Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU

BLOK 24
Orthopedi Veteriner
FRAKTUR MANDIBULA
UNIT PEMBELAJARAN 3

Nama
NIM

Disusun oleh :
: Vania Dinaresty
: 10 / 300345 / KH / 06643

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

I.
1.
2.
3.

Learning Objective
Mengetahui cara diagnosa dan penanganan fraktur mandibula.
Mengetahui cara memasang sonde lambung.
Mengetahui nutrisi yang diberikan untuk mendukung kesembuhan.

II. Pembahasan
1. Cara diagnosa dan penanganan fraktur mandibula :
Diagnosa dari fraktur mandibula, antara lain hewan terlihat cemas dan kesakitan
ketika dilakukan pembukaan mulut dan menelan makanan. Saliva keluar lebih banyak dan
berwarna kemerahan jika disertai luka, namun kadang juga tidak mengalami perubahan
jika luka akibat trauma. Krepitasi dan ketidakstabilan dapat terlihat ketika membuka dan
palpasi mulut. Bila terjadi fraktura symphiseal mandibula akan terasa pergerakan pada
sambungan tulang saat dilakukan penekanan atau pemindahan. Ketidakstabilan pada saat
terjadi fraktur tulang lebih terasa pada mandibula dibandingkan maxilla. Pada gigi dapat
dilakukan pemeriksaan secara cermat untuk mendapatkan letak fraktur dengan cara
menggoyang-goyangkan perbagian gigi. Fraktur gabungan seringkali terjadi hingga
menyebabkan tulang hancur (Anonim, 2013).
Radiographi gambaran radiographi dari tulang mandibula dan maxilla sebaiknya
menggunakan lima sudut pandang radiographi yaitu dorsoventral, lateral, right oblique,
left oblique dan intra oral. Kebutuhan lima sudut pandang ini disebabkan oleh adanya
kesulitan untuk melakukan interperetasi akibat adanya berlapis-lapis tulang yang
mengganggu interpretasi. Sehingga mengetahui bentuk tulang secara normal sangat
penting sekali untuk mengetahui perubahan yang terjadi. Bentuk kesimetrisan tulang
merupakan salah faktor yang dapat dijadikan sebagai acuan adanya fraktur. Computed
topographi dapat membantu mengidentifikasi fraktura pada bagian caudal mandibula
disebabkan vertical ramus dan mandibular condylus akan sulit untuk dideteksi pada
radiographi. Pemeriksaan laboratorium yang spesifik tidak dapat memperlihatkan adanya
abnormalitas dari fraktura mandibula dan maxilla (Anonim, 2013).
Terapi dapat dilakukan dengan melakukan operasi. Prosedur operasi yang digunakan
untuk semua bentuk fraktur dan dislokasio adalah system operasi reposisi dan
penyambungan tulang yang standart seperti menggunakan bone wire dan pembalutan otot.
Pada kasus fracture madibula dan maxilla jarang sekali menggunakan bone pining sebagai
gantinya menggunakan bone plate atau fiksator eksternal disebabkan tulang-tulang pada
daerah wajah merupakan tulang-tulang tipis sehingga sangat sulit untuk menerapkan cara
bone pining pada daerah tersebut. Selain itu penerapan bone pining akan menyebabkan
kerusakan atau tidak kembalinya bentuk wajah asli hewan. Prinsip utama yang dilakukan
adalah mengembalikan posisi tulang pada keadaan sebenarnya sebelum dilakukan fiksasi

secara permanen dengan menggunakan bone wire, balutan otot, bone plate dan fiksator
eksternal. Dengan cara demikian maka tulang secara tidak langsung diharapkan untuk
kembali tersambung dan berikatan dengan tulang yang seharusnya bertaut (Anonim,
2013).

2. Cara memasang sonde lambung :


Pemasangan sonde lambung untuk fraktur mandibula dapat menggunakan metode
Pharyngostomy tube. Pemasangan dengan metode ini sulit, jika terkena larynx maka
menimbulkan tersedak dan muntah. Metode ini tidak boleh digunakan apabila esofagus
mengalami gangguan seperti esophagitis, penyempitan esofagus, sehabis melakukan
operasi esofagus, pengeluaran bagian dari esofagus, atau neoplasia esofagus. Keuntungan
dari metode ini adalah ukuran diameternya, yakni sekitar 20 24 Fr yang mana akan
mengakomodasi nutrisi lebih banyak. Namun, untuk pemasangan diperlukan anestesi
umum (Fossum, 2013).

Setelah dilakukan anestesi umum, pasien diposisikan rebah lateral dengan


memperlihatkan posisi yang akan di incisi. Secara aseptik, siapkan area sekitar 4 x 4 cm
pada bagian caudal sudut mandibula. Buka mulut dan tahan dengan spekulum mulut. Ukur
selang ( 16 24 Fr polyvinyl chloride) dari titik masuk hingga ruang intercostal ke-7 atau
ke-8, kemudian beri tanda. Pastikan posisi pemasangan pada mid-esophagous. Posisikan
jari pada pharynx, dekat dasar lidah, kemudian palpasi epiglotis, kartilagi arytenoid, dan
hyoid apparatus. Setelah itu, arahkan jari ke bagian lateral dari leher untuk
mengidentifikasi persimpangan intrapharyngal ostium dan laryngopharynx. Posisi ini
merupakan posisi yang tepat untuk titik keluar pharyngostomy tube. Umumnya, tube
dimasukkan sejauh mungkin ke arah belakang dan dorsal (Fossum, 2013).
Tekan bagian dinding lateral pharynx sehingga bagian yang akan diincisi dapat
terlihat dari luar. Subtitusi bagian tersebut dengan forcep sebagai penanda, kemudian
lakukan incisi selebar 1 2 cm, lakukan hingga forcep dapat terlihat dari luar. Jepit bagian
ujung tube dengan forcep, kemudian masukkan melalui lubang tersebut dan arahkan ke
rongga mulut. Tube kemudian diarahkan secara manual menuju ke esofagus hingga bagian
tube yang telah ditandai. Amankan tube dengan Chinese finger tap suture. Berikan air pada
tube dan tutup dengan syringe 3 ml. Setelah tube tidak digunakan, lepas jahitan, keluarkan
selang dan obati bagian yang diincisi (Fossum, 2013).
3. Nutrisi yang diberikan untuk mendukung kesembuhan :

(Fossum, 2013)

Daftar Pustaka
Anonim.2013.http://web.ipb.ac.id/~bedahradiologi/images/pdf/Fraktura%20Os%20Maxilla
%20dan%20Mandibula.pdf diakses tanggal 4 Juni 2014.

Fossum, Theresa W., et al. 2013. Small Animal Medicine. Forth edition. USA : Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai