Anda di halaman 1dari 9

SISTEM KERJA KONVERSI ENEGRI PADA PEMBANGKIT LISTRIK

TENAGA UAP TERHADAP PERUBAHAN BEBAN YANG TERJADI



Agus Mardiana Putra
Konsentrasi Sistem Tenaga Listrik, Jurusan Teknik Elektro,
Fakultas Teknik, Universitas Udayana
Email : gus_mardi93@yahoo.com

ABSTRAK
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) merupakan unit pembangkit yang besar
karena proses perubahan energi kimia menjadi energi listrik sangat panjang sehingga
membutuhkan tempat yang luas dan juga energi listrik yang dihasilkan memiliki kapasitas
yang sangat besar. Energi listrik yang dihasilkan pada unit PLTU berasal 4 komponen
utama yang salah satunya memanfaatkan putaran dari turbin uap. Setelah energi tersebut
dihasilkan kemudian ditransmisikan untuk kemudian didistribusikan ke beban atau
masyarakat. Beban atau konsumsi listrik pada masyarakat yang sering berubah-ubah
merupakan suatu masalah pada PLTU sehingga setiap PLTU memiliki sistem kontrol
yang mampu menaggulangi hal tersebut. Efisiensi dari unit PLTU akan terganggu akibat
adanya perubahan beban ini.
Kata kunci: turbin uap, sistem kontrol, efisiensi

I. PENDAHULUAN
PLTU merupakan unit pembangkit
yang terbesar karena membutuhkan
lahan yang sangat luas untuk
pengadaannya. Hal ini juga didukung
dengan besarnya kapasitas listrik listrik
yang dihasilkan, mengingat juga
perubahan energi pada PLTU dari energi
kimia menjadi energi listrik sangatlah
panjang. Listrik yang dihasilkan oleh
PLTU bersumber dari putaran turbin
uap. Ada beberapa komponen utama
yang terdapat dalam sebuah unit PLTU
seperti kompresor, ruang bakar, turbin
uap dan generator. Dengan memanaskan
air menghasilkan uap untuk memutar
turbin uap sehingga membangkitkan
energi listrik pada generator untuk
selanjutnya disupply ke beban. Saat
terjadi perubahan beban mengharuskan
unit PLTU membangkitkan energi listrik
yang lebih besar, masalah inilah yang
sering terjadi pada setiap unit PLTU
dimana kelambatan proses
pembangkitan energi listrik untuk
mensupply kebutuhan. Untuk
menanggulangi hal tersebut maka sistem
kontrol pada unit PLTU harus dapat
bekerja cepat untuk mengatur aliran
entalphy, aliran kalori, aliran bahan
bakar dan aliran air serta udara.
Perubahan beban juga sangat bergantung
pada kapasitas penyimpanan energi pada
unit PTLU misalnya ruang bakarnya dan
tempat penyimpanan air. Peristiwa ini
akan menyebabkan pemborosan bahan
bakar sehingga mempengaruhi efisiensi
dari PLTU itu sendiri.

Gambar 1.1 Skema PLTU

II. DASAR TEORI
2.1 Komponen Dasar PLTU
Setiap unit PLTU memiliki
komponen utama sebagai penggerak
antara lain boiler, kompresor, ruang
bakar turbin uap dan generator. Boiler
memiliki prinsip kerja sebagai tungku
dimana memindahkan panas yang
berasal dari bahan bakar menuju pipa-
pipa air yang ada disekitar proses
pembakaran. Boiler atau kompresor
menyalurkan sirkulasi udara panas
dalam sistem agar tetap bekerja
sebagaimana mestinya sekalipun
menggunakan pompa. Sedangkan ruang
pembakaran atau drum tempat
menghasilkan uap yang diperlukan oleh
turbin. Uap yang dihasilkan pada ruang
pembakaran berasal dari air yang
dipanaskan sehingga suhu menjadi naik
dan tekanan udara yang ada di dalam
menjadi semakin tinggi. Turbin yang
memiliki luas penampang akan
mendapat tekanan dari uap yang
dihasilkan di ruang pembakaran
sehingga mengakibatkan poros yang
terhubung ke rotor generator berputar.
Putaran pada rotor generator akan
menghasilkan fluksi pada medannya dan
membangkitkan tegangan pada jangkar.
a) Boiler
Boiler merupakan sebuah konstruksi
bejana tertutup yang menyalurkan
panas pembakaran menuju air
sampai menghasilkan air panas atau
uap. Air digunakan sebagai media
penyalur panas ke dalam suatu
sistem, apabila air tersebut
dipanaskan hingga menjadi uap
panas maka volume yang dimiliki
akan meningkat sekitar 1.600 kali.
Sistem boiler sendiri terdiri dari
sistem air umpan, sistem uap panas
dan sistem bahan bakar. Sistem air
umpan merupakan sistem yang
bertugas untuk menyediakan air
pada boiler untuk diubah menjadi
uap panas. Untuk sistem uap panas
berupa kran-kran yang berfungsi
untuk mengontrol suhu yang ada
pada boiler dengan bantuan alat
pengontrol suhu. Sedangkan sistem
bahan bakar tentu saja mengatur
penyediaan bahan untuk proses pada
boiler dalam menghasilkan panas.
Dalam hal ini air yang diproses
dalam boiler berasal dari 2 tempat,
yang pertama berasal dari kondensat
atau uap panas yang mengembun
kemudian berubah kembali menjadi
air. Kedua air berasal dari air make
up atau air yang sudah mengalami
proses pemurnian. Pada proses ini
untuk mendapatkan efisiensi yang
tinggi pada boiler maka
digunakanlah economizer untuk
memanaskan air umpan sebelum
masuk k boiler.

