Anda di halaman 1dari 14

PERAN PERAWAT PROFESIONAL DALAM SISTEM

KESEHATAN DI INDONESIA


PENDAHULUAN

Pengertian sehat yang dianut saat ini adalah luas dan komplek. Secara
internasional, sebagaimana yang telah dirumuskan oleh WHO (1947), sehat
diartikan sebagai suatu keadaan sejahtera sempurna dari fisik, mental dan sosial
yang tidak terbatas hanya pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja. Khusus
untuk Indonesia, seperti yang tercantum dalam UU No 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan, kedalam pengertian sehat ditambahkan asas manfaat yang ingin
dicapai. Disebutkan yang dimaksud dengan sehat adalah suatu keadaan sejahtera
sempurna dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomi.

Dari pengertian sehat ini, segeralah mudah dipahami untuk dapat
mewujudkan keadaan sehat tersebut diperlukan pelbagai upaya dan peranserta dari
banyak pihak. Tidak hanya upaya dan peranserta dari petugas kesehatan, tetapi
juga dari pelbagai petugas lainnya di luar bidang kesehatan. Bahkan untuk
hasilnya yang optimal, sangat diperlukan pula adanya upaya dan peranserta dari
yang bersangkutan sendiri. Terwujudnya keadaan sehat memang merupakan
resultante dari banyak upaya dan peranserta. Untuk dapat mewujudkan keadaan
sehat yang dimaksud pelbagai upaya dan peranserta memang harus dapat
ditumbuhkan.

Mengabaikan pentingnya upaya dan peranserta dari pihak-pihak lain diluar
bidang kesehatan, yang secara umum populer dengan sebutan health related
activities, khusus untuk upaya dan peranserta dari petugas kesehatan, adanya
kerjasama yang baik antar pelbagai katagori petugas kesehatan dinilai telah
merupakan suatu keharusan. Pada saat ini, sejalan dengan perkembangan
kebutuhan dan tuntutan kesehatan masyarakat, serta juga perkembangan disiplin
ilmu kesehatan sendiri, katagori petugas kesehatan yang dimaksud banyak
macamnya. Salah satu diantaranya, yang dinilai mempunyai peranan yang amat
penting adalah perawat profesional.

Lalu dalam rangka mempercepat keberhasilan program pembangunan
kesehatan yang pada saat ini sedang giat-giatnya dilaksanakan di tanah air, peran
apakah yang seyogiyanya dilakukan oleh para perawat profesional dalam sistem
kesehatan di Indonesia?

PERAWAT PROFESIONAL

Secara sederhana yang dimaksud dengan perawat profesional (professional
nurse) adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan formal profesi
keperawatan. Di banyak negara maju, pendidikan formal profesi keperawatan
telah sejak lama dibakukan. Untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan, dan juga sebagai suatu pendidikan profesi, telah disepakati
pendidikan formal profesi keperawatan tersebut harus dilaksanakan pada tingkat
pendidikan tinggi. Minimal tamatan SMU ditambah tiga tahun (diploma tiga).

Sesuai dengan disiplin ilmu yang diajarkan, tugas dan tanggungjawab
utama seorang perawat profesional adalah menyelenggarakan pelayanan
keperawatan (nursing services). Pengertian pelayanan keperawatan mencakup
bidang yang amat luas sekali. Secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu
upaya untuk membantu orang sakit maupun sehat, dari sejak lahir sampai
meninggal dunia, dalam bentuk meningkatkan pengetahuan, kemauan dan
kemampuan yang dimiliki, sedemikian rupa sehingga orang tersebut dapat secara
optimal melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri tanpa memerlukan bantuan
dan/ataupun tergantung pada orang lain (Henderson, 1980).


