Anda di halaman 1dari 16

Globalisasi & Konfik Etnis

1
Konfik Etnis dalam Kajian Politik Global
Berakhirnya Perang Dingin pada akhir abad ke-20 telah
menciptakan dunia baru yang semakin tidak aman
(new world disorder). Perang antarbangsa mulai
berkurang namun perang saudara semakin meningkat.
Hal ini terutama terjadi di negara modern yang
memiliki banyak kelompok etnis. Beberapa negara baru
yang lahir setelah Perang Dingin merupakan hasil dari
konik subnasional yang berbasis etnis. !ang termasuk
dalam kategori konik etnis dalam tulisan ini termasuk
konik antaretnis dan"atau agama dalam suatu negara
(konik hori#ontal) maupun konik antara negara
dengan kelompok etnis yang berada dalam $ilayah
kekuasaan negara tersebut (konik %ertikal). &ermasuk
dalam kategori kedua ini adalah konik separatis dan
iredentis.
'elompok-kelompok yang bertikai dalam suatu negara
seringkali berpengaruh pada stabilitas sistem
internasional. Di satu pihak( konik etnis dapat
mengakibatkan memburuknya keamanan di negara-
negara tetangga) di lain pihak dapat mengundang
campur tangan asing( baik dengan tujuan yang positi*
seperti membantu menyelesaikan konik (melalui
mediasi( menjadi *asilitator) maupun dalam bentuk
yang negati* yang bisa memperparah perang tersebut.
Dengan demikian( konik etnis yang terjadi dalam
suatu negara dapat memiliki dimensi internasonal.
+emakin banyak dimensi internasional yang terlibat
dalam konik etnis maka semakin tinggi
1
Konfik Etnis dalam Kajian Politik Global
kecenderungan internasionalisasi konik tersebut.
Pandangan pesimis pada umumnya menyatakan( jika
suatu konik mulai ,menginternasionalisasi-( maka lebih
sulit dicari penyelesaiannya. Benang-benang konik
menjadi lebih lebih ru$et dan dengan demikian akan
memperlama jangka $aktu konik. .kibatnya( konik
memba$a korban nya$a dan harta yang lebih banyak
pula.
&ulisan-tulisan yang terdapat dalam buku ini mencoba
untuk mengamati konik etnis dari dimensi hubungan
internasional. &ulisan-tulisan tersebut tidak bermaksud
untuk tidak menghormati otonomi konik etnis dalam
negara karena tidak semua konik subnasional yang
berbasis etnis memiliki dimensi internasional( apalagi
sampai menyebabkan terganggunya sistem.
Dimensi internasional konfik etnis
'onik etnis merupakan bahasan yang tidak banyak
menarik pengaji ilmu hubungan internasional( terutama
pada masa Perang Dingin. Pada masa tersebut
perhatian lebih banyak diberikan pada masalah-
masalah yang berkaitan dengan perseteruan dua
negara adidaya yang saling merebutkan hegemoni.
'alaupun ada bahasan tentang konik subnasional
hampir bisa dipastikan tidak terlepas dari konteks
perebutan hegemoni itu. +ebaliknya( beberapa
dasa$arsa terakhir konik etnis mulai mendapat
perhatian yang cukup dari para pemelajar politik
antarbangsa.
.da beberapa alasan mengapa bahasan etnisitas tidak
banyak dikenal dalam studi politik internasional.
2
Globalisasi & Konfik Etnis
Populernya paradigma realis menjadi penyebab utama
terbatasnya pengajian tentang konik etnis. Paradigma
realis menekankan pentingnya peran negara dalam
hubungan antarbangsa. Di tingkat sistemik negara
dilihat sebagai entitas tunggal yang me$akili sejumlah
kelompok masyarakat yang ada di ba$ah kedaulatan
negara tersebut. 'eamanan negara yang menjadi isyu
utama pada masa Perang Dingin( dide/nisikan secara
sempit dengan hanya menekankan pada aspek
keamanan dari serangan negara lain dan keamanan
menghadapi perang nuklir (0orgenthau 1223) 4alt#
1252). .kibatnya( aspek-aspek dalam negeri yang
berpotensi menjadi destabilitas sistem menjadi
terpinggirkan. Padahal( banyak aspek dalam negeri
dapat menjadi sumber konik antarbangsa dan bahkan
terdapat beberapa mengalami kegagalan (disebut
failed states"state failure/collapsed state) yang
memba$a dampak terganggunya stabilitas
internasional yang bersumber dari ketidakmampuan
pemerintah nasional mengelola konik internal.
