Anda di halaman 1dari 9

ii

DAFTAR ISI
Kata penganatar i
Daftar isi ii
Bab I. Pendahuluag
A. Latar belakang 1
B. Tujuan 2
Bab II. Isi
A. Pengertian ideologi 3
B. Pengertian globalisasi 3
C. Pengaruh globalisasi terhadap ideologi pancasila 3
D. Peranan pancasila di Era Globalisai 4
E. Dampak Globalisasi 5
F. Strategi yang tepat untuk menghadapi Globalisasi 7
Bab III. Penutup
A. Kesimpulan 8
B. Saran 8












1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagi bangsa dan rakyat Indonesia yang membangun bangsa dan negara dengan kekuatan
dan kepribadian sendiri, perubahan sosial tak berarti westernisasi atau kebarat-baratan.
Perubahan sosial yang terjadi dipandang sebagai upaya bangsa untuk mengembangkan
kepribadiannya sendiri melalui penyesuaian dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat modern.
Atau dengan kata lain, dengan kepribadiannya sendiri, bangsa dan negara Indonesia berani
menyongsong dan memandang pergaulan dunia. Kini, mau tak mau dan suka tak suka, bangsa
Indonesia harus hidup dan berada di antara pusaran arus globalisasi dunia. Tetapi, harus diingat
bahwa bangsa dan negara Indonesia tak mesti kehilangan jati diri, kendati hidup di tengah-
tengah pergaulan dunia.
Dalam pergaulan dunia yang kian global, bangsa yang menutup diri rapat-rapat dari
dunia luar bisa dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan kemajuan bangsa-bangsa
lain. Bahkan, negara sosialis seperti Uni Soviet yang terkenal anti dunia luar tidak bisa bertahan
dan terpaksa membuka diri. Maka, kini, konsep pembangunan modern harus membuat bangsa
dan rakyat Indonesia membuka diri. Dalam upaya untuk meletakan dasar-dasar
masyarakat modern, bangsa Indonesia bukan hanya menyerap masuknya modal, teknologi, ilmu
pengetahuan, dan ketrampilan, tetapi juga terbawa masuk nilai-nilai sosial politik yang berasal
dari kebudayaan bangsa lain.

Bangsa dan rakyat Indonesia kini seakan-akan tidak mengenal dirinya sendiri sehingga
budaya atau nilai-nilai dari luar baik yang sesuai maupun tidak sesuai terserap bulat-bulat. Nilai-
nilai yang datang dari luar serta-merta dinilai bagus, sedangkan nilai-nilai luhur bangsa yang
telah tertanam sejak lama dalam hati sanubari rakyat dinilai usang. Lihat saja sistem demokrasi
yang kini tengah berkembang di Tanah Air yang mengarah kepada faham liberalisme. Padahal,
negara Indonesia yang seperti ditegaskan dalam pidato Bung Karno di depan Sidang Umum
PBB yang menganut faham demokrasi Pancasila yang berasaskan gotong royong, kekeluargaan,
serta musyawarah dan mufakat.

Dalam kondisi seperti itu sekali lagi peran Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar
negara memegang peranan penting. Pancasila akan menilai nilai-nilai mana saja yang bisa
diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan begitu, nilai-nilai baru
yang berkembang nantinya tetap berada di atas kepribadian bangsa Indonesia. Pasalnya, setiap
bangsa di dunia sangat memerlukan pandangan hidup agar mampu berdiri kokoh dan
2

mengetahui dengan jelas arah dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan pandangan hidup, suatu
bangsa mempunyai pedoman dalam memandang setiap persoalan yang dihadapi serta mencari
solusi dari persoalan tersebut.

B. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh Globalisasi terhadap ideologi Pancasila
2. Mengetahui peran Pancasila di Era Globalisasi
3. Mengetahui pengaruh negatif dan positif terhadap nilai-nilai nasionalisme
4. Mengetahui strategi yang tepat untuk menghadapi Globalisasi





























3

BAB II
ISI
A. Pengertian Ideologi

Ideologi secara umum adalah kumpulan gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan yang
menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut dan mengatur tingkah laku sekelompok manusia
tertentu dalam berbagai bidang kehidupan, baik politik, sosial, kebudayaan, keagamaan, dan
sebagainya.

