Anda di halaman 1dari 6

I.

Agama di Indonesia
Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini
dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila: KeTuhanan Yang aha !sa".
#e$umlah agama di Indonesia berpengaruh secara kolekti% terhadap politik, ekonomi dan
budaya. Pada tahun &'(', kira)kira *+,(, dari &-'.&.(.+&& penduduk Indonesia adalah
pemeluk Islam, /,&, Protestan, 0,+, Katolik, (,*, Hindu, dan ',-, 1uddha.
2alam 332 (/-+ dinyatakan bah4a 5tiap)tiap penduduk diberikan kebebasan untuk
memilih dan mempraktikkan kepercayaannya5 dan 5men$amin semuanya akan kebebasan
untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya5. Pemerintah, bagaimanapun, secara
resmi hanya mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, 1uddha dan
Khonghucu.
6amun hal itu bukan berarti bah4a Indonesia merupakan negara teokrasi. 7elasi yang
ter$alin antara negara Indonesia dan agama ialah relasi yang bersi%at simbiosis)mutualistis di
mana yang satu dan yang lain saling memberi. 2alam konteks ini, agama memberikan
kerohanian yang dalam" sedangkan negara men$amin kehidupan keagamaan. 89ukman
Hakim #ai%uddin, &''/: (':
Indonesia bukan negara agama melainkan negara hukum. Hukum men$adi panglima,
dan kekuasaan tertinggi di atas hukum. Artinya bah4a 3ndang)3ndang dibuat oleh lembaga
legislati% yaitu 2e4an Per4akilan 7akyat, dan Anggota 2P7 terdiri dari berbagai suku, etnis,
agama, $enis kelamin dan sebagainya. Hukum di Indonesia tidak dibuat oleh kelompok
agama. ;adi agama tidak pernah mengatur negara, begitu $uga sebaliknya negara tidak
semestinya mengatur kehidupan beragama seseorang.
Penataan hubungan antara agama dan negara $uga bisa dibangun atas dasar checks and
balances 8saling mengontrol dan mengimbangi:. 2alam konteks ini, kecenderungan negara
untuk hegemonik sehingga mudah ter$erumus bertindak represi% terhadap 4arga negaranya,
harus dikontrol dan diimbangi oleh nilai a$aran agama)agama yang mengutamakan
menebarkan rahmat bagi seluruh penghuni alam semesta dengan men$un$ung tinggi Hak
Asasi anusia. #ementara di sisi lain, terbukanya kemungkinan agama)agama
disalahgunakan sebagai sumber dan landasan praktek)praktek otoritarianisme $uga harus
dikontrol dan diimbangi oleh peraturan dan norma kehidupan kemasyarakatan yang
demokratis yang di$amin dan dilindungi negara. 89ukman Hakim #ai%uddin, &''/: (':
;adi, baik secara historis maupun secara yuridis, negara Indonesia dalam hal relasinya
dengan agama menggunakan paradigma pancasila. ah%ud .2. menyebut pancasila
merupakan suatu konsep prismatik. Prismatik adalah suatu konsep yang mengambil segi)segi
yang baik dari dua konsep yang bertentangan yang kemudian disatukan sebagai konsep
tersendiri sehingga dapat selalu diaktualisasikan dengan kenyataan masyarakat indonesia dan
setiap perkembangannya. 6egara Indonesia bukan negara agama karena negara agama hanya
mendasarkan diri pada satu agama sa$a, tetapi negara pancasila $uga bukan negara sekuler
karena negara sekuler sama sekali tidak mau terlibat dalam urusan agama. 6egara pancasila
adalah sebuah religions nation state yakni sebuah negara kebangsaan yang religius yang
melindungi dan mem%asilitasi perkembangan semua agama yang dipeluk oleh rakyatnya
tanpa pembedaan besarnya dan $umlah pemeluk.