6iddens (1278( 277) menegaskan(
&heorists o* international relations( relati%ely
unconcerned $ith $hat goes on inside states(
tend to underestimate the signi/cance o*
internal struggles that inuence e9ternal
policies. :%eryone ackno$ledges that to treat a
state as an aktor is a simpli*ying notion(
designed to help make sense o* comple9ities o*
the relations bet$een states.
Penjelasan 6iddens tersebut merupakan kritik yang
ditujukan pada paradigma realis dan penganut ,English
tradition- yang secara tegas membuat dikotomi antara
3
Konfik Etnis dalam Kajian Politik Global
hubungan antarbangsa dengan politik dalam negeri.
Dikotomi semacam ini semakin tidak populer dengan
perkembangan baru dalam permasalahan dunia. Dua
%ariabel tersebut semakin tidak dapat dipisahkan dan
garis-garis penghubung antara keduanya semakin jelas.
Para pemelajar hubungan internasional seringkali
dihadapkan pada garis pemisah antara apa yang
seharusnya dipelajari dalam hubungan internasional
dan apa yang dipelajari dalam politik di ,dalam- negeri.
Hubungan internasional dipahami sebagai ,hubungan
dan interaksi antara negara-negara berdaulat dalam
sistem yang anarki- (0orgenthau 1223) 4alt# 1252).
'uatnya pandangan kaum realis tentang kedaulatan
juga mempengaruhi metodologi pengajaran ilmu
hubungan internasional. 0asing-masing pemelajar
dalam dua ilmu berpijak kuat pada garisnya dengan
berbagai alasannya masing-masing. 'ukuhnya pijakan
ini masih berlanjut di kalangan pemelajar ilmu
hubungan internasional di ;ndonesia sampai sekitar
dasa$arsa 1220-an. +ementara itu( konik etnis yang
terjadi dalam suatu negara yang berdimensi
internasional adalah subyek bahasan yang berdiri
ditengah-tengah dua disiplin ilmu itu. 0aka tidak
mengherankan jika ada yang mendalami subyek ini
akan mengalami kesulitan ,meletakkan diri- diantara
dua disiplin ilmu tersebut sementara banyak dimensi
,intermestik- yang dapat menjadi bahan kajian para
pemelajar hubungan internasional. Pesatnya perubahan
dalam sistem internasional menyebabkan terdapatnya
jurang antara teori dan praktek dan sampai dengan
dasa$arsa tersebut di ;ndonesia belum banyak teori
yang menjembataninya.
4
Globalisasi & Konfik Etnis
Penyebab lain kurang diminatinya bahasan konik etnis
adalah karena kuatnya keyakinan para asimilasionis
yang percaya bah$a konik antaretnis memudar
dengan sendirinya sejalan dengan kemajuan teknologi(
industrialisasi dan modernisasi. 0ereka cenderung
meyakini bah$a konik etnis tidak terjadi bila
hubungan antarmanusia semakin intensi* sebagai
akibat dari kemajuan teknologi dan industrialisasi (<yan
1220( 99).
.da pula yang meyakini bah$a perbaikan ekonomi
yang disebabkan oleh *aktor-*aktor di atas akan
mengikis keinginan antaretnis untuk bermusuhan.
