Anda di halaman 1dari 13

HERPES ZOSTER

Definisi
Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat, terutama terjadi pada orang tua yang
khas ditandai adanya nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada
dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dari
nervus kranialis. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varisela zoster dari infeksi endogen yang
telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus.

Epidemiologi
Herpes zoster dapat muncul disepanjang tahun karena tidak dipengaruhi oleh musim dan
tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan antara laki-laki dan
perempuan, angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Di negara maju seperti
Amerika, penyakit ini dilaporkan sekitar 6% setahun, di Inggris 0,34% setahun sedangkan di
Indonesia lebih kurang 1% setahun. Herpes zoster terjadi pada orang yang pernah menderita
varisela sebelumnya karena varisela dan herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama yaitu
virus varisela zoster. Setelah sembuh dari varisela, virus yang ada di ganglion sensoris tetap
hidup dalam keadaan tidak aktif dan aktif kembali jika daya tahan tubuh menurun. Lebih dari 2/3
usia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% usia di bawah 20 tahun. Kurnia Djaya pernah
melaporkan kasus hepes zoster pada bayi usia 11 bulan.

Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong virus
berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes viridae.
Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi, penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat
hidup laten diklasifikasikan kedalam 3 subfamili yaitu alfa, beta dan gamma. VVZ dalam
subfamili alfa mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang
menimbulkan lesi vaskuler. Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa
biasanya menetap dalam bentuk laten didalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada
saatnya akan menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa
mempunyai jajaran penjamu yang relatif luas dengan siklus pertumbuhan yang pendek serta
mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik DNA polimerase dan
virus spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase yang disintesis di dalam sel yang terinfeksi.

Patogenesis
Varicella Zoster Virus dapat menyebabkan varicella dan herpes zoster. Kontak pertama
dengan virus ini akan menyebabkan varicella, oleh karena itu varicella dikatakan infeksi akut
primer, sedangkan bila penderita varicella sembuh atau dalam bentuk laten dan kemudian terjadi
serangan kembali maka yang akan muncul adalah Herpes Zoster.
Infeksi primer dari VZV ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus
mengadakan replikasi dan dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya
terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial
System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremia nya lebih luas dan
simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui
serat-serat sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam
neuron. Selama antibodi yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang
laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah titik
kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes zoster.
Varisela : virus mukosa sal.nafas atas multiplikasi pemb. Darah dan limfe kulit
lesi primer saraf perifer ganglion dorsal root infeksi laten.
Herpes : virus teraktifasi saraf perifer kulit lesi.