1
II. Hubungan Agama Dengan Negara
Agama $uga diyakini tidak hanya berbicara soal ritual semata melainkan $uga
berbicara tentang nilai)nilai yang harus dikonkretkan dalam kehidupan sosial. Termasuk
dalam ranah ketatanegaraan muncul tuntutan agar nilai)nilai agama diterapkan dalam
kehidupan bernegara. asing)masing penganut agama meyakini bah4a a$aran dan nilai)nilai
yang dianutnya harus ditegakkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 8Anshari
Thayib, (//.: <:
unculnya tuntutan konkretisasi nilai)nilai agama dalam kehidupan bernegara
memunculkan perdebatan yang tidak kun$ung selesai mengenai relasi antara negara dan
agama. 1anyak pendapat yang dikeluarkan oleh para ahli dalam menempatkan posisi agama
dalam kehidupan bernegara. Hampir setiap %ase dalam se$arah sebuah bangsa selalu sa$a
muncul persoalan ini.
Para ahli merumuskan beberapa teori untuk menganalisa relasi antara negara dan
agama yang antara lain dirumuskan dalam 0 8tiga: paradigma, yaitu paradigma integralistik,
paradigma simbiotik, paradigma sekularistik.
1. Paradigma Integralistik (Unified Paradigm)
#ecara umum teori integralistik dapat dinyatakan sebagai kesatuan yang seimbang dan
terdiri dari berbagai entitas. !ntitas disini memiliki si%at yang berbeda satu sama lain.
Perbedaan itu tidak berarti saling menghilangkan $ustru saling melengkapi, saling
menguatkan dan bersatu.
2alam kaitannya dengan relasi negara dan agama, menurut paradigma integralistik,
antara negara dan agama menyatu 8integrated:. 6egara selain sebagai lembaga politik $uga
merupakan lembaga keagamaan. enurut paradigma ini, kepala negara adalah pemegang
kekuasaan agama dan kekuasaan politik. Pemerintahannya diselenggarakan atas dasar
"kedaulatan ilahi" 8divine sovereignty:, karena pendukung paradigma ini meyakini bah4a
kedaulatan berasal dan berada di "tangan Tuhan". 8ar=uki >ahid dan 7umadi, &''(: &-:
Paradigma integralistik ini memunculkan paham negara agama atau Teokrasi. 2alam
paham teokrasi, hubungan 6egara dan Agama digambarkan sebagai dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. 6egara menyatu dengan Agama, karena pemerintahan di$alankan berdasarkan
%irman)%irman Tuhan, segala tata kehidupan dalam masyarakat, bangsa, dan negara dilakukan
atas titah Tuhan. 2engan demikian, urusan kenegaraan atau politik, dalam paham teokrasi
$uga diyakini sebagai mani%estasi %irman Tuhan.
2. Paradigma Simbiotik (Symbiotic Paradigm)
#ecara umum, teori simbiotik dapat dide%inisikan sebagai hubungan antara dua entitas
yang saling menguntungkan bagi peserta hubungan. 2alam konteks relasi negara dan agama,
bah4a antara negara dan agama saling memerlukan.
2alam hal ini, agama memerlukan negara karena dengan negara, agama dapat
berkembang. #ebaliknya, negara $uga memerlukan agama, karena dengan agama negara
dapat berkembang dalam bimbingan etika dan moral)spiritual. 8ar=uki >ahid dan 7umadi,
&''(: &-:
2
Karena si%atnya yang simbiotik, maka hukum agama masih mempunyai peluang
untuk me4arnai hukum)hukum negara, bahkan dalam masalah tertentu tidak menutup
kemungkinan hukum agama di$adikan sebagai hukum negara. 8Adi #ulistiyono, &''*: &:
ar=uki >ahib dan 7umadi membagi Paradigma #imbiotik ini men$adi tiga $enis,
yaitu: Agama dan negara mempunyai keterkaitan namun aspek keagamaan yang masuk ke
4ilayah negara sedikit, sehingga negara demikian lebih dekat ke negara sekular? Aspek
agama yang masuk ke 4ilayah negara lebih banyak lagi, sehingga sekitar +', konstitusi
negara diisi oleh ketentuan agama? Aspek agama yang masuk ke 4ilayah negara sekitar .+,,
sehingga negara demikian sangat mendekati negara agama.
