Anda di halaman 1dari 116

PENGARUH RASIO-RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN LABA

PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR


DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi

Oleh:
THAUSSIE NURVIGIA DWI PRABOWO PUTRI
206.112.106/FE/AK

Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
JAKARTA
2010

SKRIPSI BERJUDUL
PENGARUH RASIO-RASIO KEUANGAN TERHADAP
PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Dipersiapkan dan disusun oleh :


THAUSSIE NURVIGIA DWI PRABOWO PUTRI
206.112.106/FE/AK
telah dipertahankan di depan Tim Penguji
pada tanggal : 20 April 2010
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Pembimbing

( Drs. SAMIN, MM)


Jakarta, 2010

Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta


Fakultas Ekonomi
Kepala Program Akuntansi

(SATRIA YUDHIA WIJAYA SE, MS.AK)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberi limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini sesuai dengan tujuan dan waktu yang diharapkan
dengan

judul

PERUBAHAN

PENGARUH
LABA

RASIO-RASIO

PADA

KEUANGAN

PERUSAHAAN

TERHADAP

OTOMOTIF

YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA. Penyusunan skripsi ini


dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan skripsi ini banyak
mendapat bantuan dan bimbingan dari semua pihak yang telah memberikan segala
bantuan, dorongan, dan saran dari awal hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu pada kesempatan ini izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima
kasih yang tulus dan penghormatan yang tinggi kepada:
1. Keluarga terutama untuk kedua orang tua tercinta, almarhum papa dan
almarhumah mama yang telah memberikan rasa kasih sayang, kesabaran dan
motivasi. Penulis persembahkan skripsi ini sebagai wujud bakti dan sayang
kepada kalian. Untuk kakak tersayang, terima kasih telah memberikan dukungan,
doa, kasih sayang, semangat dan masukan sehingga dapat terselesaikannya
penulisan skripsi ini.
i

2. Ir. Budiman Djoko Said, MM, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Jakarta.
3. DR. Erna Hernawati, Ak, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
4. Bapak Satria Yudhia Wijaya, SE, MS. Ak selaku Ketua Program S1 Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
5. Drs. Samin, MM selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah dengan penuh
kesabaran dalam meluangkan waktunya dan telah memberikan saran, nasehat,
arahan serta bimbingannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
Veteran

Jakarta

yang

dengan

segala

dedikasinya

telah

memberikan

pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.


7. Keluarga besar Om, Tante, Pakde, Budhe, Kakak-Kakak Sepupu, dan Adik-Adik
Sepupu yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil, selalu
memberikan doa dan kasih sayang, semangat, dorongan serta nasehat sehingga
dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini.
8. Special thanks to Andi Aroef dan keluarga besarnya yang telah memberikan
dukungan, doa, kesabaran, dan ketulusan yang senantiasa membantu penulis
dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

ii

9. Sahabat-sahabat di Surabaya Gizza, Dinda, Dita, dan Yessie beserta keluarga


besarnya yang telah memberikan doa, dukungan, bantuan, masukan, dan nasehat
kepada penulis.
10. Sahabat-sahabat Fika, Zanita, Iken, Erna, Tere, Prisma, Nisa, Thia, Arista, Abhe,
Lanang, Irfan, Putri, Romlih yang telah memberikan dukungan dan doa kepada
penulis selama perkuliahan dan dalam menyelesaikan skripisi ini.
11. Teman-teman di UPN angkatan 2006 khususnya local C dan Teknik Industri 2006
yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang selama ini telah memberikan
bantuan, doa, semangat, dukungan dan saran kepada penulis.
12. Kakak-kakak dan adik-adik di UPN Kak Angga, Kak Aam, Kak Ayu, Kak Icha,
Kak Sha, Vanni, Mbe, Peppi, June, Syela, Ibun dan yang telah memberikan
semangat, bantuan, saran, dan dukungan kepada penulis.
13. Pihak-pihak lain yang tidak sempat disebutkan namanya. Semoga Allah SWT
membalas segala kebaikan kalian. Amin.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.
Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan di masa mendatang dan pengembangan ilmu pengetahuan. Besar
harapan penulis, kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis lain dan para
pembaca.
Jakarta, April 2010

iii

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
ABSTRAK ............................................................................................................ x
BAB I

: PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1


1.2. Perumusan Masalah ............................................................................... 7
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................... 7
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................. 8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 9


2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ........................................................... 9
2.2. Landasan Teori ....................................................................................... 15
2.2.1. Laporan Keuangan ........................................................................... 15
2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ................................................... 15
2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan ......................................................... 17
2.2.1.3. Pemakai Laporan Keuangan ...................................................... 19
2.2.1.4. Jenis Laporan Keuangan ............................................................ 21

iv

2.2.2. Rasio Keuangan ............................................................................... 22


2.2.2.1. Pengertian Rasio Keuangan .................................................... 22
2.2.2.2. Jenis-Jenis Rasio Keuangan .................................................... 23
2.2.3. Laba .................................................................................................. 33
2.2.3.1. Pengertian Laba....................................................................... 33
2.2.3.2. Pelaporan Laba ........................................................................ 34
2.2.3.3. Tujuan Pelaporan Laba ........................................................... 35
2.2.4. Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan terhadap Perubahan Laba ........... 37
2.2.4.1. Pengaruh Current Ratio terhadap Perubahan Laba.................... 37
2.2.4.2. Pengaruh Working Capital to Total Assets terhadap
Perubahan Laba .......................................................................... 39
2.2.4.3. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Perubahan Laba ......... 40
2.2.4.4. Pengaruh Profit Margin terhadap Perubahan Laba.................... 41
2.3. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 42
2.4. Hipotesis................................................................................................. 43

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 44


3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ..................................... 44
3.1.1. Definisi Operasional......................................................................... 44
3.1.2. Pengukuran Variabel ........................................................................ 45
3.2. Teknik Penentuan Sampel ...................................................................... 46
3.3. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 48

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ......................................................... 49


3.4.1. Teknik Analisis ................................................................................ 49
3.4.2. Uji Hipotesis ..................................................................................... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................... 55


4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ................................................................... 55
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ...................................................................... 56
4.2.1. Current Ratio.................................................................................... 56
4.2.2. Working Capital to Total Assets....................................................... 59
4.2.3. Debt to Equity Ratio ......................................................................... 61
4.2.4. Profit Margin.................................................................................... 63
4.2.5. Perubahan Laba ................................................................................ 65
4.3. Analisis Dan Pengujian Hipotesis ......................................................... 67
4.3.1. Analisis Deskriptif............................................................................ 67
4.3.2. Analisis Regresi Berganda .............................................................. 69
4.3.3. Analisis Uji Asumsi Klasik .............................................................. 73
4.3.3.1. Uji Multikolinieritas .................................................................. 73
4.3.3.2. Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 74
4.3.3.3. Uji Autokorelasi ........................................................................ 75
4.3.4. Pengujian Hipotesis ......................................................................... 76
4.3.4.1. Pengujian Menyeluruh atau Simultan (Uji F) ............................ 76
4.3.4.2. Pengujian Individu atau Parsial (Uji t) ...................................... 77
vi

ii

4.3.4.3. Pengujian Koefisien Determinasi (R2) ...................................... 79


4.4. Pembahasan ........................................................................................... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 85


5.1. Kesimpulan ............................................................................................ 85
5.2. Saran ...................................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR
vii

ii

Halaman
Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pemikiran ........................................................ 43

DAFTAR TABEL

viii

ii

Halaman
Tabel 2.1. Matriks Penelitian Terdahulu .............................................................. 12
Tabel 4.1. Nama-Nama Perusahaan Yang Menjadi Obyek Penelitian ..................... 55
Tabel 4.2. Current Ratio ....................................................................................... 57
Tabel 4.3. Working Capital to Total Assets ............................................................ 59
Tabel 4.4. Debt to Equity Ratio ............................................................................. 61
Tabel 4.5. Profit Margin ....................................................................................... 64
Tabel 4.6. Perubahan Laba .................................................................................... 66
Tabel 4.7. Descriptive Statistic .............................................................................. 68
Tabel 4.8. Data untuk Analisis Regresi Berganda .................................................. 70
Tabel 4.9. Hasil Uji Regresi Berganda ................................................................... 71
Tabel 4.10. Hasil Uji Multikolinieritas .................................................................... 73
Tabel 4.11. Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................................ 74
Tabel 4.12. Hasil Uji Autokorelasi .......................................................................... 75
Tabel 4.13. Hasil Uji Hipotesis Secara Simultan ..................................................... 76
Tabel 4.14. Hasil Uji Hiptesis Secara Parcial ........................................................ 77
Tabel 4.15. Hasil Uji Koefisien Determinasi ........................................................... 79

PENGARUH RASIO-RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN LABA


PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
ix

Oleh:
Thaussie Nurvigia Dwi Prabowo Putri
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh rasio-rasio keuangan
terhadap perubahan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode tahun 2004-2008.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini sebagai obyek perusahaan
adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan
periode penelitian tahun 2004 sampai 2008 sebanyak 19 perusahaan, sedangkan yang
dijadikan obyek penelitian (sampel) yaitu sebanyak enam perusahaan. Teknik
penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling. Data diuji
menggunakan analisis korelasi, analisis regresi berganda, dan uji hipotesis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel current ratio (CR), working
capital to total assets (WCTA), debt to equity ratio (DER) dan profit margin (PM)
secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba. Hasil uji
F menghasilkan Fhitung > Ftabel (2.869 > 2.759) dengan tingkat signifikansi 0.044 <
0.05. Secara parsial, current ratio (CR) tidak berpengaruh secara signifikan dan
negatif terhadap perubahan laba. Working capital to total assets (WCTA)
berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap perubahan laba. Debt to equity
ratio (DER) tidak berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap perubahan laba.
Profit margin (PM) berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap perubahan
laba.
Kata Kunci: Perubahan Laba, Current Ratio, Working Capital to Total Assets, Debt
to Equity Ratio, Profit Margin

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perusahaan dapat dikatakan sehat apabila perusahaan dapat bertahan
dalam kondisi ekonomi apapun, yang terlihat dari kemampuannya dalam
memenuhi kewajiban-kewajiban financial dan melaksanakan operasinya dengan
stabil serta dapat menjaga kontinuitas perkembangan usahanya dari waktu ke
waktu. Masyarakat luas pada dasarnya mengukur keberhasilan perusahaan
berdasarkan kemampuan perusahaan yang terlihat dari kinerja manajemen.
Kinerja suatu perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses dengan
mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun salah satu parameter kinerja
tersebut adalah laba.
Laba perusahaan diperlukan untuk kepentingan kelangsungan hidup
perusahaan dan ketidakmampuan perusahaan dalam mendapatkan laba akan
menyebabkan tersingkirnya perusahaan dari perekonomian. Untuk memperoleh
laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasional yang didukung oleh
adanya sumber daya. Laba (penghasilan bersih) adalah kenaikan manfaat
ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau
penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal (Juliana dan
Sulardi, 2003).
1

Laporan laba-rugi, yang didalamnya tercantum laba atau rugi yang


dialami oleh perusahaan merupakan salah satu laporan keuangan utama
perusahaan yang melaporkan hasil kegiatan dalam meraih keuntungan untuk
periode waktu tertentu sedangkan neraca mencantumkan sumber daya
perusahaan. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk
memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang
dicapai oleh perusahaan. Para pelaku bisnis dan pemerintah dalam pengambilan
keputusan ekonomi membutuhkan informasi tentang kondisi dan kinerja
keuangan perusahaan. Dari laporan keuangan, perusahaan dapat memperoleh
informasi tentang performance (kinerja) perusahaan, aliran kas perusahaan dan
informasi lain yang berkaitan dengan laporan keuangan. Oleh karena itu,
analisis laporan keuangan sangat diperlukan untuk memahami informasi laporan
keuangan.
Dalam menganalisis dan menilai kondisi keuangan perusahaan serta
prospek pertumbuhan labanya, ada beberapa teknik analisis yang dapat
digunakan. Salah satu alternatif untuk mengetahui apakah informasi keuangan
yang dihasilkan dapat bermanfaat untuk memprediksi pertumbuhan laba,
termasuk kondisi keuangan di masa depan adalah dengan melakukan analisis
rasio keuangan. Analisis rasio adalah salah satu cara pemrosesan dan
penginterprestasikan informasi akuntansi yang dinyatakan dalam artian relatif
maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu
dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan (Suhardito dkk,2000).

Rasio keuangan sering digunakan untuk mengukur kekuatan atau kelemahan


yang dihadapi perusahaan di bidang keuangan yang pada dasarnya tidak hanya
berguna bagi kepentingan intern perusahaan, melainkan juga bagi pihak
eksternal. Selain itu, rasio keuangan dapat dipakai sebagai sistem peringatan
awal (early warning system) terhadap kemunduran kondisi keuangan dari suatu
perusahaan. Dengan rasio keuangan, investor dapat dibimbing untuk membuat
keputusan atau perimbangan tentang apa yang akan dicapai oleh perusahaan dan
bagaimana prospek yang akan dihadapi di masa yang akan datang.
Seperangkat laporan keuangan utama belum dapat memberi manfaat
maksimal bagi pemakai sebelum pemakai menganalisis laporan keuangan
tersebut lebih lanjut dalam bentuk analisis laporan keuangan yang didalamnya
termasuk analisis terhadap rasio-rasio keuangan. Analisis laporan keuangan
mencurahkan perhatian kepada penghitungan rasio agar dapat mengevaluasi
keadaan financial masa lalu, sekarang, dan memproyeksikan hasil atau laba
yang akan datang. Analisis ini dilakukan dengan mengukur hubungan antara
unsur-unsur

tersebut

dari

tahun

ke

tahun

untuk

mengetahui

arah

perkembangannya.
Pesatnya perkembangan yang terjadi dalam penyusunan teori akuntansi
telah mendorong dilakukannya studi-studi akuntansi yang menghubungkan
rasio keuangan dengan fenomena-fenomena akuntansi tertentu, dengan harapan
akan dapat ditemukan berbagai kegunaan objektif rasio keuangan. Salah satu
fenomena-fenomena akuntansi yang terjadi yaitu yang terjadi pada PT. Adira

Dinamika Multifinance Tbk. Perusahaan tersebut merupakan salah satu


perusahaan yang berpotensi meraih keuntungan ditengah minimnya likuiditas di
industri multifinance. Hal ini disebabkan karena PT. Adira mendapat sokongan
dana dari PT. Bank Danamon Tbk. Per Desember 2008 Bank menyuntik 89 %
kebutuhan dana PT. Adira yang mencapai Rp 16,9 triliun. Suntikan diberikan
melalui fasilitas pembiayaan bersama, 99 % ditanggung Bank Danamon dan 1
% ditanggung PT. Adira. Hal ini menguntungkan karena pendanaan Bank
Danamon tidak tercatat dalam akun utang PT. Adira dan ini menyebabkan rasio
utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) PT. Adira menjadi relatif kecil,
tercatat 0,43 kali pada tahun 2008 dibandingkan dengan batasan maksimal 10
kali. Dengan begitu, per 31 Desember 2008 PT. Adira hanya mencatat utang
bank Rp 96 miliar dan utang obligasi Rp 750 miliar. Padahal, piutang PT. Adira
dari aktivitas pembiayaannya Rp 17 triliun.
Kekuatan prediksi rasio keuangan dalam memprediksi laba selama ini
memang sangat berguna dalam menilai performance (kinerja) perusahaan di
masa mendatang. Kekuatan prediksi rasio keuangan ditemukan secara berbeda
oleh beberapa peneliti. Peneliti yang mengatakan bahwa Current Ratio
berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba adalah Meriewaty dan Setyani
(2005) dengan menggunakan sampel perusahaan di industri food and beverages
yang terdaftar di BEJ. Sedangkan peneliti yang mengatakan tidak berpengaruh
adalah Juliana dan Sulardi (2003) dengan sampel perusahaan manufaktur yang
go public di BEJ, Takarini dan Ekawati (2003) yang menggunakan sampel

perusahaan manufaktur di pasar modal Indonesia dan Hermanto (2007) dengan


sampel perusahaan go public di BEJ.
Penelitian mengenai pengaruh Working Capital to Total Assets terhadap
perubahan laba ditemukan oleh Warsidi dan Pramuka (2000) dengan
menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dan oleh
Takarini dan Ekawati (2003). Sedangkan penelitian yang mengemukakan
bahwa tidak adanya pengaruh antara Working Capital to Total Assets adalah
penelitian Meriewaty dan Setyani (2005).
Penelitian Hermanto (2007) dan penelitian Suhardito dkk (2000) yang
menggunakan sampel perusahaan emiten dan industri perbankan di PT. BES
menunjukkan bahwa adanya pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap perubahan
laba. Sedangkan penelitian Juliana dan Sulardi (2003) menyatakan bahwa tidak
ada pengaruh antara Debt to Equity Ratio terhadap perubahan laba.
Penelitian mengenai pengaruh Profit Margin terhadap perubahan laba
dilakukan oleh Takarini dan Ekawati (2003) dengan hasil yang menunjukkan
adanya pengaruh diantara kedua variabel tersebut. Sedangkan yang mengatakan
tidak berpengaruh adalah penelitian Juliana dan Sulardi (2003).
Dengan tidak konsistennya penelitian-penelitian yang telah dilakukan
tersebut, penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian lebih lanjut
temuan-temuan empiris mengenai rasio keuangan, khususnya yang menyangkut
kegunaannya dalam memprediksi perubahan laba di masa yang akan datang.
Jika rasio keuangan dapat dijadikan sebagai prediktor perubahan laba di masa

yang akan datang, temuan ini tentu merupakan pengetahuan yang cukup
berguna bagi para pemakai laporan keuangan yang secara real maupun
potensial berkepentingan dengan suatu perusahaan. Sebaliknya, jika rasio
keuangan ternyata tidak cukup signifikan dalam memprediksi perubahan laba di
masa yang akan datang, hasil penelitian ini akan memperkuat bukti tentang
inkonsistensi temuan-temuan empiris sebelumnya.
Penelitian ini mengacu kepada penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh Suhardito dkk (2000) dan Takarini dan Ekawati (2003).
Perbedaan penelitian ini dibandingkan dengan yang dilakukan Suhardito (2000)
dan Takarini dan Ekawati (2003) terletak pada rasio-rasio keuangan yang
dianalisis didalam penelitian ini berjumlah 4, sedangkan jumlah rasio keuangan
yang dianalisis Suhardito (2000) adalah sebanyak 11 dan Takarini dan Ekawati
(2003) sebanyak 18 rasio keuangan. Perbedaan yang terakhir yaitu sampel
penelitian dan lamanya periode penelitian. Penelitian Suhardito (2000)
menggunakan sampel pada emiten dan industri perbankan di Bursa Efek
Surabaya selama empat tahun (1995-1998) dan sampel penelitian Takarini dan
Ekawati (2003) adalah perusahaan manufaktur di Pasar Modal Indonesia selama
empat tahun (1997-2000). Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan otomotif di Bursa Efek Indonesia dan periode penelitian selama
lima tahun (2004-2008).
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini berjudul PENGARUH
RASIO-RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA

PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK


INDONESIA.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, masalah
yang diidentifikasi dalam penelitian ini terbatas pada:
a. Apakah Current Ratio, Working Capital to Total Assets, Debt to Equity
Ratio, dan Profit Margin secara simultan berpengaruh terhadap perubahan
laba?
b. Apakah Current Ratio, Working Capital to Total Assets, Debt to Equity
Ratio, dan Profit Margin secara parsial berpengaruh terhadap perubahan
laba?

