Anda di halaman 1dari 18

599 599

PAPUA
PROVINSI

I. KONDISI UMUM
A. Kondisi fisik daerah
1. KeadaanGeografis
Secara geografis Propinsi Papua terletak antara 130-
141 Bujur Timur dan 225' Lintang Utara - 9 Lintang
Selatan. Batas-batas wilayah provinsi Papua, sebelah
Utara berbatasan dengan Samudera Fasifik, sebelah
Selatan berbatasan dengan Laut Arafura, sebelah
Barat berbatasan dengan Provinsi Papua Barat, dan
sebelah Timur berbatasan dengan Papua New Guinea.






2. Iklim
Keadaan iklim Papua termasuk iklim tropis, dengan keadaan curah hujan sangat bervariasi
terpengaruh oleh lingkungan alam sekitarnya. Curah hujan bervariasi secara lokal, mulai
dari 1.500 mm sampai dengan 7.500 mm setahun. Curah hujan di bagian utara dan tengah
rata-rata 2000 mm per tahun (hujan sepanjang tahun). Cuaca hujan di bagian selatan
kurang dari 2000 mm per tahun dengan bulan kering rata-rata 7 (tujuh) bulan. Jumlah
hari-hari hujan per tahun rata-rata untuk Jayapura 160, Biak 215, Enarotali 250,
Manokwari 140 dan Merauke 100.

3. Topografi
Keadaan topografi Papua bervariasi mulai dari dataran rendah berawa sampai dataran
tinggi yang dipadati dengan hutan hujan tropis, padang rumput dan lembah dengan alang-
alangnya. Dibagian tengah berjejer rangkaian pegunungan tinggi sepanjang 650 km. Salah
satu bagian dari pegunungan tersebut adalah pegunungan Jayawijaya yang terkenal
karena disana terdapat 3 puncak tertinggi yang walaupun terletak didekat kathulistiwa
namun selalu diselimuti oleh salju abadi yaitu puncak Jayawijaya dengan ketinggian 5,030
m (15.090 ft); puncak Trikora 5.160 m (15.480 ft) dan puncak Yamin 5.100 m (15.300 ft).

4. Luas wilayah
Secara fisik, Papua merupakan Propinsi terluas di Indonesia, dengan luas daratan 21,9%
dari total tanah seluruh Indonesia yaitu 421.981 km, membujur dari barat ke timur
(Sorong-Jayapura) sepanjang 1,200 km (744 mile) dan dari utara ke selatan (Jayapura-
600
Merauke) sepanjang 736 km (456 mile). Selin tanah yang luas, Papua juga memiliki banyak
pulau yang berjejer disepanjang pesisirnya. Propinsi Papua terdiri dari 28 kabupaten,1
kota, 389 kecamatan, 3.619 Kelurahan/Desa.

5. Pulau dan sungai
Selain tanah yang luas, Papua juga memiliki banyak pulau yang berjejer disepanjang
pesisirnya. Dipesisir utara terdapat pulau Biak, Numfor, Yapen dan Mapia. Disebelah barat
pulau Salawati, Batanta, Gag, Waigeo dan Yefman. Dipesisir Selatan terdapat pulau
Kalepon, Komoran, Adi, Dolak dan Panjang, sedangkan di bagian timur berbatasan dengan
Papua Guinea. Sungai-sungai besar beserta anak sungainya mengalir ke arah selatan dan
utara. Sungai Digul yang bermula dari pedalaman kabupaten Merauke mengalir ke Laut
Arafura. Sungai Warenai, Wagona dan Mamberamo yang melewati Kabupaten Jayawijaya,
Paniai dan Jayapura bermuara di Samudera Pasifik. Sungai-sungai tersebut mempunyai
peranan penting bagi masyarakat sepanjang alirannya baik sebagai sumber air bagi
kehidupan sehari-hari, sebagai penyedia ikan maupun sebagai sarana penghubung ke
daerah luar. Selain itu terdapat pula beberapa danau, diantaranya yang terkenal adalah
Danau Sentani di Jayapura, Danau Yamur, Danau Tigi dan Danau Paniai di Kabupaten
Nabire dan Paniai.

B. Keadaan sosial ekonomi
1. Pemerintahan
a. Pemerintah Daerah
Beberapa kabupaten di Provinsi Papua terus mengalami pemekaran sejak
diberlakukannya Undang-Undang Nomor21 tahun 2001 tentang otonomi khusus
Provinsi Papua. Pada tahun 2005, Provinsi Papua terdiri dari 19 kabupatendan 1 kota
dengan 250 kecamatan dan 2.442 kelurahan/desa. Kemudian pada tahun 2011, mekar
menjadi 28 kabupaten dan 1 kota dengan 389 kecamatan dan 3.619 desa/kelurahan.
Kabupaten Yahukimo memiliki jumlah kecamatan dan desa terbanyak (51kecamatan
dan 518 desa) dan Kabupaten Yalimo memiliki jumlah kecamatan dan desa paling
sedikit (5 kecamatan dan 27 desa).
b. Dewan Perwakilan Rakyat
Sama dengan pemilihan umum legislatif tahun 2004, anggota DPRD Papua dari hasil
pemilihan umum legislatif tahun 2009 didominasi oleh Partai Golkar (21,43 persen)
kemudian diikuti oleh Partai Demokrat (16,07 persen) dan Partai PDIP (10,71 persen).
Berdasarkan komposisi jenis kelamin, masih menunjukkan dominasi laki-laki (sekitar
92,86 persen). Menurut tingkat pendidikannya, kualitas anggota dewan sudah sangat
memadai karena sekitar 71,43 persen berpendidikan minimal S1. Sama halnya dengan
DPRD Papua, jumlah anggota DPRD kabupaten/kota juga masih didominasi oleh laki-
laki.