2alam konteks paradigma simbiotik ini, Ibnu Taimiyah mengatakan bah4a adanya
kekuasaan yang mengatur kehidupan manusia merupakan ke4a$iban Agama yang paling
besar, karena tanpa kekuasaan 6egara, maka Agama tidak bisa berdiri tegak. Pendapat Ibnu
Taimiyah tersebut melegitimasi bah4a antara 6egara dan Agama merupakan dua entitas yang
berbeda, tetapi saling membutuhkan. @leh karenanya, konstitusi yang berlaku dalam
paradigma ini tidak sa$a berasal dari adanya social contract, tetapi bisa sa$a di4arnai oleh
hukum Agama. 8Agus Thohir, &''/:-:
3. Paradigma Sekularistik (Secularistic Paradigm)
Paradigma ini menolak kedua paradigma diatas. #ebagai gantinya, paradigma
sekularistik menga$ukan pemisahan 8disparitas: agama atas negara dan pemisahan negara
atas agama. 8ar=uki >ahid dan 7umadi, &''(: &*:
6egara dan Agama merupakan dua bentuk yang berbeda dan satu sama lain memiliki
garapan bidangnya masing)masing, sehingga keberadaannya harus dipisahkan dan tidak
boleh satu sama lain melakukan inter<ensi. 1erdasar pada pemahaman yang dikotomis ini,
maka hukum positi% yang berlaku adalah hukum yang betul)betul berasal dari kesepakatan
manusia melalui social contract dan tidak ada kaitannya dengan hukum Agama. 8Agus
Thohir, &''/: -:
Paradigma ini memunculkan negara sekuler. 2alam 6egara sekuler, tidak ada
hubungan antara sistem kenegaraan dengan agama. 2alam paham ini, 6egara adalah urusan
hubungan manusia dengan manusia lain, atau urusan dunia. #edangkan agama adalah
hubungan manusia dengan Tuhan. 2ua hal ini, menurut paham sekuler tidak dapat disatukan.
2alam 6egara sekuler, sistem dan norma hukum positi% dipisahkan dengan nilai dan
norma Agama. 6orma hukum ditentukan atas kesepakatan manusia dan tidak berdasarkan
Agama atau %irman)%irman Tuhan, meskipun mungkin norma)norma tersebut bertentangan
dengan norma)norma Agama. #ekalipun ini memisahkan antara Agama dan 6egara, akan
tetapi pada la=imnya 6egara sekuler membebaskan 4arga negaranya untuk memeluk Agama
apa sa$a yang mereka yakini dan 6egara tidak inter<ensi% dalam urusan A urusan Agama
8#yariBat:.
3
III. Fungsi Agama Dalam Negara
Agama berbeda dengan Tuhan. Agama adalah bagian dari unsur budaya masyarakat,
yakni sistem kepercayaan. #istem kepercayaan yang kemudian dilembagakan oleh manusia.
Agama men$adi lembaga yang berisi tata cara, upacara, aturan, dengan seperangkat nilai yang
mengatur kehidupan umat manusia dalam berhubungan dengan sesama umat dan dengan
Tuhan.
2i Indonesia sedikitnya memiliki C lembaga agama yang diakui oleh 6egara. Dungsi
negara terhadap agama adalah urusan mengelola bagaimana idealnya agama hidup
berdampingan dengan agama lainnya. 6egara men$amin agar supaya masing)masing umat
agama bisa men$alankan tata aturan agama secara merdeka dalam arti tidak direcoki umat
agama lain. 2engan demikian %ungsi negara adalah sebagai 4asit 8arbitrasi: di antara agama)
agama yang ada agar tidak ter$adi benturan.