1.3. Tujuan Penelitian


Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Untuk menguji secara empiris pengaruh Current Ratio, Working Capital to
Total Assets, Debt to Equity Ratio, Profit Margin terhadap perubahan laba
secara simultan.
b. Untuk menguji secara empiris pengaruh Current Ratio, Working Capital to
Total Assets, Debt to Equity Ratio, Profit Margin terhadap perubahan laba
secara parsial.

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini adalah :
a. Bagi Peneliti
Dapat digunakan untuk lebih memperdalam pengetahuan mengenai
kegunaan rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba.
b. Bagi Pemakai Laporan Keuangan
Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan.
c. Bagi Akademisi
Dapat digunakan sebagai bahan literatur dan referensi dalam melakukan
penelitian selanjutnya mengenai kegunaan prediktif rasio keuangan terhadap
perubahan laba di masa yang akan datang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu


Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan analisis rasio
keuangan yang berpengaruh dalam perubahan laba diantaranya dikutip dari
beberapa sumber. Penelitian mengenai perubahan laba antara lain:
a. Suhardito dkk (2000) melakukan penelitian tentang analisis kegunaan rasiorasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba. Variabel bebas
(independent) yang digunakan berjumlah 11 rasio keuangan emiten dan 19
rasio keuangan industri perbankan. Sampel dari penelitian ini adalah 70
perusahaan emiten dan 13 industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Surabaya selama kurun waktu 1995-1998. Teknik analisis kuantitatif yang
digunakan adalah teknik analisis regresi dengan metode pangkat dua terkecil
biasa atau OLS (Ordinary Least Squares). Hasil dari penelitian adalah
Capital Ratio, Primary Ratio, Gross Profit Margin, dan Return On Equity
mampu memprediksikan perubahan laba pada industri perbankan.
Sedangkan rasio-rasio keuangan emiten tidak mampu memprediksikan
perubahan laba.
b. Warsidi dan Pramuka (2000) yang menguji kegunaan rasio keuangan dalam
memprediksi perubahan laba di masa yang akan datang. Pengujian ini
dilakukan

dengan

menggunakan
9

sampel

sebanyak

54

perusahaan

10

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1993-1997.


Jumlah rasio keuangan yang dianalisis sebanyak 49 rasio. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tujuh rasio keuangan terbukti signifikan untuk
digunakan sebagai prediktor laba satu tahun yang akan datang, lima rasio
keuangan signifikan untuk digunakan sebagai prediktor laba dua tahun yang
akan datang, dan untuk tiga tahun hanya dua rasio yang signifikan.
c. Juliana dan Sulardi (2003) yang meneliti mengenai manfaat rasio keuangan
dalam memprediksi perubahan laba, membuktikan bahwa secara serempak
rasio keuangan mampu memprediksikan perubahan laba. Sementara secara
parsial, hanya rasio gross profit margin dan operating profit margin yang
mampu memprediksi perubahan laba. Sampel dari penelitian ini adalah
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang menerbitkan laporan
keuangan untuk tahun 1998-2000. Sampel yang digunakan sebanyak 52
perusahaan. Penelitian menggunakan analisis regresi linier berganda
(Multiple Regression Analysis). Variabel yang diuji dalam penelitian ini
berjumlah tiga, yaitu perubahan laba sebagai variabel dependen, rasio
keuangan (Curent Ratio, Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Net
Profit Margin, Debt to Equity, Inventory Turnover, Total Assets Turnover,
Return on Investment, Return on Equity, dan Leverage Ratio) sebagai
variabel independen, dan ukuran perusahaan sebagai variabel moderating.
d. Takarini dan Ekawati (2003) melakukan penelitian tentang analisis rasio
keuangan dalam memprediksi perubahan laba terhadap 42 perusahaan

11

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1997-2000.


Delapan belas (18) rasio keuangan digunakan sebagai variabel independen
dalam penelitian ini. Logit model (Regression Logistic) merupakan metode
analisis data penelitian. Hasil analisis data mengemukakan bahwa hasil
penelitian untuk satu tahun ke depan menunjukkan rasio CLE (Current
Liabilities to Equity), WCTA (Working Capital to Total Assets), ROE
(Return on Eqiuty), dan NPM (Net Profit Margin). Untuk prediksi dua tahun
ke depan, yaitu rasio NWS (Net Worth to Sales).
e. Meriewaty dan Setyani (2005) melakukan penelitian tentang analisis rasio
keuangan terhadap perubahan kinerja pada perusahaan. Sampel diambil dari
perusahaan di industri food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta dengan periode penelitian dari tahun 1999-2003. Jumlah perusahaan
yang digunakan sebanyak 20 perusahaan. Model statistik digunakan dalam
penelitian ini untuk menguji tingkat signifikan rasio keuangan terhadap
perubahan kinerja. Variabel independen di penelitian ini berjumlah 14 rasio
sedangkan variabel dependennya berjumlah dua yaitu Earning After Tax dan
Operating Profit. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa rasio keuangan
yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan kinerja (untuk EAT)
adalah rasio Total Debt to Total Capital Assets, Total Assets Turnover, dan
Return on Investment. Kemudian rasio keuangan yang berpengaruh
signifikan terhadap perubahan kinerja (untuk OP) adalah Current Ratio.

12

f. Hermanto (2007) meneliti pengaruh sistem informasi dan rasio keuangan


terhadap perubahan laba. Peran sistem informasi dan sembilan rasio
keuangan digunakan sebagai variabel independen. Sedangkan variabel
dependennya adalah perubahan laba. Sampel penelitian ini untuk variabel
peranan sistem informasi adalah manajer departemen sistem informasi serta
non-sistem informasi, dan untuk variabel rasio keuangan adalah perusahaan
go-public di Bursa Efek Jakarta periode tahun 1994-2003. Model pengujian
yang digunakan adalah regresi berganda (Multiple Regression). Hasil dari
penelitian tersebut adalah peranan sistem informasi dan rasio keuangan
Cash to Total Debt, Total Debt to Total Equity, Equity to Earning Before
Tax, Net Income to Equity, dan Sales to Fixed Asset berpengaruh terhadap
perubahan laba setahun ke depan.

Tabel 2.1
Matrix Penelitian Terdahulu
No.
1.

Nama Peneliti
Suhardito dkk
(2000)

Variabel
Variabel Independen:
Rasio keuangan emiten:
CR, QR, cash ratio, debt
ratio, DER, debt to
tangible net worth,
operating cash flow per
total debt ratio, ROA,
ROAA, ROI, ROE
Rasio keuangan industri
perbankan:
Investing policy ratio,
QR, banking ratio, loan

Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian adalah
Capital Ratio, Primary Ratio,
Gross Profit Margin, dan
Return On Equity mampu
memprediksikan perubahan
laba pada industri perbankan.
Sedangkan rasio-rasio keuangan
emiten tidak mampu
memprediksikan perubahan
laba.

13

to asset ratio, liquidity


risk, cash ratio,
allowance to total loan
ratio, primary ratio, risk
asset ratio, capital ratio,
CAR I, CAR II, deposit
risk ratio, GPM, NPM,
ROE, gross yield on
total assets, ROA, rate
of return on loan
Variabel Dependen:
Perubahan Laba
2.

Warsidi dan
Pramuka (2000)

Variabel Independen:
49 Rasio keuangan
Variabel Dependen:
Perubahan Laba

3.

Juliana dan
Sulardi (2003)

Variabel Independen:
CR, GPM, OPM, NPM,
DER, ITO, TATO, ROI,
ROE, dan Leverage
Ratio
Variabel Dependen:
Perubahan Laba

4.

Takarini dan
Ekawati (2003)

Variabel Independen:
TLTA, NWTLFA, CLI,
CLE, OITL, CR, QR,
CFTL, CFCL, WCTA,
STA, INWC, QAI,
NWS, NPM, ROA,

Hasil penelitian menunjukkan


bahwa tujuh rasio keuangan
terbukti signifikan untuk
digunakan sebagai prediktor
laba satu tahun yang akan
datang, lima rasio keuangan
signifikan untuk digunakan
sebagai prediktor laba dua
tahun yang akan datang, dan
untuk tiga tahun hanya dua
rasio yang signifikan.
Hasil penelitian membuktikan
bahwa secara serempak rasio
keuangan mampu
memprediksikan perubahan
laba. Sementara secara parsial,
hanya rasio gross profit margin
dan operating profit margin
yang mampu memprediksi
perubahan laba.
Hasil analisis data
mengemukakan bahwa hasil
penelitian untuk satu tahun ke
depan menunjukkan rasio CLE
(Current Liabilities to Equity),
WCTA (Working Capital to

14

ROE, dan RETA.


Variabel Dependen:
Perubahan Laba

5.

Meriewaty dan
Setyani (2005)

Variabel Independen:
CR, QR, WCTA, DER,
debt to total capital
assets ratio, long term
debt to equity ratio,
TATO, ITO, average
days inventory ratio,
WCTO, GPM, NPM,
ROI, dan ROE.
Variabel Dependen:
EAT dan OP

6.

Hermanto
(2007)

Variabel Independen:
Peran sistem informasi,
cash to total debt,
current asset to current
liabilities, inventory to
sales, total debt to
equity, total assets to net
income, equity to EBIT,
net income to equity,
sales to fixed assets, dan
sales to total assets.
Variabel Dependen:
Perubahan Laba

Total Assets), ROE (Return on


Eqiuty), dan NPM (Net Profit
Margin). Untuk prediksi dua
tahun ke depan, yaitu rasio
NWS (Net Worth to Sales).
Hasil uji statistik menunjukkan
bahwa rasio keuangan yang
berpengaruh signifikan terhadap
perubahan kinerja (untuk EAT)
adalah rasio Total Debt to Total
Capital Assets, Total Assets
Turnover, dan Return on
Investment. Kemudian rasio
keuangan yang berpengaruh
signifikan terhadap perubahan
kinerja (untuk OP) adalah
Current Ratio.
Hasil dari penelitian tersebut
adalah peranan sistem informasi
dan rasio keuangan Cash to
Total Debt, Total Debt to Total
Equity, Equity to Earning
Before Tax, Net Income to
Equity, dan Sales to Fixed Asset
berpengaruh terhadap
perubahan laba setahun ke
depan.

15

2.2. Landasan Teori


2.2.1. Laporan Keuangan
2.2.1.1. Pengertian laporan Keuangan
Laporan keuangan diperoleh dari proses berjalannya sistem
akuntansi. Akuntansi atau Accounting merupakan bahasa bisnis yang dapat
memberikan informasi tentang kondisi bisnis dan hasil usaha pada suatu
waktu atau periode tertentu. Laporan keuangan yang dihasilkan dari sistem
atau proses akuntansi tidak dapat dibuat secara mudah, tetapi harus dibuat
dan disusun sesuai dengan aturan atau standar yang berlaku. Hal ini perlu
dilakukan agar laporan keuangan mudah dibaca dan dimengerti.
Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan digunakan
sebagai alat penguji dari pekerjaan pembukuan, tetapi untuk selanjutnya
laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai
dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan
agar pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil suatu keputusan.
Dalam hal laporan keuangan, kewajiban setiap perusahaan adalah untuk
membuat dan melaporkan keuangan perusahaannya pada suatu periode
tertentu. Hal yang dilaporkan kemudian dianalisis untuk dapat diketahui
kondisi dan posisi perusahaan terkini. Laporan keuangan juga menentukan
langkah apa yang dilakukan perusahaan sekarang dan ke depan, dengan
melihat berbagai persoalan yang ada baik kelemahan maupun kekuatan yang
dimiliki perusahaan.

16

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:03:07) mendefinisikan


laporan keuangan sebagai berikut:
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan labarugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus
dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan
bagian integral dari laporan keuangan.
Menurut Kasmir (2009:07), laporan keuangan adalah laporan yang
menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu
periode tertentu.
Menurut Harahap (2006:105), laporan keuangan menggambarkan
kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau
jangka waktu.
Menurut Juliana dan Sulardi (2003), laporan keuangan didefinisikan
sebagai berikut:
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang
bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan yang bermanfaat besar bagi pemakai
dalam pengambilan keputusan.
Munawir (2004:02) mendefinisikan laporan keuangan sebagai
berikut:
Pada dasarnya laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan
dan aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan
dengan data atau aktivitas perusahan tersebut.

17

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa


laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang berupa
data keuangan dan aktivitas dari suatu perusahaan yang bertujuan untuk
memberi gambaran mengenai kondisi keuangan, hasil usaha, serta kinerja
perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.

2.2.1.2.

Tujuan Laporan Keuangan


Secara umum, laporan keuangan bertujuan untuk memberikan
informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada
periode tertentu. Laporan keuangan mampu memberikan informasi
keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan yang memiliki
kepentingan terhadap perusahaan.
Ikatan Akuntan Indonesia No. 01 (2007:05:1.2) merumuskan tujuan
laporan keuangan adalah menyediakan informasi tentang posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepada manajemen. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,
suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang
meliputi:

18

a. Aktiva merupakan harta atau kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan,


baik pada saat tertentu maupun periode tertentu.
b. Kewajiban merupakan utang kepada pihak lain yang timbul karena
memperoleh pinjaman (kredit) atau karena pembelian suatu barang atau
jasa yang pembayarannya dilakukan secara angsuran.
c. Ekuitas merupakan hak yang dimiliki oleh perusahaan.
d. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian.
Pendapatan merupakan hasil dari penjualan barang atau jasa yang
dibebankan kepada langganan atau yang menerima jasa.
Beban merupakan semua biaya yang telah dikenakan dan dapat
dikurangkan pada penghasilan.
Keuntungan dan kerugian adalah naiknya dan turunnya nilai ekuitas dari
transaksi yang sifatnya insindentil dan bukan kegiatan utama entitas dan
dari transaksi kejadian lainnya yang mempengaruhi entitas selama satu
periode tertentu.
e. Arus kas merupakan aliran penerimaan dan pengeluaran kas atau setara
kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu.
Dengan memperoleh laporan keuangan, suatu perusahaan akan dapat
mengetahui kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh. Laporan
keuangan tidak hanya untuk dibaca tetapi juga untuk dimengerti dan
dipahami mengenai posisi keuangan perusahaan saat ini.

19

2.2.1.3.

Pemakai Laporan Keuangan


Laporan keuangan disusun berdasarkan berbagai tujuan. Tujuan
utamanya adalah untuk kepentingan pemilik dan manajemen perusahaan
serta

memberikan informasi

kepada

berbagai

pihak yang

sangat

berkepentingan terhadap perusahaan. Hal ini berarti, pembuatan dan


penyusunan laporan keuangan ditujukan untuk memenuhi kepentingan
berbagai pihak, baik pihak intern maupun ekstern perusahaan. Pihak yang
paling berkepentingan adalah pemilik usaha dan manajemen. Yang
dimaksud dengan pihak luar adalah pihak yang mempunyai hubungan baik
langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan. Masing-masing
pihak memiliki kepentingan tersendiri tergantung dari sudut pandang.
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan terdiri
dari (Kasmir, 2009:18):
a. Pemilik atau Pemegang Saham
Pemilik adalah pihak yang memiliki usaha. Hal ini tercermin dari
kepemilikan saham yang dimilikinya. Pemilik atau pemegang saham
berkepentingan untuk melihat kondisi dan posisi perusahaan, untuk
mengetahui perkembangan dan kemajuan perusahaan dalam suatu
periode serta menilai kinerja manajemen atas target yang telah
ditetapkan.

