Anda di halaman 1dari 13

Soal Ujian Ketrampilan Medik POSR 2

SOAL A
1. Diagnosis tetanus. Seorang anak laki-laki usia 10 hari dibawa ke UGD puskesmas karena
kejang-kejang yang mulai dialami beberapa menit yang lalu. Pasien juga mengalami
demam sejak 2 hari yang lalu dan demam tinggi sejak tadi malam. Hasil pemeriksaan
fisik keadaan tidak sadar, telapak tangan menggenggam kencang, dan mulut mencucu.
Bibir tampak sianosis. Tampak luka bernanah dan berbau pada tali pusar dan tampak
bekas daun yang sudah ditombok di daerah pusar.
Benzodiazepin (bekerja langsung melepaskan GABA krn toksin clostridium
menghambat GABA-nergik, selain itu ada tersedia di puskesmas dan boleh diberikan
untuk anak bayi) Diazepam supposituria(stesoild) 5mg (BB<10Kg) diberikan 2x
pemberian tiap 20 menit, karena onset of actionnya cepat dan durasinya lama
dibandingkan jenis benzodiazepine lainnya selain itu, mempunyai sediaan injeksi dan
supposituria jadi pada pasien dipilih melalui suppo krn tidak dapat diberikan melalui
injeksi dan oral, ada tersedia di puskesmas.
ATS dipilih karena HTIG harganya mahal dan tidak tersedia di puskesmas. Bekerja
sebagai antitoksin. Walaupun sering menimbulkan efek hipersensitivitas dapat
diberikan bersamaan dgn kortikosteroid. sediaan : Vial 5 ml (20.000 IU).

Jadi diberikan sebanyak 2 vial.
TT wajib diberikan pada pasien yang mengalami tetanus. Dipilih pemberian
melalui intramuscular pada pasien ini. Dosisnya adalah 0,5 ml dosis tunggal.
Sediaan : TT 1 vial berisi 0,5 ml
Jadi, diberikan sebanyak 1 vial TT.
AB : golongan penicillin karena sensitive terhadap bakteri clostridium tetani,
selain itu boleh untuk anak <12 tahun. Bekerja sebagai bakterisiadal dengan
cara mengambat sintesis dinding sel. Terdapat dalam bentuk injeksi karena pada
pasien tidak dapat diberikan melalui oral. Diberikan saat berhenti kejang karena
gol, ini dapat menghambat GABA. Dikasi jenis obat Penicilin G karena tersedia di
puskesmas dan merupkan sediaan injeksi. Dosisnya maksimal 6 juta iu. n/70 x
6juta = 3,5/70 x 6 jt = 300.000/hari=0,075 juta per kali pemberian.dalam 1 vial
terdapat 3 juta iu berarti 1 vial saja. Diberikan selama 7 hari.

R/ supp. Stesolid mg 5 No.II
s.u.c.
R/ Inj. Anti tetanus serum iu 20 ribu vial II
Spuit Cc I No.I
Spuit cc 5 No.I
s.i.m.m
R/ Inj. Toxoid Tetanus ml 0,5 vial I
Spuit cc 5 No.I
s.i.m.m

R/ Inj. Penicilin G iu 3 juta vial I
Spuit cc 1 No.II
S.i.m.m

2. Ibu hamil ke UGD. Sesak malam dan pagi. Riwayat sakit tenggorokan. Tapi sudah
sembuh. Riwayat keluarga alergi. Kambuh dua kali dalam sebulan. Ada retraksi
suprasternal. (Asma Intermitten Serangan Sedang)
Kombinasi SABA dan kortikosteroid sistemik (oral) merupakan pilihan pertama
untuk mengatasi serangan asma pada kehamilan karena dapat mencegah terjadinya
hipoksia fetal (GINA, 2011)
Jenis obat yang dipilih : Terbutalin dan Prednison
Alasan : Terbutalin dan Prednison dipilih karena aman digunakan untuk ibu hamil.
Sementara salbutamol, fenoterol, dan salmeterol merupakan kategori C pada
kehamilan. Metilprednisolon juga dikontraindikasikan pada kehamilan.
Terbutaline
- BSO : nebulizer
- Dosis : Dosis sesuai pasien. Berat badan > 25 kg : 5 mg (1 unit dosis tunggal 5 ml )
dihirup hingga 4 kali dalam waktu 24 jam
- Harga : Kemasan dus 2x5 respules Rp.85.968,-
- Bentuk sediaan paten : Bricasma respule
- Pasien diberikan 1 kali nebule terlebih dahulu, jika membaik, tidak perlu diberikan
lagi. Jika tidak membaik, dapat diulangi 2-4 kali nebule sampai pasien membaik.
Prednison
- BSO : tablet
- Dosis : 5 mg 3x1 tablet sehari


