut. Keputusan adalah
hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang
telah ada. Ada tiga macam keputusan, yaitu:
a. Keputusan dari pengalaman-pengalaman.
b. Keputusan dari tanggapan-tanggapan.
c. Keputusan dari pengertian-pengertian.
4. Pembentukan Kesimpulan
Pembentukan kesimpulan yaitu menarik keputusan dari keputusan-keputusan yang lain
(Ismienar, 2009).
2.6. Ketrampilan Berpikir
Terdapat tiga istilah yang berkaitan dengan keterampilan berpikir yaitu :
Berpikir tingkat tinggi adalah operasi kognitif yang banyak dibutuhkan pada proses-
proses berpikir yang terjadi dalam short-term memory. Jika dikaitkan dengan taksonomi
Bloom, berpikir tingkat tinggi meliputi evaluasi, sintesis, dan analisis.
Berpikir kompleks adalah proses kognitif yang melibatkan banyak tahapan atau bagian-
bagian.
Berpikir kritis merupakan salah satu jenis berpikir yang konvergen, yaitu menuju ke
satu titik. Lawan dari berpikir kritis adalah berpikir kreatif, yaitu jenis berpikir divergen,
yang bersifat menyebar dari suatu titik.
Kemampuan seseorang untuk dapat berhasil dalam kehidupannya antara lain
ditentukan oleh ketrampilan berpikirnya, terutama dalam upaya memecahkan masalah-
8
masalah kehidupan yang dihadapinya. Di samping pengembangan fitrah bertuhan,
pembentukan fitrah moral dan budi pekerti, inkuiri dan berpikir kritis disarankan sebagai
tujuan utama pendidikan sains dan merupakan dua hal yang bersifat sangat berkaitan satu
sama lain (Ennis, 1985; Garrison & Archer, 2004).
Dimensi berpikir sebagai proses yang bersifat pribadi dan internal yang dapat berawal
dan berakhir pada dunia luar atau lingkungan seseorang. Dimensi kedua ialah persepsi dan
konsepsi sebagai perantara dari pengalaman langsung dan konsep abstrak dalam pikiran.
merefleksikan siklus umum inkuiri yang bermula dari kegiatan mendefinisikan masalah,
melakukan eksplorasi, mengintegrasikan gagasan dan berakhir pada pengambilan keputusan
dan mengaplikasikan gagasan. Dari gambar tersebut terlihat bahwa inkuiri sebagai strategi
pembelajaran dan berpikir kritis sebagai proses belajar untuk membangun makna dan
mengkonfirmasikan pemahaman mengenai sesuatu materi pelajaran memberikan penekanan
pada pentingnya keterlibatan pengalaman langsung dalam proses pembelajaran. Proses
pembelajaran di sekolah berperan dalam membantu siswa untuk berkembang menjadi
pemikir yang kritis dan kreatif terutama jika guru dapat memfasilitasinya melalui kegiatan
belajar yang efektif.
Johnson (2000), mengemukakan keterampilan berpikir dapat dibedakan menjadi
berpikir kritis dan berpikir kreatif. Kedua jenis berpikir ini disebut juga sebagai keterampilan
berpikir tingkat tinggi (Liliasari, 2002).
Berpikir kritis merupakan proses mental yang terorganisasi dengan baik dan berperan
dalam proses mengambil keputusan untuk memecahkan masalah dengan menganalisis dan
menginterpretasi data dalam kegiatan inkuiri ilmiah.
Sedangkan berpikir kreatif adalah proses berpikir yang menghasilkan gagasan asli
atau orisinal, konstruktif, dan menekankan pada aspek intuitif dan rasional (Johnson, 2000).
Pemahaman umum mengenai berpikir kritis, sebenarnya adalah pencerminan dari apa yang
digagas oleh John Dewey sejak tahun 1916 sebagai inkuiri ilmiah dan merupakan suatu cara
untuk membangun pengetahuan.