20

b. Manajemen
Bagi

pihak

manajemen,

laporan

keuangan yang

dibuat

merupakan cermin kinerja dalam suatu periode tertentu. Nilai penting


laporan keuangan bagi manajemen adalah alat untuk menilai dan
mengevaluasi kinerja dalam pencapaian target dan tujuan yang telah
ditetapkan dalam suatu periode serta untuk melihat kemampuan
manajemen mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki perusahaan.
c. Kreditor
Kreditor adalah pihak penyandang dana bagi perusahaan, seperti
bank atau lembaga keuangan lainnya. Bagi perusahaan yang telah
mendapat pinjaman, laporan keuangan dapat menyajikan informasi
tentang penggunaan dana yang diberikan serta kondisi keuangan seperti
likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas perusahaan. Bagi perusahaan
calon debitur, laporan keuangan dapat menjadi sumber informasi untuk
menilai kelayakan perusahaan untuk menerima kredit yang akan
diberikan.
d. Pemerintah
Arti penting laporan keuangan bagi pihak pemerintah adalah
untuk menilai kejujuran perusahaan dalam melaporkan seluruh
keuangan perusahaan yang sesungguhnya dan untuk mengetahui
kewajiban perusahaan terhadap negara termasuk jumlah pajak yang
harus dibayar kepada negara.

21

e. Investor
Investor adalah pihak yang akan menanamkan dana di suatu
perusahaan. Dengan laporan keuangan, investor dapat melihat prospek
atau keuntungan yang akan diperoleh (dividen) serta perkembangan nilai
saham ke depan. Dengan begitu, investor dapat mengambil keputusan
untuk membeli saham atau tidak.

2.2.1.4.

Jenis Laporan Keuangan


Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan terdiri dari beberapa
jenis tergantung dari maksud dan tujuan pembuatan laporan keuangan.
Dalam prakteknya, perusahaan diharuskan untuk menyusun beberapa jenis
laporan keuangan yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan,
terutama untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan pihak
lain. Laporan keuangan utama menurut IAI (2007:07:1.3) terdiri dari:
a. Neraca
Neraca atau disebut juga posisi keuangan menggambarkan posisi
keuangan (harta, utang, dan modal) perusahaan dalam suatu tanggal
tertentu.
b. Laporan Laba-Rugi
Laporan laba-rugi melaporkan seluruh hasil dan biaya untuk
mendapatkan hasil dan laba (rugi) perusahaan selama suatu periode
tertentu.

22

c. Laporan Perubahan Ekuitas


Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan yang berisi jumlah dan
jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Laporan ini akan dibuat apabila
terjadi perubahan modal.
d. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas melaporkan jumlah kas yang dihasilkan dan digunakan
oleh perusahaan melalui tiga tipe aktivitas yaitu operasi, investasi, dan
pendanaan.
e. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang memberikan
informasi apabila terdapat laporan keuangan yang memerlukan
penjelasan tertentu.

2.2.2. Rasio Keuangan


2.2.2.1. Pengertian Rasio Keuangan
Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis
kelemahan dan kekuatan financial akan sangat membantu dalam menilai
prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang. Dengan
analisis keuangan, dapat diketahui kekuatan serta kelemahan yang dimiliki
oleh seorang Business Enterprises. Rasio dapat memberikan indikasi apakah
perusahaan masih memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban
financialnya, besarnya piutang yang cukup rasional, efisiensi manajemen

23

persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik, dan struktur


modal yang sehat sehingga tujuan memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham dapat dicapai.
Menurut Harahap (2006:297), rasio keuangan adalah angka yang
diperoleh dari hasil perbandingan satu pos laporan keuangan dengan pos
lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).
Menurut Horne (Kasmir;2009:104), mendefinisikan rasio keuangan
adalah sebagai berikut:
Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka
akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka yang
lainnya dalam satu periode maupun beberapa periode.
Menurut Brigham dan Houston (2006:94), rasio keuangan dirancang
untuk membantu dalam mengevaluasi suatu laporan keuangan.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa rasio
keuangan adalah indeks yang mempunyai hubungan relevan dan signifikan
antara dua angka dalam pos-pos laporan keuangan dengan membandingkan
angka-angka tersebut dalam satu periode atau beberapa periode dalam
rangka membantu mengevaluasi suatu laporan keuangan.

2.2.2.2. Jenis-Jenis Rasio Keuangan


Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan
rasio keuangan dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Setiap
rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. Kemudian,

24

setiap hasil rasio yang diukur diinterpretasikan sehingga menjadi berarti


bagi pengambilan keputusan.
Menurut Kasmir (2009:127), jenis rasio keuangan terdiri dari
sebagai berikut:
a. Rasio Likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Jenis-jenis dari
rasio likuiditas antara lain:
1) Rasio Lancar (Current Ratio) merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek
atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara
keseluruhan.
2) Rasio Cepat (Quick Ratio) merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban
atau utang lancar dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai
persediaan.
3) Rasio Kas (Cash Ratio) merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar
utang.
4) Rasio Perputaran Kas merupakan rasio yang mengukur tingkat
kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk
membayar tagihan dan membiayai penjualan.

25

5) Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan


untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan
yang ada dengan modal kerja perusahaan.
b. Rasio Solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Jenis-jenis rasio
solvabilitas antara lain:
1) Debt Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dengan total aktiva.
2) Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai
utang dengan ekuitas.
3) Long Term Debt to Equity Ratio merupakan rasio antara utang
jangka panjang dengan modal sendiri.
4) Times Interest Earned merupakan rasio untuk mencari jumlah kali
perolehan bunga.
5) Fixed Charge Coverage merupakan rasio yang dilakukan apabila
perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva
berdasarkan kontrak sewa (lease contract).
c. Rasio Aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan,
persediaan, penagihan piutang, dan lainnya) atau rasio untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Jenis-jenis rasio aktivitas antara lain:

26

1) Perputaran Piutang merupakan rasio yang digunakan untuk


mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau
berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini akan berputar
dalam satu periode.
2) Perputaran Persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan ini
berputar dalam suatu periode.
3) Perputaran Modal Kerja merupakan salah satu rasio untuk mengukur
atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode
tertentu.
4) Fixed Assets Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap
berputar dalam satu periode.
5) Total Assets Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan
mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah
aktiva.
d. Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode
tertentu. Jenis-jenis rasio profitabilitas antara lain:
1) Profit Margin on Sales merupakan salah satu rasio yang digunakan
untuk mengukur margin laba atas penjualan.

27

2) Return on Investment merupakan rasio yang menunjukkan hasil


(return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan.
3) Return on Equity merupakan rasio untuk mengukur laba bersih
sesudah pajak dengan modal sendiri.
4) Laba Per Lembar Saham Biasa merupakan rasio untuk mengukur
keberhasilan

manajemen

dalam

mencapai

keuntungan

bagi

pemegang saham.

Berdasarkan jenis-jenis rasio keuangan diatas, terdapat tiga rasio


keuangan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Rasio Likuiditas
Penyebab utama kejadian kekurangan dan ketidakmampuan
perusahaan untuk membayar kewajibannya adalah akibat kelalaian
manajemen perusahaan dalam menjalankan usahanya dan perusahaan
yang tidak memiliki cukup dana untuk menutupi utang yang jatuh
tempo. Kemudian, sebab lainnya adalah sebelumnya pihak manajemen
perusahaan tidak menghitung rasio yang diberikan sehingga tidak
mengetahui kondisi perusahaan yang dalam keadaan tidak mampu lagi
karena nilai utangnya lebih tinggi dari aktiva lancarnya. Analisis
keuangan yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk
membayar utang atau kewajibannya dikenal dengan nama analisis rasio
likuiditas.

28

Menurut Kasmir (2009:129), rasio likuiditas diartikan sebagai


berikut:
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Fungsi rasio
likuiditas adalah untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo, baik
kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun didalam perusahaan.
Rasio likuiditas atau sering disebut sebagai rasio modal kerja yang
merupakan rasio untuk mengukur seberapa likuidnya suatu
perusahaan.
Jenis rasio likuiditas yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar atau current ratio (CR) merupakan rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih
secara keseluruhan. Rasio lancar dapat dikatakan sebagai bentuk
untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu
perusahaan.
Rumus untuk mencari rasio lancar atau current ratio dapat
digunakan sebagai berikut:

Current Ratio =

Current Assets
Current Liabilities

Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah,


dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar
utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, kondisi

29

perusahaan belum dapat dikatakan baik, hal ini dapat terjadi karena
tidak adanya penggunaan kas dengan sebaik mungkin.
2) Working Capital to Total Assets Ratio
Working capital to total assets ratio adalah ukuran bersih
pada aktiva lancar perusahaan terhadap modal perusahaan. Modal
kerja bersih adalah selisih antara aktiva lancar dikurangi hutang
lancar. Karakteristik likuiditas benar-benar ditentukan secara jelas
dikarenakan sebuah perusahaan yang mengalami kerugian operasi
yang terus menerus akan menyusutkan aktiva lancar sehubungan
dengan total aktiva. Diantara penilaian terhadap rasio likuiditas,
rasio ini terbukti paling berharga. Rasio ini dapat juga digunakan
sebagai alat diskriminan dalam menentukan suatu kebangkrutan.
Working capital to total assets ratio (WCTA) merupakan
likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja. Rumus yang dapat
digunakan untuk menghitung Working Capital to Total Assets Ratio
adalah sebagai berikut:
Working Capital to Total Assets =

Current Assets - Current Liabilities


Total Assets

Rendahnya rasio working capital to total assets disebabkan


karena suatu perusahaan yang mengalami kerugian operasional

30

secara terus menerus yang nantinya akan mengurangi aktiva lancar


yang berkaitan dengan total aktiva.
b. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)
Untuk menjalankan operasinya setiap perusahaan memiliki
berbagai kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana agar
perusahaan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dalam mendanai
usahanya, perusahaan memiliki beberapa sumber dana. Sumber-sumber
dana yang dapat diperoleh adalah pinjaman atau modal sendiri.
Setiap sumber dana memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing. Oleh karena itu, dengan adanya kelebihan dan kekurangan
masing-masing dana maka perlu disiasati agar dapat saling menunjang.
Keputusan untuk memilih menggunakan modal sendiri atau modal
pinjaman harus digunakan beberapa perhitungan yang matang.
Perhitungan tersebut dikenal dengan nama rasio solvabilitas.
Menurut Kasmir (2009:151), rasio solvabilitas diartikan sebagai
berikut:
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Ini berarti
besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai
kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal
sendiri.
Rasio solvabilitas yang tinggi akan berdampak timbulnya resiko
kerugian yang lebih besar, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa
ada kesempatan untuk memperoleh laba yang besar. Sebaliknya, rasio

31

solvabilitas yang rendah akan mempunyai resiko kerugian lebih kecil


dan mengakibatkan rendahnya tingkat hasil pengembalian (return) pada
saat perekonomian tinggi.
Rasio solvabilitas yang digunakan adalah Debt to Equity Ratio
(DER). Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai
utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana
yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan atau
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
untuk jaminan utang.
Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah
sebagai berikut:
Debt to Equity Ratio =

Total Liabilities
Equity

Semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya dengan rasio


yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik
dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi
kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini memberikan
petunjuk umum tentang kelayakan dan resiko keuangan perusahaan.
c. Rasio Profitabilitas
Tujuan akhir yang ingin dicapai perusahaan adalah memperoleh
laba atau keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang
maksimal

seperti

yang

telah

ditargetkan,

perusahaan

dapat

32

mensejahterahkan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu produk


dan melakukan investasi baru. Untuk mengukur tingkat keuntungan
suatu perusahaan, digunakan rasio profitabilitas.
Menurut Kasmir (2009:196), mengartikan rasio profitabilitas
sebagai berikut:
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini dapat juga
memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan.
Hal ini ditunjukkan oleh adanya laba yang dihasilkan dari penjualan
dan pendapatan investasi. Inti dari penggunaan rasio ini adalah untuk
menunjukkan efisiensi perusahaan.
Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Profit Margin Ratio atau Rasio Margin Laba terhadap Penjualan. Profit
Margin Ratio (PM) adalah salah satu rasio yang digunakan untuk
mengukur margin laba atas penjualan. Rasio ini menunjukkan
pendapatan bersih perusahaan atas penjualan.
Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah
sebagai berikut:
Profit Margin =

Earnings After Tax


Sales

Semakin besar rasio ini maka semakin baik karena dianggap


kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi
.

33

2.2.3. Laba
2.2.3.1. Pengertian Laba

Setiap perusahaan menginginkan laba atau sering disebut juga


dengan keuntungan (profit). Laba diperlukan oleh perusahaan untuk dapat
melangsungkan kehidupan perusahaan. Oleh karena itu, agar perusahaan
dapat terus eksis didalam perekonomian maka diharapkan perusahaan akan
mendapatkan laba.
Menurut Wild et.al (2005:25) mendefinisikan laba sebagai berikut:
Laba (earnings) atau laba bersih (net income) mengindikasikan
profitabilitas perusahaan. Laba mencerminkan pengembalian kepada
pemegang ekuitas untuk periode yang bersangkutan. Laba merupakan
perkiraan atas kenaikan atau penurunan ekuitas sebelum distribusi kepada
dan kontribusi dari pemegang ekuitas.
Menurut Warren et.al (2005:25), laba bersih atau keuntungan bersih
(net income atau net profit) merupakan kelebihan pendapatan terhadap
beban-beban yang terjadi.
Menurut Soemarso (2005:230), laba adalah selisih lebih pendapatan
atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha.
Menurut Juliana dan Sulardi (2003), laba didefinisikan sebagai
berikut:
Laba (penghasilan bersih) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau
penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanaman modal.

34

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa laba


adalah perkiraan atas kenaikan (penurunan) ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanaman modal yang diakibatkan karena adanya kenaikan
manfaat ekonomi selama satu periode dalam bentuk pemasukan (pendapatan
lebih besar dari beban) atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban.

2.2.3.2. Pelaporan Laba

Laba (earnings) atau laba bersih (net income) mengindikasikan


profitabilitas perusahaan. Laba mencerminkan pengembalian kepada
pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sedangkan pos-pos dalam
laporan laba-rugi merinci bagaimana laba diperoleh. Laporan laba-rugi
menyediakan rincian pendapatan, beban, untung, dan rugi perusahaan untuk
suatu periode waktu.
Menurut Warren et.al (2005:25), menyatakan bahwa:
Laporan laba-rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode
waktu tertentu berdasarkan konsep penandingan. Konsep ini diterapkan
dengan menandingkan beban dengan pendapatan yang dihasilkan selama
periode terjadinya beban tersebut. Laporan laba-rugi juga melaporkan
kelebihan pendapatan terhadap beban-beban yang terjadi yang disebut
dengan laba bersih atau keuntungan bersih. Sebaliknya, jika beban melebihi
pendapatan, maka disebut rugi bersih.
Menurut Wild et.al (2005:25), penentuan laba berdasarkan sebagai
berikut:
Laba ditentukan dengan menggunakan dasar akrual (accrual basis) dalam
akuntansi. Dalam akuntansi akrual, pendapatan diakui saat perusahaan
menjual barang atau menyerahkan jasa, terlepas dari saat diterimanya kas.

35

Demikian juga beban, pengakuannnya sama dengan pendapatan, terlepas


dari pembayaran kas.
Berdasarkan beberapa pandangan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa penentuan laba adalah dengan cara menselisihkan antara pendapatan
dengan beban sehubungan dengan kegiatan usaha. Oleh karena itu, kunci
kelayakan penentuan laba atau rugi adalah menentukan jumlah pendapatan
yang dihasilkan dan jumlah beban yang terjadi dalam periode yang
bersangkutan.

2.2.3.3. Tujuan Pelaporan Laba

Pengukuran yang berbeda atas laba bersih perusahaan dapat berguna


untuk tujuan berbeda, tetapi terdapat manfaat dari penerimaan umum laba
bersih untuk tujuan pelaporan eksternal. Tujuan utama dari pelaporan laba
adalah memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang paling
berkepentingan dalam laporan keuangan. Salah satu tujuan dasar yang
paling penting untuk semua pemakai laporan keuangan adalah kebutuhan
untuk membedakan antara modal yang diinvestasikan dan laba sebagai
bagian dari proses deskriptif dari akuntansi.
Tujuan pelaporan laba yang lebih spesifik mencakup (Hendriksen,
2000:331):

36

a. Laba sebagai suatu Pengukur Efisiensi


Operasi efisiensi dari sebuah perusahaan mempengaruhi baik
aliran dividen saat ini maupun penggunaan modal yang diinvestasikan
untuk memberikan aliran dividen masa depan. Pengukuran efisiensi
perusahaan memberikan dasar untuk keputusan-keputusan.
Jika modal yang digunakan oleh perusahaan konstan dari tahun
ke tahun, angka laba berguna bagi pengukuran efisiensi perusahaan.
Laba

tahun

berjalan

dapat

dibandingkan

dengan

tahun-tahun

sebelumnya dan membuat sejumlah pertimbangan mengenai laba tahun


depan dapat sesuai dengan sasaran yang layak. Tetapi, jika modal yang
diinvestasikan berubah dari tahun ke tahun, laba harus dipertimbangkan
dengan

beberapa

besaran

yang

berubah,

seperti

modal

yang

diinvestasikan atau total pendapatan.


b. Laba sebagai Alat Peramal
Laba masa depan diharapakan oleh banyak investor sebagai
faktor utama dalam meramalkan distribusi dividen masa depan dan
perkiraan dividen merupakan faktor yang penting dalam menentukan
nilai berjalan dari lembar-lembar saham atau dari perusahaan secara
keseluruhan.
Pemegang

obligasi

dan

kreditor

jangka

pendek

juga

berkepentingan dalam laba masa depan. Semakin besar harapan laba


bagi perusahaan maka semakin besar penerapan bahwa kreditor akan

37

menerima imbalan tahunan dan semakin besar penerapan bahwa kreditor


akan menerima pembayaran pokok pada saat utang jatuh tempo.
c. Laba sebagai Pengambilan Keputusan Manajerial
Laba digunakan oleh manajemen untuk tujuan keputusan dan
pengendalian. Dalam hal ini manajemen harus memastikan bahwa sifat
arbitrer

dari

alokasi

dan

penandingan

diminimalisasikan

atau

dinetralkan. Netralisasi hanya dicapai jika keputusan-keputusan tidak


dipengaruhi oleh prosedur alokasi dan penandingan yang diterapkan
dalam pengukuran laba.