R/ Inh Bricasma respules mg/ml 2,5 fl. VIII
S.i.m.m.
paraf
R/ Tab Prednison mg 5 No. XXI
S t.d.d tab I p.c. paraf

3. Glaucoma, nyeri sejak sebulan. Air mata keluar kotoran, kabut seperti lihat pelangi,
sama kayak kasus tugas POSR.
Beta blocker karena bekerja sebagai menurunkan produksi aquos humor. Pada
pasien kemungkinan glaukoma karena ppningkatan produksi aqous humor dengan
riwayat menggunkan kacamata baca (+) tidak mungkin disebabkan krn penyempitan
sudut (hanya pada orang -). Betaksolol karena bekerja secara selective jadi efeksamping
minimal. Ada sediaan tetes yang cocok umtuk pasien karena dibutuhkan efek lokal saja.
Sedian 0,5 %. Sesuai kebutuhan pasien. 2*1 tetes perhari.

R/ gtt. Opht Betoptima 5% fl.I
s.u.e.b.d.d. gtt. Opht. I. OD

4. Otitis stadium perforasi. Merasakan ada nyeri telinga, demam, keluar cairan berlendir.
Pada pemeriksaan otoskopi ditemukan perforasi sentral. Sama kayak tugas POSR.
Penicilin karena spectrum luas dan sensitive terhadap kuman penyebab otitis media. Banyak
terdapat dimana saja. Bekerja sebagai bakterisidal, menghambat sintesis dinding sel, se lain itu
golongan ini merupakan spektrum luas sehingga dapat membunuh bakteri gram positif dan
gram negatif. Amoksisilin karena digunakan sebagai lini pertama pada kasus Otitis Media
Akut, bekerja sebagai bakterisidal, menghambat sintesis dinding sel.
R/ Tab Amoksisilin mg 500 Tab XXI
S.t.d.d. Tab I p.c. paraf
R/ Tab Parasetamol mg 500 Tab X
S.p.r.n.t.d.d. Tab I p.c. paraf


Soal Ujian Ketrampilan Medik POSR 2
SOAL B
1. Seorang pasien perempuan, berusia 35 tahun, hamil anak ke 2, umur kehamilan 34
minggu, dibawa ke UGD Puskesmas karena pasien mengeluh sakit kepala. Beberapa saat
setelah tiba di UGD, pasien tiba-tiba mengalami kejang-kejang. Pasien mempunyai
riwayat hipertensi sejak pasien ANC yang ke 2. Hasil pemeriksaan, TD 200/110 mmHg,
nadi 100 kali/menit, RR 28 kali/menit, edema pada tungkai.
Menurunkan tekanan darah
hidralazin hydroklorida 20-30 imuntuk eklamsi di JNC 7

