Anda di halaman 1dari 17

TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan
1,2,5
Imunisasi adalah suatu cara pemberian vaksin untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada
antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Vaksin adalah suatu obat yang diberikan
untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk
menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit. Vaksin
tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit
yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak. Vaksin secara umum cukup aman.
Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek
samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka banyak penyakit masa
kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan.
erdasarkan asal-mulanya, imunitas atau kekebalan dibagi dalam dua hal,
yaitu pasif dan aktif. Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar
tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri. !ontohnya adalah kekebalan pada janin
yang diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan
imunoglobulin. Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri
akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi. aik pasif maupun aktif dapat
berlangsung alami, biasanya ba"aan #congenital$ atau didapat #ac%uired$.
Imunitas pasif bawaan (passive congenital immunity), terdapat pada bayi
baru lahir (neonatus) sampai bayi berumur & bulan. 'eonatus mendapatnya dari ibu
se"aktu di dalam kandungan, yaitu berupa (at anti #antibodi$ yang melalui jalan darah
menembus plasenta. )at anti itu berupa globulin gama yang mengandung imunitas
seperti yang juga dimiliki ibu. 'amun (at anti itu lambat laun akan lenyap dari tubuh
bayi. Dengan demikian sampai umur kurang lebih & bulan, bayi dapat terhindar dari
beberapa penyakit infeksi, misalnya difteria, campak, dan lain-lain.
Imunitas pasif didapat (passive acquired immunity), (at anti didapatkan oleh
anak dari luar dan hanya berlangsung pendek, yaitu *-+ minggu karena (at anti seperti
ini akan dikeluarkan lagi dari tubuh anak. ahan (at anti demikian dapat berupa
globulin gama murni yang didapat dari darah orang yang pernah mendapat penyakit,
misalnya campak. ,ebenarnya tidak hanya globulin gama murni yang dapat
digunakan, tetapi darah atau serumnya dapat pula dipakai untuk disuntikkan, tetapi
-
tentunya dalam hal yang terakhir ini diperlukan jumlah yang jauh lebih banyak.
!ontoh lain ialah pemberian serum anti tetanus, serum anti difteri dan berbagai serum
hiperimun, seperti yang spesifik untuk pertusis, hepatitis , dan rubela.
Imunitas aktif, dibagi dua bagian .
/. didapat secara alami (naturally acquired), contohnya adalah difteria.
*. sengaja dibuat (artificially induced). !ara pemberian terdiri dari tiga macam
antigen, yaitu .
- live attenuated bacteria or viruses. virus atau bakteri liar ini dilemahkan,
biasanya dengan cara pembiakan berulang-ulang. erasal dari virus hidup .
campak, rubela, polio sabin. erasal dari bakteri . !0, demam tifoid
- killed bacteria or virus, misalnya kolera, tifus abdominalis, pertusis, polio salk
- toksoid, contoh . difteria, tetanus, botulinum
erdasarkan lokalisasi dalam tubuh, imunitas dibagi dalam .
- Imunitas humoal 1 imunitas ini terkandung dalam imunoglobulin #Ig$. ,etiap
molekul Ig terdiri dari rantai 2 dan 3. 4antai 2 terdiri dari bermacam-macam tipe,
tetapi yang terpenting untuk imunitas ialah rantai 0, A dan 5. 6leh karena itu
dinamakan juga Ig0, IgA dan Ig5.
- Imunitas selula 1 terdiri dari . a. fagositosis sel-sel sistem retikulo endotelial. b.
kemampuan sel tubuh untuk menolak dan mengeluarkan benda asing. c. alergi
kulit terhadap benda asing. d. mengenal antigen secara cepat dan bereaksi secara
cepat untuk menghindarkan akibat buruk.
Patofisiolo!i
1,2
7alaupun belum diperoleh bukti yang nyata benar, namun pendapat umum
menyatakan bah"a stem cell merupakan permulaan semua sel yang mengakibatkan
imunitas yang menempuh dua jalan yaitu melampaui timus #sel 8$ dan bursa #sel $.
Dua organ ini penting untuk pembuatan sel imunitas. Dalam bidang imunologi kuman
atau racun kuman #toksin$ disebut sebagai antigen. ila antigen untuk pertma kali
masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk (at
anti. ila antigen itu kuman, (at anti yang dibuat tubuh disebut sebagai antibodi.
,elanjutnya bila tubuh terserang antigen yang sama atau yang telah dikenal terlebih
dahulu, maka port d9entr:e pertama-tama akan berhadapan dengan sel 8 dan bila
diperlukan maka sel 8 ini akan memberikan informasi kepada sel agar secepatnya
membuat imunoglobulin untuk memusnahkan antigen tersebut. ;alan kebalikan juga
<
dapat terjadi #sel memberikan informasi kepada sel 8$, hanya cara informasi ini
belum diketahui benar.
;adi pada dasarnya reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibody terhadap
antigen, tidaklah terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai pengalaman untuk
mengatasinya. 8etapi pada reaksi yang ke-*, ke-+ dan berikutnya, tubuh sudah pandai
membuat (at anti dan pembentukkannya pun sangat cepat. Akan tetapi setelah
beberapa bulan = tahun jumlah (at anti dalam tubuh akan berkurang karena akan
dirombak oleh tubuh, sehingga imunitas tubuh pun akan menurun. Agar tubuh tetap
kebal diperlukan perangsangan kembali oleh antigen.
ila seseorang mendapat imunisasi baik oral maupun parenteral maka reaksi
imunitas akan terjadi pada sel 8 dan . oleh karenanya "alaupun imunisasi sudah
lama diberikan dan kadar (at anti dalam darah sudah menurun, belumlah berarti
bah"a imunitas tubuh telah hilang. 5asih ada imunitas sel #sel 8$ yang bila perlu
dapat mengenal secara cepat sehingga produksi (at anti dapat terjadi.
Imunisasi "an! diwa#ibkan $PPI%
1
Imunisasi yang di"ajibkan meliputi !0, polio, hepatitis , D>8, dan campak.
&'( (Bacillus Calmette Guerin)
1,2,5
Vaksinasi !0 memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis #8!$.
!0 diberikan / kali sebelum anak berumur * bulan. Vaksin disuntikkan secara
intrakutan di insertio m.deltoideus lengan kanan dengan dosis ?,?& ml untuk bayi
diba"ah usia / tahun dan ?,/ ml untuk anak usia / tahun atau lebih. ;ika diberikan
pada usia lebih dari * bulan maka uji mantou@ terlebih dahulu, jika uji mantou@ #A$
maka tidak perlu diimunisasi.
Vaksin !0 ulangan tidak dianjurkan oleh karena manfaatnya diragukan mengingat .
/. efektivitas perlindungan hanya B?C
*. sekitar <?C kasus 8! berat ternyata mempunyai parut !0
+. kasus de"asa dengan 8A positif di Indonesia cukup tinggi #*&-+-C$ "alaupun
mereka telah mendapat !0 pada masa kanak-kanak
Vaksin !0 merupakan vaksin hidup, maka tidak diberikan pada pasien
imunokompromais #leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang, atau pada
pasien 2IV$.
D
4eaksi yang mungkin terjadi.
4eaksi lokal . /-* minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul
kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah
menjadi pustula #gelembung berisi nanah$, lalu pecah dan membentuk luka
terbuka #ulkus$. 3uka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam "aktu D-/*
minggu dengan meninggalkan jaringan parut.
4eaksi regional . pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa
disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam "aktu +--
bulan.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah.
>embentukan abses #penimbunan nanah$ di tempat penyuntikan karena
penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Entuk
mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi
#pengisapan abses dengan menggunakan jarum$ dan bukan disayat.
3imfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau
dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam "aktu *-- bulan.
)PT
1,2,*,+,5
Imunisasi D>8 adalah suatu vaksin yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan
tetanus.
Dasar .
- vaksin difteri 1 toksin kuman yang dilemahkan #toksoid$
- vaksin tetanus 1 toksoid
- vaksin pertusis 1 kuman . pertusis yang dimatikan
Daya proteksi vaksin difteri dan tetanus adalah D?-F&C, sedangkan pertusis adalah
&?--?C. Imunisasi D>8 ataupun D8 diberikan Intramuskular atau subkutan dalam.
Imunisasi dasar diberikan sebanyak +@, dimulai pada usia + bulan dengan dosis
masing-masing ?,& ml dengan selang B minggu #/ bulan $, kemudian diperkuat
dengan imunisasi keempat yang diberikan / tahun setelah imunisasi ketiga. Elangan
imunisasi berikutnya dilakukan pada usia & tahun #usia masuk sekolah$ masih
menggunakan D>8. ,elanjutnya ulangan imunisasi dilakukan setiap & tahun dengan
F
menggunakan D8 saja tanpa pertusis karena vaksin tersebut tidak dianjurkan pada
anak usia lebih dari < tahun karena reaksi dapat lebih hebat.