Indikator Berpikir Kritis
Wade (1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis, yakni meliputi:
(1) kegiatan merumuskan pertanyaan,
9
(2) membatasi permasalahan,
(3) menguji data-data,
(4) menganalisis berbagai pendapat,
(5) menghindari pertimbangan yang sangat emosional,
(6) menghindari penyederhanaan berlebihan,
(7) mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan
(8) mentoleransi ambiguitas.
Karakteristik lain yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan Beyer (1995:
12-15) secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu:
a. Watak (dispositions)
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis,
sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat,
respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda,
dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.
b. Kriteria (criteria)
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke
arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun
sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai
kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan
kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak
bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.
c. Argumen (argument)
Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data.
Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun
argumen.
d. Pertimbangan atau pemikiran (reasoning)
10
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis.
Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.
e. Sudut pandang (point of view)
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan
menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang
sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
f. Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria)
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan
meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang akan diambil, dan
mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.
Tabel. Indikator-indikator dari kemampuan berpikir kritis
Kemampuan Berpikir
Kritis
Indikator-indikator
Merumuskanmasalah Memformulasikan pertanyaan yang mengarahkan investigasi
Memberikan argument
Argumensesuaidengankebutuhan
Menunjukkanpersamaandanperbedaan
Melakukandeduksi
Mendeduksisecaralogis
Menginterpretasisecaratepat
Melakukaninduksi
Menganalisis data
Membuatgeneralisasi
Menarikkesimpulan
Melakukanevaluasi
Mengevaluasiberdasarkanfakta
Memberikanalternatif lain
Mengambil keputusan dan
tindakan
Menentukanjalankeluar
Memilih kemungkinan yang akan dilaksanakan
Sumber: Modifikasi dari Ennis (1985) dalam Arnyana (2004)
Ketrampilan berpikir kritis merupakan salah satu modal dasar atau modal intelektual
yang sangat penting bagi setiap orang dan merupakan bagian yang fundamental dari
11
kematangan manusia. Oleh karena itu, pengembangan Ketrampilan berpikir kritis menjadi
sangat penting bagi siswa di setiap jenjang pendidikan.
Ketrampilan berpikir kritis menggunakan dasar berpikir menganalisis argumen dan
memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap interpretasi untuk mengembangkan pola penalaran
yang kohesif dan logis, kemampuan memahami asumsi, memformulasi masalah, melakukan
deduksi dan induksi serta mengambil keputusan yang tepat. Setiap manusia memiliki potensi
untuk tumbuh dan berkembang menjadi pemikir yang kritis karena sesungguhnya kegiatan
berpikir memiliki hubungan dengan pola pengelolaan diri ( self organization ) yang ada pada
setiap mahluk di alam termasuk manusia sendiri.
Mengajarkan Keterampilan Berpikir
Jika pengajaran keterampilan berpikir kepada siswa belum sampai pada tahap siswa
dapat mengerti dan belajar menggunakannya, maka keterampilan berpikir tidak akan banyak
bermanfaat. Pembelajaran yang efektif dari suatu keterampilan memiliki empat komponen,
yaitu:
Identifikasi komponen-komponen procedural
Siswa diperkenalkan pada keterampilan dan langkah-langkah khusus yang diperlukan
dalam keterampilan tersebut. Ketika mengajarkan keterampilan berpikir, siswa
diperkenalkan pada kerangka berpikir yang digunakan untuk menuntun pemikiran siswa.
Instruksi dan pemodelan langsung
Selanjutnya, guru memberikan instruksi dan pemodelan secara eksplisit, misalnya
tentang kapan keterampilan tersebut dapat digunakan. Instruksi dan pemodelan ini
dimaksudkan supaya siswa memiliki gambaran singkat tentang keterampilan yang
sedang dipelajari, sehingga instruksi dan pemodelan ini harus relatif ringkas.
Latihan terbimbing
Latihan terbimbing seringkali dianggap sebagai instruksi bertingkat seperti sebuah
tangga. Tujuan dari latihan terbimbing adalah memberikan bantuan kepada anak agar
nantinya bisa menggunakan keterampilan tersebut secara mandiri. Dalam tahapan ini
guru memegang kendali atas kelas dan melakukan pengulangan-pengulangan.