2.2.4. Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan terhadap Perubahan Laba


2.2.4.1. Pengaruh Current Ratio terhadap Perubahan Laba

Current Ratio menunjukkan sejauh mana aktiva lancar memenuhi


kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar
dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi
kewajiban jangka pendeknya. Rasio lancar dapat dikatakan sebagai bentuk
untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan.
Apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang
modal untuk membayar hutang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio
tinggi, belum dikatakan bahwa kondisi perusahaan sedang baik dan belum
menjamin akan dapat dibayarnya utang perusahaan yang sudah jatuh tempo
karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan

38

(Munawir,2004). Informasi ini dapat mempengaruhi kepercayaan para


kreditur jangka pendek dalam memberikan pinjamannya kepada perusahaan
yang digunakan untuk membiayai kegiatan usahanya untuk menghasilkan
laba.
Pengaruh current ratio terhadap perubahan laba adalah semakin
tinggi nilai current ratio maka laba bersih yang dihasilkan perusahaan
semakin rendah, karena rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya
kelebihan aktiva lancar yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan.
Dari segi profitabilitas, nilai current ratio yang tinggi belum tentu baik
walaupun dari segi likuiditas menunjukkan resiko yang rendah. Dalam
penelitian sebelumnya ada beberapa peneliti yang menggunakan current
ratio dalam pengaruhnya terhadap perubahan laba yaitu Meriewaty dan
Setyani (2005) menguji analisis rasio keuangan terhadap perubahan kinerja.
Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa current ratio
mempunyai kemampuan signifikan dan berpengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan yang diukur dari operating profit-nya.
Dengan adanya pengaruh yang signifikan dan positif antara current
ratio dengan perubahan laba diasumsikan bahwa current ratio mempunyai
pengaruh terhadap perubahan laba yang akan datang.

39

2.2.4.2. Pengaruh Working Capital to Total Assets terhadap Perubahan Laba

Working capital to total assets menunjukkan hubungan antara total


aktiva dengan modal kerja dan menunjukkan jumlah modal kerja yang dapat
diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah total aktiva. Working capital to total
assets yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang
mungkin disebabkan rendahnya turnover persediaan, piutang atau adanya
saldo kas yang terlalu besar.
Menurut Altman yang dikutip oleh Takarini dan Ekawati (2003)
yang mengatakan bahwa suatu perusahaan yang mengalami kerugian
operasional secara terus menerus akan mengurangi aktiva lancar yang
berkaitan dengan total aktiva, akan menyebabkan rendahnya rasio working
capital to total assets. Selain itu, Takarini dan Ekawati (2003) menunjukkan
bahwa semakin tinggi rasio suatu perusahaan maka probabilitas perusahaan
dikategorikan sebagai perusahaan yang profitable.
Penelitian yang dilakukan oleh Takarini dan Ekawati (2003) yang
menguji analisis rasio working capital to total assets dalam memprediksi
perubahan laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio working capital
to total assets mempunyai kemampuan yang signifikan dalam memprediksi
perubahan laba dan mempunyai pengaruh yang positif dengan perubahan
laba.
Penelitian lain yang mendukung hasil penelitian tersebut adalah
penelitian yang dilakukan oleh Warsidi dan Pramuka (2000) yang

40

mengevaluasi kegunaan rasio working capital to total assets dalam


memprediksi perubahan laba. Penelitian ini menujukkan bahwa rasio
working capital to total assets mampu memprediksi perubahan laba satu
tahun yang akan dating dan mempunyai pengaruh yang positif.
Berdasarkan

teori

dan

penelitian

sebelumnya

maka

dapat

diasumsikan bahwa rasio working capital to total assets mempunyai


pengaruh yang signifikan dan positif terhadap perubahan laba.

2.2.4.3. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Perubahan Laba

Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai


utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana
yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Bagi
perusahaan, semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya, dengan
rasio yang rendah maka akan semakin tinggi tingkat pendanaan yang
disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam
jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva (Kasmir, 2009).
Debt to equity ratio mempunyai dampak yang buruk, karena tingkat
hutang yang semakin tinggi berarti beban bunga akan semakin besar dan ini
menunjukkan keuntungan berkurang. Makin tinggi debt to equity ratio,
makin besar financial leverage dan makin besar proporsi dana kreditor yang
digunakan untuk menghasilkan laba.

41

Pengaruh rasio debt to equity ratio terhadap perubahan laba telah


diteliti oleh Hermanto (2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt to
equity ratio berpengaruh signifikan dan positif terhadap perubahan laba.
Penelitian lain yang mendukung hasil penelitian tersebut adalah
penelitian Suhardito dkk (2000). Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt
to equity ratio berpengaruh siginfikan dan negatif terhadap perubahan laba.
Berdasarkan

teori

dan

penelitian

sebelumnya

maka

dapat

diasumsikan bahwa debt to equity ratio mempunyai pengaruh yang


signifikan dan negatif terhadap perubahan laba.

2.2.4.4. Pengaruh Profit Margin terhadap Perubahan Laba

Profit margin menunjukkan sejauh mana kemampuan perusahaan


menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini juga bisa
diinterpretasikan sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya
(ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu. Semakin besar rasio
ini maka semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba cukup tinggi (Harahap, 2006). Perusahaan yang sehat
seharusnya memiliki profit margin positif yang menandakan bahwa
perusahaan tersebut menghasilkan laba bersih.
Pengaruh rasio profit margin terhadap perubahan laba perusahaan
adalah semakin tinggi nilai rasio ini maka laba bersih yang dihasilkan juga

42

akan semakin meningkat karena penjualan bertambah lebih besar daripada


biaya usahanya.
Takarini dan Ekawati (2003) melakukan analisis rasio profit margin
dalam memprediksi perubahan laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rasio profit margin mampu untuk digunakan dalam memprediksi perubahan
laba dan berpengaruh positif. Dengan adanya hasil penelitian tersebut, maka
telah diuji dan dibuktikan bahwa rasio profit margin mempunyai pengaruh
terhadap perubahan laba.

2.3. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini akan diteliti mengenai hubungan antara rasio-rasio


keuangan dan laba. Dari penelitian-penelitian sebelumnya dan teori yang cukup
kuat diterima bahwa rasio-rasio keuangan mempunyai pengaruh terhadap
perubahan laba. Rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari empat rasio, yaitu current ratio, working capital to total assets, debt
to equity ratio, dan profit margin.

43

Gambar 2.1
Diagram Kerangka Pemikiran
RASIO KEUANGAN
RASIO LIKUIDITAS
CR (X1)
WCTA (X2)
PERUBAHAN
LABA
(Y)

RASIO SOLVABILITAS
DER (X3)
RASIO PROFITABILITAS
PM (X4)

UJI REGRESI
BERGANDA

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah


diuraikan pada bagian terdahulu maka hipotesis yang dikemukakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Current Ratio, Working Capital to Total Assets, Debt to Equity Ratio, dan
Profit Margin secara simultan berpengaruh terhadap perubahan laba.
H2: Current Ratio berpengaruh terhadap perubahan laba.
H3: Working Capital to Total Assets berpengaruh terhadap perubahan laba.
H4: Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap perubahan laba.
H5: Profit Margin berpengaruh terhadap perubahan laba.

44

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional diperlukan agar konsep yang digunakan dapat


diukur secara empiris serta menghindari terjadi kesalahan penafsiran yang
berbeda. Definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel Independen (X)
1) Current Ratio (X1) adalah rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.
2) Working

Capital

to

Total

Assets

(X2)

adalah

rasio

yang

mengindikasikan likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja.


3) Debt to Equity Ratio (X3) adalah rasio untuk mengetahui jumlah dana
yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan.
4) Profit Margin (X4) adalah rasio yang menunjukkan pendapatan bersih
atas penjualan sebagai ukuran keuntungan.

44

45

b. Variabel Dependen (Y)


1) Perubahan Laba adalah kenaikan atau penurunan atas laba yang
dihasilkan perusahaan yang terjadi dalam suatu periode dengan
periode lainnya.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini, pengukuran variabel-variabel yang digunakan


dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. CR (Current Ratio) yang membandingkan aktiva lancar dengan utang
lancar. Skala yang digunakan adalah skala rasio dengan menggunakan
satuan persen.

Current Ratio =

Current Assets
Current Liabilities

b. WCTA (Working Capital to Total Assets) yang membandingkan modal


kerja bersih dengan total aktiva. Dimana modal kerja bersih diperoleh dari
selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Skala yang digunakan
adalah skala rasio dengan menggunakan satuan persen.
Working Capital to Total Assets =

Current Assets - Current Liabilities


Total Assets

c. DER (Debt to Equity Ratio) yang membandingkan total utang dengan


ekuitas. Skala yang digunakan adalah skala rasio dengan menggunakan
satuan persen.

46

Debt to Equity Ratio =

Total Liabilities
Equity

d. PM (Profit Margin) yang membandingkan laba bersih dengan penjualan.


Skala yang digunakan adalah skala rasio dengan menggunakan satuan
persen.
Profit Margin =

Earnings After Tax


Sales

e. Perubahan Laba (Y) yang merupakan selisih laba tahun yang diteliti
dengan laba tahun sebelumnya yang kemudian dibandingkan dengan laba
tahun sebelumnya. Skala yang digunakan adalah skala rasio dengan
menggunakan satuan persen.

Y =
it

(Yit Yit 1 )
Y
it - 1

Dimana: Y
it

= Perubahan Laba

Y
it

= Laba Bersih tahun yang diteliti

Yit 1

= Laba Bersih tahun sebelumnya

3.2. Teknik Penentuan Sampel

Penentuan sampel yang akan dipilih ditetapkan berdasarkan kriteriakriteria berikut ini:

47

a. Populasi
Populasi yang menjadi obyek penelitian ini adalah perusahaan yang
tergolong dalam kelompok otomotif dan komponennya yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama lima periode yaitu tahun 2004-2008. Populasi
dalam penelitian ini berjumlah 19 perusahaan.
b. Sampel
Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.
Purposive sampling yaitu teknik yang digunakan dalam penentuan sampel

yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan berdasarkan pertimbangan


tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah berjumlah 6 perusahaan. Adapun yang menjadi
sampel dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Perusahaan yang tergolong dalam kelompok otomotif dan komponennya
yang terdaftar secara berturut-turut di Bursa Efek Indonesia selama
periode penelitian yaitu tahun 2004-2008 sebanyak 19 perusahaan.
2) Perusahaan telah mempublikasikan laporan keuangan per 31 Desember
untuk tahun 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008 sebanyak 15 perusahaan.
3) Selama periode penelitian, perusahaan tidak mengalami rugi mulai tahun
2004 sampai dengan tahun 2008 sebanyak 6 perusahaan.

48

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan adalah dengan cara sebagai berikut:


a. Jenis Data
Data yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini merupakan data
sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber
utama (perusahaan) yang dijadikan objek penelitian. Data tersebut berupa
laporan keuangan (annually report) perusahaan-perusahaan yang tergolong
dalam kelompok otomotif dan komponennya selama lima periode yaitu
tahun 2004-2008.
b. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh untuk penelitian ini yaitu diperoleh melalui
situs homepage Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id.
c. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara sebagai berikut:
1) Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian dengan cara membaca dan mempelajari literatur seperti bukubuku, jurnal, koran, dan berbagai macam sumber tertulis lainnya yang
berkaitan dengan topik penelitian.
2) Teknik Observasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
sehingga prosedur pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi

49

terhadap laporan keuangan, yang disediakan oleh perusahaan itu sendiri


yang diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

Dalam melakukan analisis dan uji hipotesis, prosedur yang dilakukan


dibantu dengan menggunakan program komputer yaitu SPSS 16.0 for Windows
dan Microsoft Excel 2007.

3.4.1. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam melakukan pengujian hipotesis


dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh CR,
WCTA, DER, dan PM sebagai variabel bebas (independent variabel) terhadap
perubahan laba sebagai variabel terikat (dependent variabel).
Pembuktian terhadap hipotesis pada penelitian ini menggunakan
model regresi berganda dengan empat variabel bebas sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Dimana: Y

Variabel Perubahan Laba

Konstanta

b1, b2, b3, b4

Koefisien regresi

X1

Variabel CR

50

X2

Variabel WCTA

X3

Variabel DER

X4

Variabel PM

Error Term

Sebelum melakukan uji hipotesis, sesuai dengan ketentuan bahwa


dalam uji regresi linier berganda harus dilakukan uji asumsi klasik terlebih
dahulu agar penelitian tidak bias dan untuk menguji kesalahan model regresi
yang digunakan dalam penelitian. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan
yaitu:
a. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah antar variabel
independen

mengandung

korelasi

atau

tidak.

Hasil

pengujian

multikolinieritas dapat dilihat berdasarkan nilai Variance Inflation Factor


(VIF).
Dasar pengambilan keputusan:
1) VIF > 10 Antar variabel independen (CR, WCTA, DER, dan PM)
terjadi korelasi/multikolinieritas.
2) VIF < 10 Antar variabel independen (CR, WCTA, DER, dan PM)
tidak terjadi korelasi/multikolinieritas.

51

b. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain.
Dasar pengambilan keputusan:
1) Probabilitas > 0.05

Bebas dari heteroskedastisitas.

2) Probabilitas < 0.05

Terkena heteroskedastisitas.

c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antar
anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Konsekuensi dari
adanya autokorelasi dalam model regresi adalah varian sampel tidak dapat
menggambarkan varian populasinya. Diagnosa adanya autokorelasi
dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson (uji DW).
Dasar pengambilan keputusan:
1) DW < 1.21

Terjadi autokorelasi.

2) 1.21 < DW < 1.65 Tidak dapat tersimpulkan.


3) 1.65 < DW < 2.35 Tidak terjadi autokorelasi.
4) 2.35 < DW < 2.79 Tidak dapat tersimpulkan.
5) DW > 2.79

Terjadi autokorelasi.

52

3.4.2. Uji Hipotesis

Pengujian terhadap model regresi berganda pada penelitian ini


dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pengujian menyeluruh atau simultan (uji F),
pengujian individu atau parsial (uji t), dan uji koefisien determinasi (R2).
a. Pengujian Menyeluruh atau Simultan (Uji F)
Untuk mengetahui bahwa variabel independen (CR, WCTA, DER, dan
PM) secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen (perubahan laba).
Formulasi hipotesis:
1) H0 : 1 = 2 = 3 = 4 = 0

Variabel independen (CR, WCTA, DER,

dan PM) secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang


signifikan terhadap variabel dependen (perubahan laba).
2) H0 : 1 = 2 = 3 = 4 0

Variabel independen (CR, WCTA, DER,

dan PM) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan


terhadap variabel dependen (perubahan laba).

Dasar pengambilan keputusan:


1) - Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima.
- Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak.
2) Berdasarkan nilai probabilitas (signifikansi) dasar pengambilan
keputusannya adalah:

53

a) Jika probabilitas > 0.05 maka H0 diterima.


b) Jika probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak.

b. Pengujian Individu atau Parsial (Uji t)


Untuk mengetahui bahwa variabel independen (CR, WCTA, DER, dan
PM) secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen (perubahan laba).
Formulasi hipotesis:
1) Variabel CR mempunyai pengaruh terhadap perubahan laba.
H0 : 1 = 0

CR tidak terdapat pengaruh terhadap perubahan laba.

H0 : 1 0

CR terdapat pengaruh terhadap perubahan laba.

2) Variabel WCTA mempunyai pengaruh terhadap perubahan laba.


H0 : 2 = 0

WCTA tidak terdapat pengaruh terhadap perubahan


laba.

H0 : 2 0

WCTA terdapat pengaruh terhadap perubahan laba.

3) Variabel DER mempunyai pengaruh terhadap perubahan laba.


H0 : 3 = 0

DER tidak terdapat pengaruh terhadap perubahan laba.

H0 : 3 0

DER terdapat pengaruh terhadap perubahan laba.

4) Variabel PM mempunyai pengaruh terhadap perubahan laba.


H0 : 4 = 0

PM tidak terdapat pengaruh terhadap perubahan laba.

H0 : 4 0

PM terdapat pengaruh terhadap perubahan laba.

54

Dasar pengambilan keputusan:


1) - Jika thitung < ttabel atau thitung > -ttabel, maka H0 diterima.
- Jika thitung > ttabel atau thitung < -ttabel, maka H0 ditolak.
2) Berdasarkan nilai probabilitas (signifikansi) dasar pengambilan
keputusannya adalah:
a) Jika probabilitas > 0.05 maka H0 diterima.
b) Jika probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak.

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi (R2) berguna untuk mengukur seberapa besar
peranan variabel independen (CR, WCTA, DER, dan PM) secara
bersama-sama menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel
dependen (perubahan laba).

55

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah


perusahaan-perusahaan yang tergolong dalam kelompok Otomotif dan
Komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode
2004-2008 (5 tahun). Berikut nama-nama perusahaan yang menjadi obyek
dalam penelitian ini:
Tabel 4.1
Nama-Nama Perusahaan Yang Menjadi Obyek Penelitian
No.
Nama Perusahaan
1.
Astra International Tbk.
2.
Indo Kordsa (Branta Mulia) Tbk.
3.
Hexindo Adiperkasa Tbk.
4.
Intraco Penta Tbk.
5.
Selamat Sempurna Tbk.
6.
United Tractors Tbk.
Sumber: www.idx.co.id

Kode
ASII
BRAM
HEXA
INTA
SMSM
UNTR

Adapun perusahaan-perusahaan yang dipilih berdasarkan kriteria yang


ditetapkan peneliti dengan menggunakan metode purposive sampling. Kriteria
yang digunakan adalah sebagai berikut:
2) Perusahaan yang tergolong dalam kelompok otomotif dan komponennya
yang terdaftar secara berturut-turut di Bursa Efek Indonesia selama periode
penelitian yaitu tahun 2004-2008.