Berbeda halnya dengan seorang dokter yang pada waktu
menyelenggarakan pelayanan kedokteran lebih menitikberatkan perhatiannya
pada penyembuhan penyakit, maka perhatian utama seorang perawat profesional
pada waktu menyelenggarakan pelayanan keperawatan adalah pada pemenuhan
kebutuhan dasar manusia. Untuk ini dipelajarilah pelbagai faktor yang
melatarbelakangi dan/atau yang menjadi penyebab utama tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia tersebut, untuk kemudian dilanjutkan dengan
melaksanakan pelbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar yang dimaksud,
yakni dengan memanfaatkan pelbagai sumber yang tersedia (Konsorsium Ilmu-
Ilmu Kesehatan, DEPDIKBUD RI, 1991).

Ruang lingkup kebutuhan dasar manusia yang menjadi subjek dan objek
kajian utama seorang perawat profesional menyangkut bidang yang amat luas
pula. Ruang lingkup yang dimaksud tidak hanya yang menyangkut kebutuhan
dasar biologik manusia saja, tetapi juga kebutuhan dasar psikologis, sosial serta
spiritual manusia, baik dalam keadaan sehat dan terlebih-lebih lagi dalam keadaan
sakit.

Apabila pelayanan keperawatan dapat diselenggarakan dengan baik, dalam
arti dapat dikenali serta dipenuhi semua kebutuhan dasar manusia, baik dalam
keadaan sehat dan terlebih-lebih lagi dalam keadaan sakit, akan banyak manfaat
yang akan diperoleh. Bagi orang sakit akan mempercepat kemandirian dan
kesembuhan penyakit, sedangkan bagi orang sehat akan lebih meningkatkan
derajat kesehatan dan bahkan kesejahteraan hidup secara keseluruhan.

SISTEM KESEHATAN

Menurut WHO (1984), yang dimaksud dengan sistem kesehatan (health
system) adalah kumpulan dari pelbagai faktor yang komplek dan saling
berhubungan yang terdapat dalam suatu negara, yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat pada setiap saat yang dibutuhkan. Sedangkan untuk Indonesia, seperti
yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (1982), yang dimaksud dengan
sistem kesehatan (nasional) adalah suatu tatanan yang mencerminkan upaya
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan meningkatkan derajat
kesehatan yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti yang
dimaksud dalam Pembukaan UU dasar 1945.

Sistem kesehatan terdiri dari banyak sub-sistem. Jika disederhanakan dapat
dibedakan atas dua macam yakni (Azwar, 1996):

1. Sub-sistem pelayanan kesehatan, yakni yang menunjuk pada jenis, bentuk dan
pengorganisasian pelayanan kesehatan.

2. Sub-sistem pembiayaan kesehatan, yakni yang menunjuk pada jenis,
mekanisme dan pengorganisasian pembiayaan kesehatan.

Suatu sistem kesehatan disebut baik, apabila kedua sub-sistem ini, yakni
sub-sistem pelayanan kesehatan serta sub-sistem pembiayaan kesehatan, berada
dalam keadaan yang baik pula.

Syarat sub-sistem pelayanan kesehatan dan sub-sistem pembiayaan
kesehatan yang baik banyak macamnya. Untuk sub-sistem pelayanan kesehatan,
syarat yang dimaksud dibedakan atas delapan macam, yakni tersedia (available),
menyeluruh (comprehensive), terpadu (integrated), berkesinambungan
(countinue), wajar (appropriate), dapat diterima (acceptable), tercapai (accesible),
serta bermutu (quality) (Somers and Somers, 1970; Levey and Loomba, 1973).
Sedangkan untuk sub-sistem pembiayaan, dibedakan atas empat macam yakni
tersedia (available), terjangkau (affordable), efektif (effective) dan efisien
(efficient) (Sorkin, 1975; Feldstein; 1988)



Untuk tersedia dan terselenggaranya sistem kesehatan baik, pelbagai
petugas kesehatan, termasuk perawat profesional, berkewajiban menjaga serta
memenuhi semua persyaratan sub-sistem pelayanan kesehatan serta persyaratan
sub-sistem pembiayaan kesehatan yang baik tersebut.