Gambar 2.1 Diagram Neraca Energi Boiler
b) Turbin Uap
Turbin merupakan komponen
penggerak dari rotor pada generator
listrik. Pada turbin uap terdapat
sudu-sudu yang nantinya akan
mendapat dorongan dari uap dengan
tekanan yang sangat tinggi kelura
dari nosel. Poros dari sudu-sudu ini
terhubung dengan rotor pada
generator. Kecepatan putaran turbin
bergantung pada besarnya tekanan
uap dari nosel yang mendorong
sudu-sudu pada turbin.
c) Kondensor
Fungsi dari kondensor disini untuk
mengembunkan kembali uap panas
yang telah digunakan untuk
memutar turbin uap. Proses ini
diperlukan untuk menghemat
jumlah air yang diperlukan dan
menyediakan air umpan serta
menjaga kemurnian air agar tidak
terjadi pengendapan kotoran yang
dapat merusak sistem. Pada
kondensor biasanya menggunakan
air laut, air sungai atau air tanah
yang sudah diproses melalui water
treatment umumnya suhu yang
dimiliki cukup dingin untuk
mengembunkan kembali uap panas.

Gambar 2.2 Kondensor uap
d) Generator Listrik
Generator listrik yang dimaksud
disini adalah generator listrik AC
yang tergolong jenis mesin
serempak yang mana frekuensi yang
dihasilkan sebanding dengan jumlah
kutub dan putaran yang hasilkan.
Pada unit PLTU juga menggunakan
generator atau dengan nama lainnya
alternator. Umumnya sebuah
generator dapat membangkitkan
sekitar 7-22 kV tergantung dari
jumlah putaran yang dihasilkan. Jika
dibandingkan generator DC,
generator AC lebih cocok
digunakan dalam unit PLTU karena
beberapa hal seperti timbulnya
masalah komutasi pada generator
DC, timbulnya persoalan dalam hal
menaikkan/menurunkan tegangan
pada listrik DC yang dipengaruhi
oleh penampang kawat, tiang
transmisi, rugi0rugi dan lain-lain,
listrik AC relative lebih mudah
untuk diubah menjadi listrik DC dan
masalah efisiensi dari mesin itu
sendiri.

2.2 Kinerja PLTU
Unit PLTU menggunakan prinsip
kerja sistem yang berulang-ulang.
Dimana air yang ada pada kondensat, air
pada condenser yang telah mengalami
proses pengondensasian serta air yang
dimurnikan akan dipompa menuju ke
pemanas tekanan rendah. Setelah air
cukup panas kemudian dialihkan
menuju daerator untuk menghilangkan
kandungan oksigen yang dimiliki, lalu
air tersebut dipompa oleh boiler untuk
diproses pada economizer. Tahap
selanjutnya melalui pipa-pipa air yang
sudah tidak mengandung oksigen akan
dipanaskan pada ruang bakar. Pada
ruang bakar inilah memakan waktu
cukup lama untuk mengubah air
menjadi uap air yang nantinya akan
dikumpulkan pada steam drum,
selanjutnya dipanaskan lagi pada super
heater. Dalam situasi ini uap air telah
berubah berupa uap kering dengan
temperature dan tekanan yang sangat
tinggi, uap inilah yang nantinya
digunakan untuk menggerakkan turbin
uap yang mana porosnya langsung
terhubung pada rotor dari generator
listrik. Tegangan yang dihasilkan akan
dinaikkan hingga mencapai 150 kV baru
kemudian ditransmisikan dan
didistribusikan ke pelanggan. Pada
ruang turbin akan terdapat uap sisa yang
nantinya akan dikondensasi lagi untuk
kemudian dipompa kembali menuju
pemanas bertekanan rendah bersamaan
dengan air yang telah mengalami proses
pemurnian. Siklus inilah yang
digunakan pada setiap unit PLTU.

Gambar 2.3 Siklus kerja PLTU

2.3 Siklus Tenaga Uap
Siklus teoritis yang paling
sederhana yaitu siklus rakine atau siklus
tenaga uap yang mempergunakan uap
sebagai media kerja sebagaimana
dipergunakan pada sebuah unit PLTU.
Dimana jumlah energi mekanik yang
nantinya digunakan sebagai bahan bakar
melalui boiler adalah Em, sedangkan
energi efektif yang tersedia pada poros
turbin adalah energi kinetic Ek. Untuk
energi yang terbuang pada kondensor
adalah sebesar Eb. Apabila diasumsikan
semua kerugian yang terjadi adalah Eb,
maka berlaku :
= +
Sedangkan untuk efisiensi kerja akan
menjadi :
=


Siklus ini dapat dioptimalkan
dengan cara menurukan tekanan pada
kondensor. Secara ideal tekanan
kondenseryang terendah adalah tekanan
jenuh sesuai suhu terendah dari air
pendingin atau udara yang dipakai
sebgai penerima.

2.4 Pengaturan Beban Aktif dan Reaktif
Daya aktif mempunyai hubungan
erat dengan nilai frekuensi dalam
sistem, namun baik daya aktif maupun
daya reaktif dalam beban sistem selalu
berubah-ubah. Maka untuk
mempertahankan frekuensi tetap dalam
ambang batas yang dijinkan akibat dari
perubahan beban perlu
penyediaan/pembangkitan daya reaktif
dalam sistem sesuai dengan kebutuhan
pelanggan. Langkah yang dapat
dilakukan untuk penyesuaian daya aktif
dengan mengatur kopel penggerak
generator. Untuk menambah kopel pada
generator dibutuhkan bahan bakar
tambahan dan juga air untuk
menghasilkan uap pada PLTU. Menurut
hukumm Newton ada hubungan antara
kopel mekanis penggerak generator
dengan perputaran generator yaitu :
(

) =


Keterangan :

=

=

=

Untuk frekuensi yang dihasilkan
generator adalah :
=

2

Hal ini membuktikan bahwa pengaturan
frekuensi pada sistem dapat juga berarti
pengaturan kopel penggerak generator
yang juga mengatur daya aktif dari
generator.

III. PEMBAHASAN
3.1 Perubahan Frekuensi karena
Pembebanan Lebih
Penurunan frekuensi pada sistem
dapat diakibatkan oleh penambahan
beban secara mendadak serta keluarnya
salah satu pembangkit dari sistem. Jika
diasumsikan daya yang dihasilkan
setiap pembangkit adalah Ps kedalam
sistem maka saat unit pembangkit
keluar dari sistem secara teori sistem
akan kehilangan daya sebesar Ps
kekurangan daya secara otomatis
membuat beban menjadi berlebih dan
mengakibatkan frekuensi menjadi
turun. Dapat ditulis dengan persamaan :

=

0
2

0

Nilai

untuk nilai
0
tertentu
sesaat setelah terjadi gangguan. Tanda
negative menunjukkan terjadinya
penurunan frekuensi akibat dari
gangguan akibat keluarnya salah satu
unit pembangkit dari sistem maupun
penambahan beban berlebih. Untuk nilai
H digunakan besaran-besaran per-unit
seperti :

=

0
2

0


Cara yang lebih mudah untuk
perhitungan bagaiamana frekuensi turun
sebgai fungsi waktu dapat dilakukan
dengan cara berikut:
a. Data dengan selang waktu yang
cukup kecil 0,1 detik dianggap
nilai dari

adalah konstan.
b. Pada akhir data selang waktu
pertama dimana merupakan data
awal untuk selang waktu kedua,
yaitu saat t1 nilai frekuensi yang
dimiliki adalah:

1
=
0
+(

)
01
(
1

0
)
Dengan (

)
01
adalah nilai dari

dalam selang waktu


0
dan
1
.
c. Untuk data pada selang waktu
berikutnya antara t1 dan t2 harus
dilakukan perhitungan mencari
nilai permulaan dari frekuensi
dan selisih daya yang
dibangkitkan dengan beban:

=
1

= (


Dengan P1 merupakan daya yang
dibangkitkan pada saat t1 yang dalam hal
ini dianggap sama dengan Po PSO disini
diasumsikan bahwa governor belum
bekerja untuk menambah daya.
Denan cara yang sama seperti ketika
menghitung nilai (

)
01
, maka:
(

)
12
=

2
2
(


Begitu seterusnya berunglang-ulang
dengan data selang waktu berikutnya.