D>8 sering menyebabkan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri
di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Gfek samping tersebut terjadi karena
adanya komponen pertusis di dalam vaksin. Entuk mengatasi nyeri dan menurunkan
demam, bisa diberikan asetaminofen #atau ibuprofen$. Entuk mengurangi nyeri di
tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-
gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.
>ada kurang dari /C penyuntikan, D8> menyebabkan komplikasi berikut.
demam tinggi #lebih dari B?,&H !elsius$
kejang
kejang demam #resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami
kejang atau terdapat ri"ayat kejang dalam keluarganya$
syok #kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon$.
;ika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi
D>8 bisa ditunda sampai anak sehat. ;ika anak pernah mengalami kejang, penyakit
otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan D>8 sering ditunda sampai
kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan.
Kontraindikasi . ri"ayat anafilaksis, ensefalopati, hiperpireksia.
Imunisasi Polio
1,2,*,+
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis.
8erdapat * macam vaksin polio.
I>V #Inactivated >olio Vaccine, Vaksin ,alk$, mengandung virus polio yang telah
dimatikan dan diberikan melalui suntikan.
6>V #6ral >olio Vaccine, Vaksin ,abin$, mengandung vaksin hidup yang telah
dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. entuk trivalen #86>V$
efektif mela"an semua bentuk polio, bentuk monovalen #56>V$ efektif mela"an
/ jenis polio.
;ad"al imunisasi polio
- >olio-? diberikan saat bayi lahir, karena Indonesia merupakan daerah endemik
polio. 5engingat 6>V berisi virus polio hidup maka dianjurkan diberikan saat
bayi meninggalkan rumah sakit agar tidak mencemari bayi lain karena virus polio
/?
vaksin dapat diekskresikan melalui tinja. Entuk keperluan ini, I>V dapat menjadi
alternatif.
- >olio-/,*,+ dapat diberikan bersama dengan D>8 /,*,+.
- >olio-B diberikan satu tahun setelah polio + atau diberikan bersamaan D>8 B.
- >olio-& diberikan pada umur & tahun atau diberikan bersamaan D>8 &.
Di Indonesia umumnya diberikan vaksin ,abin. Vaksin ini diberikan sebanyak * tetes
#?,/ m3$ langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air
gula. Vaksin ,alk mengandung + tipe, disuntikkan subkutan, yang pertama umur +
bulan, yang kedua B minggu kemudian dan yang ketiga --< bulan sesudah yang
kedua. Gfek samping tidak ada.
5anfaat vaksin ,alk dan ,abin sebenarnya sama, namun untuk negara yang sedang
berkembang vaksin ,abin lebih menguntungkan karena lebih murah #tanpa suntikan$,
mudah didistribusikan dan mudah diberikan kepada anak.
Kontra indikasi pemberian vaksin polio.
Diare berat
>enyakit akut atau demam
2ipersensitif yang berlebihan terutama pada neomisin, polimiksin, streptomisin$
0angguan kekebalan #karena obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid$
Kehamilan
Imunisasi 'ampak
1,2,+,5
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak #tampek$.
Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak ?,& m3, pada umur F bulan. >ada
bayi yang baru lahir mendapat kekebalan pasif terhadap penyakit campak dari ibunya
yang pernah terinfeksi morbili dan kekebalan pasif tersebut bertahan selama I -
bulan. Apabila telah mendapat vaksinasi 554 pada usia /&-/D bulan ulangan
campak pada umur & tahun tidak diperlukan. 8etapi bila anak baru datang pada usia
diatas /* bulan dan ia belum pernah menderita penyakit campak maka sebaiknya
vaksinasi segera dilakukan.
Kontra indikasi pemberian vaksin campak.
infeksi akut yang disertai demam lebih dari +DH !elsius
gangguan sistem kekebalan
pemakaian obat imunosupresan
//
alergi terhadap protein telur
kehamilan
Gfek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis
dan kejang yang ringan, serta ensefalitis dalam "aktu +? hari setelah imunisasi
#kejadian / diantara satu juta suntikan$.
Imunisasi ,epatitis &
1,+
Imunisasi bertujuan untuk mendapat kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis .
3okasi penyuntikan di daerah deltoid secara intramuskular, dengan dosis ?,& ml.
;ad"al imunisasi .