2. Pendidikan
Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas serta berpendidikan tinggi adalah upaya
mempersiapkan SDM yang kompeten agar mampu bersaing dalam pasar kerja global.
Berdasarkan hasil SP2010, penduduk Provinsi Papua usia 5 tahun ke atas yang tamat
601
SM/sederajat sebesar 14,49 persen, tamat DI/DII/DIII sebesar 1,28 persen, tamat DIV/S1
sebesar 2,24 persen dan tamat S2/S3 sebesar 0,16 persen.

3. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumberdaya manusia yang sangat
dibutuhkan dalam proses pembangunan menyongsong era globalisasi. Menurut Badan
Pusat Statistik (BPS) penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur
15 tahun ke atas, dan dibedakan sebagai Angkatan Kerja dan bukan Angkatan Kerja.
Pertumbuhan penduduk tiap tahun akan berpengaruh terhadap pertumbuhan angkatan
kerja. Jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja di Provinsi Papua sebesar
1.387.153 orang, di mana sejumlah 1.373.667 orang diantaranya bekerja, sedangkan
13.486 orang merupakan pencari kerja. Dari hasil SP 2010, Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK) di Provinsi Papua sebesar 76,31 persen, di mana TPAK laki-laki lebih tinggi
daripada TPAK perempuan, yaitu masing-masing sebesar 83,60 persen dan 68,27 persen.
Sementara itu, bila dibandingkan menurut perbedaan wilayah, TPAK di perkotaan lebih
rendah daripada perdesaan, masing-masing sebesar 56,12 persen dan 83,81 persen. Tiga
kabupaten/kota di Provinsi Papua dengan TPAK tertinggi berturut-turut adalah Kabupaten
Nduga (99,87), Kabupaten Mamberamo Tengah (98,89), dan Kabupaten Lanny Jaya
(98,74). Dengan jumlah pencari kerja sejumlah 13.486 orang, Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) di provinsi ini mencapai 0,97 persen.

4. Penduduk
Berdasarkan Angka Sementara Proyeksi Sensus Penduduk (SP) 2010, jumlah penduduk
Provinsi Papua sebanyak 2.833.381 jiwa yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di
daerah perkotaan sebanyak 735.629 jiwa (25,96 persen) dan di daerah perdesaan
sebanyak 2.097.752 jiwa (74,04 persen). Persentase distribusi penduduk menurut
kabupaten/kota bervariasi dari yang terendah sebesar 0,56 persen di Kabupaten Supiori
hingga yang tertinggi sebesar 9,06 persen di Kota Jayapura. Penduduk laki-laki Provinsi
Papua sebanyak 1.505.883 jiwa dan perempuan sebanyak 1.327.498 jiwa.

5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pada tahun 2011, nilai PDRB termasuk tambang yang merupakan akumulasi dari nilai
tambah bruto seluruh sektor ekonomi atas dasar harga berlaku diestimasi telah mencapai
76,37 trilliun rupiah turun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu,
PDRB atas dasar harga konstan yang secara umum menggambarkan dinamika produksi
seluruh aktifitas perekonomian di Provinsi Papua, pada tahun 2011 diperkirakan bernilai
21,13 trilliun rupiah. Nilai ini lebih rendah 4,63 persen dibanding tahun sebelumnya yang
telah mencapai 22,407 trilliun rupiah. Sektor pertambangan dan penggalian masih
mendominasi lebih dari setengah nilai PDRB Papua, namun demikian kontribusi sektor ini
perlahanlahan mengalami penurunan, khususnya dalam lima tahun terakhir yakni dari
68,72 persen di tahun 2007 menjadi 52,46 persen di tahun 2011. Pada PDRB tanpa
tambang, sektor pertanian yang hingga tahun 2011 masih merupakan kontributor tertinggi
dengan peranan sebesar 24,38 persen.

602
Hingga tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Papua terlihat sangat berfluktuasi. Tahun 2011,
provinsi ini mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi sebesar -5,67 persen dimana
setahun sebelumnya juga turun -3,16 persen. Pertumbuhan negatif juga terjadi pada tahun
2008 (-1,40 persen). Sementara dengan mengeliminir nilai tambah sub sektor
pertambangan tanpa migas, pertumbuhan ekonomi Papua lebih stabil. Dalam lima tahun
terakhir, pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2009 (12,38 persen) dan yang terendah
pada tahun 2007 (8,77 persen). Sedangkan pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi tanpa
tambang sebesar 9,27 persen.

6. Budaya dan Nilai
Pada daerah-daerah Papua yang bervariasi topografinya terdapat ratusan kelompok etnik
dengan budaya dan adat istiadat yang saling berbeza. Dengan mengacu pada perbezaan
topografi dan adat istiadatnya maka secara amnya, penduduk Papua dapat di bedakan
menjadi 3 kelompok besar yaitu:
a. Penduduk daerah pantai dan kepulauan dengan ciri-ciri umum, rumah diatas tiang
(rumah panggung), mata pencaharian menokok sagu dan menangkap ikan.
b. Penduduk daerah pedalaman yang hidup pada daerah sungai, rawa, danau dan lembah
serta kaki gunung. Pada umumnya bermata pencaharian menangkap ikan, berburu dan
mengumpulkan hasil hutan.
c. Penduduk daerah dataran tinggi dengan mata pencaharian berkebun beternak secara
sederhana.
d. Pada umumnya masyarakat Papua hidup dalam sistem kekerabatan yang menganut
garis ayah atau patrilineal.




Gambar ... Tarian Tradisional Papua


603
II. ASPEK KAWASAN
A. Hutan Negara
1. Luas Kawasan Hutan
Luas Kawasan hutan di Provinsi Papua sesuai SK Menhut No.891/Kpts-II/1999 tanggal
14 Oktober 1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Papua
adalah seluas 42.224.840 ha, sedangkan luas daratan kawasan hutannya mencapai
40.546.360 ha. Kawasan hutan tersebut meliputi :
1. Hutan Konservasi seluas 9.704.300 ha
2. Hutan Lindung seluas 10.619.090 ha
3. Hutan Produksi Terbatas seluas 2.054.110 ha
4. Hutan Produksi Tetap seluas 10.585.210 ha
5. Hutan Produksi yang dapat dikonversi 9.262.130 ha


Luas Kawasan Hutan di Provinsi Papua

Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa 25.15% kawasan konservasi yang ada di
Provinsi Papua merupakan hutan konservasi, 25.07% hutan produksi tetap, 22.98%
hutan konservasi, 21.94% hutan produksi tetap, dan 4.86% hutan produksi terbatas.

2. Luas Penutupan Lahan
Kondisi penutupan lahan di Provinsi Papua berdasarkan hasil penafsiran Citra Landsat 7
ETM+ Tahun 2009/2010 adalah sebagai berikut :

Tabel 290. Luas Penutupan Lahan Dalam Dan Luar Kawasan Hutan Provinsi Papua
Penutupan
Lahan
KAWASAN HUTAN
APL
TOTAL
HUTAN TETAP
HPK Jumlah
KSA-KPA HL HPT HP Jumlah %
A. Hutan 6.430,4 9.084,8 1.988,6 8.342,1 6.948,2 32.794,1 643 33.437,1 80,4
-Hutan Primer 5.444 8.055 1.490,5 6.002,4 4.491,9 25.483,8 317,9 25.801,7 62
-Hutan Sekunder 986,4 1.029,8 498,1 2.339,6 2.454,6 7.308,5 325,1 7.633,6 18,3
-Hutan Tanaman - - - 0,1 1,7 1,8 0 1,8 0,0
B. Non Hutan 1.588,6 1.522,3 63,4 2.238,8 2.307,9 7.721 415,3 8.136,3 19,6
C. Tidak ada data 6,8 12 2 4,3 6,1 31,2 1,4 32,6 0,1
Total 8.025,8 10.619,1 2.054,1 10.585,2 9.262,1 40.546,4 1.059,7 41.606,0 100,0
Sumber : Statistik Kementerian Kehutanan Tahun 2011
22,98%
25,15%
4,86%
25,07%
21,94%
Hutan Konservasi
Hutan Lindung
Hutan Produksi
Terbatas
Hutan Produksi
Tetap
604
3. Penggunaan dan tukar menukar kawasan hutan
Perubahan kawasan hutan adalah berubahnya luas kawasan hutan sebagai akibat dari
adanya pelepasan kawasan hutan (untuk keperluan non kehutanan), seperti tukar-
menukar kawasan atau adanya perubahan fungsi peruntukan kawasan hutan. Sampai
dengan tahun 2011, di Provinsi Papua terdapat adanya perubahan fungsi peruntukan
kawasan hutan, sementara perkembangan persetujuan prinsip ijin pinjam pakai
kawasan hutan sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 adalah seluas 209.507,65
Ha untuk kepentingan Pertambangan dan Pembuatan jalan/koridor.

Tabel 291. Penggunaan dan Tukar Menukar Kawasan Hutan



605
III. ASPEK SUMBERDAYA HUTAN

A. Potensi kayu atau non kayu
1. Potensi Kayu
Total potensi hutan di Papua meskipun secara fisik cukup besar namun kurang ekonomis
karena potensi per hektarnya sangat rendah yaitu 35 m/ha untuk jenis komersial dan 61
m/ha untuk semua jenis. Selain potensinya sangat rendah, sebagian besar kayunya
terdiri dari jenis-jenis yang belum dikenal dipasaran (belum komersial), keadaan
topografinya sangat berat dan pada sebagian besar wilayahnya tidak terdapat sungai
yang dapat dijadikan sarana angkutan sehingga biaya eksploitasinya menjadi sangat
tinggi. Sebagai perbandingan terhadap daerah lain potensi rata-rata per hektar tertinggi
di Kalimantan yaitu 84 m/ha (komersial) dan 90 m/ha (semua jenis) disusul Sumatera
yaitu 64 m/ha (komersial) dan 79 m/ha (semua jenis) dan Sulawesi untuk komersial dan
semua jenis berturut-turut 44 m/ha.

Jenis-jenis hasil hutan kayu yang dimanfaatkan dikelompokkan; Kelompok Meranti terdiri
dari; Matoa (Pometia spp.), Merbau (Instia spp.), Mersawa (Anisoptera spp.), Kenari
(Canarium spp.), Nyatoh (Palaquium spp.), Resak (Vatica spp.), Pulai (Alstonia spp.),
Damar (Agathis spp.), Araucaria (Araucaria spp.), Kapur (Dryobalanops spp.), Batu
(Shorea spp.), Mangga hutan (Mangifera spp.), Celthis (Celthis spp.), dan Kayu Cina
(Podocarpus spp.). Kelompok Kayu Campuran terdiri dari; Ketapang, Binuang, Bintangur,
Terentang, Bipa, Kayu Bugis, Cempaka, Pala hutan. Kelompok Kayu Indah terdiri dari
jenis; Dahu (Dracontomelon spp.), Linggua (Pterocarpus spp.), dan Kuku. Potensi kayu ini
sudah dimanfaatkan/diusahakan dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan
industri pengolahan kayu

2. Potensi Non Kayu
Didalam kawasan hutan Papua, terdapat hasil hutan bukan kayu yang dapat dikelola baik
dalam skala rumah tangga maupun skala bisnis. Hasil hutan bukan kayu yang dapat
dimanfaatkan yaitu : rotan, sagu, nipah, lawang, kayu putih, perlebahan, gaharu, fauna
dll.

a. Rotan
Luas kawasan hutan yang merupakan habitat alam
rotan seluas r 2.215.625 ha. Penyebaran rotan pada
wilayah/lokasi berdasarkan hasil orientasi/cruising ;
Kab, Nabire (Sima, Yaur, S. Nauma, S. Buami, S.
Wabi-Wammi, S. Wanggar), Kab. Jayapura (Unurum
Guay, Lereh, Pantai Timur), Merauke (Ds. Poo,
Torey). Potensi raotan rata-rata per hektar berada
kisaran 2,75 2.02,22 K/|a. Jer|s-jer|s rolar lerd|r|
dar| :Daemonorops, Korthalsia, Foser, Calamus sp.,
Sersus, Ceratolobus, Plectocomia, dan Myrialepsis.
Potensi rotan belum dimanfaatkan secara optimal sehingga terbuka untuk investasi
pemanfaatan rotan skala industri.
606

b. Sagu
Hutan sagu di Provinsi Papua luas sekitar 4.769.548
ha (diperkirakan telah dimanfaatan hutan sagu
secara tradisional r 14.000 ha). Potensi sagu kisaran
0,33 5,67 batang/ha. Penyebaran sagu terutama
wilayah/lokasi Kab. Jayapura, Sarmi, Merauke,
Asmat, Kepulauan Yapen, Waropen dan sebagian
besar tegakan sagu tumbuh pada daerah gambut
pantai. Jenis-jenis tegakan sagu terdiri dari ;
Metroxylon rumphii var silvester, Metroxylon
rumphii var longispinum, Metroxylon Rumphii mart,
Metroxylon Rumphii var microcantum dan
Metroxylon sago rottb. Potensi sagu belum
dimanfaatkan secara optimal sehingga masih dimungkinkan diusahakan dalam skala
industri.

c. Nipah
Luas hutan yang ditumbuhi nipah diperkirakan
seluas 1.150.000 ha. Potensi nipah belum dapat
diketahui secara pasti (belum dilakukan inventariasi
potensi). Pemanfaatan nipah belum dapat
berkembang, masih tahap pemanfaatan masyarakat
lokal berupa pemanfaatan daun dan buah.
Pemanfaatan nipah untuk skala industri/besar
masih terbuka.


d. Kayu Lawang
Informasi potensi kayu lawang (Cinnamonum spp.)
belum akurat (penyebaran alami sporadis). Hasil
monitoring sentra-sentra produksi minyak lawang
telah dapat diindentifikasi bahwa potensi kayu
lawang cukup menjanjikan dan dapat dikembang
menjadi hutan tanaman masyarakat selerpal. Sentra-
sentra produksi dan penyebaran kayu lawang pada
wilayah/lokasi terdiri dari; Jayapura, Nabire,
Merauke, Mappi, Potensi kayu lawang masih dapat
ditingkatkan pemanfaatannya.

e. Kayu Masoi
Informasi potensi kayu masoi belum akurat (penyebaran alami sporadis). Hasil monitoring
sentra-sentra produksi kulit masoi telah dapat diindentifikasi bahwa potensi kayu masoi
cukup menjanjikan dan dapat dikembang menjadi hutan tanaman masyarakat setempat.
Sentra-sentra produksi dan penyebaran kayu masoi pada wilayah/lokasi terdiri dari ;
607
Jayapura dan Nabire. Potensi kayu masoi belum dimanfaatkan secara optimal sehingga
masih terbuka investasi untuk pemanfaatan kayu masoi untuk skala industri.