3.2 Prinsip Kerja Govenour
Umumnya setiap turbin uap
dilengkapi dengan frequency kontrol
dan merupakan peralatan pengaturan
kontrol valve. Saat frekuensi turun
akibat pembebanan berlebih secara
otomatis kontrol valve akan membuka
untuk menambah kapasitas uap dan
bahan bakar dan sebaliknya saat
frekuensi meningkat atau berlebih maka
kontrol valve akan menutup untuk
mengurangi uap dan bahan bakar pada
steam drum. Situasi ini lebih dikenal
dengan speed governor. Ada beberapa
tipe untuk governor antara lain MHC
(Mechanic Hydraulic Kontrol) dan EHC
(Electric Hydrolic Kontrol).

Gambar 3.1 Respon Governor
Pada gambar diatas terlihat nilai
frekuensi mengalami penurunan akibat
penambahan beban dari f0 ke f1 saat t =
t0. Penurunan frekuansi dikarenakan
nilai TB menjadi lebih besar dari
sebelumnya sehingga (

) =
< 0 maka dapat ditulis :

< 0
Dimana

adalah merupakan
percepatan sudut karena frekuensi =

2
,
saat terjadi penambahan beban secara
perlahan frekuensi pada pembangkit
akan mengalami penurunan dari f0 ke f1
hal ini langsung dideteksi oleh governor
dan governor segera menindak lanjuti
untuk mengembalikan frekuensi pada f0.

3.3 Pelepasan Beban
Situasi penambahan beban yang
berlebih dapat mengakibatkan
perubahana frekuensi secara signifikan,
dimana penurunan frekuensi ini dapat
ditanggulangi dengan perencanaan
pelepasan beban. Tujuannya jelas untuk
mengembalikan frekuensi pada kondisi
semula. Under Frekuensi Relay adalah
salah satu alat yang dapat digunakan
untuk mendeteksi keadaan frekuensi
atau perubahan frekuensi pada sistem.
Pada alat ini kita dapat mengatur berapa
batas frekuensi yang dikehendaki antara
45 sampai dengan 49,5 Hz pada sistem
50 Hz.

Gambar 3.2 Perubahan Frekuensi Akibat
Pelepasan Beban
Dari gambar diatas terlihat
penurunan frekuensi akibat penambahan
beban dan mengembalikan frekuensi
seperti semula dengan pelepasan beban.
Pada kenyataannya proses pelepasan
beban dilakukan dengan pemasangan
UFR pada berbagai feeder distribusi
yang dipilih menurut kondisi setempat.

IV. SIMPULAN
1. Unit PLTU membutuhkan lahan
yang sangat luas dalam
pengadaannya hal ini dikarenakan
proses konversi energi kimia
menjadi energi listrik sangat
panjang telebih lagi tenaga listrik
yang dibangkitkan memiliki
kapasitas yang cukup besar.
2. Setiap unit PLTU memiliki 4
komponen utama yang berperan
penting untuk membangkitkan
energi listrik yang akan
ditransmisikan dan didistribusikan
nanti seperti kompresor, ruang
bakar, turbin uap dan generator
listrik semuanya terangkai dalam
suatu sistem.
3. Setiap unit PLTU memiliki daerah-
daerah pelanggan dengan beban
yang bervariasi, dimana beban ini
dapat berubah sewaktu-waktu sesuai
dengan kebutuhan pelanggan.
Perubahan ini juga mengakibatkan
turunnya nilai frekuensi yang
dihasilkan oleh pembangkit.
4. Masalah penurunan nilai frekuensi
ini mempengaruhi efiseinsi dari
PLTU itu sendiri serta penggunaan
bahan bakar untuk menghasilkan
uap.
5. Ada beberapa alat yang dapat
dipasang pada sistem unit PLTU
untuk mendeteksi penurunan baik
itu akibat penambahan beban
maupun keluarnya salah satu
pembangkit dari sistem, yaitu
Governor dan Under Frekuensi
Relay yang cara kerja dari masing-
masing alat ini berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
1. M. Suyitno. 2011, PEMBANGKIT
ENERGI LISTRIK. PT RINEKA
CIPTA. Jakarta
2. Diakses pada Jumat, 26 september
2014 http://repository.usu.ac.id
3. Diakses pada Jumat, 26 september
2014 http://digilib.its.ac.id
4. Diakses pada Jumat, 26 september
2014 http://puslit2.petra.ac.id

Anda mungkin juga menyukai