Imunisasi hepatitis diberikan sedini mungkin setelah lahir, mengingat paling
tidak +,FC ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan resiko transmisi
maternal sebesar B&C
2epatitis II diberikan dengan interval / bulan dari hepatitis I #saat bayi
berumur / bulan$
2epatitis III diberikan dengan interval *-& bulan setelah hepatitis II #saat bayi
umur +-- bulan$
Apabila semula status 2bsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan
selanjutnya diketahui bah"a 2bsAg ibu positif maka masih dapat diberikan 2Ig ?,&
ml sebelum bayi berumur < hari. Vaksinasi hepatitis dapat diberikan kepada ibu
hamil dengan aman dan tidak membahayakan janin,
Apabila sampai umur & tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi hepatitis ,
maka secepatnya diberikan. Elangan imunisasi hepatitis #hep IV$ dapat
dipertimbangkan pada umur /?-/* tahun.
4eaksi imunisasi . segera setelah imunisasi dapat timbul demam yang tidak tinggi,
pada tempat penyuntikan timbul kemerahan, pembengkakan, nyeri rasa mual dan
nyeri sendi. Imunisasi tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita sakit berat.
Gfek samping yang berarti tidak pernah dilaporkan.
Imunisasi "an! dian#ukan
1
Imunisasi yang dianjurkan diberikan kepada bayi = anak namun belum masuk ke
dalam program imunisasi nasional adalah 554, 2ib, 8ifoid, 2epatitis A, Varisela,
dan influen(a.
/*
--.
1,+,5
Imunisasi 554 memberi perlindungan terhadap measles, mumps dan rubella, vaksin
554 mengandung ketiga virus tersebut yang telah dilemahkan. Vaksin 554
diberikan pada umur /&-/D bulan dengan dosis satu kali ?,& ml, secara subkutan.
554 diberikan minimal / bulan sebelum atau setelah penyuntikkan imunisasi
lainnya.
Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi 554 pada umur /*-/D bulan,
imunisasi campak-* pada umur &-- tahun tidak perlu diberikan. Elangan diberikan
pada umur /?-/* tahun atau /*-/D tahun #sebelum pubertas$.
4eaksi imunisasi . kadang-kadang timbul kenaikan suhu ringan pada hari ke-& atau
ke-< atau rasa nyeri dan kemerahan pada tempat suntikan.
;ika anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai anak pulih. Imunisasi 554
sebaiknya tidak diberikan kepada.
Alergi yang berat #gelatin atau neomisin$
anak dengan demam akut
anak yang + bulan yang lalu menerima gamma globulin
anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat kanker, leukemia,
limfoma maupun akibat obat prednison, steroid, kemoterapi, terapi penyinaran
atau obati imunosupresan.
"anita hamil atau "anita yang + bulan kemudian hamil
Imunisasi ,ib
1,+,5
Imunisasi 2ib membantu mencegah infeksi oleh 2aemophilus influen(a tipe b.
6rganisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan
berat yang bisa menyebabkan anak tersedak.
8erdapat dua jenis vaksin 2ib konjugasi yang beredar di Indonesia yaitu >4>-8 dan
>4>-65> (PRP outer membrane protein complex).
;ad"al imunisasi .
Vaksin >4>-8 diberikan pada umur *, B, dan - bulan
Vaksin >4>-65> diberikan pada umur * dan B bulan
/+
Vaksin 2ib dapat diberikan secara bersamaan dengan D>8 dalam bentuk vaksin
kombinasi dalam kemasan prefilled syringe ?,& ml.
Vaksin 2ib baik >4>-8 ataupun >4>-65> perlu diulang pada umur /D bulan
Apabila anak datang pada umur /-& tahun, 2ib hanya diberikan / kali.
Dosis .
,atu dosis vaksin 2ib berisi ?,& ml, diberikan secara intramuskular.
Imunisasi 2ib tidak dianjurkan pada "anita hamil, bila terdapat demam dan
hipersensitivitas terhadap komponen vaksin. Gfek samping yang serius tidak pernah
dilaporkan, namun dapat terjadi reaksi lokal berupa pembengkakan, nyeri, dan
kemerahan kulit atau reaksi umum berupa ruam kulit, demam dan urtikaria.
Imunisasi )emam Tifoid
1,*,+,5
Imunisasi ini diberikan untuk memperoleh kekebalan aktif terhadap penyakit demam
tifoid. 8erdapat * jenis vaksin yaitu vaksin suntikan #polisakarida$ dan oral. Vaksin
capsular Vi polysaccharida diberikan pada umur lebih dari * tahun, ulangan setiap +
tahun. ,edangkan vaksin oral diberikan pada umur lebih dari - tahun, dikemas dalam
+ dosis dengan interval selang hari #hari /, +, dan &$. Imunisasi ulangan dilakukan
setiap +-& tahun.
