Anda di halaman 1dari 7

70

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL


MELALUI REAKSI DUA TAHAP
Eka Kurniasih
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Jl. Banda Aceh-Medan km. 280 Buketrata Lhokseumawe
Email: echakurniasih@yahoo.com
Abstrak
Biodiesel adalah senyawa mono alkil ester dari asam lemak rantai panjang
yang berasal dari minyak nabati dan hewani. Salah satu sumber minyak
nabati yang dapat dimanfaatan sebagai bahan baku biodiesel adalah Crude
Palm Oil (CPO). Crude Palm Oil (CPO) mengandung 40%-46% asam
palmitat dan 39%-45% asam oleat. Sintesa biodiesel dari Crude Palm Oil
dilakukan melalui dua tahap reaksi, yaitu esterifikasi dan transesterifikasi.
Tahap esterifikasi dilakukan pada temperatur 60
o
C menggunakan katalis
H
2
SO
4
. Setelah tahap esterifikasi, dilanjutkan dengan tahap transesterikasi
menggunakan katalis basa NaOH sebesar 0,5% (b/b). Setelah dua jam
reaksi diperoleh dua lapisan. Biodiesel berada pada lapisan atas, sedangkan
hasil samping berupa gliserol pada lapisan bawah. Rancangan penelitian
dilakukan mengikuti metode respon permukaan dengan melibatkan tiga
variabel bebas, yaitu temperatur, rasio mol CPO:metanol, dan rasio katalis
H
2
SO
4
. Dari hasil penelitian diketahui proses produksi optimum berada pada
rasio katalis H
2
SO
4
15% (b/b), rasio mol CPO:Metanol 1:10 dan temperatur
68
o
C dengan kandungan ester 97,90%.
Kata kunci: biodiesel, crude palm oil, esterifikasi, respon permukaan,
transesterifikasi
Pendahuluan
Cadangan sumber minyak bumi nasional semakin menipis, sementara konsumsi
energi semakin meningkat, bila tidak diwaspadai, dalam jangka waktu yang tidak
terlalu lama Indonesia akan menjadi pengimpor minyak. Diketahui bahwa kontribusi
energi yang dapat diperbaharui (renewable energy) dari total kebutuhan energi
nasional saat ini kurang dari satu persen. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
energi dari fosil harus dilakukan secara bijaksana dan efisien. Dengan ketersediaan
minyak bumi yang semakin terbatas, menyebabkan perhatian terhadap penggunaan
minyak nabati sebagai bahan bakar bangkit kembali. Hasil-hasil penelitian
menunjukkan bahwa berbagai minyak nabati memiliki potensi cukup besar sebagai
bahan bakar alternatif (biodiesel) karena memiliki karakteristik yang mendekati
bahan bakar diesel dari minyak bumi (petroleum diesel). Produksi biodiesel yang
dikembangkan saat ini, umumnya dibuat dari minyak tumbuhan seperti minyak
kedelai, canola oil, rapeseed oil, dan crude palm oil [1]

Biodiesel dari minyak sawit mentah (crude palm oil) merupakan harapan baru untuk
menjawab sebagian kebutuhan energi di tanah air. Mengingat bahwa Indonesia
tercatat sebagai negara produsen kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah
Malaysia. Produksi minyak kelapa sawit Indonesia saat ini mencapai 6,5 juta ton per
tahun dan diperkirakan pada tahun 2012 akan meningkat hingga 15 juta ton per
tahun karena pengembangan lahan. Tingginya biaya produksi biodiesel dari minyak
71

nabati lainnya justru menjadi keunggulan bagi pengembangan crude palm oil (CPO)
sebagai bahan bakar alternatif. Karena bila dibandingkan dengan jenis minyak nabati
lain sebagai penghasil bahan bakar alternatif, penggunaan CPO sebagai bahan baku
akan jauh lebih murah [2]

