Anda di halaman 1dari 3

Apa Yang Dimaksud Cost Recovery Industri

Hulu Migas?
Rabu, 18 Desember 2013 10:40
Oleh: icoel
Ilustrasi foto; foxnews.com
Jakarta, Sayangi.com - Isu Cost Recovery sering mengundang perdebatan pada industri hulu
migas. Mengapa perlu ada Cost Recovery? mengapa Cost Recovery meningkat tapi produksi
menurun?

Kontrak Bagi Hasil atau Production Sharing Contract (PSC) yang digunakan dalam industri hulu
minyak dan gas bumi (migas) sebenarnya tidak mengenal istilah Cost Recovery. Salah satu
klausul dalam PSC memang menyebutkan bahwa "Kontraktor akan memperoleh kembali
penggantian atas biaya operasi dengan diambilkan dari hasil penjualan atau penyerahan lainnya
dari jumlah Minyak dan Gas Bumi senilai dengan biaya operasi, yang diproduksi dan disimpan
dan tidak digunakan dalam operasi minyak dan gas bumi." Frasa yang menyatakan "memperoleh
kembali penggantian biaya operasi" ini yang oleh banyak pihak didefinisikan sebagai cost
recovery.

Pertanyaan mengapa cost recovery atau pengembalian biaya operasi perlu ada dalam industri
hulu migas didasari pemahaman yang keliru dalam melihat industri ini. Penanya mungkin
mengira bahwa kegiatan usaha hulu migas yang dilaksanakan oleh Kontraktor Kontrak Kerja
Sama (Kontraktor KKS), seperti PT Pertamina EP, PT Cevron Pacific Indonesia, dan Total E&P
Indonesie, adalah bisnis korporasi swasta sehingga biaya operasi tidak perlu diganti.

Pemahaman ini tentu saja keliru karena sesungguhnya bisnis hulu migas adalah proyek negara,
sedangkan perusahaan-perusahaan itu hanyalah kontraktor negara yang bekerja mencari dan
memproduksi migas untuk dan atas nama negara. Pemerintah adalah pemegang kuasa
pertambangan dan para kontraktor ini yang melakukan pekerjaan sekaligus menyediakan dana
talangan untuk kegiatan itu.

Dalam bisnis hulu migas, cost recovery atau pengembalian atas biaya operasi atau dana talangan
ini hanya akan dilakukan bila cadangan migas yang ditemukan ekonomis. Bila kegiatan
eksplorasi tidak menemukan cadangan yang ekonomis, dana talangan tidak akan dikembalikan.
Mekanisme ini sesungguhnya membantu membebaskan pemerintah dari paparan resiko besar
pada tahapan eksplorasi.

Lalu mengapa Cost Recovery meningkat sementara produksi migas menurun? Pertanyaan ini
dapat dijawab dengan menelaah karakteristik bisnis hulu migas. Pada bisnis lain, misalnya saja
usaha manufaktur, penambahan investasi pada tahun berjalan mungkin akan langsung
menghasilkan output lebih besar pada waktu yang bersamaan. Kondisi seperti ini tidak terjadi
pada industri hulu migas yang memiliki siklus bisnis panjang, yaitu satu periode kontrak sekitar
30 tahun.

Pada bisnis hulu migas, pengembalian biaya pada tahun ini tidak akan diikuti dengan kenaikan
produksi pada tahun yang sama, karena biaya yang digantikan adalah termasuk biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahun-tahun sebelum terjadinya
kegiatan produksi dan penjualan migas. Termasuk ke dalam kegiatan ini adalah kegiatan
eksplorasi yang bisa saja sudah dimulai lima tahun sebelum lapangan berproduksi. Pengeluaran
dan biaya sudah terjadi, sementara baru lima tahun kemudian dapat dibebankan sebagai biaya
dan diakui sebagai Cost Recovery.

Meskipun lapangan sudah memasuki fase produksi, pengeluaran investasi untuk meningkatkan
produksi pada lapangan itu tidak serta merta berujung pada naiknya produksi pada tahun berjalan
karena butuh waktu untuk melakukan pengeboran, membangun fasilitas, dan lain-lain. Di
samping itu, fasilitas produksi yang sudah ada tetap memerlukan biaya perawatan untuk
mempertahankan kinerjanya, sementara di sisi lain sudah menjadi sifat alami bahwa produksi
pada lapangan-lapangan migas yang tua akan terus menurun. Jadi intinya, ada lag time atau
perbedaan waktu antara pengeluaran untuk membiayai operasional dan terjadinya produksi
migas.

Cara yang fair untuk melihat kinerja sebuah proyek migas adalah dengan mengevaluasi kinerja
selama satu siklus bisnisnya secara penuh, yaitu selama periode kontrak, bukan dengan
pendekatan jangka pendek. Selain itu, pemahaman yang akurat mengenai sifat alami bisnis ini
juga perlu dimiliki. Penggantian Cost Recovery memang perlu dikendalikan untuk memastikan
negara menerima manfaat maksimal dari kegiatan hulu migas. Tapi, demi berlangsungnya iklim
investasi yang kondusif, kritik atas hal ini perlu didasari oleh pemahaman yang benar terlebih
dahulu. (Inforial)

Anda mungkin juga menyukai