Gambaran Klinis
Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada dermatom
yang terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari menjelang timbulnya erupsi. Gejala konstitusi,
seperti sakit kepala, malaise, dan demam, terjadi pada 5% penderita (terutama pada anak-anak)
dan timbul 1-2 hari sebelum terjadi erupsi. Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah
erupsi yang lokalisata dan unilateral. Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah tubuh.
Umumnya lesi terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik.
Erupsi mulai dengan eritema makulopapular. Dua belas hingga dua puluh empat jam kemudian
terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi pustula pada hari ketiga. Seminggu sampai
sepuluh hari kemudian, lesi mengering menjadi krusta. Krusta ini dapat menetap menjadi 2-3
minggu.
Keluhan yang berat biasanya terjadi pada penderita usia tua. Pada anak-anak hanya timbul
keluhan ringan dan erupsi cepat menyembuh. Rasa sakit segmental pada penderita lanjut usia
dapat menetap, walaupun krustanya sudah menghilang. Frekuensi herpes zoster menurut
dermatom yang terbanyak pada dermatom torakal (55%), kranial (20%), lumbal (15%), dan
sakral (5%).
Menurut lokasi lesinya, herpes zoster dibagi menjadi:
1. Herpes zoster oftalmikus
Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus saraf
trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit. Infeksi diawali dengan
nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam
ringan. Gejala prodromal berlangsug 1 sampai 4 hari sebelum kelainan kulit timbul.
Fotofobia, banyak kelar air mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.
2. Herpes zoster fasialis
Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi
herpetik unilateral pada kulit.
3. Herpes zoster brakialis
Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
4. Herpes zoster torakalis
Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
5. Herpes zoster lumbalis
Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
6. Herpes zoster sakralis
Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Diagnosis
Diagnosis herpes zoster pada anamnesis didapatkan keluhan berupa neuralgia beberapa
hari sebelum atau bersama-sama dengan timbulnya kelainan kulit. Adakalanya sebelum timbul
kelainan kulit didahului gejala prodromal seperti demam, pusing dan malaise. Kelainan kulit
tersebut mula-mula berupa eritema kemudian berkembang menjadi papula dan vesikula yang
dengan cepat membesar dan menyatu sehingga terbentuk bula. Isi vesikel mula-mula jernih,
setelah beberapa hari menjadi keruh dan dapat pula bercampur darah. Jika absorbsi terjadi,
vesikel dan bula dapat menjadi krusta. Dalam stadium pra erupsi, penyakit ini sering dirancukan
dengan penyebab rasa nyeri lainnya, misalnya pleuritis, infark miokard, kolesistitis, apendisitis,
kolik renal, dan sebagainya. Namun bila erupsi sudah terlihat, diagnosis mudah ditegakkan.
Karakteristik dari erupsi kulit pada herpes zoster terdiri atas vesikel-vesikel berkelompok,
dengan dasar eritematosa, unilateral, dan mengenai satu dermatom.
Secara laboratorium, pemeriksaan sediaan apus tes Tzanck membantu menegakkan
diagnosis dengan menemukan sel datia berinti banyak. Demikian pula pemeriksaan cairan
vesikula atau material biopsi dengan mikroskop elektron, serta tes serologik. Pada
pemeriksaan histopatologi ditemukan sebukan sel limfosit yang mencolok, nekrosis sel dan
serabut saraf, proliferasi endotel pembuluh darah kecil, hemoragi fokal dan inflamasi bungkus
ganglion. Partikel virus dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan antigen virus herpes zoster
dapat dilihat secara imunofluoresensi. Apabila gejala klinis sangat jelas tidaklah sulit untuk
menegakkan diagnosis. Akan tetapi pada keadaan yang meragukan diperlukan pemeriksaan
penunjang antara lain:
1. Isolasi virus dengan kultur jaringan dan identifikasi morfologi dengan mikroskop
elektron
2. Pemeriksaan antigen dengan imunofluoresen
3. Tes serologi dengan mengukur imunoglobulin spesifik.
-
Diagnosis Banding
- Herpes simpleks
Herpes simpleks ditandai dengan erupsi berupa vesikel yang bergerombol, di atas
dasar kulit yang kemerahan. Sebelum timbul vesikel, biasanya didahului oleh rasa gatal
atau seperti terbakar yang terlokalisasi, dan kemerahan pada daerah kulit. Herpes
simpleks terdiri atas 2, yaitu tipe 1 dan 2. Lesi yang disebabkan herpes simpleks tipe 1
biasanya ditemukan pada bibir, rongga mulut, tenggorokan, dan jari tangan. Lokalisasi
penyakit yang disebabkan oleh herpes simpleks tipe 2 umumnya adalah di bawah pusat,
terutama di sekitar alat genitalia eksterna.
- Varisela
Gejala klinis berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah
menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini seperti tetesan embun (tear drops). Vesikel akan
berubah menjadi pustul dan kemudian menjadi krusta. Lesi menyebar secara sentrifugal
dari badan ke muka dan ekstremitas.
- Impetigo vesiko-bulosa
Terdapat lesi berupa vesikel dan bula yang mudah pecah dan menjadi krusta.
Tempat predileksi di ketiak, dada, punggung dan sering bersamaan dengan miliaria.
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada anak-anak.