PERAN PERAWAT PROFESIONAL DALAM SISTEM KESEHATAN

Dari uraian tentang perawat profesional serta sistem kesehatan
sebagaimana dikemukakan diatas, jelaslah peran perawat profesional dalam sistem
kesehatan tidak lain adalah berupaya mewujudkan sistem kesehatan yang baik,
sedemikian rupa sehingga di satu pihak penyelenggaraan pelayanan kesehatan
(health services) sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan kesehatan (health needs
and demands) masyarakat, serta di pihak lain biaya pelayanan kesehatan (health
cost) sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat (ability to pay).

Di sinilah letak masalahnya, karena dalam praktek sehari-hari
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan, yang
sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan kesehatan masyarakat, tidaklah mudah. Hal
yang sama ditemukan pula pada biaya kesehatan. Tidak mengherankan jika pada
saat ini banyak ditemukan keluhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
dan/atau

pelayanan keperawatan di Indonesia.

Untuk dapat terselenggaranya sistem kesehatan yang baik, yang perawat
profesional serta pelayanan keperawatan merupakan salah satu dari kunci
pokoknya, semua elemen peran perawat profesional, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Doheny, Cook dan Stopper (1982), yakni (1) pemberiasuhan
keperawatan, (2) advokat, (3) konselor, (4) pendidik, (5) koordinator, (6)
kolaborator, (7) konsultan, serta (8) pembawa perubahan, harus dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Tentu saja aplikasinya tidak terbatas hanya
pada waktu berhadapan dengan klien dikamar praktek saja (sehat atau sakit),
tetapi yang terpenting lagi adalah pada waktu menyelenggarakan sub-sistem
pelayanan kesehatan serta sub-sistem pembiayaan kesehatan secara keseluruhan.

Untuk terselenggaranya sub-sistem pelayanan kesehatan yang baik,
kedelapan elemen peran perawat profesional sebagaimana dikemukakan diatas,
harus dapat diarahkan sedemikian rupa sehingga pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan, yang dalam hal ini adalah pelayanan keperawatan, dapat
memenuhi kedelapan syarat sub-sistem pelayanan kesehatan yang baik, yakni
tersedia (available), menyeluruh (comprehensive), terpadu (integrated),
berkesinambungan (countinue), wajar (appropriate), dapat diterima (acceptable),
tercapai (accesible), serta bermutu (quality)

Hal yang sama juga berlaku pula untuk sub-sistem pembiayaan kesehatan.
Untuk terselenggaranya sub-sistem pembiayaan kesehatan yang baik, kedelapan
elemen peran perawat profesional sebagaimana dikemukakan diatas, harus dapat
diarahkan pula sedemikian rupa sehingga biaya pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan, yang dalam hal ini adalah biaya pelayanan keperawatan, dapat
memenuhi keempat syarat sub-sistem pembiayaan kesehatan yang baik, yakni
tersedia (available), terjangkau (affordable), efektif (effective) dan efisien
(efficient). Secara singkat peran perawat profesional dalam sistem kesehatan dapat
digambarkan dalam bagan sebagai berikut:










ELEMEN PERAN SUB-SISTEM PELAYANAN SUB-SISTEM
PEMBIAYAAN

PERAWAT KESEHATAN KESEHATAN



1. Pemberi asuhan Tersedia Tersedia

keperawatan

Menyeluruh

Terjangkau

2. Advokat Terpadu Efektif

3. Konselor Berkesinambungan Efisien

4. Pendidik Wajar

5. Koordinator Dapat diterima

6. Kolaborator Dapat dicapai

7. Konsultan Bermutu

8. Pembawa

perubahan



Jika diperhatikan sistem kesehatan sebagaimana yang ditemukan di
Indonesia saat ini, secara jujur haruslah diakui bahwa peran perawat profesional
dalam turut menyempurnakan sub-sistem pelayanan kesehatan dan sub-sistem
pembiayaaan kesehatan belumlah begitu menggembirakan. Penerapan peran
perawat profesional dalam sistem kesehatan masih terbatas hanya pada waktu
berhadapan dengan klien saja. Inipun masih dalam lingkup bangsal-bangsal rumah
sakit.