Idologi negara berarti cita-cita dan tujuan negara atau cita-cita yang menjadi landasan
bagi sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat, bangsa, dan negara yang bersangkutan, dan
merupakan asas kerohanian bangsa tersebut yang berfungsi sebagai pandangan, pegangan,
pedoman hidup bagi suatu negara yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan bagi
generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.

B. Pengertian Globalisasi

Globalisasi berasal dari kata global atau globe. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
global berarti secara umum dan keseluruhan, sedangkan globe berarti bola bumi buatan, peta
bumi yang bulat seperti bola. Globalisasi berarti proses masuk dalam ruang lingkup dunia.
Karena itu Globalisasi berarti masuknya bangsa Indonesia ke dalam pusaran kebijakan dunia
dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya dalam aspek komunikasi dan perdagangan.

Sedagkan menurut Edison A. Jamli, Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat
yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah, Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu
proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain
yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi
bangsa-bangsa di seluruh dunia.

C. Pengaruh Globalisasi terhadap ideologi Pancasila

Dalam bidang Ideologi, Globalisasi akan mempengaruhi Ideologi Pancasila. Falsafah
Globalisasi yang didasarkan pada liberalism akan mempengaruhi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Sekarang cukup terasa bahwa Ideologi Pancasila seakan tenggelam dalam kebebasan
yang lebih menekankan penentuan hak daripada melaksanakan kewajiban. Pancasila yang lebih
menekankan pada keseimbangan, keserasian, dan keselarasan dalam kenyataan kehidupan
berbangsa dan bernegara, berubah menjadi mengendapkan penuntunan hak. Pada akhirnya
4

Ideologi Pancasila seakan tak ada lagi pengaruhnya sebagai landasan hidup bangsa, dan dalam
kenyataan keseharian kita lebih mengedepankan faham liberalisme-individualisme.
Globalisasi yang sedang kita rasakan saat ini dampaknya telah berpengaruh pada
kehidupan politik suatu bangsa untuk mendapatkan kemerdekaan dan kemakmuran yang seluas-
luasnya dalam sebuah negara ataupun individu masyarakat. Globalisasi saat ini bisa dikatakan
sebagai bentuk penjajahan model baru yang bisa mengakibatkan keterpurukan ekonomi dan
kemiskinan suatu bangsa yang tidak mampu mengimbangi pengaruh globalisasi tersebut. Janji
negara Barat kepada negara berkembang bahwa globalisasi memberikan kemakmuran hanyalah
retorika, kenyataanya yang mendapatkan kemakmuran hanya negara-negara maju. Globalisasi
dengan ideologi kapitalis dan liberalis mencoba untuk memecah belah Indonesia disemua aspek
politik, ekonomi dan sosial budaya.
Tidak adanya kekuatan kebangsaan, ekonomi dan militer, Indonesia tidak memiliki
bargaining power dalam menghadapi tekanan negara maju. Terlebih kebebasan di era globalisasi
dan reformasi sudah tidak terkendali, ideologi Pancasila sebagai pemersatu untuk
membangkitkan kembali rasa nasionalisme dikalangan pemimpin politik, pengusaha, pemuda
dan tokoh-tokoh agama mulai rapuh dan kemungkinan kedepan hanya tinggal sejarah.
D. Peran Pancasila di Era Globalisasi
Pancasila Sebagai Pedoman Dalam Menghadapi Globalisasi
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang sudah ditentukan oleh para pendiri negara
ini haruslah menjadi sebuah acuan dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara,
berbagai tantangan dalam menjalankan ideologi pancasila juga tidak mampu untuk
menggantikankan pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia, pancasila terus dipertahankan
oleh segenap bangsa Indonesia sebagai dasar negara, itu membuktikan bahwa pancasila
merupakan ideologi yang sejati untuk bangsa Indonesia.