12
Latihan bebas
Guru mendesain aktivitas sedemikian rupa sehingga siswa dapat melatih
keterampilannya secara mandiri, misalnya berupa pekerjaan rumah. Jika ketiga langkah
pertama telah diajarkan secara efektif, maka diharapkan siswa akan mampu
menyelesaikan tugas atau aktivitas ini 95% 100%. Latihan mandiri tidak berarti sesuatu
yang menantang, melainkan sesuatu yang dapat melatih keterampilan yang telah
diajarkan.
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pengajaran keterampilan berpikir di sekolah
antara lain adalah sebagai berikut:
1. keterampilan berpikir tidak otomatis dimiliki siswa
2. keterampilan berpikir bukan merupakan hasil langsung dari pengajaran suatu bidang
studi
3. pada kenyataannya siswa jarang melakukan transfer sendiri keterampilan berpikir ini,
sehingga perlu adanya latihan terbimbing
4. pengajaran keterampilan berpikir memerlukan model pembelajaran yang berpusat kepada
siswa (student-centered).
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara
kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik
informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory.
Jadi berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item (Latipah,
2012).
2. Macam-macam berpikir, yaitu berpikir alamiah, berpikir ilmiah, berpikir autistik, serta
berpikir realistik yang terdiri dari berpikir deduktif, berpikir induktif, berpikir evaluatif.
3. Komponen berpikir adalah mental images, konsep, dan penalaran.
4. Proses berpikir yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, pembentukan
keputusan, dan pembentukan kesimpulan.
5. keterampilan berpikir dapat dibedakan menjadi berpikir kritis dan berpikir kreatif. Kedua
jenis berpikir ini disebut juga sebagai keterampilan berpikir tingkat tinggi.
3.2 Saran
Berpikir dan mengingat merupakan cara yang baik dalam proses belajar. Oleh karena
itu sebagai kaum pelajar kita harus mengembangkannyadalam kehidupan sehari-hari dengan
kita senantiasa berpikir secara kreatif dan analitis agar memperoleh sasaran yang diharapkan
Pelajar adalah masyarakan yang terpelajar. Yang dianggap sebagai kaum pelajar, karena
mereka telah mengetahui apa itu berpikir dan mengingat.
14
Daftar Pustaka
Ennis.R.H. 1985. Goals for A Critical Thinking I Curriculum. Developing Minds A Resource
Book for Teaching Thinking. Virginia: Association for Suopervisions and Curriculum
Development (ASCD) pp. 54-57.
Galbreath J.1999. Preparing the 21th Century Worker: The Link Between Computer Based
Technology and Future Skills Sets Educational Technology. Desember 1999 pp. 14-22
Johnson. E.B. (2000). Contextual Teaching and Learning . California: Corwin Press, Inc.
Liliasari. 2001. Model Pembelajaran IPA untukMeningkatkanKetrampilanBerpikir Tingkat
TinggiCalon Guru sebagaiKecenderunganBarupada Era Globalisasi. JurnalPengajaran MIPA
2 (1). Juni 2001.hal 55 56.
Indrioko, Erwin. 2012. Berpikir dalam Psikologi Pendidikan Islam.
(http://erwinindri.blogspot.com/2012/09/berpikir-dalam-psikologi-
pendidikan_21.html)diakses tanggal 07 November 2012. Makassar.
Ismienar, Swesty dkk. 2009. Thinking.
(http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/11/thinking.pdf) diaksestanggal 07
November 2012. Makassar.
Latipah, Eva. 2012. Pengantar Psikologi Pendidikan. Pedagogia. Yogyakarta.
Rozali. 2008. Proses Berpikir. (http://www.psb-psma.org/content/blog/proses-
berpikir)diakses tanggal 07 November 2012. Makassar.
Said, Nasrullah. 2011. Kemampuan Berpikir. (http://nasrullah-
said.blogspot.com/2011/10/contoh-rancangan-persiapan-pembelajaran.html)diakses tanggal
07 November 2012. Makassar.