Vaksin demam tifoid oral .
Kapsul harus ditelan utuh dan tidak boleh dipecahkan karena kuman dapat
dimatikan oleh asam lambung.
Vaksin tidak boleh diberikan bersamaan dengan antibiotik, sulfonamid, atau
antimalaria yang aktif terhadap salmonella.
Vaksin polisakarida parenteral .
,usunan vaksin polisakarida setiap ?,& ml mengandung kuman salmonella typhi,
polisakarida ?,?*& mg, fenol dan larutan bufer yang mengandung natrium klorida,
disodium fosfat, monosodium fosfat dan pelarut untuk suntikan.
Kontraindikasi 1 alergi terhadap bahan-bahan dalam vaksin, juga pada saat
demam, penyakit akut maupun kronik progresif.
4eaksi imunisasi pada pemberian vaksin oral dapat dijumpai demam, mencret,
muntah dan kemerahan kulit, sedangkan vaksin suntikan hanya nyeri ringan,
kemerahan, dan pembengkakan pada tempat suntikan.
Gfek samping yang berbahaya jarang sekali terjadi.
/B
Imunisasi ,epatitis A
1,+
Imunisasi ini bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis
A. di Indonesia telah beredar kombinasi hepatitis =hepatitis A.
;ad"al imunisasi .
Vaksin hep A diberikan pada umur lebih dari * tahun
Vaksin kombinasi tidak diberikan pada bayi kurang dari /* bulan. 5aka vaksin
kombinasi ini diindikasikan terutama untuk mengejar imunisasi pada anak yang
belum pernah mendapat imunisasi hep sebelumnya atau vaksinasi hep yang
tidak lengkap.
Dosis pemberian .
Dosis <*? E diberikan dua kali dengan interval - bulan, intramuskular di daerah
deltoid.
Kombinasi hep=hepA #berisi hep /? mg dan hepA <*?J$ dalam kemasan
prefilled syringe ?,& ml intramuskular
4eaksi imunisasi biasanya berupa kemerahan dan pembengkakan pada daerah
suntikkan, kadang-kadang demam, lesu, mual, muntah dan hilang nafsu makan.
Imunisasi /aisela
1,*,+
Vaksin varisela berisi virus varisela (oster strain 6KA hidup yang telah dilemahkan,
kemasan dalam bentuk beku-kering.
;ad"al imunisasi .
Direkomendasikan pada umur /?-/* tahun yang belum terpajan
Entuk anak yang mengalami kontak dengan pasien varisela, vaksinasi dapat
mencegah apabila diberikan dalam kurun "aktu <* jam setelah kontak.
Dosis .
Dosis ?,& ml, subkutan, / kali.
Entuk umur lebih dari /+ tahun atau de"asa, diberikan * kali dengan jarak B-D
minggu.
Kontraindikasi .
/&
Vaksin tidak dapat diberikan pada keadaan demam tinggi, hitung limfosit /*??=Jl atau
adanya bukti defisiensi imun seluler seperti selama pengobatan induksi penyakit
keganasan atau + tahun fase radioterapi, pasien dalam pengobatan kortikosteroid, dan
pasien yang alergi terhadap neomisin.
Ke#adian ikutan Pas0a Imunisasi
1
Klasifikasi
8idak semua kejadian ikutan pasca imunisasi #KI>I$ disebabkan oleh imunisasi karena
sebagian besar ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. 6leh karena itu
untuk menentukan KI>I diperlukan keterangan mengenai .
esar frekuensi kejadian KI>I pada pemberian vaksin tertentu
,ifat kelainan tersebut lokal atau sistemik
Derajat sakit resipien, apakah memerlukan pera"atan, menderita cacat, atau
menyebabkan kematian
Apakah penyebab dapat dipastikan, diduga, atau tidak terbukti, dan
Apakah dapat disimpulkan bah"a KI>I berhubungan dengan vaksin, kesalahan
produksi, atau kesalahan prosedur.
Komnas >engkajian dan >enanggulangan KI>I mengelompokkan etiologi KI>I dalam
* klasifikasi, yaitu .
/. Klasifikasi lapangan menurut 726 7estern >acific #/FFF$ untuk petugas
kesehatan di lapangan.
,esuai dengan manfaatnya di lapangan maka K' >> KI>I memakai kriteria 726
untuk memilah KI>I dalam lima kelompok penyebab, yaitu .