Oleh karena itu tantangan di era globalisasi yang bisa mengancam eksistensi kepribadian
bangsa, dan kini mau tak mau, suka tak suka, bangsa Indonesia berada di pusaran arus
globalisasi dunia. Tetapi harus diingat bahwa bangsa dan negara Indonesia tak mesti kehilangan
jatidiri, kendati hidup ditengah-tengah pergaulan dunia. Rakyat yang tumbuh di atas kepribadian
bangsa asing mungkin saja mendatangkan kemajuan, tetapi kemajuan tersebut akan membuat
rakyat tersebut menjadi asing dengan dirinya sendiri. Mereka kehilangan jatidiri yang
sebenarnya sudah jelas tergambar dari nilai-nilai luhur pancasila.

Dalam arus globalisasi saat ini dimana tidak ada lagi batasan-batasan yang jelas antar
setiap bangsa Indonesia, rakyat dan bangsa Indonesia harus membuka diri. Dahulu, sesuai
dengan tangan terbuka menerima masuknya pengaruh budaya hindu, islam, serta masuknya
5

kaum barat yang akhirnya melahirkan kolonialisme.pengalaman pahit berupa kolonialisme tentu
sangat tidak menyenangkan untuk kembali terulang. Patut diingat bahwa pada zaman modern
sekarang ini wajah kolonialisme dan imperialisme tidak lagi dalam bentuk fisik, tetapi dalam
wujud lain seperti penguasaan politik dan ekonomi. Meski tidak berwujud fisik, tetapi
penguasaan politik dan ekonomi nasional oleh pihak asing akan berdampak sama seperti
penjajahan pada masa lalu, bahkan akan terasa lebih menyakitkan.

Dalam pergaulan dunia yang kian global, bangsa yang menutup diri rapat-rapat dari
dunia luar bisa dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan kemajuan bangsa-bangsa
lain. Bahkan, negara sosialis seperti Uni Soviet yang terkenal anti dunia luar, tidak bisa bertahan
dan terpaksa membuka diri. Maka, kini, konsep pembangunan modern harus membuat bangsa
dan rakyat Indonesia membuka diri. Dalam upaya untuk meletakan dasar-dasar masyarakat
modern, bangsa Indonesia bukan hanya menyerap masuknya modal, teknologi, ilmu
pengetahuan, dan ketrampilan, tetapi juga terbawa masuk nilai-nilai sosial politik yang berasal
dari kebudayaan bangsa lain.

Yang terpenting adalah bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia mampu menyaring agar
hanya nilai-nilai kebudayaan yang baik dan sesuai dengan kepribadian bangsa saja yang
terserap. Sebaliknya, nilai-nilai budaya yang tidak sesuai apalagi merusak tata nilai budaya
nasional mesti ditolak dengan tegas. Kunci jawaban dari persoalan tersebut terletak pada
Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara. Bila rakyat dan bangsa Indonesia
konsisten menjaga nilai-nilai luhur bangsa, maka nilai-nilai atau budaya dari luar yang tidak
baik akan tertolak dengan sendirinya. Cuma, persoalannya, dalam kondisi yang serba terbuka
seperti saat ini justeru jati diri bangsa Indonesia tengah berada pada titik nadir.

Bangsa dan rakyat Indonesia kini seakan-akan tidak mengenal dirinya sendiri sehingga
budaya atau nilai-nilai dari luar baik yang sesuai maupun tidak sesuai terserap bulat-bulat. Nilai-
nilai yang datang dari luar serta-merta dinilai bagus, sedangkan nilai-nilai luhur bangsa yang
telah tertanam sejak lama dalam hati sanubari rakyat dinilai usang. Lihat saja sistem demokrasi
yang kini tengah berkembang di Tanah Air yang mengarah kepada faham liberalisme. Padahal,
negara Indonesia yang seperti ditegaskan dalam pidato Bung Karno di depan Sidang Umum
PBB yang menganut faham demokrasi Pancasila yang berasaskan gotong royong, kekeluargaan,
serta musyawarah dan mufakat.