=amun para asimilasionis lupa bah$a *aktor identitas
etnis adalah( sekalipun fuid( merupakan sesuatu yang
si*atnya relati* konstan. Bertemunya berbagai
kelompok subnasional dalam suatu ,melting pot
mungkin bisa menyebabkan terjadinya asimilasi(
namun sebaliknya( sangat memungkinkan pula untuk
terjadinya benturan-benturan yang berakar pada
perbedaan identitas etnis. 'asus .merika yang relati*
berhasil dengan strategi asimilasi-akulturasi tampaknya
tidak selalu bisa menjadi contoh negara lain. 0igrasi
yang mengakibatkan perubahan demogra/ justru
seringkali menjadi sumber utama konik antaretnis. Di
;ndonesia( kejadian seperti ini merupakan sesuatu yang
tidak langka( seperti yang terjadi di <iau( Poso( .mbon
dan beberapa tempat lainnya.
1
!ang lebih menarik( jika
1
Beberapa pengamat seperti Mahmood Mamdani melihat konfik
etnis lebih berakar pada perilaku para penjajah yang memiliki
andil menciptakan negara itu. Ini bisa dilihat pada kasus
penciptaan Afrika Selatan. Studi Mamdani bisa diterapkan pada
5
Konfik Etnis dalam Kajian Politik Global
modernisasi dijadikan indikator melemahnya peran
etnis dalam negara adalah konik etnis tidak hanya
terjadi di negara-negara berkembang tetapi juga
berlangsung di negara-negara dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang relati* tinggi( namun masih
memiliki masalah dengan etnisnya seperti di ;nggris
(;rlandia >tara)( 'anada (?uebec)( +panyol (Bas@ue).
Beranjak dari model asimilasionis .merika yang
berhasil tersebut dan sejalan dengan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi dunia( tingginya tingkat migrasi
antarnegara dan benua( lancarnya arus teknologi(
komunikasi dan transportasi( banyak sarjana yang
berpikir untuk ,memperluas- model tersebut di tingkat
internasional dalam bentuk integrasi seperti yang
pernah ditelaah oleh Haas (12AB) dan 0itrany (12AA)
sehingga melahirkan ide pembentukan >ni :ropa dan
organisasi-organisasi regional di hampir semua
ka$asan. Bahkan banyak negara melakukan
reorganisasi internal melalui mekanisme integrasi
regional. Dengan kata lain( banyak organisasi regional
sengaja diciptakan untuk mengatasi konik internal
yang sedang terjadi di suatu negara sekaligus ber*ungsi
untuk mekanisme mengontrol konik antarnegara.
Dengan populernya rejim integrasi dan asimilasi maka
konik etnis tidak pernah mendapat perhatian yang
cukup pada masa tersebut.
!ang tidak kalah menariknya bah$a pertikaian-
pertikaian subnasional yang terjadi dalam sebuah
kasus konfik etnis di Indonesia. Lihat Mahmood Mamdani,
Citizen and Subject: Contemporary Africa and the Legacy of Late
Colonialism. rinceton, !"# rinceton $ni%ersity ress &''(.
6
Globalisasi & Konfik Etnis
negara baru seringkali dipandang sebagai suatu ,gejala
yang positi*- dan dinamis dalam proses pembangunan
nasional (nation building) dan integrasi nasional.
+ebagian besar gejala nasionalisme etnis yang muncul
setelah kemerdekaan suatu negara bangsa dianggap
sebagai proses menuju pembentukan integrasi
nasional( dengan demikian tidak perlu terlalu
dicemaskan kehadirannya. Bahkan ada yang
menganjurkan *enomena nasionalisme etnis ini dicari
penyelesaiannya dengan menerapkan kebijakan
sentralisasi kekuasaan negara( seperti yang dianjurkan
oleh 6reene dan +toessinger (+chechterman 1223( 15).
+trategi ini kenyataannya justru kontra produkti* karena
sentralisasi kekuasaaan hanya memperkuat
kecenderungan pemisahan diri kelompok etnis tertentu.
Patricia 0ayo (125B) menyatakan munculnya
nasionalisme etnis yang berkepanjangan merupakan
hasil dari kesalahan pemerintah pusat yang tidak peka
terhadap kebutuhan rakyatnya. 0ayo menegaskan(
Cdogmatic centralism and social uni*ormity- to
o%ersimpli/cation o* administration threaten
identity and the modern state-s Dcoerci%e
apparatus and its lack o* sensiti%ity to the needs
o* its citi#enE.