Kesalahan program
sebagian besar kasus KI>I berhubungan dengan masalah program dan teknik
pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan,
pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin, misalnya .
o dosis antigen #terlalu banyak$
o lokasi dan cara menyuntik
o sterilisasi semprit dan jarum suntik
o jarum bekas pakai
o tindakan dan antiseptik
o kontaminasi vaksin dan peralatan suntik
/-
o penyimpanan vaksin
o pemakaian sisa vaksin
o jenis dan jumlah pelarut vaksin
o tidak memperhatikan petunjuk produsen #petunjuk pemakaian, indikasi
kontra$
4eaksi suntikan
,emua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik
langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KI>I. 4eaksi
suntikan langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat
suntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut,
pusing, mual sampai sinkope.
4eaksi vaksin
0ejala KI>I yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapat diprediksi
terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara klinis
biasanya ringan. 7alaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat
seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan risiko kematian. 4eaksi simpang ini
sudah teridentifikasi dengan baik dan tercantum dalam petunjuk pamakaian
tertulis oleh produsen sebagai indikasi kontra, indikasi khusus, perhatian
khusus, atau berbagai tindakan dan perhatian spesifik lainnya termasuk
kemungkinan interaksi dengan obat atau vaksin lain. >etunjuk ini harus
diperhatikan dan ditanggapi dengan baik oleh pelaksana imunisasi.
Koinsiden #faktor kebetulan$
,eperti telah disebutkan maka kejadian yang timbul ini terjadi secara
kebetulan saja setelah imunisasi. Indikator faktor kebetulan ditandai dengan
ditemukannya kejadian yang sama disaat bersamaan pada kelompok populasi
setempat dengan karakteristik serupa tetapi tidak mendapat imunisasi.
,ebab tidak diketahui
ila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan ke
dalam satu penyebab maka untuk sementara dimasukkan ke dalam kelompok
ini sambil menunggu informasi lebih lanjut. iasanya dengan kelengkapan
informasi tersebut akan dapat ditentukan kelompok penyebab KI>I.
Klasifikasi lapangan ini dapat dipakai sebagai pencatatan dan pelaporan KI>I.
/<
726 pada tahun /FF/ melalui expanded programme on imunisation #G>I$ telah
menganjurkan agar pelaporan KI>I dibuat oleh semua negara. Entuk negara
berkembang yang paling penting adalah bagaimana mengontorl vaksin dan
mengurangi programmatic errors, termasuk cara menggunakan alat suntik dengan
baik, alat yang sekali pakai, dan cara penyuntikan yang benar sehingga transmisi
patogen melalui darah dapat dihindarkan. Ditekankan pula bah"a untuk
memperkecil terjadinya KI>I harus selalu diupayakan peningkatan ketelitian
pemberian imunisasi selama program imunisasi dilaksanakan.
*. klasifikasi kausalitas menurut I65 /FF/ dan /FFB untuk telaah komnas >> KI>I.
Vaccine Safety Commitee #/FFB$ membuat klasifikasi KI>I yang sedikit berbeda
dengan laporan Commitee nstitute of !edicine #/FF/$ dan menjadi dasar
klasifikasi saat ini, yaitu .
o 8idak terdapat bukti hubungan kausal
o ukti tidak cukup untuk menerima atau menolak hubungan kausal
o ukti memperkuat penolakan hubungan kausal
o ukti memperkuat penerimaan hubungan kausal
o ukti memastikan hubungan kausal
Pelapoan
KI>I adalah insiden medik yang terjadi setelah imunisasi dan dianggap disebabkan
oleh imunisasi. Komnas >engkajian dan penanggulangan KI>I menetapkan bah"a
KI>I adalah semua kejadian penyakit atau kematian dalam kurun "aktu / bulan
setelah imunisasi. 5eskipun masyarakat seringkali beranggapan bah"a insiden medik
setelah imunisasi selalu disebabkan oleh imunisasi, insiden umumnya terjadi secara
kebetulan #koinsiden$. ,ebagian yang beranggapan bah"a vaksin sebagai penyebab
KI>I juga keliru. >enyebab sebenarnya adalah kesalahan program yang sebetulnya
dapat dicegah. Entuk menemukan penyebab KI>I kejadian tersebut harus dideteksi
dan dilaporkan.
KI>I yang harus dilaporkan adalah semua kejadian yang berhubungan dengan
imunisasi seperti .
o Abses pada tempat suntikan
o ,emua kasus limfadenitis !0
o ,emua kematian yang diduga oleh petugas kesehatan atau masyarakat
berhubungan dengan imunisasi
/D
o ,emua kasus ra"at inap, yang diduga oleh petugas kesehatan atau masyarakat
berhubungan dengan imunisasi
o Insiden medik berat atau tidak la(im yang diduga oleh petugas kesehatan atau
masyarakat berhubungan dengan imunisasi
Tindak lan#ut
>elacakan harus dilakukan segera setelah laporan diserahkan tanpa ditunda. >elacakan
dimulai oleh petugas kesehatan yang mendeteksi KI>I, atau oleh supervisor yang
melihat pola tertentu di daerah binaannya. Di lain pihak, dalam beberapa keadaan
untuk KI>I tertentu tidak perlu dilakukan tindak lanjut, seperti penyakit yang tidak
berhubungan dengan imunisasi, seperti pneumonia setelah penyuntikan D>8.
5eskipun demikian apabila orang tua pasien atau pihak keluarga menganggap
kejadian tersebut berhubungan dengan imunisasi, berikan kesempatan kepada mereka
untuk mendiskusikan masalah tersebut dengan etuas kesehatan.
ANA1ISA KASUS
Dalam analisa kasus pasien anak laki-laki usia * tahun * minggu B hari, . /& kg
> . F/ cm datang ke poliklinik anak 4,>AD untuk jad"al imunisasi, pasien datang
tanpa keluhan sama sekali. ,ebelumnya pasien sudah mendapat imunisasi dasar
berupa . !0, D>8 I, II, III, >olio ?, I, II, III, 2epatitis I, II, III. Keterangan yang
didapat dari imunisasi tersebut adalah imunisasi dasar lengkap dan sesuai jad"al.
,edangkan imunisasi ulangan yang sudah dilakukan berupa . D>8 IV, dan polio V,
keterangannya yaitu imunisasi ulangan belum lengkap karena belum "aktunya untuk
imunisasi ulangan berikutnya. >ada penatalaksanaan dan anjuran berikutnya presentan
menganjurkan untuk imunisasi demam tifoid, imunisasi hepatitis A, dan imunisasi
2ib, dengan selang "aktu pemberian / bulan. Imunisasi ini sesuai dengan
rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, periode *??B imunisasi demam tifoid dan
hepatitis A diberikan K * tahun. Imunisasi 2ib pada umur /* L -? bulan diberikan /@.
>ada umur & tahun presentan menganjurkan untuk imunisasi ulangan D>8 V dan
>olio V dan umur - tahun untuk imunisasi 554.
/F
Jadwal Imunisasi
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Periode 2004* (* Revisi
September 200)
!aksin
"mur pemberian Imunisasi
#ulan $a%un
&%r ' 2 4 ( ) * '2 '( '+ 2 ( ) '0 '2
Pro,ram Pen,emban,an Imunisasi (PPI- diwa.ibkan)
#/0
1epatitis # ' 2
Polio 0 ' 2 4 (
D$P ' 2 4 (
) d$
atau
$$
/ampak
'

2

Pro,ram Pen,emban,an Imunisasi 2on PPI (2on PPI- dian.urkan)
1ib ' 2 4
33R ' 2
$i4oid "lan,an- tiap ta%un
1epatitis A
Diberikan 25- interval
) 6 '2bl
!arisela
7eteran,an Jadwal Imunisasi IDAI- Periode 2004
"mur !aksin 7eteran,an
Saat
lahir
Hepatitis
B-1
Polio-0
HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan
pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsA-B ibu positi!,
dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBl 0," ml bersamaan
denan #aksin HB-1. Apabila semula status HbsA ibu tidak
diketahui dan tern$ata dalam perjalanan selanjutn$a diketahui
bahwa ibu HbsA positi! maka masih dapat diberikan HBl 0," ml
sebelum ba$i berumur % hari.
*?
Polio-0 diberikan saat kunjunan pertama. &ntuk ba$i $an lahir di
'B('S polio oral diberikan saat ba$i dipulankan )untuk
menhindari transmisi #irus #aksin kepada ba$i lain*.
1 bulan Hepatitis
B-2
Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, inter#al HB-1 dan HB-2 adalah
1 bulan.
0-2
bulan
B+, B+, dapat diberikan sejak lahir. Apabila B+, akan diberikan pada
umur -. bulan sebaikn$a dilakukan uji tuberkulin terlebih dulu dan
B+, diberikan apabila uji tuberkulin neati!.
2 bulan /0P-1
Hib-1
Polio-1
/0P-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minu, dapat
diperunakan /0wp atau /0ap. /0P-1 diberikan se1ara kombinasi
denan Hib-1 )P'P-0*
Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan denan inter#al 2 bulan. Hib-1
dapat diberikan se1ara terpisah atau dikombinasikan denan /0P-
1.
Polio-1 dapat diberikan bersamaan denan /0P-1
2 bulan /0P-2
Hib-2
Polio-2
/0P-2 )/0wP atau /0aP* dapat diberikan terpisah atau
dikombinasikan denan Hib-2 )P'P-0*
Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan denan /0P-2
Polio-2 diberikan bersamaan denan /0P-2
6 bulan /0P-.
Hib-.
Polio-.
/0P-. dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan denan Hib-.
)P'P-0*
Apabila memperunakan Hib-34P, Hib-. pada umur 6 bulan tidak
perlu diberikan.
Polio-. diberikan bersamaan denan /0P-.
6 bulan Hepatitis
B-.
HB-. diberikan umur 6 bulan. &ntuk mendapat respons imun
optimal inter#al HB-2 dan HB-. minimal 2 bulan, terbaik " bulan.
5 bulan +ampak-
1
+ampak-1 diberikan pada umur 5 bulan, 1ampak-2 merupakan
proram B6AS pada S/ kl 1, umur 6 tahun. Apabila telah mendapat
44' pada umur 1" bulan, 1ampak-2 tidak perlu diberikan
1"-17
bulan
44'
Hib-2
Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapat imunisasi 1ampak,
44' dapat diberikan pada umur 12 bln
Hib-2 diberikan pada 1" bulan )P'P-0 atau P'P-34P*.
17
bulan
/0P-2
Polio-2
/0P-2 )/0wP atau /0aP* diberikan 1 tahun setelah /0P-..
Polio-2 diberikan bersamaan denan /0P-"
2 tahun Hepatitis
A
8aksin HepA direkomendasikan pada umur -2 tahun, diberikan
dua kali denan inter#al 6-12 bulan.
2-.
tahun
0i!oid 8aksin ti!oid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur -2
tahun. 6munisasi ti!oid polisakarida injeksi perlu diulan setiap .
tahun.
" tahun /0P-"
Polio-"
/0P-" diberikan pada umur " tahun )/0wp(/0ap*
Polio-" diberikan bersamaan denan /0P-"
*/
6 tahun 44' /iberikan untuk catch-up imunization pada anak $an belum
mendapat 44'-1
10
tahun
d0(00
8arisela
4enjelan pubertas #aksin tetanus ke-" )d0 atau 00* diberikan
untuk mendapat imunitas selama 2" tahun.
8aksin #arisela diberikan pada umur 10 tahun.
)A2TA. PUSTAKA
/. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Dalam . >edoman Imunisasi Di Indonesia. 4anuh
I0', ,uyitno 2, 2adinegoro ,4, Kartasasmita !, >enyunting. Gdisi ke-*,
IDAI . alai >enerbit, *??&. h. /-*&-.
*. ,taf >engajar Ilmu Kesehatan Anak MK EI. >ediatri >encegahan. Dalam . 2assan
4, Alatas 2, 3atief A, >enyunting. uku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Gdisi ke-/,
;akarta . alai >enerbit, /FD&. h. /-**.
+. 7ahab ,amik A. >raktek L praktek imunisasi. Dalam . art ;K, >enyunting.
'elson Ilmu kesehatan Anak. Gdisi ke-/&, *???.h./*BD
B. American Academy of >ediatrics. 4ecommended Immuni(ation ,chedules for
!hildren and Adolescents L Enited ,tates, *??< dari . http.==""".pediatrics.org
diakses tanggal / ;anuari *??<.
&. http.==""".medicastore.com,
http.=="""."ho.int=mediacentre=factsheets=fs*DF=en=,
http.==""".medsafe.govt.n(=profs=datasheet=v=va@igripinj.htm= tentang penjelasan
imunisasi
-. 0lauber ;2. 8he Immuni(ation Delivery Gffectiveness Assessment ,core. ;ournal
of >ediatrics.;uly *??+1I . e+F-e-B&
!ohen ';, dkk. >hysician Kno"ledge of !atch-up 4egimens and
!ontraindications for childhood Immuni(atios. ;ournal of >ediatrics. 5ay *??+ .
III . F*&-F+*
**

Anda mungkin juga menyukai