f. Kayu Putih
Penyebaran kayu putih pada Kab. Merauke (Kawasan Taman Nasional Wasur). Potensi
kayu putih merupakan tempat tumbuh alamiah di TN. Wasur yang merupakan daun kayu
putih merupakan bahan baku minyak kayu putih hasil penyulingan. Hasil penyulingan
masyarakat diperoleh minyak kayu putih dari daun kayu putih sebanyak 125 kg sebanding
dengan 2,5 liter minyak kayu putih. Jenis kayu putih terdiri dari Asteromyrtus simpocarpa,
Melaleuca lecadendron.

g. Lebah Madu
Potensi lebah madu dapat dikembangkan pada semua kabupaten/kota di Provinsi Papua.
Pengembangan lebah madu telah mulai dikembangkan oleh masyarakat di beberapa
kabupaten yaitu Kabupaten Jayawijaya, Jayapura dan Yapen Waropen.

h. Kayu Gaharu
Potensi dan penyebaran kayu gaharu sangat
berpotensi untuk dikembangkan. Penyebaran
pohon gaharu tersebar hampir diseluruh
daratan Papua, hal ini dapat terlihat dari
pelayanan perijinan pemungutan dan produksi
gubal gaharu/kemedangan. Namun karena
pemburuan gaharu yang sangat gencar
sehingga keberadaan jenis kayu gaharu saat ini
sudah semakin sulit diperoleh. Mengingat
prospek pemasaran eksport dengan harga yang
menggiurkan maka perlu pengembangan
budidaya tanaman gaharu sebagai sumber
pendapatan ekonomi masyarakat. Penyebaran
Gaharu : Jayapura, Mamberamo Raya, Jayawijaya, Merauke, Asmat, Boven Digul, Nabire,
Paniai.

i. Potensi Buaya
Tanah Papua merupakan salah satu habitat satwa
buaya, berupa buaya air tawar (
) dan buaya muara ( ).
Pemanfaatan kulit buaya dapat dilakukan dengan sistem
penangkaran dimana anakan buaya dipelihara jangka
waktu 3 5 tahun, kemudian dipotong dimana kulit
buaya sebagai komoditi eksport yang bernilai ekonomi,
sedangkan daging buaya dapat dikonsumsi.




608
j. Potensi hasil non kayu lainnya
Potensi hasil hutan non kayu/ikutan lainnya yang
telah dimanfaatkan sebagai salah satu usaha
masyarakat antara lain terdiri dari :
Pemanfaatan kupu-kupu terdiri potensi jenis 70
jenis kupu-kupu (jenis komersil 6 jenis yaitu kupu-
kupu sayap burung dan kupu-kupu raja),
Penyebaran/habitat alamnya pada kawasan
konservasi.
Penyebaran Damar yang berlokasi di : Jayapura,
Sarmi, Biak, Nabire dan Kepulauan Yapen.
Pemanfatan satwa liar berupa kegiatan pengumpulan Aves, Reptil, Ampibia dan Insecta
yang tidak dilindungi. Potensi penyebarannya tersebar pada kawasan-kawasan hutan dan
sepadan DAS.


B. Produksi kayu atau non kayu
a. Perkembangan Produksi Kayu Bulat
Produksi Kayu Bulat dapat berasal dari Hutan Alam dari Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu pada Hutan Alam (IUPHHK HA) dan Izin Pemanfaatan Kayu (IPK). Realisasi
Produksi kayu Bulat di Provinsi Papau selama lima tahun terakhir adalah sebagai berikut ,
pada Tahun 2007 sebesar 426,823.79 (M3 ), kemudian pada tahun 2008 realisaisi
produksi kayu bulat sebesar 468,395.65 (M3) mengalami kenaikan dengan selisih sebesar
41,571.68 (M3) dengan presentase kenaikan 9,74 %, sedangkan pada tahun 2009
produksi kayu bulat diProvinsi Papua sebesar 840,583,47 (M3) mengalami kenaikan
sebesar 372,187.82 (M3) dengan presentase 79,46 %, pada tahun 2010 realisasi produksi
kayu bulat mengalami penurunan sebesar 37,87 % dengan selisih penurunan 318,311.46
(M3) sedangkan pada tahun 2011 realisasi produksi kayu bulat di Provisni Papua
mengalami kenaikan mencapai 1.022,255.81(M3) dengan selisih kenaikan sebesar
499,953.80 (M3) atau naik sebesar 95,73%.

b. Perkembangan Produksi Kayu Olahan
Untuk Realisasi Produksi kayu olahan Provinsi Papau selama lima tahun terakhir adalah
sebagai berikut: tahun 2007 produksi kayu olahan di Provinsi Papua sebesar 83,744.7800
(M3), kemudian pada tahun 2008 realiasai produksi kayu olahan meningkat menjadi
158,225.2400 (M3) dengan selisih peningkatan sebesar 74,480.46 (M3) atau kenaikan
sebesar 88,94 % sedangkan ditahun 2009 realisasi produksi kayu olahan mengalami
kenaikan menjadi 275,242.0200 dengan selisih keniakan sebesar 117,016.78 (M3)
dengan presentase keniakan sebesar 73,96 %. Pada tahun 2010 realisaisi produski kayu
olahan Provisni Papua mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya dengan selisih
kenaikan sebesar 120,102.40 (M3) atau mengalami keniakan sebesar 43,64% dan untuk
tahun 2011 realisasai produksi kayu olahan diProvisni papua mengalami penurunan
dengan total produksi sebesar 372,711.5640 (M3) dengan selisih penurunan sebesar
(22,632.86 M3) dengan presentase penurunan sebesar 5,72 %.