55

56

3) Perusahaan telah mempublikasikan laporan keuangan per 31 Desember


untuk tahun 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008.
4) Selama periode penelitian, perusahaan tidak mengalami rugi mulai tahun
2004 sampai dengan tahun 2008.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Data penelitian ini didasarkan pada laporan keuangan yang terdiri dari
neraca dan laporan laba rugi setiap perusahaan. Dalam penelitian ini perubahan
laba merupakan variabel dependen, sedangkan rasio-rasio keuangan yang
digunakan sebagai variabel independen adalah Current Ratio (CR), Working
Capital to Total Assets (WCTA), Debt to Equity Ratio (DER), Profit Margin

(PM).

4.2.1. Current Ratio

Current ratio dalam penelitian ini adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka


pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara
keseluruhan. Dalam hal ini, current ratio diukur dengan membandingkan
aktiva lancar dengan utang lancar.
Besarnya current ratio pada 6 sampel perusahaan otomotif adalah
sebagai berikut:

57

Tabel 4.2
Current Ratio
No.

Perusahaan

Current Ratio
(Dalam %)
2005
2006
2007
73.73
78.38
91.24

2004
Astra International
106.04
Tbk.
2. Indo Kordsa (Branta
270.07 285.88
Mulia) Tbk.
3. Hexindo Adiperkasa
177.82 132.08
Tbk.
4. Intraco Penta Tbk.
220.87 202.07
5. Selamat Sempurna
183.24 196.13
Tbk.
6. United Tractors Tbk. 184.08 155.41
Sumber: Ikhtisar Keuangan Perusahaan (diolah)

1.

2008
132.17

393.43

497.61 219.28

111.12

115.24 140.37

337.44
198.87

256.63 214.90
170.92 181.79

134.11

133.94 163.62

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai Current Ratio (CR)
tahun 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008. Nilai CR tertinggi untuk tahun 2004,
2005, 2006, 2007, dan 2008 secara berturut-turut yaitu PT. Indo Kordsa
(Branta Mulia) Tbk (270,07%; 285,88%; 393,43%; 497,61%; 219,28%) dan
nilai CR terendah secara berturut-turut yaitu PT. Astra International Tbk
(106,04%; 73,73%; 78,38%; 91,24%; 132,17%).
Dalam tabel 4.2 diatas, dapat dilihat bahwa current ratio (CR) masingmasing perusahaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan maupun
penurunan. Peningkatan dapat disebabkan karena adanya peningkatan dari
aktiva lancarnya baik itu adanya penambahan kas yang dapat diperoleh karena
bertambahnya penjualan secara tunai ataupun karena pelunasan piutang,
peningkatan piutang karena belum tertagih, dan peningkatan persediaan

58

karena masih terdapat persediaan yang tersimpan di gudang. Selain itu bisa
dikarenakan adanya penurunan dari utang lancarnya yang disebabkan karena
perusahaan telah melunasi kewajiban lancarnya. Dampak dari tingginya rasio
ini akan menghasilkan laba yang rendah.
Sedangkan penurunan rasio ini dapat disebabkan karena adanya
penurunan aktiva lancar dan peningkatan utang lancar. Penurunan aktiva
lancar bisa disebabkan karena adanya pengurangan kas yang digunakan untuk
membayar utang ataupun membeli bahan baku, pelunasan piutang, dan
berkurangnya jumlah persediaan yang tersimpan di gudang. Sedangkan
peningkatan utang lancar disebabkan karena perusahaan memperoleh
tambahan dana dari pihak kreditor ataupun perusahaan belum melunasi
kewajiban lancarnya. Dampak dari rendahnya rasio ini akan menghasulkan
laba yang tinggi.
Dari tabel diatas, dapat dilihat PT. Indo Kordsa (Branta Mulia) Tbk
memiliki nilai CR yang tinggi selama lima tahun. Dengan nilai CR tersebut
dapat dilihat dalam tabel 4.5, PT. Indo Kordsa (Branta Mulia) Tbk
menghasilkan profit margin (PM) yang rendah. Sedangkan PT. Astra
International Tbk menghasilkan CR yang rendah selama lima tahun tetapi
dlam tabel 4.5 PT. Astra International Tbk menghasilkan PM yang tinggi.

59

4.2.2. Working Capital to Total Assets

Working capital to total assets adalah rasio yang mengindikasikan

likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja. Working capital to total
assets dalam penelitian ini diukur dengan membandingkan modal kerja bersih

terhadap total aktiva. Dimana modal kerja bersih merupakan selisih antara
aktiva lancar dengan utang lancar.
Besarnya working capital to total assets pada 6 sampel perusahaan
Otomotif adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Working Capital to Total Assets
No.

1.

Perusahaan
2004
2.00

Working Capital to Total Assets


(Dalam %)
2005
2006
2007
2008
-9.41
-7.49
-2.94
10.71

Astra International
Tbk.
2. Indo Kordsa (Branta
32.61
36.64
Mulia) Tbk.
3. Hexindo Adiperkasa
35.55
19.05
Tbk.
4. Intraco Penta Tbk.
48.41
45.67
5. Selamat Sempurna
27.64
28.55
Tbk.
6. United Tractors Tbk.
25.42
18.79
Sumber: Ikhtisar Keuangan Perusahaan (diolah)

40.84

46.86

31.81

6.46

9.77

24.96

59.43
28.63

54.61
23.74

47.44
26.87

12.22

13.71

21.93

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat nilai Working Capital to Total


Assets (WCTA) tahun 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008 dengan nilai WCTA

tertinggi berturut-turut PT. Intraco Penta Tbk (48,41%; 45,67%; 59,43%;

60

54,61%; 47,44%) dan nilai WCTA terendah berturut-turut PT. Astra


International Tbk (2%; -9,41%; -7,49%; -2,94%; 10,71%).
Dalam tabel 4.3 diatas, terlihat bahwa PT. Astra International Tbk
dalam beberapa tahun menghasilkan nilai WCTA negatif (-). Hal ini
menunjukkan bahwa dalam tahun tersebut perusahaan tidak dapat
menjalankan opersional perusahaan yang baik. Nilai negatif tersebut
disebabkan karena tingginya nilai utang lancar perusahaan. Tetapi dalam
kondisi demikian, PT. Astra International Tbk masih menghasilkan nilai profit
margin (PM) yang tinggi. Hal ini dapat disebabkan kemungkinan perusahaan

masih dapat memperoleh bahan baku dari pihak supplier secara kredit.
Supplier ini merupakan langganan PT. Astra International Tbk. Selain itu

perusahaan memberikan kepercayaan yang tinggi kepada supplier dalam hal


pelunasan bahan baku dan perusahaan telah memiliki nama sehingga
kepercayaan yang diberikan semakin kuat.
Rendahnya rasio ini akan berakibat dalam tingginya laba yang
dihasilkan. Sedangkan tingginya rasio ini akan menghasilkan laba yang
rendah. Ini dapat dilihat dari PT. Intraco Penta Tbk yang menghasilkan
WCTA yang tinggi selama lima tahun. Tetapi dalam tabel 4.5, PT. Intraco
Penta Tbk menghasilkan profit margin (PM) yang rendah. Sedangkan PT.
Astra International Tbk menghasilkan WCTA yang rendah selama lima tahun
tetapi dalam tabel 4.5 laba yang dihasilkan PT. Astra International Tbk tinggi.

61

4.2.3. Debt to Equity Ratio

Debt to equity ratio dalam penelitian ini adalah rasio untuk

mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik


perusahaan.

Dalam

hal

ini,

debt

to

equity

ratio

diukur

dengan

membandingkan total utang dengan ekuitas.


Besarnya debt to equity ratio pada 6 sampel perusahaan otomotif
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Debt to Equity Ratio
No.

Perusahaan

Debt to Equity Ratio


(Dalam %)
2005
2006
2007
2008
180.84 140.77 116.87 121.41

2004
Astra International
127.52
Tbk.
2. Indo Kordsa (Branta
118.07 86.63
Mulia) Tbk.
3. Hexindo Adiperkasa
124.69 210.22
Tbk.
4. Intraco Penta Tbk.
472.60 179.81
5. Selamat Sempurna
71.38
55.32
Tbk.
6. United Tractors Tbk. 116.94 157.97
Sumber: Ikhtisar Keuangan Perusahaan (diolah)

1.

61.00

48.36

48.11

248.46

263.41 200.16

167.84
53.13

169.87 246.06
65.65 62.48

143.80

125.87 104.61

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai Debt to Equity Ratio (DER)
tertinggi untuk tahun 2004 yaitu DER PT. Intraco Penta Tbk (472,60%) dan
nilai Debt to Equity Ratio (DER) yang rendah yaitu PT. Selamat Sempurna
Tbk (71,38%). Sedangkan untuk tahun 2005 dan 2006 nilai DER yang tinggi
yaitu PT. Hexindo Adiperkasa Tbk (210,22% dan 248,46%) dan DER yang

62

rendah yaitu PT. Selamat Sempurna Tbk (55,32% dan 53,13%). Untuk tahun
2007, nilai DER yang tinggi yaitu PT. Hexindo Adiperkasa Tbk (263,41%)
dan nilai yang rendah yaitu PT. Indo Kordsa (Branta Mulia) Tbk (48,36%).
Tahun 2008, nilai DER tertinggi yaitu PT. Intraco Penta Tbk (246,06%) dan
nilai DER terendah (48,11%) yaitu PT. Indo Kordsa (Branta Mulia) Tbk.
Dalam tabel 4.4 diatas, dapat dilihat bahwa debt to equity ratio (DER)
masing-masing perusahaan mengalami peningkatan ataupun penurunan.
Peningkatan rasio ini dapat desebabkan karena tingginya total utang yang
dimiliki oleh perusahaan dan rendahnya jumlah modal (ekiutas) perusahaan.
Total utang yang tinggi dapat disebabkan karena perusahaan memperoleh
penambahan dana dari pihak kreditor atau perusahaan melakukan pelunasan
atas utang lancarnya. Sedangkan penurunan rasio ini dapat disebabkan karena
adanya jumlah total utang yang rendah atau jumlah modal (ekuitas) yang
tinggi. Jumlah total utang yang rendah diindikasikan oleh adanya pelunasan
dari utang lancarnya.
Dampak dari tingginya rasio ini akan menghasilkan laba yang rendah
dan sebaliknya rendahnya rasio ini akan menghasilkan laba yang tinggi. Hal
ini dapat dilihat dari tabel diatas, PT. Hexindo Adiperkasa Tbk dan PT.
Intraco Penta Tbk menghasilkan nilai DER yang tinggi. Kemudian dapat
dilihat dalam tabel 4.5 bahwa dua perusahaan tersebut menghasilkan profit
margin (PM) yang rendah walaupun dalam tahun 2004, 2005, dan 2008 untuk

PT. Hexindo Adiperkasa Tbk nilai PM-nya tinggi. Hal ini dapat disebabkan

63

karena adanya tingginya tingkat penjualan (pendapatan) perusahaan tersebut.


Sehingga beban utang yang tinggi masih dapat tertutupi oleh jumlah
pendapatan yang diperoleh perusahaan untuk tahun-tahun tersebut.
Untuk PT. Selamat Sempurna Tbk dan PT. Indo Kordsa (Branta
Mulia) Tbk nilai DER yang dihasilkan rendah. Dalam tabel 4.5, nilai PM yang
dihasilkan adalah tinggi hanya untuk PT. Selamat Sempurna Tbk. Sedangkan
PM yang dihasilkan PT. Indo Kordsa (Branta Mulia) Tbk adalah rendah. Ini
dapat disebabkan adanya tingkat pendapatan yang rendah yang diperoleh
perusahaan. Selain itu, dalam tabel 4.2 CR perusahaan ini tinggi. Ini berarti
aktiva lancar perusahaan ini tinggi. Kemungkinan jumlah persediaan yang
tersimpan tinggi sehingga menambah jumlah beban perusahaan yaitu beban
pemeliharaan dan perawatan. Sehingga pendapatan yang diperoleh tidak
mampu menutupi beban yang ada.

4.2.4. Profit Margin

Profit margin adalah rasio yang menunjukkan pendapatan bersih atas

penjualan sebagai ukuran keuntungan. Profit margin dalam penelitian ini


diukur dengan membandingkan laba bersih dengan penjualan.
Besarnya profit margin pada 6 sampel perusahaan Otomotif adalah
sebagai berikut:

64

Tabel 4.5
Profit Margin
No.

Perusahaan

Profit Margin
(Dalam %)
2005
2006
2007
8.84
6.69
9.29

2008
9.47

1.22

2.53

5.79

2.82

2.71

9.15

1.16
7.51

1.34
7.55

2.05
6.76

6.78

8.22

9.54

2004
Astra International
12.03
Tbk.
2. Indo Kordsa (Branta
2.88
6.77
Mulia) Tbk.
3. Hexindo Adiperkasa
9.18
6.87
Tbk.
4. Intraco Penta Tbk.
0.78
2.29
5. Selamat Sempurna
7.85
7.63
Tbk.
6. United Tractors Tbk.
12.36
7.91
Sumber: Ikhtisar Keuangan Perusahaan (diolah)

1.

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa nilai Profit Margin
(PM) untuk tahun 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008 dengan nilai PM
tertinggi tahun 2004 dan 2008 yaitu PT. United Tractors Tbk (12,36% dan
9,54%) dan nilai PM terendah tahun 2004 dan 2008 yaitu PT. Intraco Penta
Tbk (0,78% dan 2,05%). Untuk tahun 2005 dan 2007, nilai PM yang tinggi
yaitu PT. Astra International Tbk (8,84% dan 9,29%) dan nilai PM yang
rendah yaitu PT. Intraco Penta Tbk (2,29% dan 1,34%). Sedangkan untuk
tahun 2006, nilai PM tertinggi yaitu PT. Selamat Sempurna Tbk (7,51%) dan
nilai PM terendah yaitu PT. Intraco Penta Tbk (1,16%).
Dari tabel 4.5 tersebut, dapat dilihat bahwa masing-masing perusahaan
selama lima tahun ada yang mengalami peningkatan dan penurunan nilai
profit margin (PM). Peningkatan rasio ini dapat disebabkan karena adanya

65

penurunan jumlah penjualan atau pendapatan yang diperoleh perusahaan dan


peningkatan laba bersih perusahaan. Tingginya laba bersih disebabkan karena
jumlah penjualan atau pendapatan yang lebih besar daripada jumlah beban
yang ada di perusahaan. Kalaupun meningkat jumlah peningkatan laba bersih
lebih besar daripada peningkatan beban.
Penurunan rasio ini disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah
penjualan atau pendapatan yang diperoleh perusahaan dan penurunan laba
bersih perusahaan. Laba bersih rendah karena adanya jumlah beban yang lebih
besar dari jumlah penjualan atau pendapatan. Selain itu peningkatan beban
yang lebih besar daripada peningkatan penjualan atau pendapatan dapat
mengakibatkan laba menjadi rendah.

4.2.5. Perubahan Laba

Perubahan laba dalam penelitian ini dinilai sebagai kenaikan atau


penurunan atas laba yang dihasilkan perusahaan yang terjadi dalam suatu
periode tertentu. Dalam hal ini, perubahan laba dihitung dengan
menselisihkan laba tahun yang diteliti dengan laba tahun sebelumnya lalu
kemudian dibandingkan dengan laba tahun sebelumnya.
Besarnya perubahan laba pada 6 perusahaan Otomotif adalah sebagai
berikut:

66

Tabel 4.6
Perubahan Laba
No.

Perusahaan

Perubahan Laba
(Dalam %)
2005
2006
2007
0.96
-31.98
75.62

2004
Astra International
22.25
Tbk.
2. Indo Kordsa (Branta
-42.66 181.69
Mulia) Tbk.
3. Hexindo Adiperkasa
115.03
6.95
Tbk.
4. Intraco Penta Tbk.
25.30
230.85
5. Selamat Sempurna
19.78
14.58
Tbk.
6. United Tractors Tbk. 220.96
-4.45
Sumber: Ikhtisar Keuangan Perusahaan (diolah)

1.

2008
40.98

-84.67

113.77 142.09

-59.67

25.60

415.90

-60.74
0.67

34.64
21.38

141.16
13.88

-11.45

60.48

78.21

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat nilai perubahan laba tahun 2004,
2005, 2006, 2007, dan 2008. Nilai perubahan laba tertinggi untuk tahun 2004
yaitu PT. United Tractors Tbk (220,96%) dan nilai perubahan laba terendah
yaitu PT. Indo Kordsa (Branta Mulia) Tbk (-42,66%). Untuk tahun 2005, nilai
perubahan laba yang tinggi yaitu PT. Intraco Penta Tbk (230,85%) dan nilai
yang rendah yaitu PT. United Tractors Tbk (-4,45%). Sedangkan untuk tahun
2006, nilai perubahan laba tertinggi yaitu PT. Selamat Sempurna Tbk (0,67%)
dan nilai terendah yaitu PT. Indo Kordsa (Branta Mulia) Tbk (-84,67%). Nilai
perubahan laba tahun 2007 dengan nilai tertinggi yaitu PT. Indo Kordsa
(Branta Mulia) Tbk (113,77%) dan nilai terendah yaitu PT. Selamat Sempurna
Tbk (21,38%). Dan nilai perubahan laba yang tinggi untuk tahun 2008 yaitu

67

PT. Hexindo Adiperkasa Tbk (415,90%) dan nilai yang rendah yaitu PT.
Selamat Sempurna Tbk (13,88%).
Dalam tabel 4.6 diatas, terdapat cukup banyak perusahaan dalam
beberapa tahun yang diberi tanda (-). Negatif dalam hal ini menunjukkan
bahwa laba bersih yang dihasilkan sebelumnya lebih besar dibandingkan laba
bersih yang dihasilkan tahun yang diteliti. Ini mengindikasikan bahwa
perusahaan mengalami penurunan laba. Dimana laba dapat menurun karena
adanya peningkatan dalam jumlah beban yang diiringi dengan tetapnya nilai
penjualan atau pendapatan yang diperoleh dengan asumsi nilai pendapatan
masih lebih besar dari nilai beban dalam perusahaan.