2. Seorang pasien laki-laki berusia 11 tahun diantar ibunya ke praktek dokter dengan
keluhan nyeri tenggorokan disertai demam dan gatal tenggorokan sekan 2 hari lalu. Nyeri
terutama saat menelan. Ibu pasien menyatakan bahwa anaknya memiliki riwayat sering
mengalami keluhan seperti ini sejak 3 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum baik, suhu 38.1 derajat celcius, pada pemeriksaan status
lokalis didapatkan adanya pembesaran tonsil T2/T3, dengan permukaan kasar
berbenjol-benjol, hiperemis (+), detritus (+) dan permukaan faring tampak hiperemis.
Mengeradikasi bakteri penyebab
golongan penisilin, karena golongan ini merupakan spektrum luas sehingga
dapat membunuh bakteri gram positif dan gram negatif. Golongan ini
digunakan sebagai lini pertama dalam pengobatan tonsilitis. Bersifat
bakterisida dan bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel. Berdifusi
dengan baik di jaringan dan cairan tubuh, tapi penetrasi ke dalam cairan otak
kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi. Diekskresi ke urin
dalam kadar terapetik. Amoxicillin karena digunakan sebagai lini pertama
pada kasus tonsillitis bakteri, serta memiliki aktifitas lebih tinggi melawan
bakteri. Menghambat sintesis dinding sel dengan berikatan pada penicillin-
binding protein yang berperan dalam tahapan transpeptidation dari
peptidoglikan dinding sel. Bakteri mengalami lisis akibat aktivitas enzim auto-
litik dinding sel.
Amoksisilin diberikan dalam bentuk sediaan paten (sesuai dengan setting di
klinik swasta) yaitu Amoxsan kapsul (500 mg) dengan dosis 3 kali sehari 500
mg selama 7 hari.
R/ Caps Amoxsan mg 500 Tab XXI
S.t.d.d. Tab I p.c. paraf
Mengurangi reaksi inflamasi
golongan obat NSAID. Karena memiliki efek samping lebih sedikit
dibandingkan kortikosteroid. Selain itu Kortikosteroid memiliki efek samping
menurunkan daya tahan tubuh dibanding efek NSAID sehingga akan
memperburuk infeksi yang dialami pasien. NSAID juga memiliki efek anti
inflamasi, analgetik, dan antipiretik. Menghambat enzim siklooksigenase
sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG
2
terganggu. Setiap obat
menghambat siklooksigenase dengan kekuatan dan selektivitas yang berbeda.
Ibuprofen : Menghambat enzim COX secara tidak selektif. Sebagian besar
memiliki efek penghambatan terhadap COX-1 yang lebih kuat dibanding
terhadap COX-2.
Ibuprofen diberikan dalam bentuk sediaan paten (sesuai dengan setting di
klinik swasta) yaitu Nofena kaplet (200 mg) dengan dosis 3 kali sehari 400 mg
jika diperlukan.
R/ Tab Nofena mg 200 Tab XX
S.p.r.n.t.d.d. Tab II p.c. paraf

3. Seorang laki-laki, 30 tahun dating ke poli mata RSU Mataram dengan keluhan
penglihatan silau pada mata kanan sejak seminggu yang lalu. Awalnya pasien merasa
mata kanan gatal, merah, seperti ditusuk-tusuk dan seperti ada pasir. Menurut pasien
pada mata kanan awalnya terdapat selaput putih kecil pada pinggir bagian yang hitam.
Semakin lama semakin meluas kea rah bagian tengah dari mata pasien. Selain itu mata
kanan pasien sering berair tetapi tidak disertai adanya kotoran. Tidak ada riwayat
trauma pada mata ataupun riwayat penggunaan lensa kontak, tidak ada riwayat
Diabetes Mellitus, gangguan saluran napas. Pasien mengakui memiliki riwayat
hipertensi. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/80 mmHg, nadi 74x/menit
dan frekuensi pernapasan 20x/menit serta suhu tubuh 26
0
C.
Mengatasi gejala alergi (mata kanan gatal, merah, seperti ditusuk-tusuk dan
seperti ada pasir)
Dipilih kortikosteroid karena efek inflamasi yang lebih baik dari NSAID.
Kortikosteroid menghambat pembentukan asam arakidonat sedangkan
NSAID menghambat enzim siklooksigenase sehingga efek inflamasi
kortikosteroid lebih baik dari NSAID. Jika dibandingkan dengan
antihistamin, antihistamin hanya efektif meredakan gejala gatalnya saja,
sehingga kortikosteroid lebih unggul karena meredakan semua gejala
inflamasi seperti di skenario. Deksametason karena efek inflamasinya yang
paling kuat diantara yang lain. Serta cocok untuk pasien di skenario
Deksametason
- BSO: tetes mata 0,1% karena bekerja local dan tidak membuat rasa tidak
nyaman seperti pada penggunaan salep mata.
- Dosis: 3-4x sehari masing masing 1 tetes cukup 3 kali sehari, masing-
masing 1 tetes karena sudah dalam rentang terapi sehingga diharapkan dapat
meredakan gejala.
- Cara dan Lama pemakaian: mata yang sakit diberikan tetes mata tersebut
sebanyak 1 tetes, 3 kali sehari selama 3 hari diharapkan dengan pemberian
3 hari ini, gejala-gejala pada mata yang sakit dapat segera hilang,

R/ Gtt. opth. Deksametason o,o1% ml 5 fl I
S t.d.d. u.e OD
_______________________________ A