609
c. Perkembangan Produksi Hasil Hutan Non Kayu
Untuk komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu di Provinsi Papua selama lima tahun terakhir
berdsarkan jenis komoditi, Gambir merupakan jenis komoditi yang memiliki jumlah
produksi yang terbesar dengan dengan total produksi 5,546,287.00 (Ton) dengan
presentase sebesar 71,47%, diikuti oleh jenis Rotan dengan total produksi 2,013,229.00
(Ton) atau sebesar 25,94% kemudian jenis komoditi kulit masoi dengan total produksi
199,046.33 (Ton) atau sebesar 2,57%, dan jenis komoditi Gaharu merupakan jenis
komoditi dengan total produksi yang paling rendah dengan total produksi 1,367.15 (ton)
atau sebesar 0,02%.

C. Flora dan fauna
1. Flora
Dari seluruh daerah Papua 75% tanah
daratanya ditumbuhi oleh hutan-hutan tropis
yang tebal serta mengandung ragam jenis
kayu yang terbesar secara heterogen.
Sebagian besar dari hutan tersebut sesuai
topografi daerah belum pernah dijamah oleh
manusia. Jenis flora di Papua ada persamaan
dengan jenis flora di benua Australia. Adapun
jenis flora yang terdapat di Papua adalah
Auranlaris, librocolnus, grevillea, ebny-dium
dan lain-lain. Sekitar 31 Juta ha di Papua penata gunanya belum ditetapkan secara pasti
Hutan lindung diperkirakan seluas 12.750.000 ha. Hutan produksi diperkirakan
12.858.000 ha. Areal pengawetan dan perlindungan diperkirakan 5.000.000 ha. Daerah
Inclove diperkirakan 114.000 ha, daerah rawa-rawa dan lain-lain diperkirakan
2478.000 ha. Di Papua terdapat flora alam yang pada saat ini sedang dalam
pengembangan baik secara nasional maupun internasional yaitu sejenis anggrek yang
termasuk di dalam Farmika Orctdacede yang langka di dunia.
Anggrek alam Papua tumbuhnya tersebar dari pantai lautan rawa sampai ke
pegunungan. Umumnya hidup sebagai epihite menempel pada pohon-pohon maupun di
atas batu-batuan serta di atas tanah humus di bawah hutan primer.

2. Fauna
Seperti halnya dengan flora, keadaan di Papua
pun bermacam-macam dalam dunia hewan
misalnya, jenis yang terdapat di Papua tidak
sama dengan jenis hewan di daerah-daerah di
Indonesia lainnya seperti Kangguru, kasuari,
Mambruk dan lalin-lain. Demikian pula
sebaliknya jenis hewan tertentu yang terdapat
di Indonesia lainnya tidak terdapat di Papua
seperti Gajah, Harimau, Orang Utan dan lain-
lain.

610
Fauna di Papua terdapat persamaan dengan fauna di Australia, misalnya Kangguru, Kus-
kus dan lain-lain. Burung Cendrawasih merupakan burung yang cantik di dunia dan hanya
terdapat di Papua. Selain burung Cendrawasih terdapat jenis burung lainnya seperti
Mambruk, Kasuari, Kakauta dan lain-lain yang memberikan corak tersendiri untuk
keindahan daerah ini. Hewan-hewan yang langka dan dilindungi adalah burung Kakatua
Putih, Kakatua Hitam, Kasuari, Nuri, Mambruk dan lain-lain yang termasuk burung
Cendrawasih. Jenis fauna laut Papua juga banyak dan beraneka ragam, misalnya ikan
Cakalang, ikan Hiu, Udang dan sejenis ikan lainnya

D. Jasa lingkungan
Provinsi Papua yang disamping mempunyai luas hutan sangat besar, juga mempunyai
keindahan alamnya yang indah dan menarik. Beberapa kawasan konservasi dapat
dimanfaatkan potensi alamnya sebagai obyek wisata alam. Jasa hutan lainnya berupa jasa
lingkungan (Oksigen), perlu mendapat kompensasi nilai jasa hutan alam bagi negara-negara
maju atau negara industri yang hutan alamnya telah dikonversi, dimana Provinsi Papua
merupakan suatu wilayah yang hutan alamnya masih murni dan dapat dikembangkan
upaya-upaya pelestarian hutan dan peningkatan ekonomi masyarakat

E. Lahan kritis
Luas lahan kritis di Papua berdasarkan hasil inventarisasi tahun 2007 mencapai 261.526 ha,
dan pada tahun 2011 menurun menjadi 159.853 ha. secara rinci dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 292. Luas Lahan Kritis di Provinsi Papua
Luas Lahan Kritis Hasil Inventarisasi /
Tahun 2007 Tahun 2011
Tingkat Kekritisan Lahan
Jumlah
(ha)
Tingkat Kekritisan Lahan
Jumlah
(ha)
Kritis Sangat Kritis Kritis Sangat Kritis
(ha) (ha) (ha) (ha)
233.300 28.226 261.526 149.976 9.877 159.853
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial

Salah satu upaya untuk menghijaukan lahan kritis tersebut dilakukan kegiatan rehabilitasi
lahan di dalam dan diluar kawasan hutan. Rehabilitasi pada tahun 2008 seluas 17.853 ha,
dimana seluas 9.918 ha berada dalam kawasan dan 7.935 ha diluar kawasan. Melalui
kegiatan penanaman dan pemeliharaan 1 miliar pohon pada tahun 2010 telah tertanam
11.111.768 pohon dan pada tahun 2011 telah tertanam 17.870.333 pohon.