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh satu kondisi operasi produksi biodiesel
terbaik dan dapat menjadi opsional dalam pengembangan biodiesel skala industri.
Produksi biodiesel dari crude palm oil ini melibatkan dua tahap reaksi, yaitu
esterifikasi dan transesterifikasi. Tahap esterifikasi dilakukan menggunakan katalis
H
2
SO
4
pada temperatur 60
o
C, sedangkan tahap transesterifikasi dilakukan
menggunakan katalis basa NaOH. Penelitian dirancang ini mengikuti metode respon
permukaan (response surface methodology) melibatkan tiga variabel bebas, yaitu
temperatur, rasio mol trigliserida:metanol, dan rasio katalis H
2
SO
4
.
Crude Palm Oil (CPO) adalah minyak yang berasal dari daging buah sawit yang
telah melewati tahap perebusan di sterilizing station dan dilanjutkan dengan
pengepresan di pressing station. Dalam daging buah sawit terdapat 43% crude palm
oil yang tersusun atas berbagai jenis asam lemak, yaitu asam palmitat (C
16
) 40%-
46%, asam Oleat (C
18-1
) 39%-45%, asam linoleat (C
18-2
) 7%-11%, asam stearat (C
18
)
3,6%-4,7% dan asam miristat (C
14
) 1,1%-2,5% [3]. Crude palm oil (CPO)
mengandung asam lemak bebas yang relatif tinggi berkisar 3%-5%, sedangkan
untuk memproduksi biodiesel asam lemak bebas harus 2%. Untuk itu, dalam
penelitian ini dibutuhkan perlakuan untuk menurunkan kandungan asam lemak
bebas sebelum crude palm oil (CPO) digunakan sebagai bahan baku biodiesel
melalui reaksi esterifikasi. Kadar asam lemak bebas dalam crude palm oil (CPO)
dipengaruhi oleh tingkat kematangan (ripe) dari buah kelapa sawit. Semakin lewat
matang buah kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan baku, semakin tinggi pula
kadar asam lemak bebas. Kenaikan kadar ALB juga turut dipercepat oleh faktor
panas, H
2
O, keasaman dan biokatalis.




Gambar 1. Crude Palm Oil (CPO)
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengkonversi crude palm oil (CPO)
menjadi biodiesel, tetapi keseluruhannya menggunakan satu tahap reaksi saja.
Penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk mengubah crude palm oil (CPO)
menjadi biodiesel melalui reaksi transesterifikasi menggunakan katalis basa KOH.
Produk crude palm oil methyl ester (CPOME) kemudian di blending dengan
petroleum diesel. Dari hasil penelitian diketahui, bahwa blending CPOME30
memberikan hasil dapat bercampur dengan baik tanpa terjadi separasi dan memiliki
karakteristik yang mendekati petroleum diesel [2]. Sementara pada penelitian lain
dilakukan optimasi biodiesel dari CPO menggunakan reaksi transesterifikasi dengan
variasi temperatur reaksi, waktu reaksi, kecepatan putaran pengaduk, rasio molar
dan rasio katalis KOH. Dari hasil penelitian, diperoleh kandungan ester tertinggi
sebesar 93,573% [4].

Biodiesel adalah nama yang diberikan pada mono alkil ester dari asam lemak rantai
panjang yang berasal dari minyak nabati atau hewani [4]. Biodiesel dibuat melalui
reaksi esterifikasi atau transesterifikasi yang bertujuan untuk mengubah asam lemak
bebas dan trigliserida dalam minyak menjadi biodiesel dan gliserol [5]. Pada
72

penelitian ini dilakukan pembuatan biodiesel dengan menggunakan reaksi esterifikasi
dan transesterifikasi secara bertahap.

Metode Penelitian

Penelitian ini dirancang mengikuti metode respon permukaan (response surface
methodology), seperti diperlihatkan tabel 1.

Tabel 1. Rancangan Respon Permukaan
Run Rasio Katalis H
2
SO
4

(% b/b)
Temperatur
(
o
C)
Rasio CPO : Metanol
(Mol)
Aktual Kode Aktual Kode Aktual Kode
1 14 -1 55 -1 8 -1
2 16 1 55 -1 8 -1
3 14 -1 65 1 8 -1
4 16 1 65 1 8 -1
5 14 -1 55 -1 12 1
6 16 1 55 -1 12 1
7 14 -1 65 1 12 1
8 16 1 65 1 12 1
9 13,318 -1,682 60 0 10 0
10 16,682 1,682 60 0 10 0
11 15 0 52 -1,682 10 0
12 15 0 68 1,682 10 0
13 15 0 60 0 6,636 -1,682
14 15 0 60 0 13,364 1,682
15 15 0 60 0 10 0
16 15 0 60 0 10 0
17 15 0 60 0 10 0
18 15 0 60 0 10 0
19 15 0 60 0 10 0
20 15 0 60 0 10 0

Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap reaksi yaitu esterifikasi dan
transesterifikasi.
1.Tahap Esterifikasi
Reaksi esterifikasi diawali dengan melakukan analisa asam lemak bebas
untuk mengetahui kandungan ALB crude palm oil. Bahan baku CPO yang digunakan
memiliki kandungan asam lemak bebas yang tinggi, yaitu 4,46%. Sementara syarat
ALB yang harus dipenuhi oleh bahan baku untuk dapat digunakan sebagai bahan
baku biodiesel adalah 2%.
Reaksi esterfifikasi dilakukan menggunakan katalis asam H
2
SO
4
sesuai level
yang telah ditentukan pada temperatur 60
o
C. Saat waktu reaksi telah tercapai,
produk akan terdiri dari dua lapisan. Crude ester berada pada lapisan atas, dan air
pada lapisan bawah mengikuti reaksi berikut ini :

HCOOR + CH
3
OH CH
3
COOR + H
2
O
Asam lemak Alkohol Biodiesel Air




73














Gambar 2. Hasil Esterifikasi


Pada tahap esterifikasi, terjadi konversi asam lemak bebas menjadi ester
sehingga kandungan asam lemak bebas CPO awal turun. Bila asam lemak bebas
CPO yang tinggi tidak diturunkan melalui tahap esterifikasi, maka pada tahap
transesterifikasi akan terbentuk banyak sabun sebagai hasil samping reaksi. Kondisi
ini akan mempersulit tahap purifikasi dan mempengaruhi kualitas produk biodiesel
yang dihasilkan.

2.Tahap Transesterifikasi
Setelah tahap esterifikasi, dilanjutkan dengan tahap transesterifikasi. Tahap
transesterifikasi bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan ester dari rantai
asam lemak pada CPO. Crude ester yang telah dipisahkan dari air, di
transesterifikasi menggunakan katalis basa NaOH pada level temperatur yang telah
ditetapkan. Reaksi berlangsung selama dua jam, dan di akhir reaksi diperoleh dua
lapisan produk. Biodiesel berada pada lapisan atas, sedangkan gliserol berada pada
lapisan bawah. Biodiesel diseparasi dari campuran produk menggunakan teknik
dekantasi.

Reaksi Transesterifikasi


H C O C R
1
R
2
C O C H + 3CH
3
OH 3CH
3
COOR + C
3
H
6
O
3
H C O C R
2



CPO (Trigliserida) Alkohol Biodiesel Gliserol

Hasil Penelitian

Purifikasi Produk. Crude product biodiesel yang telah diseparasi dari campuran,
dicuci menggunakan aquadest untuk menghilangkan metanol, sisa sabun dan garam
Na
2
SO
4
yang terbentuk sepanjang reaksi berlansung. Setelah itu dianalisa
kandungan asam lemak bebas untuk mengetahui penurunan kandungan ALB produk
(Gambar 3).

O
O
H
H
O
Crude ester
H
2
O
74

1
%Konversi (%)
60
0
70
80
90
Temperatur (Celcius)
-2
-1
-1
0
-2
1
Rasio Katalis H2SO4 (% b/b)







Gambar 3. Purifikasi Biodiesel
Pengaruh Rasio Katalis H
2
SO
4
, Temperatur Dan Rasio Mol CPO:Metanol
Terhadap Konversi Biodiesel. Interaksi antara ketiga variabel penelitian terhadap
konversi ALB dapat dilihat melalui grafik respon permukaan dan grafik kontur.
Respon permukaan dan grafik kontur tiga dimensi di plot dengan menggunakan rasio
katalis H
2
SO
4
sebagai sumbu x, temperatur sebagai sumbu y dan konversi ALB
sebagai sumbu z pada rasio mol CPO:Metanol tetap (kode 0). Dari respon tersebut
akan diketahui level variabel untuk mendapatkan kondisi optimum produk biodiesel.










Gambar 4. Grafik Respon Permukaan
Respon permukaan menunjukkan bahwa konversi ALB meningkat seiring dengan
meningkatnya temperatur reaksi dan konsentrasi katalis H
2
SO
4
hingga pada batas
tertentu. Plot permukaan ini mengekspresikan bahwa peningkatan konversi ALB
sangat dipengaruhi oleh kenaikan temperatur reaksi transesterifikasi. Hal disebabkan
oleh kenaikan temperatur menyebabkan pemutusan rantai alkil asam lemak pada
CPO berlangsung lebih cepat sehingga mempercepat terbentuknya ikatan ester
antara asam lemak dengan metanol. Sedangkan kenaikan konsentrasi katalis H
2
SO
4
,
memberikan pengaruh kenaikan konversi ALB hanya pada batas tertentu saja yaitu
15% (b/b). Sehingga ketika konsentrasi H
2
SO
4
dinaikkan, tidak akan memberikan
Biodiesel
75

pengaruh yang signifikan, karena H
2
SO
4
telah tepat bereaksi mengkonversi asam
lemak menjadi ester (Gambar 4).

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa penurunan asam lemak bebas terbesar berada
pada run 12, yaitu rasio katalis H
2
SO
4
15% (b/b), rasio mol CPO terhadap metanol
1:10 pada temperatur 68
o
C. Konversi asam lemak bebas sebesar 95,73%. Hal ini
menunjukkan bahwa asam lemak dalam trigliserida hampir seluruhnya telah terputus
dan berikatan dengan metanol membentuk biodiesel (metil ester). Semakin rendah
asam lemak bebas akan linear dengan tingginya konversi asam-asam lemak dalam
trigliserida menjadi biodiesel. Dari hasil analisa kromatografi gas, diperoleh
kandungan ester dalam produk biodiesel sebesar 97,70%. Hasil ini telah memenuhi
standar syarat mutu biodiesel SNI 04-7182-2006 (kandungan ester min 96,5%).











Gambar 3. Hasil Analisa Kromatografi Gas




Gambar 5 Hasil Analisa Kromatografi Gas Produk Biodiesel
Kesimpulan
Produksi biodiesel dari crude palm oil menggunakan dua tahap, yaitu esterifikasi dan
transesterifikasi memberikan perolehan konversi ALB sebesar 95,73%. Dari hasil
analisa kromatografi gas, diketahui bahwa produk biodiesel yang dihasilkan memiliki
kandungan ester 97,90% (sesuai SNI 04-7182-2006). Kondisi optimum produksi
biodiesel berada pada rasio katalis H
2
SO
4
15% (b/b), temperatur 68
o
C dan rasio mol
CPO:Metanol 1:10.
76

Referensi
[1] Rachmaniah, O., A. Baidawi dan I. Latif. 2012. Produksi Biodiesel Berkemurnian Tinggi
Dari Crude Palm Oil (CPO) Dengan Tetrahidrofuran-Fast Single-Phase Process. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya
[2] MF Zuhdi, Aguk dan Bibit S Rahayu. 2005. Proses Pembuatan dan Karakteristik
Biodiesel Dari Crude Palm Oil (CPO) Serta Teknik Blending Dengan Minyak Solar.
Fakultas Teknologi Kelautan. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya
[3] Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Universitas
Indonesia Press. Jakarta
[4] Alkabbashi, A.N., Md Z. Alam., M.E.S Mirghani dan A.M.A Al Fusaiel. 2009. Biodiesel
Production From Crude Palm Oil by Transesterification Process. Journal of Applied
Sciences, Volume 9, Nomor 17, ISSN 1812-5654. Malaysia
[5] Hikmah, Maharani Nurul dan Zuliyana. 2012. Pembuatan Metil Ester (Biodiesel) Dari
Minyak Dedak Dan Metanol Dengan Proses Esterifikasi dan Transesterifikasi. Jurusan
Teknik Kimia. Universitas Diponegoro.
[6] Montgomery, Douglas C. 1997. Design And Analysis Of Experiments. Edition-5. John
wiley And Son Inc.

Anda mungkin juga menyukai