4. Seorang pria, 15 tahun, datang diantarkan ibunya ke praktek dokter dengan keluhan
pilek kambuhan yang memberat sejak 3 bulan belakangan ini. Pilek encer dan bening,
disertai bersin-bersin. Pasien juga mengeluhkan kadang hidung tersumbat dan gatal,
mata kadang sampai terasa panas. Pasien tidak demam, tidak batuk dan tidak ada
keluhan pada telinga. Keluhan terutama timbul apabila pasien sedang bermain dengan
kucing peliharaannya. Pasien sudah berobat tetapi keluhan masih juga dirasakan. Pasien
belum pernah melakukan tes alergi. Riwayat keluarga bapak menderita asma bronchial
(+). Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, vital sign dalam batas
normal. Pada pemeriksaan dengan rhinoskopi anterior didapatkan tampak adanya
secret seromukoid, mukosa hidung edema (+), hiperemis (+), hipertrofi konka (-),
massa (-).
Mengurangi gejala reaksi alergi
Antagonis reseptor H1 Generasi II. Karena antagonis reseptor H1 Generasi II
merupakan obat pilihan (drug of choice) dan sangat efektif untuk rinitis alergika, tidak
menyebabkan ngantuk. Komponen yang menghambat reseptor histamine 1 secara
kompetitif dan digunakan untuk mengatasi keadaan alergi. Distribusi ke system saraf
pusat minimal, sehingga tidak menyebabkan efek sedasi. Loratadin tablet 10 mg 1
x sehari 1 tablet
R/ tab loratadin mg 10 No. V
s.p.r.n.u.d.d. tab I p.c.

Mengatasi hidung tersumbat
Dipilih obat golongan Dekongestan, karena merupakan satu-satunya obat yang
digunakan untuk mengatasi gejala hidung tersumbat. Dipilih dekongestan sistemik
karena tidak menyebabkan fenomena reborn seperti pada dekongestan lokal. Efedrin
tablet 25 mg 3x sehari 1 tablet.
R/ tab efedrin hidroklorida mg 25 No. XV
S.p.r.n.t.d.d. tab I p.c.

Soal Ujian Ketrampilan Medik POSR 2
SOAL C
1. Pasien perempuan berusia 25 tahun dibawa ke UGD dengan keadaan tidak sadarkan
diri. Hasil anamnesis 3 hari sebelumnya melakukan aborsi di kampung tetangga.
Menurut keluarga kemarin pasien demam tinggi, tapi sejak tadi pagi suhu menurun dan
pingsan. Tanda vital = TD : 65 mmHg/palpasi, nadi 120x/menit, sangat lemah, reguler,
RR : 30 kali per menit, reguler, lemah, suhu 35,5C, keluar darah bercampur leukore
berbau dari vagina (Syok Sepsis)
Mengeradikasi bakteri penyebab
Penisilin Bersifat bakterisida dan bekerja dengan menghambat sintesis
dinding sel. Berdifusi dengan baik di jaringan dan cairan tubuh, tapi penetrasi
ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Diekskresi ke urin dalam kadar terapetik. Benzatin Penisilin G karena
tersedia di puskesmas dan merupkan sediaan injeksi. Dosisnya maksimal 6 juta
iu. n/70 x 6juta = 3,5/70 x 6 jt = 300.000/hari=0,075 juta per kali
pemberian.dalam 1 vial terdapat 3 juta iu berarti 1 vial saja. Diberikan selama 7
hari.
R/ Inj. Penicilin G iu 3 juta vial I
Spuit cc 1 No.II
S.i.m.m

Meningkatkan tekanan darah
Vasopressor Vasokonstriktor simpatomimetik meningkatkan tekanan darah
sementara dengan bekerja pada reseptor alfa adrenergic untuk menimbulkan
konstriksi pembuluh darah perifer. Golongan ini memiliki efek farmakologi
membuat pembuluh darah berkonstriksi karena pada syok anafilaktik,
pembuluh darah mengalami dilatasi sehingga terjadi penurunan tekanan darah
secara drastis. Epinefrin : Vasokonstriktor simpatomimetik meningkatkan tekanan
darah sementara dengan bekerja pada reseptor alfa adrenergic untuk menimbulkan
konstriksi pembuluh darah perifer.
Epinefrin
Epinefrin 1 : 1000 diberikan 0,01 ml/kgBB maksimal 0,3 ml subkutan dan
dapat diulang setiap 15-20 menit sampai 3-4 kali. Dosis ini diberikan pada
kondisi akut syok anafilaktik. Jika kondisi memburuk dapat diberikan 0,5
ml/kgBB injeksi intramuskular (IPD FKUI). Wanita usia 35 tahun
memiliki berat badan sekitar 50 kg, sehingga dosis efinefrin pada pasien
ini yaitu 0,5 ml injeksi subkutan.
Sediaan : Epinefrin 1 ml (1 vial)
Jadi, pasien diberikan sebanyak vial setiap kali pemberian, dapat
diulang setiap 15-20 menit sampai 3-4 kali. Sehingga diresepkan sebanyak
2 vial epinefrin 1 ml intramuskular.