611
IV. ASPEK KELEMBAGAAN
A. Model pengelolaan
Era desentralisasi di Papua berawal pada tahun 2000 ketika mereka memperoleh Otonomi
Khusus (Otsus). Sejak saat itu paradigma baru dalam pengelolaan hutan di Papua telah
beralih ke pengelolaan hutan berbasis masyarakat. Kebijakan desentralisasi dianggap
lebih sesuai untuk menjembatani keinginan dan kepentingan antara masyarakat hukum
adat (lokal) dengan kepentingan pembangunan sektor kehutanan secara luas. Perubahan
ini memberikan kesempatan pada masyarakat setempat sebagai pemilik hak ulayat untuk
berperan aktif dalam pengelolaan hutan seperti yang diamanatkan oleh Undang-undang
No. 21/2001 tentang Otonomi Khusus untuk Provinsi Papua, yang juga dijelaskan dalam
Pasal 67 ayat 1 UU No. 41/1999 tentang Kehutanan. Sehingga pengelolaan hutan di
Provinsi ini dilakukan dengan memberikan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
(IUPHHK) pada hutan alam dan hutan tanaman, serta melalui Hutan Tanaman Rakyat.

1. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) Hutan Alam
Pemanfaatan Hutan Produksi dalam bentuk Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
pada Hutan Alam (IUPHHK-HA) di Propinsi Papua sebanyak 25 unit seluas 5.059.130
ha. Dari jumlah tersebut, sebanyak 21 unit masih aktif, dan 4 unit sudah tidak aktif.
Daftar IUPHHK-HA secara lengkap sebagai berikut:

Tabel 293. Daftar IUPHHK-HA Propinsi Papua

612


2. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) Hutan Tanaman
IUPHHK Hutan Tanaman di Propinsi Papua sebanyak 3 unit seluas 440.250 ha. Daftar
IUPHHK selengkapnya sebagai berikut:

Tabel 294. Daftar IUPHHK Hutan Tanaman di Propinsi Papua



3. Hutan Tanaman Rakyat (HTR)
Pencadangan areal untuk Hutan Tanaman Rakyat (HTR) di Propinsi Papua seluas 29.350
ha yang terletak di Kabupaten Biak Numfor dan Kabupaten Nabire. Namun untuk
pemegang ijinnya belum ada.




613
Tabel 295. Daftar IUPHHK Hutan Tanaman Rakyat (HTR)



B. Sumber Daya Manusia (SDM)
Tabel 296. SDM Pengelola Kawasan Hutan Lingkup Propinsi Papua
No Instansi
Jumlah SDM Menurut Golongan
Jumlah
IV III II I
L P L P L P L P L P Tot
1
BPPHP Wil. XVII Jayapura 1 17 5 6 1 24 6 30
2 BPDAS Memberamo 18 6 13 1 31 7 38
3 Balai Besar KSDA Papua 4 53 8 64 5 121 13 134
4 Balai TN. Wasur 1 36 3 38 3 78 3 81
5 Balai TN. Lorentz 1 20 4 45 2 66 6 72
6 BPKH Wil. X Jayapura 7 179 34 188 11 3 377 45 422
Sumber : Statistik Kemenhut 2012 (diolah)

C. Prospek Pengelolaan Hutan
Pembentukan KPH merupakan upaya untuk mewujudkan kondisi pemungkin (enabling
conditions) dicapainya pengelolaan sumberdaya hutan secara berkelanjutan, dan oleh
karena itu perlu diupayakan percepatan pembentukan KPH di tingkat tapak dengan
kejelasan tujuan, wilayah kelola dan institusi pengelolanya, sehingga laju degradasi
hutan dapat diperkecil.

Pembentukan Wilayah KPH di Provinsi Papua sebagaimana SK Gubernur Papua
Nomor.188.4/656 dan ditetapkan berdasarkan Surat keputusan Menteri Kehutanan
Nomor SK.481/Menhut II/2009, sesuai dengan peta Pembentukan Wilayah KPH, di
Provisni Papua akan dibentuk 56 unit KPH masing masing 31 unit KPHP seluas
10.776.063 Ha dan 25 unit KPHL seluas 7.403.479 Ha dengan total Wilayah KPH di
Provinsi Papua seluas 18.180.201 Ha. Untuk memberi kejelasan terhadap kelembagaan
pengelola hutan, maka di Provinsi Papua sampai dengan tahun 2012 telah dibentuk 2
unit KPH model sebagai wujud riil pengelolaan hutan di tingkat tapak dan sebagai
bentuk tanggungjawab pemerintah terhadap penyelenggaraan pengurusan hutan yaitu
KPH Unit XIX Kepulauan Yapen dan KPHL Unit XX Biak Numfor, secara rinci sebagai
berikut :