Dungsi 6egara sebagai pengelola tetap harus netral dan adil berdiri di atas semua
agama. Apalagi Indonesia bukanlah negara agama, bukan pula hanya ada satu agama di
nusantara. 2apat dibayangkan apa yang akan ter$adi $ika semua agama)agama yang ada di
tanah air ini diletakkan di atas otoritas negara, dalam arti peran agama lebih diutamakan
ketimbang peran negara, maka konsekuensinya agama mengambil alih peranan men$adi
pengelola negara. ;ika hal itu ter$adi maka peran negara akan men$adi lemah, sebaliknya
masing)masing agama akan memiliki pendirian yang berbeda dan masing)masing akan
berebut pengaruh. Implikasinya bisa timbul hukum rimba siapa yang kuat atau siapa yang
mayoritas akan mendominasi permainan. 6egara pun akan didikte sesuai kemauan pihak
yang mendominasi. #ementara agama yang memenangkan percaturan, tetap sa$a tidak akan
mampu mengganti peran negara sebagai pengelola bangsa.
Implikasinya akan sangat berbahaya, karena Indonesia adalah bangsa yang plural,
heterogen, meliputi berbagai suku, ras, agama, kelompok politik, dan golongan. Tentu sa$a
dominasi agama apapun dalam pengelolaan negara $ustru akan mengakibatkan perla4anan
yang bertubi dan akan menghancurkan negeri ini. Ke$adian yang tidak kita semua kehendaki.
9ain halnya $ika negara memainkan peannya sebagai pengelola, yang men$amin kemerdekaan
kepada setiap umat untuk men$alankan kegiatan peribadatan agama, maka kehidupan antar
umat beragama akan men$adi tenteram, khusuk, saling menghargai, toleransi, damai
se$ahtera. #ehingga setiap 4arga bangsa secara leluasa bisa mengembangkan pencapaian
spiritualitasnya tanpa gangguan umat lainnya.
4
IV. esim!ulan
Agama dan 6egara adalah dua sisi yang berbeda, 6amun memiliki berbagai
kesamaan dalam hal mengatur kehidupan bermasyarakat. Hal ini yang seharusnya
diperhatikan. 2engan saling ker$asama antara Agama dan 6egara maka akan terciptalah
masyarakat yang se$ahtera. #eperti yang sudah saya paparkan, hubungan Agama dengan
6egara ada beberapa, Hubungan yang baik tentunya menghasilkan sesuatu yang baik pula.
6egara yang bisa melindungi umat beragama dan Agama yang membuat negara dapat
berkembang dalam bimbingan etika dan moral)spiritual adalah suatu ker$asama yang baik.
2eangan ker$asama seperti itu, tidak diragukan lagi terciptanya masyarakat yang se$ahtera,
aman, dan damai.
5
Da"tar Pustaka
http:EEressay.4ordpress.comE&'((E'-E'&Erelasi)negara)dan)agamaE
https:EEsabdalangit.4ordpress.comEtagE%ungsi)agama)dalam)negaraE
http:EEid.4ikipedia.orgE4ikiEAgamaFdiFIndonesia
http:EE444gats.blogspot.comE&''/E'.E%ungsi)hukum)sebagai)alat)dan)cermin.html
http:EEcak4a4an.4ordpress.comE&''.E'/E&+E$alan)tengah)relasi)agama)dan)negaraE
http:EElegal.daily)thought.in%oE&'('E'&Erelasi)negara)dan)agama)$aminan)kebebasan)
beragama)antara)indonesia)dan)amerika)serikatE
Adi #ulistyono. &''*. "Kebebasan 1eragama dalam 1ingkai Hukum". akalah
#eminar Hukum Islam dengan Tema Kebebasan 1erpendapat G# Keyakinan 1eragama
ditin$au dari #udut Pandang #osial, Agama, dan Hukum yang diselenggarakan oleh D@#I
Dakultas Hukum 36#, #urakarta, tanggal * ei &''*.
Agus Thohir. &''/. "7elasi Agama dan 6egara". akalah 2iskusi Ka$ian #piritual
yang diselenggarakan oleh HI Komisariat DP1# IKIP PH7I, #emarang, tanggal -
6o<ember &''/.
Anshari Thayib. (//.. HA dan Pluralisme Agama. #urabaya: Pusat Ka$ian #trategis
dan Kebi$akan.
ar=uki >ahid I 7umaidi. &''(. DiJh ad=hab 6egara: Kritik Atas Politik Hukum
Islam 2i Indonesia. Yogyakarta: 9Ki#.
6

Anda mungkin juga menyukai