Anda di halaman 1dari 6

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup agar dapat mempertahankan keturunannya maka akan
melakukan reproduksi. Reproduksi merupakan suatu proses untuk memperoleh
individu baru dari organisme sebelumnya. Terdapat dua cara reproduksi yaitu
seksual dan aseksual. Dalam hal ini mamalia merupakan kelas yang bereproduksi
dengan cara seksual.
Hewan yang digunakan adalah mencit betina (Mus muscullus). Hewan ini
termasuk dalam ordo Rodentia (hewan pengerat) yang sudah berumur 8 minggu.
Mencit termasuk kedalam hewan yang siklus poliestrusnya tidak mengalami
banyak perubahan, kecuali terganggu oleh kehamilannya dan secara spontan
mengeluarkan sel telur pada saat siklus estrus (Djuhanda, 1981).
Vaginal smear merupakan metode yang digunakan untuk mengidentifikasi
fase siklus estrus yang sedang dialami oleh individu betina. Setiap siklus estrus
memiliki tipe sel yang berbeda. Perbedaan tipe sel ini dapat dijadikan petunjuk
untuk mengetahui suatu fase estrus pada individu betina. Periode antara satu fase
estrus dengan fase estrus berikutnya disebut siklus estrus. Setiap hewan memiliki
siklus estrus yang berbeda-beda, ada golongan hewan monoestrus (estrus sekali
dalam satu tahun), golongan poliestrus (estrus beberapa kali dalam setahun) dan
hewan poliestrus bermusim (estrus hanya selama musim tertentu dalam satu
tahun). Satu siklus estrus terdapat empat fase yaitu proestrus, estrus
metestrus/postestrus, dan diestrus. Masing-masing fase tersebut berkaitan dengan
perubahan aktivitas seksual dan struktur pada ovarium, uterus, dan vagina.
Periode yang menunjukkan bahwa hewan betina sedang mengalami aktivitas
seksual tinggi yang ditunjukkan dengan tanda-tanda seperti gelisah dan mau
didekati pejantan.
Siklus estrus merupakan jarak antar estrus satu sampai pada estrus
berikutnya. Fase estrus adalah bagian dari siklus estrus atau siklus birahi
umumnya dibagi dalam empat fase atau periode yaitu proestrus, estrus, metestrus,
dan diestrus. Sehingga siklus estrus dan fase estrus berbeda (Toelihere, 1981).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum vaginal smear adalah untuk dapat membuat preparat
apus vagina, dapat mengidentifikasi tipe-tipe sel dalam preparat dan menentukan
fase estrus pada mencit (Mus Musscullus).














II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum vaginal smear ini adalah cotton
bud, pipet, tissue, kamera, object glass, cover glass dan mikroskop cahaya.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sel epitel dan
leukosit pada vagina mencit betina (Mus muscullus), larutan NaCl 0,9%, alkohol
70%, dan pewarna methylen blue 1% akuades.
B. Metode
1. Mencit betina yang telah masak kelamin disiapkan.
2. Mencit betina yang akan diperiksa dipegang dengan tangan kanan dengan cara
menelentangkan di atas telapak tangan sementara tengkuk dijepit oleh ibu jari dan
jari telujuk.
3. Ujung cotton bud dibasahi dengan larutan NaCl 0,9%, kemudian secara perlahan
dimasukkan ke dalam vagina mencit sedalam 5 mm, dan diputar searah dua
hingga tiga kali.
4. Object glass kering dibersihkan dengan alkohol 70% dan dikeringkan dengan
tissue.
5. Cotton bud yang sudah dimasukan ke dalam vagina mencit dioleskan memanjang
tiga kali dengan arah yang sama pada object glass, kemudian dibiarkan
mengering.
6. Setelah agak kering gelas preparat ditetesi dengan methylen blue 1% dan sesekali
dimiringkan agar pewarnaan merata, lalu kering anginkan. Bila pewarnanya
berlebih, bilas dengan air mengalir.
7. Tutup dengan cover glass.
8. Preparat diamati dengan mikroskop dengan perbesaran lemah kemudian
perbesaran kuat.
9. Hasil yang diperoleh digambar dan difoto serta ditentukan fasenya.




III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil


(A) (B)
Keterangan :
Gambara (A) : Mikroskopis Siklus Estrus Fase Estrus Perbesaran 40X10
Gambar (B) : Skematis Siklus Fase Estrus
Keterangan Gambar :
1. Sel epitel terkornifikasi
2. B. Pembahasan
3. Hasil pengamatan yang didapat pada praktikum ini setelah dilihat dibawah
mikroskop yaitu fase estrus dengan perbesaran 40 X 10, metode ini yang
digunakan adalah apus vagina (vaginal smear). Hewan yang digunakan
dalam praktikum vahinal smear ini adalah hewan dari ordo rodentia
(pengerat) yaitu mencit betina yang masak kelamin dan tidak sedang
hamil.daur estrus dari hewan uji dapat ditentukan dengan melihat tipe sel
dalam sediaan vaginanya. Pada fase estrus, sel epitel sudah terkonifikasi
dan ovulasi pada mencit betina sedang terjadi (Ola and Oyegbade, 2008).
4. Tipe sel yang digunakan untuk mengidentifikasi fase-fase dalam siklus
estrus adalah sel epitel dan sel leukosit. Sel epitel ditandai dengan
bentuknya oval atau poligonal sedangkan sel leukosit berbentuk bulat dan
berinti. Kita dapat mengetahui tipe dan proporsi masing-masing sel dengan

cara mengamatinya dibawah mikroskop dengan menggunakan perbesaran
lemah hingga perbesaran kuat sehingga ditemukan pada apus vagina fase
yang sedang dialami oleh hewan tersebut. Hasil yang diperoleh setelah
melakukan pengamatan dan melihat ciri-ciri yang ada dari preparat yang
digunakan menandakan bahwa hewan tersebut sedang mengalami fase
estrus. Hal ini karena terlihat pada apus vagina yang diamati dibawah
mikroskop menunjukan banyaknya sel epitel yang telah terkornifikasi serta
tidak adanya sel leukosit (Yatim, 1982).
5. Estrus merupakan klimaks fase folikel. Pada masa inilah hewan betina siap
melakukan perkawinan dengan hewan jantan, dan pada saat ini pula terjadi
ovulasi. Pada periode ini hewan betina menjadi lebih agresif. Panjang
siklus estrus pada mencit betina antara 4-5 hari. Siklus estrus terbagi
menjadi 4 fase yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Setiap fase
estrus dapat diketahui dengan membuat preparat apus vagina. Ciri-ciri
pengenalan pada setiap fase sebagai berikut : proestrus bentuk sel
epitelnya bulat berinti dan leukositnya tidak ada atau sedikit, estrus sel
epitel menanduk sangat banyak dan sel epitel dengan inti berdegenerasi,
metestrus sel epitel menanduk sedikit dan banyak leukositnya, diestrus sel
epitel yang berinti sedikit dan leukositnya banyak (Yatim, 1982).
6. Peristiwa fisiologis yang utama pada siklus estrus terjadi pada ovarium.
Akan tetapi kejadian-kejadian tersebut ternyata tercermin pada perubahan-
perubahan yang terjadi pada vagina di bawah pengaruh hormon-hormon
ovarium, yakni estrogen dan progesteron. Pada mamalia betina, hormon
FSH menyebabkan pertumbuhan folikel dan estradiol secara berkelanjutan
dan menghambat sekresi dengan sel-sel granulosa. Setelah ovulasi, sel-sel
granulosa dan theca memulai produksi progresteron berkadar tinggi
(Shrivastava et al, 2010).
7. Jika pada mencit terjadi fase estrus maka pada manusia dan primata juga
mengalami hal yang sama yang biasanya disebut menstruasi. Menstruasi
itu sendiri adalah luruhnya corpus luteum apabila pada saat ovulasi tidak
dibuahi. Umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 28 hari
(ada pula yang setiap 21 hari dan 30 hari). Perbedaannya dengan
menstruasi adalah pada siklus estrus lapisan endometrium yang telah
dipersiapkan untuk menerima konsepsi, akan diserap kembali oleh estrus
bila tak terjadi pembuahan sehingga tidak banyak terjadi pendarahan
(Djuhanda, 1981).

Anda mungkin juga menyukai