Banyak faktor yang berperan sebagai penyebab masih rendahnya peran
perawat tersebut. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:

1. Karena terlambatnya pengakuan body of knowledge profesi keperawatan

Untuk Indonesia pengakuan tersebut baru terjadi pada tahun 1985, yakni ketika
Program Studi Ilmu Keperawatan untuk pertama kali dibuka di Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Padahal di banyak negara maju pengakuan
body of knowledge tersebut telah lama ditemukan. Setidak-tidaknya sejak tahun
1869, yakni ketika Florence Nightingale untuk pertama kali memperkenalkan
teori keperawatan yang menekankan pentingnya faktor lingkungan. Dalam
keadaan ini tidak mengherankan jika peran perawat dalam sistem kesehatan
tampak belum menonjol.

2. Karena terlambatnya mengembangkan pendidikan keperawatan profesional

Benar bahwa untuk Indonesia pendidikan keperawatan dalam bentuk Sekolah
Perawat Kesehatan dan/ataupun Akademi Perawat telah lama dikenal. Tetapi
pendidikan keperawatan yang selama ini dilakukan tidak didasarkan pada body of
knowledge profesi keperawatan. Pendidikan keperawatan yang dilaksanakan pada
waktu itu, karena desakan kebutuhan akan tenaga medis, ternyata lebih diarahkan
pada pendidikan asisten dokter. Dalam keadaan ini tidak mengherankan jika peran
perawat dalam sistem kesehatan tampak belum optimal.

3. Karena terlambatnya mengembangkan sistem pelayanan keperawatan
profesional

Jika ditinjau pelbagai masalah profesi keperawatan yang ditemukan pada saat ini,
terlambatnya mengembangkan sistem pelayanan keperawatan dipandang
merupakan masalah yang amat pokok. Karena sampai saat ini harus diakui,
kejelasan pelayanan keperawatan memang belum dimiliki. Tidak hanya yang
menyangkut bentuk praktek keperawatan, tetapi juga kewenangan para
penyelenggaranya. Akibatnya tidak mengherankan jika sampai saat ini, peran
perawat profesional dalam sistem kesehatan tampak belum begitu berarti.

SARAN UNTUK LEBIH MENINGKATKAN PERAN PERAWAT

Menjadari rendahnya peran perawat dalam sistem kesehatan akan
berdampak negatif tidak hanya bagi peningkatan mutu pelayanan keperawatan,
tetapi juga bagi tercapainya tujuan sistem kesehatan secara keseluruhan, maka
pelbagai upaya untuk meningkatkan peran tersebut harus dapat dilakukan. Untuk
ini ada beberapa saran yang dapat diajukan. Untuk tingkat nasional saran yang
dimaksud adalah:

1. Segera lebih mengembangkan pendidikan keperawatan profesional

Pada saat ini pelbagai upaya untuk lebih mengembangkan pendidikan
keperawatan profesional memang sedang dilakukan. Untuk lebih meningkatkan
mutu lulusan pendidikan keperawatan, sedang diupayakan mengkonversi Sekolah
Perawat Kesehatan menjadi Akademi Perawat. Kecuali itu sedang diupayakan
pula peningkatan mutu pendidikan Akademi Perawat. Untuk ini, pemerintah telah
menetapkan peraturan yang mewajibkan setiap Akademi Perawat mempunyai
sekurang-kurangnya enam staf pengajar dengan latar belakang pendidikan Sarjana
Keperawatan. Disamping itu, dalam rangka menambah jumlah lulusan perawat
profesional tingkat sarjana, sedang dilakukan pula upaya untuk menambah jumlah
Fakultas Ilmu Keperawatan. Diharapkan pada tahun akademik 1998/1999 yang
akan datang telah dapat didirikan sekurang-kurangnya enam sampai tujuh
Fakultas Ilmu Keperawatan yang baru.