R/ Inj Epinefrin 0,1% ml 1 amp II
S.u.d.d. inj vial s.c.
Paraf
Rehidrasi Cairan
Cairan isotonik Karena merupakan pilihan pertama untuk penatalaksanaan
syok hipovolemik yang disebabkan oleh trauma kapitis. Selain itu Cairan
isotonik memiliki osmolaritas (tingkat kepekatan) cairan yang mendekati
serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam
pembuluh darah. Ringer Lactate : dipilih cairan Ringer Laktat (RL) karena
merupkan pilihan pertama untuk terapi cairan. RL berisi terutama natrium,
Sodium lactat berdifusi secara cepat ke ruang ekstraseluler (~75%), sehingga
berguna dalam penanganan awal resusitasi kehilangan cairan yang banyak.
Sedangkan NaCl digunakan sebagai alternatif dari infus intravena RL.
Sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik dan tanda vital kemungkinan
pasien mengalami syok hipovolemik derajat II, kehilangan darah sekitar
1000 ml. Berkaitan dengan hukum penggantian cairan 3 : 1, maka pasien
membutuhkan cairan kristaloid 3 x 1000 ml = 3000 ml.
Sediaan : Ringer Lactate 500 ml (1 flakon)
Jadi pasien di skenario membutuhkan sekitar 6 flakon Ringer Lactate untuk
mengganti kehilangan cairan diberikan secara bolus.

R/ Inf Ringer Lactate 500 cc fl. VI
Abbocath No. I
Infus Set No. I
s.i.m.m.
paraf


2. Anak laki2 berusia 8 tahun dibawa ke praktek dokter oleh ibunya dengan keluahan
sesak sejak tadi pagi. Sesak muncul saat anak sedang bermain bola. Sejak 3 hari yg lalu
anak juga menderita batuk berdahak, bening dan sangat kental. Anaknya sampai tidak
bisa tidur karena frekuensi batuknya dan sesak nafasnya. Ibu mengaku belum pernah
seperti ini sebelumnya. Keadaan fisik umum: tampak sesak, nadi 100x per menit, nafas
35 kali per menit, suhu afebris, nafas cuping hidung (+). Px thoraks tidak tampak
adanya retraksi, auskultasi ada wheezing (+) kanan-kiri, ronki (-)
Mengatasi serangan asma
Golongan obat yang dipilih : SABA dan antikolinergik
Alasan : Berdasarkan algoritma penanganan serangan asma pada anak, pilihan
pertama untuk mengatasi serangan asma berat adalah kombinasi SABA dan
antikolinergik (PNAA). SABA dipilih karena merupakan bronkodilator yang
paling efektif dan dapat digunakan pada anak-anak di semua usia. Penggunaan
SABA inhalasi lebih dipilih karena memberikan efek bronkodilator lebih cepat
dengan dosis yang rendah dan efek sampingnya lebih sedikit jika
dibandingkan dengan oral dan injeksi (GINA,2011).

Nama obat yang dipilih : Formoterol dan Budesonid
Alasan : karena efektif untuk mengatasi ekaserbasi akut dan mengendalikan
asmanya digunakan pentalaksanaan pengendalian jangka panjang, serta aman
digunakan oleh anak-anak. Efek samping dapat dikurangi dengan penggunaan
MDI disertai alat pemberi jarak berupa spacer yang akan mengurangi deposit
di daerah orofaringeal sehingga mengurangi absorbsi sistemik dan
meningkatkan deposisi obat di paru.
Salbutamol + Ipratropium bromida
- Nama dagang : Combivent
- Dosis : 1 inhalasi 3x/hari

R/ Inh Combivent fl III
s.i.m.m paraf

Pakai combivent menggunakan nebulizer

3. Laki-laki 30 tahun, dibawa ke poli mata RSU. Keluhan penglihatan silau pada mata
kanan sejak seminggu yg lalu. Awalnya pasien merasa mata kanan gatal, merah, seperti
ditusuk dan seperti ada pasir. Ada selaput putih kecil pada pinggir bagian yang hitam,
semakin lama semakin ke tengah. Mata pasien sering berair tapi tidak kotor. Tidak ada
riwayat trauma, lensa kontak, DM dan gngguan saluran nafas. Riwayat hipertensi
(+). Tanda vital : TD = 130/80 mmHg, nadi 74x/menit, RR = 20x/menit. Dan suhu 36C
Mengatasi gejala alergi (mata kanan gatal, merah, seperti ditusuk-tusuk dan
seperti ada pasir)
Dipilih kortikosteroid karena efek inflamasi yang lebih baik dari NSAID.
Kortikosteroid menghambat pembentukan asam arakidonat sedangkan
NSAID menghambat enzim siklooksigenase sehingga efek inflamasi
kortikosteroid lebih baik dari NSAID. Jika dibandingkan dengan
antihistamin, antihistamin hanya efektif meredakan gejala gatalnya saja,
sehingga kortikosteroid lebih unggul karena meredakan semua gejala
inflamasi seperti di skenario. Deksametason karena efek inflamasinya yang
paling kuat diantara yang lain. Serta cocok untuk pasien di skenario
Deksametason
- BSO: tetes mata 0,1% karena bekerja local dan tidak membuat rasa tidak
nyaman seperti pada penggunaan salep mata.
- Dosis: 3-4x sehari masing masing 1 tetes cukup 3 kali sehari, masing-
masing 1 tetes karena sudah dalam rentang terapi sehingga diharapkan dapat
meredakan gejala.
- Cara dan Lama pemakaian: mata yang sakit diberikan tetes mata tersebut
sebanyak 1 tetes, 3 kali sehari selama 3 hari diharapkan dengan pemberian
3 hari ini, gejala-gejala pada mata yang sakit dapat segera hilang,

R/ Gtt. opth. Deksametason o,o1% ml 5 fl I
S t.d.d. u.e OD
_______________________________ A

4. Seorang wanita 25 tahun, hamil 20 minggu datang ke praktek dokter dengan keluhan
nyeri tenggorokan sejak 5 hari yang lalu dan badannya ngilu. Nyeri terutama saat
menelan, tenggorokan terasa gatal, disertai demam sejak 3 hari lalu. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan KU: baik, suhu 38.5 derajat, sedangkan pada pemeriksaan status lokalis
didapatkan adanya pembesaran tonsil T2:T2 dengan permukaan kasar berbenjol-benjol,
hiperemis (+), detritus (+).
Mengeradikasi bakteri penyebab
golongan penisilin, karena golongan ini merupakan spektrum luas sehingga
dapat membunuh bakteri gram positif dan gram negatif. Golongan ini
digunakan sebagai lini pertama dalam pengobatan tonsilitis. Bersifat
bakterisida dan bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel. Berdifusi
dengan baik di jaringan dan cairan tubuh, tapi penetrasi ke dalam cairan otak
kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi. Diekskresi ke urin
dalam kadar terapetik. Amoxicillin karena digunakan sebagai lini pertama
pada kasus tonsillitis bakteri, serta memiliki aktifitas lebih tinggi melawan
bakteri. Menghambat sintesis dinding sel dengan berikatan pada penicillin-
binding protein yang berperan dalam tahapan transpeptidation dari
peptidoglikan dinding sel. Bakteri mengalami lisis akibat aktivitas enzim auto-
litik dinding sel.
Amoksisilin diberikan dalam bentuk sediaan paten (sesuai dengan setting di
klinik swasta) yaitu Amoxsan kapsul (500 mg) dengan dosis 3 kali sehari 500
mg selama 7 hari.
R/ Caps Amoxsan mg 500 Tab XXI
S.t.d.d. Tab I p.c. paraf
Mengurangi reaksi inflamasi
golongan obat NSAID. Karena memiliki efek samping lebih sedikit
dibandingkan kortikosteroid. Selain itu Kortikosteroid memiliki efek samping
menurunkan daya tahan tubuh dibanding efek NSAID sehingga akan
memperburuk infeksi yang dialami pasien. NSAID juga memiliki efek anti
inflamasi, analgetik, dan antipiretik. Menghambat enzim siklooksigenase
sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG
2
terganggu. Setiap obat
menghambat siklooksigenase dengan kekuatan dan selektivitas yang berbeda.
Ibuprofen : Menghambat enzim COX secara tidak selektif. Sebagian besar
memiliki efek penghambatan terhadap COX-1 yang lebih kuat dibanding
terhadap COX-2.
Ibuprofen diberikan dalam bentuk sediaan paten (sesuai dengan setting di
klinik swasta) yaitu Nofena kaplet (200 mg) dengan dosis 3 kali sehari 400 mg
jika diperlukan.

R/ Tab Nofena mg 200 Tab XX
S.p.r.n.t.d.d. Tab II p.c. paraf

Anda mungkin juga menyukai