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis

Sebelum melakukan pengujian hipotesis peneliti terlebih dahulu


melakukan perhitungan rasio-rasio pada variabel independen dan melakukan
perhitungan perubahan laba pada masing-masing perusahaan sebagai variabel
dependen.

4.3.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan agar dapat memberikan gambaran


terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini
menggunakan empat variabel independen yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan current ratio (CR), working capital to total assets (WCTA), debt to

68

equity ratio (DER) dan profit margin (PM) terhadap perubahan laba. Variabel

dependen dalam penelitian ini menggunakan perubahan laba. Deskriptif


variabel atas data yang dilakukan selama lima tahun, sehingga jumlah data
secara keseluruhan yang diamati berjumlah 30 sampel untuk perusahaan
otomotif.
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan bantuan SPSS (Statistical
Product and Service Solution) versi 16.0 diperoleh hasil perhitungan sebagai

berikut:
Tabel 4.7
Descriptive Statistic

PERUBAHAN LABA (Y)


CR (X1)
WCTA (X2)
DER (X3)
PM (X4)
Sumber: Data diolah

Mean Std. Deviation


.5690
1.04408
1.9195
.93393
.2535
.17964
1.4299
.87697
.0620
.03367

N
30
30
30
30
30

Dari tabel 4.7 diatas diketahui bahwa jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebanyak 6 sampel dan disebabkan karena jangka
waktu observasi selama 5 tahun maka N = 30. Selain itu, diketahui bahwa
rata-rata Perubahan Laba sebesar 0.5690 dengan standar deviasi sebesar
1.04408. CR (Current Ratio) memiliki rata-rata 1.9195 dengan standar deviasi
sebesar 0.93393. WCTA (Working Capital to Total Assets) memiliki rata-rata
0.2535 dengan standar deviasi sebesar 0.17964. DER (Debt to Equity Ratio)

69

memiliki rata-rata 1.4299 dengan standar deviasi sebesar 0.87697. PM (Profit


Margin) memiliki rata-rata 0.0620 dengan standar deviasi sebesar 0.03367.

Nilai rata-rata yag tertera diatas dapat digunakan sebagai indikasi


bahwa nilai dari masing-masing rasio atau variabel yang dihasilkan lebih
besar dari nilai rata-rata tersebut dapat dikatakan bahwa kondisi perusahaan
baik. Dan sebaliknya jika nilai dari masing-masing rasio atau variabel yang
dihasilkan lebih kecil dari nilai rata-rata tersebut dapat dikatakan bahwa
kondisi perusahaan dalam keadaan yang buruk. Sehingga pihak manajemen
perlu melakukan evaluasi dalam tahun yang bersangkutan untuk mendapatkan
solusi agar perusahaan dapat kembali baik.

4.3.2. Analisis Regresi Berganda

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh


variabel independen yaitu Current Ratio (CR), Working Capital To Total
Assets (WCTA), Debt To Equity Ratio (DER), dan Profit Margin (PM)

terhadap variabel dependen Perubahan Laba.


Berdasarkan hal tersebut diatas, maka untuk mengetahui nilai
persamaan regresi dan nilai koefisien korelasi dipergunakan data pada tabel
4.8 dibawah ini:

70

Tabel 4.8
Data untuk Analisis Regresi Berganda
No.

Kode

1.

ASII

Tahun

2004
2005
2006
2007
2008
2.
BRAM
2004
2005
2006
2007
2008
3.
HEXA
2004
2005
2006
2007
2008
4.
INTA
2004
2005
2006
2007
2008
5.
SMSM
2004
2005
2006
2007
2008
6.
UNTR
2004
2005
2006
2007
2008
Sumber: Data diolah

CR

WCTA

DER

PM

1.0604
0.7373
0.7838
0.9124
1.3217
2.7007
2.8588
3.9343
4.9761
2.1928
1.7782
1.3208
1.1112
1.1524
1.4037
2.2087
2.0207
3.3744
2.5663
2.1490
1.8324
1.9613
1.9887
1.7092
1.8179
1.8408
1.5541
1.3411
1.3394
1.6362

0.0200
-0.0941
-0.0749
-0.0294
0.1071
0.3261
0.3664
0.4084
0.4686
0.3181
0.3555
0.1905
0.0646
0.0977
0.2496
0.4841
0.4567
0.5943
0.5461
0.4744
0.2764
0.2855
0.2863
0.2374
0.2687
0.2542
0.1879
0.1222
0.1371
0.2193

1.2752
1.8084
1.4077
1.1687
1.2141
1.1807
0.8663
0.6100
0.4836
0.4811
1.2469
2.1022
2.4846
2.6341
2.0016
4.7260
1.7981
1.6784
1.6987
2.4606
0.7138
0.5532
0.5313
0.6565
0.6248
1.1694
1.5797
1.4380
1.2587
1.0461

0.1203
0.0884
0.0669
0.0929
0.0947
0.0288
0.0677
0.0122
0.0253
0.0579
0.0918
0.0687
0.0282
0.0271
0.0915
0.0078
0.0229
0.0116
0.0134
0.0205
0.0785
0.0763
0.0751
0.0755
0.0676
0.1236
0.0791
0.0678
0.0822
0.0954

Perubahan
Laba
0.2225
0.0096
-0.3198
0.7562
0.4098
-0.4266
1.8169
-0.8467
1.1377
1.4209
1.1503
0.0695
-0.5967
0.2560
4.1590
0.2530
2.3085
-0.6074
0.3464
1.4116
0.1978
0.1458
0.0067
0.2138
0.1388
2.2096
-0.0445
-0.1145
0.6048
0.7821

Dengan menggunakan SPSS 16.0 data pada tabel 4.8 diatas diolah
untuk dapat menunjukkan adanya pengaruh atau tidak antara variabel

71

independen (current ratio, working capital to total assets, debt to equity ratio,
profit margin) dengan variabel dependen (perubahan laba). Berikut ini adalah

hasil analisis regresi berganda:


Tabel 4.9
Hasil Uji Regresi Berganda
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
B
Std. Error
Beta

Model
1

(Constant)

Sig.

-2.205

1.290

CR

-.014

.384

-.013

-.037 .971

WCTA

3.638

1.700

.626

2.140 .042

.318

.280

.267

1.135 .267

PM
22.983
8.258
a. Dependent Variable: PERUBAHAN LABA
Sumber: Data diolah

.741

2.783 .010

DER

-1.709 .100

Dari tabel uji regresi berganda diatas maka diperoleh persamaan


regresi berganda sebagai berikut:
Y = -2.205 0.014 CR + 3.638 WCTA + 0.318 DER + 22.983 PM
Dari persamaan diatas diketahui konstanta sebesar -2.205 menyatakan
bahwa jika Current Ratio bernilai nol (CR=0), Working Capital to Total
Assets bernilai nol (WCTA=0), Debt to Equity Ratio bernilai nol (DER=0),

dan Profit Margin bernilai nol (PM=0) maka nilai perubahan laba sebesar 2.205. Current Ratio (CR) mempunyai koefisien regresi sebesar -0.014
menyatakan bahwa setiap penambahan 1% current ratio (CR) (dengan asumsi

72

bahwa nilai koefisien variabel lain tetap atau tidak berubah) maka akan
menurunkan perubahan laba sebesar 0.014. Namun sebaliknya, jika current
ratio (CR) turun 1% (dengan asumsi bahwa nilai koefisien variabel lain tetap

atau tidak berubah) maka perubahan laba diprediksi mengalami peningkatan


sebesar 0.014.
Working Capital to Total Assets (WCTA) mempunyai koefisien

regresi sebesar 3.638 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% working


capital to total assets (WCTA) (dengan asumsi bahwa nilai koefisien variabel

lain tetap atau tidak berubah) maka akan meningkatkan perubahan laba
sebesar 3.638. Namun sebaliknya, jika working capital to total assets
(WCTA) turun 1% (dengan asumsi bahwa nilai koefisien variabel lain tetap
atau tidak berubah) maka akan menurunkan perubahan laba sebesar 3.638.
Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai koefisien regresi sebesar

0.318 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% debt to equity ratio (DER)


(dengan asumsi bahwa nilai koefisien variabel lain tetap atau tidak berubah)
maka akan meningkatkan perubahan laba sebesar 0.318. Namun sebaliknya,
jika debt to equity ratio (DER) turun 1% (dengan asumsi bahwa nilai
koefisien variabel lain tetap atau tidak berubah) maka akan menurunkan
perubahan laba sebesar 0.318.
Profit Margin (PM) mempunyai koefisien regresi sebesar 22.983

menyatakan bahwa setiap penambahan 1% profit margin (PM) (dengan


asumsi bahwa nilai koefisien variabel lain tetap atau tidak berubah) maka

73

akan meningkatkan perubahan laba sebesar 22.983. Namun sebaliknya, jika


profit margin (PM) turun 1% (dengan asumsi bahwa nilai koefisien variabel

lain tetap atau tidak berubah) maka akan menurunkan perubahan laba sebesar
22.983.

4.3.3. Analisis Uji Asumsi Klasik


4.3.3.1. Uji Multikolinieritas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah antar variabel


independen mengandung korelasi atau tidak. Jika Variance Inflation Factor
(VIF) < 10 maka antar variabel independen (CR, WCTA, DER dan PM)
tidak terjadi multikolinieritas. Berikut ini adalah hasil uji multikolinieritas:
Tabel 4.10
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa

Collinearity Statistics
Tolerance
VIF

Model
1

(Constant)
CR

.233

4.296

WCTA

.320

3.121

DER

.495

2.019

PM
.386
2.587
a. Dependent Variable: PERUBAHAN LABA
Sumber: Data diolah
Dari hasil tabel 4.10 diatas diketahui bahwa nilai Variance Inflation
Factor (VIF) dari CR (Current Ratio) sebesar 4.296, WCTA (Working

74

Capital to Total Assets) sebesar 3.121, DER (Debt to Equity Ratio) sebesar

2.019, dan PM (Profit Margin) sebesar 2.587. Nilai VIF untuk semua
variabel independen masih lebih kecil dari pada 10 (VIF < 10). Maka dapat
disimpulkan bahwa keempat variabel independen penelitian ini tidak terjadi
multikolinieritas.

4.3.3.2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam


model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan
ke pengamatan lain. Pengambilan keputusan dalam penelitian ini dengan
melihat angka probabilitas. Jika probabilitas > 0.05 maka bebas dari
heteroskedastisitas. Berikut ini hasil uji heteroskedastisitas:
Tabel 4.11
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Correlations

Unstandardized
Residual
Spearmans rho CR

Sig. (2-tailed)

.787

WCTA

Sig. (2-tailed)

.701

DER

Sig. (2-tailed)

.908

PM
Sig. (2-tailed)
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Data diolah

.949

75

Hasil uji pada tabel 4.11 diatas, diketahui bahwa nilai probabilitas
untuk CR (Current Ratio), WCTA (Working Capital to Total Assets), DER
(Debt to Equity Ratio), dan PM (Profit Margin) berturut-turut adalah
sebesar 0.787, 0.701, 0.908, dan 0.949. Nilai probabilitas untuk semua
variabel independen menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0.05
(probabilitas > 0.05). Dengan ini dapat disimpulkan bahwa tidak
ditemukannya masalah heteroskedastisitas pada model regresi.

4.3.3.3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi


antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Diagnosa adanya
autokorelasi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson
(uji DW). Jika nilai uji Durbin Watson (DW) menunjukkan angka 1.65
sampai 2.35 maka tidak terjadi autokorelasi. Berikut ini hasil uji
autokorelasi:
Tabel 4.12
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb

Model

R Square

Adjusted R Std. Error of


Square
the Estimate

1
.561a
.315
.205
a. Predictors: (Constant), PM, DER, WCTA, CR
b. Dependent Variable: PERUBAHAN LABA
Sumber: Data diolah

.93095

DurbinWatson
2.383

76

Dari hasil tabel uji autokorelasi tersebut diketahui bahwa nilai


Durbin Watson (DW) sebesar 2.383. Angka tersebut berada diantara 2.35

sampai 2.79 maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti (berada di


daerah keragu-raguan).

4.3.4. Pengujian Hipotesis


4.3.4.1. Pengujian Menyeluruh atau Simultan (Uji F)

Untuk mengetahui bahwa variabel independen (CR, WCTA, DER,


dan PM) secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen (perubahan laba). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 4.13
Hasil Uji Hipotesis Secara Simultan
ANOVAb

Sum of
Squares

Model
1

Regression
Residual

df

Mean Square

9.946

21.667

25

2.487 2.869

Sig.
.044a

.867

Total
31.613
29
a. Predictors: (Constant), PM, DER, WCTA, CR
b. Dependent Variable: PERUBAHAN LABA
Sumber: Data diolah
Dari uji ANOVA (Analysis of Varians) atau uji F, menunjukkan
bahwa nilai Fhitung sebesar 2.869 sedangkan Ftabel sebesar 2.759 dengan df
pembilang = 4, df penyebut = 25 dan taraf signifikan

= 0.05 sehingga

77

Fhitung > Ftabel. Dengan demikian maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya
terdapat pengaruh secara signifikan antara current ratio (CR), working
capital to total assets (WCTA), debt to equity ratio (DER), dan profit
margin (PM) secara simultan atau bersama-sama terhadap perubahan laba.

Dari tabel 4.13 dapat dilihat bahwa tingkat signifikansi sebesar 0.044 lebih
kecil dari taraf yang ditentukan

= 0.05 mengindikasikan bahwa CR,

WCTA, DER, dan PM secara bersama-sama berpengaruh signifikan


terhadap perubahan laba.

4.3.4.2. Pengujian Individu atau Parsial (Uji t)

Untuk mengetahui bahwa variabel independen (CR, WCTA, DER,


dan PM) secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen (perubahan laba). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini:

78

Tabel 4.14
Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
B
Std. Error
Beta

Model
1

(Constant)

Sig.

-2.205

1.290

CR

-.014

.384

-.013

-.037 .971

WCTA

3.638

1.700

.626

2.140 .042

.318

.280

.267

1.135 .267

PM
22.983
8.258
a. Dependent Variable: PERUBAHAN LABA
Sumber: Data diolah

.741

2.783 .010

DER

-1.709 .100

Dari tabel diatas diketahui bahwa current ratio (CR) memiliki thitung
sebesar -0.037 sedangkan ttabel sebesar -2.052 sehingga thitung > -ttabel
dengan probabilitas signifikansi untuk variabel CR sebesar 0.971 lebih besar
daripada taraf signifikansi 0.05. Maka H0 diterima dan H1 ditolak sehingga
dapat disimpulkan bahwa secara parsial CR tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap perubahan laba.
Nilai thitung untuk working capital to total assets (WCTA) adalah
sebesar 2.140 sedangkan ttabel sebesar 2.052 sehingga thitung > ttabel dengan
probabilitas signifikansi sebesar 0.042 yang artinya lebih kecil dari taraf
nyata signifikansi sebesar 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara
parsial WCTA berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan laba. Dan
menandakan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.

79

Debt to equity ratio (DER) memiliki thitung sebesar 1.135 sedangkan

ttabel sebesar 2.052 sehingga thitung < ttabel dengan probabilitas signifikansi
sebesar 0.267 yang artinya lebih besar dari taraf nyata signifikansi sebesar
0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial DER tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan laba. Dan menandakan
bahwa H0 diterima dan H1 ditolak.
Profit margin (PM) memiliki thitung sebesar 2.783 sedangkan ttabel

sebesar 2.052 sehingga thitung > ttabel dengan probabilitas signifikansi sebesar
0.010 yang artinya lebih kecil dari taraf nyata signifikansi sebesar 0.05.
Maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa secara
parsial PM berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan laba.

4.3.4.3. Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) berguna untuk mengukur seberapa besar


peranan variabel independen (CR, WCTA, DER, dan PM) secara bersamasama menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen
(perubahan laba). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

80

Tabel 4.15
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb

Model

.561a

Adjusted R Std. Error of


R Square
Square
the Estimate
.315

.205

.93095

a. Predictors: (Constant), PM, DER, WCTA, CR


b. Dependent Variable: PERUBAHAN LABA
Sumber: Data diolah

Dari tabel diatas diketahui bahwa koefisien determinasi (R Square)


sebesar 0.315 atau sebesar 31,5%. Hal ini berarti 31,5% dari variabel
perubahan laba bisa dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel current ratio
(CR), working capital to total assets (WCTA), debt to equity ratio (DER),
dan profit margin (PM). Sedangkan sisanya sebesar 68,5% dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel-variabel (faktor-faktor atau rasio-rasio keuangan)
yang lain.
4.4. Pembahasan

Dalam

penelitian

ini

yaitu

pengaruh

perubahan

laba

dengan

menggunakan current ratio (CR), working capital to total assets (WCTA), debt
to equity ratio (DER), dan profit margin (PM) sebagai variabel bebas. Dari hasil

pengujian statistik diperoleh hasil bahwa antara current ratio (CR), working
capital to total assets (WCTA), debt to equity ratio (DER), profit margin (PM)

sebagai variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan

81

terhadap perubahan laba. Dengan nilai koefisien determinasi (R square) sebesar


0.315 yang berarti bahwa 31,5% perubahan laba dapat dijelaskan oleh keempat
variabel independen. Dari presentase yang tergolong rendah tersebut
menunjukkan bahwa masih terdapat pengaruh dari faktor lain yang tidak
dimasukkan dalam penelitian ini.
Secara simultan dengan uji F menunjukkan bahwa nilai Fhitung sebesar
2.869 sedangkan Ftabel sebesar 2.759 dengan taraf signifikan

= 0.05 sehungga

Fhitung > Ftabel. Dengan demikian maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya
terdapat pengaruh secara signifikan antara current ratio (CR), working capital
to total assets (WCTA), debt to equity ratio (DER), dan profit margin (PM)

secara simultan atau bersama-sama terhadap perubahan laba. Terlihat pula


tingkat signifikansi sebesar 0.044 lebih kecil dari taraf yang ditentukan

= 0.05

mengindikasikan bahwa pengaruh CR, WCTA, DER, dan PM secara bersamasama terhadap perubahan laba signifikan.
Secara parsial dengan uji t variabel current ratio (CR) terhadap
perubahan laba diperoleh suatu gambaran bahwa CR memiliki thitung sebesar 0.037 sedangkan ttabel sebesar -2.052 sehingga thitung > -ttabel dengan tingkat
signifikansi sebesar 0.971 lebih besar daripada taraf signifikansi 0.05. Maka H0
diterima dan H1 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial CR
tidak berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap perubahan laba. Dari
hasil tersebut menunjukkan bahwa current ratio bukan proksi yang baik bagi
perubahan laba yang akan datang. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang

82

dilakukan oleh Meriewaty dan Setyani (2005) yang menyatakan bahwa CR


berpengaruh signifikan dan positif terhadap perubahan laba. Ketidaksesuaian
hasil ini dipengaruhi oleh faktor antara lain seperti adanya persediaan bahan
baku dan barang dalam proses yang tidak siap untuk dijual yang terdapat dalam
current assets, sehingga besarnya komponen ini akan meningkatkan CR tetapi

tidak menghasilkan laba karena perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk


memproses persediaan tersebut menjadi barang jadi yang siap untuk dijual.
Selain itu, persediaan yang apabila jumlahnya berlebihan tidak menghasilkan
laba karena perusahaan harus mengeluarkan biaya ekstra untuk biaya perawatan
dan kerusakan secara fisik. Hal yang lainnya adalah hasil penjualan, laba dan
perubahan-perubahan kondisi operasi perusahaan tidak dipertimbangkan
sehingga kurang mencerminkan laba yang direalisasikan di masa yang akan
datang. Pengaruh current ratio (CR) adalah negatif. Dimana CR tinggi
cenderung mengalami penurunan perubahan laba dan CR rendah cenderung
mengalami peningkatan perubahan laba.
Secara parsial dengan uji t variabel working capital to total assets
(WCTA) terhadap perubahan laba menunjukkan bahwa working capital to total
assets (WCTA) memiliki thitung sebesar 2.140 sedangkan ttabel sebesar 2.052

sehingga thitung > ttabel dengan tingkat signifikansi sebesar 0.042 yang artinya
lebih kecil dari taraf nyata signifikansi sebesar 0.05. Maka H0 ditolak dan H1
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial WCTA berpengaruh
secara signifikan dan positif terhadap perubahan laba. Hasil penelitian ini

83

mendukung penelitian yang dilakukan oleh Takarini dan Ekawati (2003) dan
penelitian Warsidi dan Pramuka (2000) yang menyatakan bahwa WCTA
berpengaruh signifikan dan positif terhadap perubahan laba. Hal ini menujukkan
bahwa working capital to total assets (WCTA) merupakan suatu ukuran bagi
pemakai laporan keuangan untuk melihat kemampuan menghasilkan laba masa
yang akan datang dari suatu perusahaan. WCTA yang tinggi cenderung
mengalami peningkatan perubahan laba sedangkan perusahaan dengan WCTA
rendah cenderung mengalami penurunan perubahan laba. Bila WCTA rendah
ini berarti adanya pengurangan dari segi aktiva lancarnya yang berkaitan dengan
total aktiva sehingga dapat mengakibatkan perusahaan mangalami kerugian.
Secara parsial dengan uji t variabel debt to equity ratio (DER) terhadap
perubahan laba menunjukkan bahwa debt to equity ratio (DER) memiliki thitung
sebesar 1.135 sedangkan ttabel sebesar 2.052 sehingga thitung < ttabel dengan
tingkat signifikansi sebesar 0.267 yang artinya lebih besar dari taraf nyata
signifikansi sebesar 0.05. Maka H0 diterima dan H1 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa secara parsial DER tidak berpengaruh secara signifikan dan
positif terhadap perubahan laba. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hermanto (2007) dan Suhardito dkk (2000). Dengan hasil
tersebut menunjukkan bahwa DER tinggi cenderung mengalami peningkatan
perubahan laba sedangkan dengan DER rendah cenderung mengalami
penurunan. Hal ini dikarenakan semakin tinggi DER berarti mengindikasikan
bahwa total hutang yang tinggi dimana banyaknya dana kreditor yang masuk

84

sehingga dapat digunakan untuk menghasilkan atau meningkatkan laba. Dana


tersebut dapat digunakan dalam membantu proses barang untuk siap dijual.
Sehingga dapat meningkatkan penjualan atau pendapatan perusahaan.
Secara parsial dengan uji t variabel profit margin (PM) terhadap
perubahan laba menujukkan bahwa profit margin (PM) memiliki thitung sebesar
2.783 sedangkan ttabel sebesar 2.052 sehingga thitung > ttabel dengan tingkat
signifikansi sebesar 0.010 yang artinya lebih kecil dari taraf nyata signifikansi
sebesar 0.05. Maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa secara parsial PM berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap
perubahan laba. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa profit margin (PM)
merupakan proksi yang baik bagi perubahan laba. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Takarini dan Ekawati (2003) yang menyatakan
bahwa PM berpengaruh signifikan dan positif terhadap perubahan laba.
Kemampuan PM dalam pengaruhnya terhadap perubahan laba dimungkinkan
karena rasio ini berhubungan dengan efisiensi perusahaan dalam memproduksi,
administrasi, pemasaran, pendanaan, dan penentuan harga. Pengaruh yang
positif memberikan arti bahwa setiap kenaikan rasio PM dapat menaikkan
perubahan laba dan setiap penurunan rasio PM dapat menurunkan perubahan
laba. Rasio ini bertambah disebabkan oleh bertambahnya laba bersih dan
penjualan atau pendapatan, jika bertambahnya penjualan lebih besar dari
bertambahnya biaya usaha maka akan mengakibatkan bertambahnya laba di
masa yang akan datang. Dan sebaliknya, rasio ini berkurang disebabkan oleh

85

berkurangnya laba bersih dan penjualan atau pendapatan, jika berkurangnya


penjualan lebih kecil dari berkurangnya biaya usaha maka akan mengakibatkan
menurunnya laba di masa yang akan datang.

86

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada


bab-bab sebelumnya dan pengujian yang telah dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
a. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa current ratio (CR), working capital
to total assets (WCTA), debt to equity ratio (DER), dan profit margin (PM)

secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh yang signifikan


terhadap perubahan laba. Hal ini ditunjukkan dengan menggunakan uji F
dengan tingkat signifikansi sebesar 0.044 (P value < 0.05).
b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa current ratio (CR) secara parsial tidak
berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap perubahan laba. Hal ini
dibuktikan dengan menggunakan uji t dengan thitung sebesar -0.037 dan
tingkat signifikansi sebesar 0.971 (P value > 0.05).
c. Hasil penelitian menunjukkan bahwa working capital to total assets
(WCTA) secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan dan positif
terhadap perubahan laba. Hal ini dibuktikan dengan menggunakan uji t
dengan thitung sebesar 2.140 dan tingkat signifikansi sebesar 0.042 (P value <
0.05).

86

87

d. Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt to equity ratio (DER) secara


parsial tidak berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap perubahan
laba. Hal ini dibuktikan dengan menggunakan uji t dengan thitung sebesar
1.135 dan tingkat signifikansi sebesar 0.267 (P value > 0.05).
e. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profit margin (PM) secara parsial
memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap perubahan laba. Hal
ini dibuktikan dengan menggunakan uji t dengan thitung sebesar 2.783 dan
tingkat signifikansi sebesar 0.010 (P value < 0.05).
f. Pengaruh current ratio (CR), working capital to total assets (WCTA), debt
to equity ratio (DER), dan profit margin (PM) terhadap perubahan laba

sebesar 31,5%. Sedangkan 68,5% dijelaskan oleh faktor-faktor variabel lain


yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas mala penulis menyarankan sebagai


berikut:
a. Bagi para pemakai laporan keuangan yang akan mengambil suatu keputusan
hendaknya tidak hanya mengandalkan data mengenai current ratio (CR),
working capital to total assets (WCTA), debt to equity ratio (DER), dan
profit margin (PM) tetapi perlu juga memperhatikan faktor-faktor lain dan

rasio-rasio lain dalam hubungannya dengan perubahan laba seperti ukuran


perusahaan, faktor ekonomi, efek industri, rasio aktivitas (ITO, TATO.

88

RTO), rasio profitabilitas lainnya (ROE, GPM), rasio solvabilitas lainnya


(DR), rasio likuiditas lainnya (QR).
b. Bagi perusahaan diharapkan lebih memperhatikan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dengan cara mengefektifkan dan mengefisiensi
penggunaan biaya, me-manage utang, mengatur penggunaan dana eksternal
dalam hal ekspansi dan pembiayaan operasi perusahaan di masa mendatang,
dan mempertahankan modal kerja yang baik dan efisien.
c. Bagi peneliti selanjutnya untuk memperbanyak variabel atau menggunakan
variabel lain, selain itu memperbanyak sampel penelitian agar hasil
penelitian selanjunya menjadi lebih tepat dan akurat.

89

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008, Buku Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jakarta.
Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F., 2006, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan,
Edisi 10, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafri, 2006, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Penerbit PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
___________________, 2007, Teori Akuntansi, Edisi Revisi, Penerbit PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Hendriksen, Eldon S. dan Breda, michael F. Van, 2000, Teori Akunting, Edisi
Kelima, Penerbit Interaksara, Batam
Hermanto, Suwardi B., 2007, Pengaruh Sistem Informasi dan Rasio Keuangan
terhadap Perubahan Laba, Usahawan, November, No. 11, Th. XXXVI, hal.
31-41.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2007, Standar Akuntansi Keuangan Per September
2007, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Juliana, Romy Uly. dan Sulardi, 2003, Manfaat Rasio Keuangan dalam
Memprediksi Perubahan Laba Perusahaan Manufaktur, Jurnal Bisnis dan
Manajemen, Vol. 3, No.2, hal. 108-126.
Kasmir, 2009, Analisis Laporan Keuangan, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.
Meriewaty, Dian. dan Setyani, Astuti Yuli, 2005, Analisis Rasio Keuangan terhadap
Perubahan Kinerja pada Perusahaan di Industri Food and Beverages yang
Terdaftar di BEJ, Simposium Nasional Akuntansi VIII, 15-16 September,
hal. 277-287.
Munawir, S., 2004, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Penerbit Liberty,
Yogyakarta.
Priyatno, Dwi, 2009, Mandiri Belajar SPSS, Penerbit MediaKom, Yogyakarta.

90

Santosa, Purbayu Budi. dan Ashari, 2005, Analisis Statistik dengan Miscrosoft Excel
dan SPSS, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Santoso, Singgih. dan Tjiptono, Fandy, 2001, Riset Pemasaran Konsep dan Aplikasi
dengan SPSS, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Sartono, R. Agus, 2001, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi 4, Penerbit
BPFE, Yogyakarta.
Soemarso, 2005, Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi 5, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta.
Suhardito, Bambang. dkk, 2000, Analisis Kegunaan Rasio-Rasio Keuangan dalam
Memprediksi Perubahan Laba Emiten dan Industri Perbankan di PT. Bursa
Efek Surabaya, Simposium Nasional Akuntansi III, hal. 600-618.
Takarini, Nurjanti. dan Ekawati, Erni, 2003, Analisis Rasio Keuangan dalam
Memprediksi Perubahan Laba pada Perusahaan Manufaktur di Pasar Modal
Indonesia, Ventura, Desember, Vol. 6, No. 3, hal. 253-270.
Warren, et al., 2005, Accounting-Pengantar Akuntansi, Edisi 21, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta.
Warsidi. dan Pramuka, Bambang Agus, 2000, Evaluasi Kegunaan Rasio Keuangan
dalam Memprediksi Perubahan Laba di Masa yang Akan Datang: Suatu Studi
Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ, Jurnal Akuntansi,
Manajemen dan Ekonomi, Vol. 2, No. 1.
Wild, John J. et al., 2005, Financial Statement Analysis-Analisis Laporan Keuangan,
Edisi 8, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
www.idx.co.id :
http://202.155.2.90/corporate_actions/new_info_jsx/jenis_informasi/01_lapor
an_keuangan/

91
LAMPIRAN 1
CURRENT RATIO PERUSAH AAN OTOMOTIF

No.
1.

Kode
ASII

2.

BRAM

3.

HEXA

4.

INTA

5.

SMSM

6.

UNTR

Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
2004
2005
2006
2007
2008
2004
2005
2006
2007
2008
2004
2005
2006
2007
2008
2004
2005
2006
2007
2008
2004
2005
2006
2007
2008

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

Current Assets
13,761,766,000,000.00
16,158,641,000,000.00
15,731,494,000,000.00
19,474,163,000,000.00
35,531,000,000,000.00
885,767,000,000.00
963,197,000,000.00
837,970,000,000.00
911,770,000,000.00
978,226,294,000.00
516,764,000,000.00
838,826,000,000.00
777,234,000,000.00
1,022,265,000,000.00
1,596,053,000,000.00
690,073,000,000.00
785,901,000,000.00
702,514,000,000.00
772,833,000,000.00
1,009,143,874,552.00
396,040,000,000.00
386,289,000,000.00
412,789,000,000.00
474,854,000,000.00
555,214,717,486.00
3,766,964,000,000.00
5,603,942,000,000.00
5,402,542,000,000.00
7,036,656,000,000.00
12,883,590,000,000.00

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

Current Liabilities
12,978,507,000,000.00
21,917,215,000,000.00
20,070,497,000,000.00
21,343,163,000,000.00
26,883,000,000,000.00
327,977,000,000.00
336,923,000,000.00
212,991,000,000.00
183,230,000,000.00
446,099,086,000.00
290,614,000,000.00
635,092,000,000.00
699,476,000,000.00
887,073,000,000.00
1,137,060,000,000.00
312,438,000,000.00
388,923,000,000.00
208,189,000,000.00
301,144,000,000.00
469,590,963,317.00
216,137,000,000.00
196,960,000,000.00
207,571,000,000.00
277,815,000,000.00
305,410,849,490.00
2,046,390,000,000.00
3,605,967,000,000.00
4,028,416,000,000.00
5,253,733,000,000.00
7,874,135,000,000.00

CR
1.0604
0.7373
0.7838
0.9124
1.3217
2.7007
2.8588
3.9343
4.9761
2.1928
1.7782
1.3208
1.1112
1.1524
1.4037
2.2087
2.0207
3.3744
2.5663
2.1490
1.8324
1.9613
1.9887
1.7092
1.8179
1.8408
1.5541
1.3411
1.3394
1.6362

92

No.
1.

2.

3.

4.

5.

6.

Kode
ASII

Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
BRAM 2004
2005
2006
2007
2008
HEXA 2004
2005
2006
2007
2008
INTA
2004
2005
2006
2007
2008
SMSM 2004
2005
2006
2007
2008
UNTR 2004
2005
2006
2007
2008

LAMPIRAN 2
WORKING CAPITAL TO TOTAL ASSETS PERUSAHAAN OTOMOTIF
Current Assets
Current Liabilities
Total Assets
Rp 13,761,766,000,000.00 Rp 12,978,507,000,000.00
Rp 39,145,053,000,000.00
Rp 16,158,641,000,000.00 Rp 21,917,215,000,000.00
Rp 61,166,666,000,000.00
Rp 15,731,494,000,000.00 Rp 20,070,497,000,000.00
Rp 57,929,290,000,000.00
Rp 19,474,163,000,000.00 Rp 21,343,163,000,000.00
Rp 63,519,598,000,000.00
Rp 35,531,000,000,000.00 Rp 26,883,000,000,000.00
Rp 80,740,000,000,000.00
Rp
885,767,000,000.00 Rp
327,977,000,000.00
Rp
1,710,352,000,000.00
Rp
963,197,000,000.00 Rp
336,923,000,000.00
Rp
1,709,355,000,000.00
Rp
837,970,000,000.00 Rp
212,991,000,000.00
Rp
1,530,173,000,000.00
Rp
911,770,000,000.00 Rp
183,230,000,000.00
Rp
1,554,863,000,000.00
Rp
978,226,294,000.00 Rp
446,099,086,000.00
Rp
1,672,766,471,000.00
Rp
516,764,000,000.00 Rp
290,614,000,000.00
Rp
636,109,000,000.00
Rp
838,826,000,000.00 Rp
635,092,000,000.00
Rp
1,069,514,000,000.00
Rp
777,234,000,000.00 Rp
699,476,000,000.00
Rp
1,204,104,000,000.00
Rp
1,022,265,000,000.00 Rp
887,073,000,000.00
Rp
1,383,840,000,000.00
Rp
1,596,053,000,000.00 Rp
1,137,060,000,000.00
Rp
1,838,946,000,000.00
Rp
690,073,000,000.00 Rp
312,438,000,000.00
Rp
780,040,000,000.00
Rp
785,901,000,000.00 Rp
388,923,000,000.00
Rp
869,208,000,000.00
Rp
702,514,000,000.00 Rp
208,189,000,000.00
Rp
831,846,000,000.00
Rp
772,833,000,000.00 Rp
301,144,000,000.00
Rp
863,818,000,000.00
Rp
1,009,143,874,552.00 Rp
469,590,963,317.00
Rp
1,137,218,196,524.00
Rp
396,040,000,000.00 Rp
216,137,000,000.00
Rp
650,930,000,000.00
Rp
386,289,000,000.00 Rp
196,960,000,000.00
Rp
663,138,000,000.00
Rp
412,789,000,000.00 Rp
207,571,000,000.00
Rp
716,686,000,000.00
Rp
474,854,000,000.00 Rp
277,815,000,000.00
Rp
830,050,000,000.00
Rp
555,214,717,486.00 Rp
305,410,849,490.00
Rp
929,753,183,773.00
Rp
3,766,964,000,000.00 Rp
2,046,390,000,000.00
Rp
6,769,367,000,000.00
Rp
5,603,942,000,000.00 Rp
3,605,967,000,000.00
Rp 10,633,839,000,000.00
Rp
5,402,542,000,000.00 Rp
4,028,416,000,000.00
Rp 11,247,846,000,000.00
Rp
7,036,656,000,000.00 Rp
5,253,733,000,000.00
Rp 13,002,619,000,000.00
Rp 12,883,590,000,000.00 Rp
7,874,135,000,000.00
Rp 22,847,721,000,000.00

WCTA
0.0200
-0.0941
-0.0749
-0.0294
0.1071
0.3261
0.3664
0.4084
0.4686
0.3181
0.3555
0.1905
0.0646
0.0977
0.2496
0.4841
0.4567
0.5943
0.5461
0.4744
0.2764
0.2855
0.2863
0.2374
0.2687
0.2542
0.1879
0.1222
0.1371
0.2193

93

No.
1.