Perhatian yang lebih memadai tentang politik etnis dan
hubungan internasional dia$ali dengan disintegrasi di
>ni +o%iet dan !ugosla%ia. Beberapa *aktor seperti
undurnya >ni +o%iet dari pertarungan ideologi dengan
.+( sengketa antara +lo%enia dengan +lo%akia( dan
perang antara Bosnia dan +erbia merupakan *aktor
pemercepat (catalyst) kemunculan kembali etno-politik
7
Konfik Etnis dalam Kajian Politik Global
dalam dimensi hubungan antarnegara (Brecher dan
4inken*eld 1225( 1AB).
2
Perkembangan di >ni +o%iet dan !ugosla%ia memba$a
dampak tersendiri terhadap pemelajaran ilmu
hubungan internasional. +ejak saat itu konik etnis
menemukan pijakannya dalam kajian ilmu hubungan
internasional. Hal ini sejalan dengan berkembangnya
aliran pluralis dalam tradisi positi%is yang banyak
menentang pandangan-pandangan perspekti* realis.
3
Para sarjana ilmu hubungan internasional pun semakin
tertarik melihat dimensi internasional etnisitas ini( dan
tidak hanya menyerahkan masalah etnisitas pada
bidang ilmu lain seperti sosiologi( antropologi maupun
psikologi.
4alaupun paradigma pluralis tidak secara lebih jauh
mendalami masalah politik etnis( tetapi setidaknya
mengakui bah$a terdapat keberagaman isu dan aktor
dalam politik internasional( salah satunya adalah etnis.
'aum pluralis memandang bah$a berbagai aktor dan
2
+ebelum keruntuhan >ni +o%iet( Daniel 0oynihan (1223) pernah
mengkritik paradigma realis yang dianggapnya ,tidak realis-
karena terlalu mengedankan aspek po$er-keamanan dan
mengesampingkan sama sekali nasionalisme etnis dalam arus
utama hubungan internasional. ;a juga permah memperkirakan
keruntuhan >ni +o%iet beberapa tahun sebelum kejadian itu
menjadi nyata. Fihat Daniel 0oynihan (1223)( PandaemoniumG
Ethnicity in International Politics. H9*rod( H9*ord >ni%ersity Press.
3
&erdapat empat asumsi utama untuk memahami paradigma iniG
aktor bukan negara (non-state actors) merupakan bagian penting
dari politik dunia) negara bukan merupakan aktor yang bersatu)
dan negara bukan merupakan aktor yang rasional) dan agenda
politik internasional sangat beragam.
8
Globalisasi & Konfik Etnis
unit di dalam sistem internasional saling berkerjasama
sekaligus berkompetisi dengan berbagai macam nilai
dan kepentingannya. Para pluralis mulai
memperhatikan masalah ketegangan antara negara
dengan rakyat( atau antaretnis yang bisa terjadi akibat
terdapatnya sebuah perusahaan multinasional di suatu
tempat. 'ehadiran perusahaan lintas negara
(transnational)( selain dapat meningkatkan
kesejahteraan ekonomi di suatu daerah( memiliki
potensi untuk memperkuat pembentukan identitas
etnis yang bisa menimbulkan dilema diplomasi. Hal ini
terutama dibahas lebih mendalam oleh generasi baru
pluralis (neo-pluralis"neo-liberalis)( diantaranya 0oore
dan Da%is (1225( 1277)( 'uran (1277) Fake dan
<othchild (1277)( 0idlarsky (1222)( Iartman (1222)(
Jarment and Kames (1225)( +tack dan Hebron (1222)(
+aideman (2001( 2002)( Fobell dan 0auceri (200B).