Komplikasi
- Neuralgia paska herpetic
Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan sampai beberapa
tahun. Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40 tahun, persentasenya 10 15
% dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Semakin tua umur penderita maka semakin
tinggi persentasenya.
- Infeksi sekunder
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi.
Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi H.I.V., keganasan, atau berusia
lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel sering manjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.
- Kelainan pada mata
Pada herpes zoster oftatmikus, kelainan yang muncul dapat berupa: ptosis
paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioratinitis dan neuritis optik.
- Sindrom Ramsay Hunt
Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan otikus,
sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit yang
sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus,
nausea, dan gangguan pengecapan.
- Paralisis motorik
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat perjalanan
virus secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan.
Paralisis ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak munculnya lesi. Berbagai paralisis
dapat terjadi seperti: di wajah, diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan
anus. Umumnya akan sembuh spontan.
-
Penatalaksanaan
Penatalaksaan herpes zoster bertujuan untuk:
1. Mengatasi infeksi virus akut
2. Mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus herpes zoster
3. Mencegah timbulnya neuralgia pasca herpetik.

Pengobatan Umum
Selama fase akut, pasien dianjurkan tidak keluar rumah, karena dapat menularkan kepada
orang lain yang belum pernah terinfeksi varisela dan orang dengan defisiensi imun.
Usahakan agar vesikel tidak pecah, misalnya jangan digaruk dan pakai baju yang longgar. Untuk
mencegah infeksi sekunder jaga kebersihan badan.

Pengobatan Khusus
1. Sistemik
- Obat Antivirus
Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya
valasiklovir dan famsiklovir. Asiklovir bekerja sebagai inhibitor DNA polimerase pada
virus. Asiklovir dapat diberikan peroral ataupun intravena. Asiklovir Sebaiknya pada 3
hari pertama sejak lesi muncul. Dosis asiklovir peroral yang dianjurkan adalah 5800
mg/hari selama 7 hari, sedangkan melalui intravena biasanya hanya digunakan pada
pasien yang imunokompromise atau penderita yang tidak bisa minum obat. Obat lain
yang dapat digunakan sebagai terapi herpes zoster adalah valasiklovir. Valasiklovir
diberikan 31000 mg/hari selama 7 hari, karena konsentrasi dalam plasma tinggi. Selain
itu famsiklovir juga dapat dipakai. Famsiklovir juga bekerja sebagai inhibitor DNA
polimerase. Famsiklovir diberikan 3200 mg/hari selama 7 hari.
- Analgetik
Analgetik diberikan untuk mengurangi neuralgia yang ditimbulkan oleh virus
herpes zoster. Obat yang biasa digunakan adalah asam mefenamat. Dosis asam
mefenamat adalah 1500 mg/hari diberikan sebanyak 3 kali, atau dapat juga dipakai
seperlunya ketika nyeri muncul.
- Kortikosteroid
Indikasi pemberian kortikostreroid ialah untuk Sindrom Ramsay Hunt. Pemberian
harus sedini mungkin untuk mencegah terjadinya paralisis. Yang biasa diberikan ialah
prednison dengan dosis 320 mg/hari, setelah seminggu dosis diturunkan secara
bertahap. Dengan dosis prednison setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga lebih baik
digabung dengan obat antivirus.
2. Pengobatan topical
Pengobatan topikal bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel
diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak
terjadi infeksi sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi
dapat diberikan salap antibiotik.

Prognosis
Terhadap penyakitnya pada dewasa dan anak-anak umumnya baik, tetapi usia tua risiko
terjadinya komplikasi semakin tinggi, dan secara kosmetika dapat menimbulkan makula
hiperpigmentasi atau sikatrik. Dengan memperhatikan higiene & perawatan yang teliti akan
memberikan prognosis yang baik & jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit.

UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur :
b. Pekerjaan/pendidikan : Ibu Rumah Tangga
c. Alamat : Banuaran

2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah Saudara : 3 orang.
c. Status Ekonomi Keluarga : Cukup, penghasilan Rp. 3.000.000,-/bulan
d. Kondisi Rumah :
- Rumah permanen, terdiri dari 3 kamar tidur, 1 kamar mandi.
- Lantai rumah dari semen dan bersih, ventilasi dan sirkulasi udara cukup baik,
pencahayaan kurang.
- Listrik ada.
- Sumber air : Mandi dengan sumur, sumber air minum berasal dari air galon isi ulang
- Jamban di dalam rumah
- Perkarangan luas dan kebersihan cukup baik.
- Sampah di bakar.
Kesan : higine dan sanitasi cukup baik

e. Kondisi Lingkungan Keluarga
- Jumlah penghuni 5 orang yaitu pasien, suami dan 3 orang anak
- Pasien tinggal di lingkungan perkotaan yang cukup padat penduduknya.
- Jarak antara satu rumah dengan rumah yang lain dekat.


3. Aspek Psikologis di keluarga
- Pasien tinggal bersama suami dan 3 orang anaknya
- Hubungan dengan keluarga baik.
- Faktor stress dalam keluarga (-).

4. Keluhan Utama :
Gelembung-gelembung yang berisi cairan keruh di atas kulit yang kemerahan di dada
kanan atas dan bagian punggung kanan atas sampai bagian bawah ketiak yang terasa nyeri sejak
3 hari yang lalu.

5. Riwayat Penyakit Sekarang :
Gelembung-gelembung yang berisi cairan keruh di atas kulit yang kemerahan di dada
kanan atas dan di bagian punggung kanan atas sampai bagian bawah ketiak yang terasa
nyeri sejak 3 hari yang lalu
Awalnya 1 minggu pasien mengeluhkan demam. demamnya tidak tinggi, tidak terus
menerus, tidak menggigil dan tidak berkeringat. Demam juga disertai pegal-
pegal.kemudian muncul kemerahan pada dada bagian kanan atas.
Pada kulit yang Kemerahan tersebut muncul gelembung yang bertambah banyak dan
menyebar di dada kanan bagian atas,punggung kanan bagian atas dan dibawah ketiak
1 hari yang lalu beberapa gelembung ada yang pecah dan meninggalkan keropeng
berwarna kehitaman.
Gelembung-gelembung dirasakan nyeri. Nyeri bertambah jika terkena gesekan baju
pasien.
Tidak terasa gatal pada bagian tersebut.
Stres emosional tidak ada
Riwayat kontak dengan penderita penyakit seperti ini tidak ada.
Riwayat kontak dengan penderita cacar air ada yaitu tetangga pasien.

6. Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah menderita cacar air sekitar umur 15 tahun.

7. Riwayat penyakit keluarga/atopi
Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti ini.
Riwayat anggota keluarga yang pernah menderita cacar air sebelumnya disangkal.
Pasien dan keluarga tidak ada riwayat sering bersin-bersin di pagi hari, mata sering merah
dan berair, ataupun riwayat sering sesak nafas dengan bunyi menciut, dan alergi makanan
atau obat.

8. Pemeriksaan fisik
STATUS GENERALIS
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis kooperatif
Status gizi : Baik
Pemeriksaan thorak : dalam batas normal
Pemeriksaan abdomen : dalam batas normal

Status dermatologikus :
Lokasi : di dada kanan atas dan di bagian punggung kanan atas sampai bagian
bawah axilla.
Distribusi : unilateral, terlokalisir sesuai dermatom
Bentuk : khas (bulat)
Susunan : herpetiformis
Batas : tegas-tidak tegas
Ukuran : lentikular sampai plakat
Efloresensi : vesikel keruh berkelompok di atas kulit yang eritema,terdapat papul eritem,
krusta kehitaman.