Kode
ASII

2.

BRAM

3.

HEXA

4.

INTA

5.

SMSM

6.

UNTR

Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
2004
2005
2006
2007
2008
2004
2005
2006
2007
2008
2004
2005
2006
2007
2008
2004
2005
2006
2007
2008
2004
2005
2006
2007
2008

LAMPIRAN 3
DEBT TO EQUITY RATIO PERUSAHAAN OTOMOTIF
Total Liabilities
Equity
Rp 19,425,440,000,000.00
Rp 15,233,543,000,000.00
Rp 36,935,513,000,000.00
Rp 20,424,345,000,000.00
Rp 31,498,444,000,000.00
Rp 22,375,766,000,000.00
Rp 31,511,736,000,000.00
Rp 26,962,594,000,000.00
Rp 40,163,000,000,000.00
Rp 33,080,000,000,000.00
Rp
839,159,000,000.00
Rp
710,744,000,000.00
Rp
712,179,000,000.00
Rp
822,095,000,000.00
Rp
508,484,000,000.00
Rp
833,625,000,000.00
Rp
432,352,000,000.00
Rp
894,006,000,000.00
Rp
480,181,057,000.00
Rp
998,024,806,000.00
Rp
352,999,000,000.00
Rp
283,110,000,000.00
Rp
724,753,000,000.00
Rp
344,761,000,000.00
Rp
858,554,000,000.00
Rp
345,549,000,000.00
Rp
1,003,049,000,000.00
Rp
380,791,000,000.00
Rp
1,226,286,000,000.00
Rp
612,660,000,000.00
Rp
643,812,000,000.00
Rp
136,228,000,000.00
Rp
558,570,000,000.00
Rp
310,638,000,000.00
Rp
521,270,000,000.00
Rp
310,576,000,000.00
Rp
543,728,000,000.00
Rp
320,090,000,000.00
Rp
808,594,720,711.00
Rp
328,623,475,813.00
Rp
244,958,000,000.00
Rp
343,158,000,000.00
Rp
227,268,000,000.00
Rp
410,835,000,000.00
Rp
239,648,000,000.00
Rp
451,062,000,000.00
Rp
316,557,000,000.00
Rp
482,204,000,000.00
Rp
341,289,214,734.00
Rp
546,221,696,384.00
Rp
3,629,278,000,000.00
Rp
3,103,595,000,000.00
Rp
6,485,918,000,000.00
Rp
4,105,713,000,000.00
Rp
6,606,651,000,000.00
Rp
4,594,437,000,000.00
Rp
7,216,432,000,000.00
Rp
5,733,335,000,000.00
Rp 11,644,916,000,000.00
Rp 11,131,607,000,000.00

DER
1.2752
1.8084
1.4077
1.1687
1.2141
1.1807
0.8663
0.6100
0.4836
0.4811
1.2469
2.1022
2.4846
2.6341
2.0016
4.7260
1.7981
1.6784
1.6987
2.4606
0.7138
0.5532
0.5313
0.6565
0.6248
1.1694
1.5797
1.4380
1.2587
1.0461

LAMPIRAN 4
PROFIT MARGIN PERUSAHAAN OTOMOTIF
No. Kode Tahun
Earnings After Tax
Sales
1.
ASII
2004
Rp 5,405,506,000,000.00
Rp 44,923,909,000,000.00
2005
Rp 5,457,285,000,000.00
Rp 61,731,635,000,000.00
2006
Rp 3,712,097,000,000.00
Rp 55,508,135,000,000.00
2007
Rp 6,519,273,000,000.00
Rp 70,182,960,000,000.00
2008
Rp 9,191,000,000,000.00
Rp 97,064,000,000,000.00
2. BRAM 2004
Rp
42,421,000,000.00
Rp
1,472,678,000,000.00
2005
Rp
119,496,000,000.00
Rp
1,764,996,000,000.00
2006
Rp
18,314,000,000.00
Rp
1,500,835,000,000.00
2007
Rp
39,149,000,000.00
Rp
1,547,112,000,000.00
2008
Rp
94,775,520,000.00
Rp
1,637,886,215,000.00
3. HEXA 2004
Rp
91,418,000,000.00
Rp
995,576,000,000.00
2005
Rp
97,771,000,000.00
Rp
1,423,317,000,000.00
2006
Rp
39,428,000,000.00
Rp
1,395,736,000,000.00
2007
Rp
49,522,000,000.00
Rp
1,825,358,000,000.00
2008
Rp
255,485,000,000.00
Rp
2,792,630,000,000.00
4.
INTA
2004
Rp
5,440,000,000.00
Rp
701,756,000,000.00
2005
Rp
17,998,000,000.00
Rp
786,522,000,000.00
2006
Rp
7,066,000,000.00
Rp
608,332,000,000.00
2007
Rp
9,514,000,000.00
Rp
710,996,000,000.00
2008
Rp
22,943,741,774.00
Rp
1,120,471,853,236.00
5. SMSM 2004
Rp
57,371,000,000.00
Rp
730,962,000,000.00
2005
Rp
65,737,000,000.00
Rp
861,531,000,000.00
2006
Rp
66,175,000,000.00
Rp
881,116,000,000.00
2007
Rp
80,325,000,000.00
Rp
1,064,055,000,000.00
2008
Rp
91,471,918,506.00
Rp
1,353,586,085,743.00
6. UNTR 2004
Rp 1,099,633,000,000.00
Rp
8,895,977,000,000.00
2005
Rp 1,050,729,000,000.00
Rp 13,281,246,000,000.00
2006
Rp
930,372,000,000.00
Rp 13,719,567,000,000.00
2007
Rp 1,493,037,000,000.00
Rp 18,165,598,000,000.00
2008
Rp 2,660,742,000,000.00
Rp 27,903,196,000,000.00

PM
0.1203
0.0884
0.0669
0.0929
0.0947
0.0288
0.0677
0.0122
0.0253
0.0579
0.0918
0.0687
0.0282
0.0271
0.0915
0.0078
0.0229
0.0116
0.0134
0.0205
0.0785
0.0763
0.0751
0.0755
0.0676
0.1236
0.0791
0.0678
0.0822
0.0954

95

LAMPIRAN 5
PERUBAHAN LABA PERUSAHAAN OTOMOTIF
No.
1.

Kode
ASII

2.

BRAM

3.

HEXA

4.

INTA

5.

SMSM

6.

UNTR

Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
2004
2005
2006
2007
2008
2004
2005
2006
2007
2008
2004
2005
2006
2007
2008
2004
2005
2006
2007
2008
2004
2005
2006
2007
2008

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

Laba Bersih (Y it)


5,405,506,000,000.00
5,457,285,000,000.00
3,712,097,000,000.00
6,519,273,000,000.00
9,191,000,000,000.00
42,421,000,000.00
119,496,000,000.00
18,314,000,000.00
39,149,000,000.00
94,775,520,000.00
91,418,000,000.00
97,771,000,000.00
39,428,000,000.00
49,522,000,000.00
255,485,000,000.00
5,440,000,000.00
17,998,000,000.00
7,066,000,000.00
9,514,000,000.00
22,943,741,774.00
57,371,000,000.00
65,737,000,000.00
66,175,000,000.00
80,325,000,000.00
91,471,918,506.00
1,099,633,000,000.00
1,050,729,000,000.00
930,372,000,000.00
1,493,037,000,000.00
2,660,742,000,000.00

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

Laba Bersih (Y it-1)


4,421,583,000,000.00
5,405,506,000,000.00
5,457,285,000,000.00
3,712,097,000,000.00
6,519,273,000,000.00
73,977,181,000.00
42,421,000,000.00
119,496,000,000.00
18,314,000,000.00
39,149,000,000.00
42,513,776,397.00
91,418,000,000.00
97,771,000,000.00
39,428,000,000.00
49,522,000,000.00
4,341,744,083.00
5,440,000,000.00
17,998,000,000.00
7,066,000,000.00
9,514,000,000.00
47,898,402,338.00
57,371,000,000.00
65,737,000,000.00
66,175,000,000.00
80,325,000,000.00
342,610,000,000.00
1,099,633,000,000.00
1,050,729,000,000.00
930,372,000,000.00
1,493,037,000,000.00

Perubahan
Laba
0.2225
0.0096
-0.3198
0.7562
0.4098
-0.4266
1.8169
-0.8467
1.1377
1.4209
1.1503
0.0695
-0.5967
0.2560
4.1590
0.2530
2.3085
-0.6074
0.3464
1.4116
0.1978
0.1458
0.0067
0.2138
0.1388
2.2096
-0.0445
-0.1145
0.6048
0.7821

96

LAMPIRAN 6
DATA UNTUK ANALISIS REGRESI BERGANDA DAN KORELASI
No.
1

Kode
ASII

Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
BRAM 2004
2005
2006
2007
2008
HEXA 2004
2005
2006
2007
2008
INTA
2004
2005
2006
2007
2008
SMSM 2004
2005
2006
2007
2008
UNTR 2004
2005
2006
2007
2008

CR

WCTA

DER

PM

Perubahan Laba

1.0604
0.7373
0.7838
0.9124
1.3217
2.7007
2.8588
3.9343
4.9761
2.1928
1.7782
1.3208
1.1112
1.1524
1.4037
2.2087
2.0207
3.3744
2.5663
2.1490
1.8324
1.9613
1.9887
1.7092
1.8179
1.8408
1.5541
1.3411
1.3394
1.6362

0.0200
-0.0941
-0.0749
-0.0294
0.1071
0.3261
0.3664
0.4084
0.4686
0.3181
0.3555
0.1905
0.0646
0.0977
0.2496
0.4841
0.4567
0.5943
0.5461
0.4744
0.2764
0.2855
0.2863
0.2374
0.2687
0.2542
0.1879
0.1222
0.1371
0.2193

1.2752
1.8084
1.4077
1.1687
1.2141
1.1807
0.8663
0.6100
0.4836
0.4811
1.2469
2.1022
2.4846
2.6341
2.0016
4.7260
1.7981
1.6784
1.6987
2.4606
0.7138
0.5532
0.5313
0.6565
0.6248
1.1694
1.5797
1.4380
1.2587
1.0461

0.1203
0.0884
0.0669
0.0929
0.0947
0.0288
0.0677
0.0122
0.0253
0.0579
0.0918
0.0687
0.0282
0.0271
0.0915
0.0078
0.0229
0.0116
0.0134
0.0205
0.0785
0.0763
0.0751
0.0755
0.0676
0.1236
0.0791
0.0678
0.0822
0.0954

0.2225
0.0096
-0.3198
0.7562
0.4098
-0.4266
1.8169
-0.8467
1.1377
1.4209
1.1503
0.0695
-0.5967
0.2560
4.1590
0.2530
2.3085
-0.6074
0.3464
1.4116
0.1978
0.1458
0.0067
0.2138
0.1388
2.2096
-0.0445
-0.1145
0.6048
0.7821

97

LAMPIRAN 7
OUTPUT SPSS 16.0
Descriptive Statistic
Descriptive Statistics

Mean
PERUBAHAN LABA

Std. Deviation

.5690

1.04408

30

1.9195

.93393

30

.2535

.17964

30

DER

1.4299

.87697

30

PM

.0620

.03367

30

CR
WCTA

98

Correlations
Correlations

PERUBAHAN
LABA
Pearson Correlation PERUBAHAN LABA

WCTA

DER

PM

1.000

-.005

.182

.018

.264

-.005

1.000

.783

-.241

-.564

WCTA

.182

.783

1.000

.059

-.607

DER

.018

-.241

.059

1.000

-.390

PM

.264

-.564

-.607

-.390

1.000

.490

.168

.463

.079

CR

.490

.000

.099

.001

WCTA

.168

.000

.379

.000

DER

.463

.099

.379

.017

PM

.079

.001

.000

.017

PERUBAHAN LABA

30

30

30

30

30

CR

30

30

30

30

30

WCTA

30

30

30

30

30

DER

30

30

30

30

30

PM

30

30

30

30

30

CR

Sig. (1-tailed)

CR

PERUBAHAN LABA

99

Regression
Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered


1

Variables Removed Method

PM, DER, WCTA,


CRa

. Enter

a. All requested variables entered.


b. Dependent Variable: PERUBAHAN LABA

Model Summaryb

Model

.561a

R Square

Adjusted R
Square

.315

Std. Error of the


Estimate

.205

Durbin-Watson

.93095

2.383

a. Predictors: (Constant), PM, DER, WCTA, CR


b. Dependent Variable: PERUBAHAN LABA
ANOVAb

Model
1

Sum of Squares
Regression

df

Mean Square

9.946

2.487

Residual

21.667

25

.867

Total

31.613

29

a. Predictors: (Constant), PM, DER, WCTA, CR


b. Dependent Variable: PERUBAHAN LABA

F
2.869

Sig.
.044a

Coefficientsa

Model
1

(Constant)

Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

Std. Error

Beta

Correlations
t

Sig.

Zero-order Partial

-2.205

1.290

CR

-.014

.384

-.013

-.037 .971

-.005

WCTA

3.638

1.700

.626

2.140 .042

.182

.393

.318

.280

.267

1.135 .267

.018

22.983

8.258

.741

2.783 .010

.264

DER
PM

a. Dependent Variable: PERUBAHAN LABA

Collinearity Statistics
Part

Tolerance

VIF

-1.709 .100
-.007 -.006

.233

4.296

.354

.320

3.121

.221

.188

.495

2.019

.486

.461

.386

2.587

101

Coefficient Correlationsa

Model
1

PM
Correlations PM

DER

WCTA

CR

1.000

.606

.078

.486

DER

.606

1.000

-.278

.616

WCTA

.078

-.278

1.000

-.679

CR

.486

.616

-.679

1.000

Covariances PM

68.187

1.403

1.096

1.539

DER

1.403

.078

-.132

.066

WCTA

1.096

-.132

2.890

-.443

CR

1.539

.066

-.443

.147

a. Dependent Variable: PERUBAHAN LABA

Correlations

CR
Spearman's rho CR

Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N

WCTA

Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N

DER

Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N

PM

Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N

Unstandardized Residual Correlation Coefficient


Sig. (2-tailed)
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

WCTA

DER

Unstandardized
Residual

PM

1.000

.941**

-.360

-.577**

-.051

.000

.051

.001

.787

30

30

30

30

30

.941**

1.000

-.150

-.608**

-.073

.000

.430

.000

.701

30

30

30

30

30

-.360

-.150

1.000

-.218

.022

.051

.430

.247

.908

30

30

30

30

30

-.577**

-.608**

-.218

1.000

-.012

.001

.000

.247

.949

30

30

30

30

30

-.051

-.073

.022

-.012

1.000

.787

.701

.908

.949

30

30

30

30

30

103

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

CR
N

WCTA

DER

PM

PERUBAHAN LABA

30

30

30

30

30

Mean

1.9195

.2535

1.4299

.0620

.5690

Std. Deviation

.93393

.17964

.87697

.03367

1.04408

Absolute

.178

.071

.140

.191

.194

Positive

.178

.061

.137

.171

.194

Negative

-.103

-.071

-.140

-.191

-.097

Kolmogorov-Smirnov Z

.977

.389

.765

1.046

1.062

Asymp. Sig. (2-tailed)

.295

.998

.602

.224

.209

Normal Parametersa
Most Extreme
Differences

a. Test distribution is Normal.

BIODATA PENELITI

Nama

: Thaussie Nurvigia Dwi Prabowo Putri

Tempat Tgl Lahir

: Surabaya, 05 September 1988

Alamat

: Jl. Soka Lestari II Blok F-28


Rt. 005/Rw. 007 Jaksel 12440

No Telepon

: 085695361987/02145634752

Email

: Littlewish_nez@yahoo.com

Latar Belakang Pendidikan


1994-2000

: Sekolah Dasar Negeri Barata Jaya II Surabaya

2000-2003

: Sekolah Menengah Pertama SLTPN 19


Surabaya

2003-2006

: Sekolah Menengah Atas SMAN 1


Surabaya

2006-2010

: UPN Veteran Jakarta, S1 Akuntansi

Anda mungkin juga menyukai