Selanjutnya, untuk lebih menyempurnakan jenjang pendidikan S-1, sedang
dilakukan pula penyempurnaan dan pengembangan sistem pendidikan yang
selama ini dilaksanakan. Dalam waktu dekat pendidikan S-1 keperawatan akan
dilaksakan dalam dua tahap. Pertama, tahap pendidikan akademik yang ditempuh
selama empat tahun. Lulusan program pendidikan akademik ini akan memperoleh
gelar akademik SARJANA KEPERAWATAN (SKp). Kedua, tahap pendidikan
profesi yang akan ditempuh selama satu tahun. Lulusan program pendidikan
profesi ini akan mendapat sebutan profesi NERS. Untuk terselenggaranya
pendidikan profesi tersebut, program pendidikan magang (mastery learning), yang
pelaksanaannya dilakukan secara rotasi menurut percabangan ilmu keperawatan
klinik, akan segera dilaksanakan.

Untuk hasil yang optimal dari kedua tahap pendidikan ini, sedang disusun pula
rencana pengembangan program pendidikan pascasarjana keperawatan. Untuk
menjamin perkembangan ilmu keperawatan, akan segera dibuka program
pendidikan magister dan doktor ilmu keperawatan. Sedangkan untuk menjamin
terpenuhinya tenaga perawat profesional yang lebih spesialistik, akan segera
dibuka program pendidikan spesialisasi 1 dan spesialis 2 keperawatan.

2. Segera lebih menantapkan sistem pelayanan keperawatan profesional

Pada saat ini upaya untuk lebih memantapkan sistem pelayanan keperawatan
profesional sedang dilakukan. Untuk itu Departemen Kesehatan RI, dengan
bantuan Bank Dunia, sedang menyusun pelbagai ketentuan tentang registrasi,
lisensi, serta sertifikasi praktek keperawatan. Bersamaan dengan itu, Konsorsium
Ilmu-Ilmu Kesehatan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, dengan
bantuan BAPPENAS, juga sedang mengkaji pelbagai model praktek keperawatan.
Dalam kaitan lebih memantapkan sistem pelayanan keperawatan profesional ini,
maka uji coba pelbagai model praktek keperawatan yang telah berhasil
didentifikasi harus dapat segera dilaksanakan. Disamping dipandang perlu pula
untuk segera menyusun pelbagai standar pelayanan keperawatan.

3. Segera lebih menyempurnakan organisasi profesi keperawatan

Menyadari bahwa peranan organisasi profesi sangat menentukan dalam
menetapkan pelbagai peraturan dan kebijakan profesi, maka dipandang perlu
untuk dilakukan penyempurnaan organisasi profesi keperawatan. Untuk tertipnya
hidup dan kehidupan profesi, memang sangat diperlukan peran aktif organisasi
profesi dalam menetapkan pelbagai standar pendidikan dan pelatihan profesi,
pelbagai standar pelayanan profesi, serta pelbagai mekanisme pengawasan praktek
profesi. Atau jika sekiranya upaya menyempurnakan organisasi profesi
keperawatan yang ada saat ini, karena satu dan lain hal, sulit dilakukan, patut
dipertimbangkan mendirikan organisasi profesi keperawatan baru yang lebih
sesuai.

Sedangkan untuk tingkat institusi pelayanan kesehatan, khususnya rumah
sakit, saran yang dapat diajukan antara lain:

1. Segera meningkatkan kemampuan perawat rumah sakit

Jika pendidikan tenaga perawat yang saat dimiliki baru sampai pada tingkat
Sekolah Perawat Kesehatan dianjurkan untuk lebih ditingkatkan menjadi tingkat
Akademi Perawat. Sedangkan jika pendidikan tersebut telah sampai tingkat
Akademi Perawat dianjurkan untuk dapat lebih ditingkatkan menjadi tingkat
Universitas.

2. Segera menyempurnakan sistem pelayanan keperawatan rumah sakit

Untuk lebih meningkatkan peran perawat dalam sistem kesehatan, disarankan
pengelolaan pelayanan keperawatan dapat dilakukan secara terpisah dari
pelayanan medis. Untuk ini dibentuknya satuan organisasi khusus yang
bertanggungjawab mengelola pelayanan keperawatan dipandang amat penting.
Disamping, untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, terutama
dalam menerapkan pelbagai standar pelayanan keperawatan, dipandang perlu pula
membentuk Komite Keperawatan Rumah Sakit.



3. Segera memantapkan sistem pengembangan karier perawat rumah sakit

Untuk lebih meningkatkan peran perawat dalam sistem kesehatan, dipandang
perlu pula untuk segera mengembangkan sistem pengembangan karier tenaga
keperawatan. Pelbagai jenjang jabatan struktural keperawatan di rumah sakit
harus segera dapat diciptakan.

4. Segera mengembangkan sistem imbal jasa pelayanan keperawatan di rumah
sakit

Betapapun terdididiknya tenaga keperawatan, dan/atau baiknya sistem pelayanan
keperawatan yang berlaku, tetapi jika tenaga perawat tersebut tidak mendapatkan
imbal jasa yang layak, tentu saja perawat tidak dapat memainkan perannya dengan
baik, Untuk ini disarankan besarnya gaji yang diterima perawat perlu ditinjau
kembali. Atau jika mungkin dapat diberlakukan pula sistem imbal jasa pelayanan,
sebagaimana yang telah diberlakukan pada tenaga medis.

Diakui untuk dapat terlaksananya pelbagai saran ini, terutama saran untuk
tingkat nasional, tidaklah mudah. Diperlukan dukungan dari pelbagai pihak,
terutama dari pemerintah dalam bentuk dukungan politik dan peraturan
perundang-undangan.

Sesungguhnyalah pada saat ini profesi keperawatan masih merupakan
profesi yang baru di Indonesia. Untuk keberhasilan pelayanan kesehatan di
Indonesia, terutama dalam menghadapi makin ketatnya persaingan dalam era
globalisasi, tidak ada pilihan lain yang dapat dilakukan, kecuali segera
meningkatkan peran perawat tersebut





PENUTUP

Pada saat ini sebagai pengaruh pelbagai faktor, antara lain keterlambatan
pengakuan body of knowledge profesi keperawatan, keterlambatan
mengembangkan pendidikan keperawatan profesional, serta keterlambatan
mengembangkan sistem pelayanan keperawatan profesional, menyebabkan peran
perawat dalam sistem kesehatan di Indonesia tampak masih jauh dari memuaskan.

Menyadari peningkatan peran perawat dalam sistem kesehatan adalah
penting, maka pelbagai upaya untuk meningkatkan peran tersebut harus dapat
dilakukan. Untuk ini banyak saran yang dapat diajukan. Untuk tingkat nasional
saran yang dimaksud adalah segera lebih mengembangkan pendidikan
keperawatan profesional, menantapkan sistem pelayanan keperawatan profesional,
serta menyempurnakan organisasi profesi keperawatan.

Sedangkan untuk tingkat institusi pelayanan, khususnya rumah sakit, saran
yang dimaksud adalah segera meningkatkan kemampuan profesional tenaga
perawat, menyempurnakan sistem pelayanan keperawatan, mengembangkan
sistem pengembangan karier, serta mengembangkan sistem imbal jasa yang layak.




DAFTAR BACAAN



1. Azwar A. Pengantar administrasi kesehatan. Edisi Ketiga. Jakarta: Binarupa
Aksara, 1996.

2. Hamid AY. Peranan perawat dalam menunjang keberhasilan hubungan
dokter-pasien. Kongres Obstetri dan Ginekologi Indonesia IX, Jakarta 27
Nopember 1995.

3. Konsorsium Ilmu-Ilmu Kesehatan DEPDIKBUD RI. Studi penataan fakultas,
jurusan dan program studi bidang ilmu kesehatan. Jakarta: KIK DEPDIKBUD
RI, 1991.

4. Fakultas Ilmu Keperawatan UI. Pendidikan sarjana keperawatan. Jakarta:
FIK-UI, 1997.

Anda mungkin juga menyukai