9. Pemeriksaan anjuran :
Tes Tzanck : diharapkan ditemukan sel datia berinti banyak
Pemeriksaan histopatologi
Serologi

10. Diagnosis Kerja
herpes zoster torkalis setinggi dermatom torakal II-III dextra

11. Diagnosis Banding
-

12. Penatalaksanaan :
a. Preventif
Menjaga kebersihan kuku serta jangan memecahkan gelembung
Jaga kebersihan tubuh dengan tetap mandi seperti biasa
Istirahat di rumah untuk menghindari penularan penyakit
Hindari stres berlebihan
Minum obat sesuai anjuran
b. Promotif
Edukasi pasien dan keluarga bahwa herpes zoster adalah penyakit kulit yang
menular sehingga anggota keluarga lain agar hindari kontak yang berlebihan
dengan penderita
Edukasi pasien dan keluarga tentang herpes zoster, penularan dan cara-cara
pencegahannya
Edukasi pasien untuk memakan obat sesuai anjuran untuk menghindari
komplikasi penyakit
c. Kuratif
Sistemik
Acyclovyr 5 x 800 mg sampai 7 hari
Paracetamol 3 x 500 mg
Vitamin B complek 2 x 1 tablet
Topikal
d. Rehabilitatif
Tingkatkan daya tahan tubuh dengan konsumsi makanan bergizi seimbang
Control teratur ke puskesmas untuk menilai perkembangan terapi



Dinas Kesehatan Kodya Padang
Puskesmas Lubuk Begalung Padang
Dokter : Ifani dan Nike
Tanggal : 8 Januari 2012

R/ Paracetamol tab 500 mg No. X
S 3dd tab
R/ Asyclovir tab 400 mg No. LXX
S 5dd tab 2
R/ Vit. B Comp tab No. VI
S2 dd tab 1


Pro :
Umur : tahun
Alamat :Banuaran, Lubuk Begalung











DISKUSI

Telah dilaporkan seorang pasien wanita usia tahun datang ke Puskesmas Lubuk Begalung
dengan diagnosa Parotitis. Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Dari anamnesa didapatkan pasien datang dengan keluhan utama Gelembung-gelembung yang
berisi cairan keruh di atas kulit yang kemerahan di dada kanan atas dan bagian punggung kanan
atas sampai bagian bawah ketiak yang terasa nyeri sejak 3 hari yang lalu.
Awalnya 1 minggu pasien mengeluhkan demam. demamnya tidak tinggi, tidak terus
menerus, tidak menggigil dan tidak berkeringat. Demam juga disertai pegal-pegal.kemudian
muncul kemerahan pada dada bagian kanan atas. Pada kulit yang Kemerahan tersebut muncul
gelembung yang bertambah banyak dan menyebar di dada kanan bagian atas,punggung kanan
bagian atas dan dibawah ketiak. 1 hari yang lalu beberapa gelembung ada yang pecah dan
meninggalkan keropeng berwarna kehitaman. Riwayat kontak dengan penderita cacar air ada
yaitu tetangga pasien. Pasien pernah menderita varicela pada umur 15 tahun.
Dari pemeriksaan Status dermatologikus, lokasi di dada kanan atas dan di bagian
punggung kanan atas sampai bagian bawah axilla. Distribusi unilateral, terlokalisir sesuai
dermatom, bentuk khas (bulat), susunan herpetiformis, batas tegas-tidak tegas, ukuran lentikular
sampai plakat, efloresensi vesikel keruh berkelompok di atas kulit yang eritema,terdapat papul
eritem, krusta kehitaman. Dari Anamnesa dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan working
diagnose Herpes Zoster.
Pengobatan yang diberikan di Puskesmas adalah paracetamol, asyclovir dan vitamin.
Penyakit ini disebabkan oleh virus, jadi ditekankan pada pasien untuk mengurangi kontak
dengan anggota keluarga lain untuk mencegah terjadinya penularan penyakit. Selain itu, pasien
perlu untuk meningkatkan daya tahan tubuh untu mempercepat pulihnya kesehatan. Pasien juga
di edukasi untuk tidak memecahkan lesi karena bias timbul infeksi sekunder.

Anda mungkin juga menyukai