Sistem politik yang berkembang saat ini sangat gandrung dengan faham liberalisme dan
semakin menjauh dari sistem politik berdasarkan Pancasila yang seharusnya dibangun dan
diwujudkan rakyat dan bangsa Indonesia. Terlihat jelas betapa demokrasi diartikan sebagai
kebebasan tanpa batas. Hak asasi manusia (HAM) dengan keliru diterjemahkan dengan boleh
6

berbuat semaunya dan tak peduli apakah merugikan atau mengganggu hak orang lain. Budaya
dari luar, khususnya faham liberalisme, telah merubah sudut pandang dan jati diri bangsa dan
rakyat Indonesia. Pergeseran nilai dan tata hidup yang serba liberal memaksa bangsa dan rakyat
Indonesia hidup dalam ketidakpastian. Akibatnya, seperti terlihat saat ini, konstelasi politik
nasional serba tidak jelas. Para elite politik tampak hanya memikirkan kepentingan dirinya dan
kelompoknya semata.

Dalam kondisi seperti itu, sekali lagi, peran Pancasila sebagai pandangan hidup dan
dasar negara memegang peranan penting. Pancasila akan menilai nilai-nilai mana saja yang bisa
diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan begitu, nilai-nilai baru
yang berkembang nantinya tetap berada di atas kepribadian bangsa Indonesia. Pasalnya, setiap
bangsa di dunia sangat memerlukan pandangan hidup agar mampu berdiri kokoh dan
mengetahui dengan jelas arah dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan pandangan hidup, suatu
bangsa mempunyai pedoman dalam memandang setiap persoalan yang dihadapi serta mencari
solusi dari persoalan tersebut .

E. Dampak Globalisasi

Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme :
1. Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan
demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan
djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif
dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara
menjadi meningkat.
2. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan
kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan
meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional
bangsa.
3. Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos
kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk
meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan
mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.

Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme :
1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat
membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan
berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi
akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang.
7

2. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri
karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.)
membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri
menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa
Indonesia.
3. Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai
bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh
masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.

F. Strategi Yang Tepat Untuk Menghadapi Globalisasi

Perlunya strategi yang tepat untuk menghadapi globalisasi dengan gaya kapitalis dan
liberalis yaitu Indonesia harus memiliki sistem pemerintahan yang kuat dengan strategi yang
jelas dan memberlakukan hukum yang mengikat kuat pada individu, masyarakat serta membuat
kesepakatan dengan negara-negara asing dalam melakukan hubungan kerjasama yang jelas
tanpa adanya ketimpangan kebijaksanaan yang justru merugikan satu negara dan
menguntungkan negara lain dalam melakukan kerja sama, dengan memberikan banyak
persyaratan-persyaratan kepada negara Indonesia sebagai negara penerima bantuan pinjaman
dari para pengusung gaya kapitalis tersebut.

Strategi hukum yang tepat untuk mengikat pengaruh globalisasi dengan gaya kapitalis
dan liberalis dengan kebebasan tanpa batasnya, maka perlu adanya aturan-aturan yang tertulis
dan mengikat akibat pengaruh globalisasi yang kebablasan tanpa batas yaitu dengan
mengembalikan 7 (tujuh) kata kunci yang terdapat dalam Piagam Jakarta yang dulu pernah
disepakati oleh tokoh-tokoh kemerdekaan dan ditanda tangani pada 1 Juni 1945 yaitu dengan
kata-kata mengikatnya tentang ke Tuhanan yang Mewajibkan Menjalankan Syariat Islam Bagi
Pemeluknya. Dan itu merupakan kata-kata ampuh untuk meredam semua kekacauan-kekacauan
yang diakibatkan oleh pengaruh globalisasi dan mengikat individu masyarakat Indonesia yang
mayoritas muslim yg merupakan kunci maju atau mundurnya bangsa Indonesia saat ini.













8

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bangsa dan negara Indonesia tidak bisa menghindari akan adanya tantangan globalisasi,
dengan menjadikan pancasila sebagai pedoman dalam menghadapi globalisasi bangsa Indonesia
akan tetap bisa menjaga eksistensi dan jatidiri bangsa Indonesia.
B. Saran
1. Indonesia jangan sampai terbawa arus globalisasi.
2. Indonesaia harus dapat mempertahankan ideologinya.
3. Meningkatkan rasa nasionalisme terhadap bangsa.
4. Mempertahankan nilai-nilai luhur dan kebudayaan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai