Prinsip irigasi kendi adalah peresapan air secara perlahan melewati pori-
pori permukaan kendi langsung ke tanah di daerah perakaran tanaman.
Keunggulan sistem irigasi ini dapat menekan kehilangan air karena evaporasi, perkoiasi dan aliran permukaan. Penggunaan air yang efisien merupakan kunci sukses daiam pembangunan pertanian yang berkelanjutan, khususnya untuk daerah kering. Penemu sistem kendi irigasi ini adalah Prof. Dr. Budi Indra Setiawan, seorang guru besar di Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Lumpur Lapindo Sidoarjo dijadikan sebagai bahan baku, karena selain kualitasnya bagus untuk membuat kendi juga didapatnya secara gratis. Sistem kendi irigasi ini pertama kali diperkenalkan ke publik sekitar tahun 2008 silam. Sistem ini diterapkan secara sederhana, yakni dengan membenamkan kendi berisi air di tanah. Kendi yang digunakan terbuat dari tanah liat dan bahan lainnya sehingga air yang ada di dalam kendi mampu merembes ke akar tanaman. Kendi di tanah itu diisi air melalui selang yag dihubungkan dengan gentong air. Air di dalamnya akan merembes ke tanah di sekelilingnya melalui dindingnya yang dibuat permeable. Kemampuan dinding kendi untuk merembeskan air dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi kebutuhan evapotranspirasi tanaman setiap waktu dan dengan memperhatikan pula sifat hidrolika tanahnya. Sistem irigasi kendi dirancang dengan berbagai pertimbangan salah satunya adalah mengusahakan agar air yang diberikan benar-benar sesuai dengan kebutuhan tanaman, serta menghindari kehilangan air melalui evaporasi. Pengisian air ke dalam kendi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu manual dan otomatis. Cara manual bisa dilakukan jika jumlah kendi terbatas atau tersedia tenaga kerja yang cukup. Sementara, cara otomatis yakni dengan menerapkan prinsip bejana berhubungan, yaitu di satu sisi berupa kendi dan di sisi lainnya adalah tangki sumber air. Keduanya dihubungkan dengan pipa atau selang plastik.