1. KPHL Model Biak Numfor
Ditetapkan melalui SK Nomor 648/Menhut-II/2010, dengan luas 206,016 ha. Tidak ada
izin IUPHHK-HA, HTI, RE, penetapan HKM dan HD. Luas kawasan hutan yang belum
dibebani izin pemanfaatan di KPHL Model Biak Numfor seluas 203.922,19 ha. Areal
yang sudah dibebani izin pemanfaatan adalah sebagai berikut :

614

Tabel 297. KPHL Model Biak Numfor
No Nama Jenis No SK Tanggal SK Luas (ha)
1 Biak Numfor HTR 71/Menhut-II/2009 26/02/09 2.093,81

2. KPHP Model Yapen
Ditetapkan melalui SK Nomor : 786/Menhut-II/2009 dengan luasc105,867 ha. Areal
yang sudah dibebani izin pemanfaatan tidak ada. Luas kawasan hutan yang
masih bisa dimanfaatkan di KPHP Model Yapen : 105,867 ha.

E. Daftar UPT, LSM dan lembaga terkait di Propinsi
1. Dinas Provinsi dan Kabupaten /Kota
No Dinas Alamat
1 Dinas Kehutanan Provinsi
Papua
Jl. Tanjung Ria Base G, Jayapura
Tlp : (0967) 541222, 541522
Fax : (0967) 541041
2 Dinas Kehutanan Kabupaten
Jayapura
Komplek Kantor Bupati Jayapura
Jl. Sentani-Depare Gd. D Gunung Merah Sentani
Tlp : (0967) 594750
Fax : (0967) 592440
3 Dinas Kehutanan Kabupaten
Jayawijaya
Jl. Diponegoro No. 29 Wamena, jayawijaya
Tlp : (0969) 31537
4 Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten
Merauke
Jl. A. Yani Merauke
Tlp : (0971) 321869
Fax : (0971) 323795
5 Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten Timika
Jl. Yos Sudarso No. 10 Timika, Papua - 99910
Tlp : (0901) 321397
Fax : (0901) 323815
6 Dinas Kehutanan Kabupaten
Serui
Jl. Timor Serui
Tlp : (0983) 31182
7 Dinas Kehutanan Kabupaten
Biak Numfor
Jl. Sarido Raya Numfor
Tlp : (0981) 21588, 21488
8 Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten Nabire
Jl. Pepera, Nabire No. 2
Tlp : (0984) 21024, 21124
Fax : (0984) 22324
9 Dinas Kehutanan Kabupaten
Sarmi
Kantor Otonom Kota Baru Petam, Sarmi
Tlp ; (0966) 31038
Fax : (0966) 31138
10 Dinas Kehutanan Kabupaten
Paniai
PM
11 Dinas Kehutanan Kabupaten
Yapen Waropen
Jl. Timor Serui
Tlp/Fax : (0983) 31182
12 Dinas Kehutanan Kabupaten
Kep. Yapen
Kampung Tatui Distrik Kosiwo
Kab. Kepulauan Yapen
13 Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten Mappi
Jl. Irian Kepi Kab. Mappi
Tlp/Fax : (0411) 402712, 402713
615
14 Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten Yalimo
Jl. Welemei Elelim, Yalimo
Tlp/Fax : (0969) 32916
15 Dinas Kehutanan Kabupaten
Mimika
Jl. Yos Sudarso No. 10 Timika, papua 99910
Tlp : (0901) 323815
Fax : (0901) 321397
16

Dinas Kehutanan Kabupaten
Maybrat
Maybrat
17 Dinas Kehutanan Kotamadya
Jayapura
Gd. D. Komplek Kantor Bupati, Jayapura
Tlp : (0987) 572327


2. UPT Kehutanan Provinsi Papua
No Nama UPT Alamat
1.

Balai Besar KSDA Papua Jl. Raya Abepura Kotaraja, papua
Tlp : (0967) 5815596
Fax : (0967) 585529
2. Balai Taman Nasional Wasur
Merauke, Papua

Jl. Garuda Leproseri No. 3 Po Box. 109 Merauke -
99611
Tlp/Fax : (0971) 324532
3. Balai Taman Nasional Lorentz,
Timika

Jl. SD Percobaan Pontikelek Po Box. 176 Papua
99511
Tlp/Fax : (0969) 34098
4. Balai Pengelolaan DAS
Memberamo, Jayapura
Jl. Raya Abepura Kotaraja, Jayapura Kotak Pos
1334, Jayapura - 99351
Tlp : (0967) 583349
Fax : (0967) 583329
5. Balai Pemantauan
Pemanfaatan Hutan Produksi
(BPPHP) Wilayah XVII Jayapura
Jl. Raya Abepura Kotaraja Komp. Kotaraja Grand,
Blok. A/25 Jayapura - 99351
Tlp/Fax : (0967) 581032
6. Balai Pemantapan Kawasan
Hutan (BPKH) Wilayah X
Jayapura
Jl. Raya Abepura Kotaraja, Jayapura
Tlp : (0967) 582529
Fax : (0967) 582527







616

Anda mungkin juga menyukai