Demokratisasi di tingkat global menarik banyak
perhatian banyak pemimpin politik untuk
menggerakkan massanya untuk menemukan kembali
identitas kolekti* mereka dengan menolak identitas
,kolekti*- yang dide/nisikan oleh negara. 'arakter etnis
yang sudah terdapat pada beberapa konik di berbagai
belahan dunia (sedikit diantaranya ;ndonesia( Jina(
<$anda-Burundi( P=6( 'enya( 0acedonia( &ajikistan( +ri
Fanka( ;ndia) menemukan kembali momentumnya pada
masa pasca Perang Dingin dengan penyebab( proses
dan hasil yang bertbeda( tetapi hampir semua konik
etnis tersebut melibatkan unsur kekerasan. Kustru
karena lebih banyak konik etnis yang berunsur
kekerasan( kajian konik tersebut menjadi lebih
menarik (!oung 1225).
9
Konfik Etnis dalam Kajian Politik Global
+alah satu aliran dalam tradisi positi%is yang menaruh
minat pada masalah etnis adalah kaum neo-0ar9ist
(kadang-kadang disebut kaum globalis).
B
Para penganut
perspekti* ini banyak menaruh perhatian dan
keprihatinan pada perkembangan dan pelestarian
hubungan ketergantungan antara >tara-+elatan(
negara kaya-miskin( negara maju dan sedang
berkembang. 0ereka yakin bah$a perbedaan menyolok
antara dua kubu tersebut merupakan kondisi yang
disengaja oleh negara kapitalis karena kelompok ini
tidak ingin melihat negara-negara lemah dan miskin
menjadi lebih kuat. Dengan demikian( tidak
mengherankan jika *aktor ekonomi menjadi begitu
dominan dalam analisis para globalis.
4alaupun 0ar9ism tidak mengembangkan secara
khusus teorisasi tentang konik etnis( beberapa
pengikutnya banyak menyentuh masalah konik etnis
sebagai salah satu *okus kajiannya.
8
Pendekatan
4
.sumsi-asumsi dasar paradigma yang kemunculannya relati* baru
dalam disiplin hubungan internasional ini adalahG analisis
internasional dia$ali dengan memahami konteks global dimana
aktor-aktor internasional berinteraksi) menekankan pentingnya
(bahkan keharusan) pendekatan sejarah dalam menganalisis
persoalan global) lebih cenderung mem*okuskan pada mekanisme
dominasi para pelaku internasional untuk kepentingan para pelaku
itu sendiri) menekankan pentingnya *aktor ekonomi dalam
menganalisis dinamika sistem internasional.
5
Perbedaan pandangan kaum 0ar9ist dengan %arian 0ar9ist
(seperti neo-0ar9ist( post-0ar9ist maupun pseudo-0ar9is) adalah
pandangannya tentang konik. 0ar9isme melihat konik terjadi
antarkelas dalam masyarakat (konik %ertikal yang bersumber
pada karakteristik struktural)( sementara kritiknya lebih melihat
konik sebagai *enomena sosial (konik hori#ontal) tanpa
10
Globalisasi & Konfik Etnis
0ar9ist dan neo-0ar9ist melihat konik etnis muncul
jika terdapat kelompok yang menempati posisi
subodinat dan tidak diuntungkan dalam suatu negara
dan jika di terdapat division of labour di berbagai
kelompok etnis yang berbeda dalam suatu negara
(6oonasekera 122A). Jontohnya( ,kolonialisme internal-
merupakan terminologi yang acapkali digunakan oleh
para neo-0ar9ist untuk menyebut kondisi depri%asi
relati* yang dialami oleh sebuah kelompok etnis. ;stilah
ini diantaranya digunakan oleh 0ichael Hechter (1258
dan 1222) dan .ndre 6under Lrank (1220).

:tnisitas menjadi salah satu kekuatan yang membentuk
sistem internasional pasca Perang Dingin( bahkan
menempati arti penting dalam politik luar negeri
banyak negara( termasuk negara-negara besar. ;su
nasionalisme etnis semakin populer dengan munculnya
berbagai isu lain yang berkaitan dengannya( seperti
semakin digemarinya ide negara kecil( inter%ensi
kemanusiaan( penyelesaian konik dan hak a#asi
manusia.
'emunculan kembali kesadaran etnis dan minat para
pengamat hubungan internasional terhadap masalah
ini disebabkan karena beberapa *aktor. 0enurut
<osenau (1272) banyak rejim nasional sedang
mengalami krisis legitimasi disebabkan desakan kuat
kelompok-kelompok etnis di dalam negeri. 'uatnya
desakan ini mengakibatkan pemerintah nasional
kurang e*ekti* mengatasi berbagai tuntutan mereka.
'arena ketidakmampuan negara dalam memproses
memandang kelas.
11
Konfik Etnis dalam Kajian Politik Global
tuntutan itu( kelompok-kelompok subnasional tersebut
memba$a tuntutannya ke luar batas negara. ;ni
mengakibatkan terjadinya krisis otoritas global dalam
politik dunia dan melemahkan sendi-sendi kedaulatan
yang selama ini dijunjung tinggi dalam sistem
internasional. Jontoh nyata bisa dilihat dari semakin
meningkatnya jumlah dan kegiatan kelompok-kelompok
pembebasan diri yang semakin berani menentang
ke$enangan pemerintah nasional. 6erakan-gerakan
semacam ini( yang dulu dianggap sebagai ,masalah
dalam negeri-( sekarang semakin nyata menjadi
masalah internasional. Pendapat <osenau selanjutnya(
masalah nasionalisme etnis yang dulu selalu dianggap
,tidak ber$ilayah- dalam kajian hubungan internasional
ini( sesungguhnya merupakan masalah yang terdapat
,di ba$ah permukaan- Perang Dingin. &idak diakuinya
masalah tersebut menandakan kegagalan ilmu
hubungan internasional untuk melihat lebih jauh dan
lebih dalam berbagai macam aspek internal yang
mampu menimbulkan krisis di tingkat internasional.
'elompok-kelompok di dalam negeri yang telah berani
menyuarakan kehendaknya di tingkat global
menandakan aserti*nya masyarakat nasional di tingkat
internasional. 0enurut Hebron dan +tack (1222( 5)
telah terjadi perubahan si*at hubungan negara
terhadap badan-badan internasional( seperti ;0L dan
4&H( yang berakibat pada meningkatnya arti penting
segmen-segmen kecil di tingkat negara yang dalam
$aktu bersamaan( mengurangi pentingnya peran
negara. Dengan demikian kelompok-kelompok etnis
dapat mele$ati batas-batas *ormal negara dengan
secara langsung memproyeksikan kepentingannya di
12
Globalisasi & Konfik Etnis
arena politik dunia. +elain itu( semakin beraninya
kelompok-kelompok subnasional untuk bergerak ke luar
merupakan akibat tidak langsung dari korporasi global
yang menginternasionalisasikan masalah domestik ke
tingkat internasional melalui jaringan ketergantungan
ekonomi. 0engintegrasikan ekonomi nasional dengan
internasional secara nyata mengakibatkan rentannya
masalah domestik untuk diinter%ensi oleh pihak luar.
Pada saat ini sulit untuk menyatakan masalah suatu
negara adalah murni masalah dalam negeri. +emua
masalah nasional bisa menjadi masalah internasional(
hanya kadar internasionalisasinya berbeda-beda
tergantung dari jauh dekatnya masalah tersebut dari
,radar- internasional. Dengan menguatnya kedudukan
etnis dalam politik global( kelompok ini pun berani
menjadikan dirinya sebagai $adah"sarana yang mampu
menampung dan menyalurkan tuntutan
kepentingannya dalam sistem internasional.
13
Konfik Etnis dalam Kajian Politik Global
Struktur buku ini
Buku ini berisi enam tulisan yang seluruhnya berkaitan
dengan masalah etnisitas di beberapa tempat. +elain
secara singkat berupaya membuka $acana kajian
etnisitas dalam perspekti* hubungan internasional(
buku ini juga mena$arkan beberapa indikator yang
dapat dijadikan %ariabel bagaimana sebuah konik
etnis domestik Dnaik kelasE ke peringkat internasional.
Beberapa %ariabel yang dita$arkan tentu tidak
komprehensi* memuat seluruh indikator( namun paling
tidak dapat dijadikan kajian pembuka ke arah tersebut.
Perjuangan untuk melepaskan diri bukanlah sesuatu
yang mudah. Para pejuang kelompok pemisahan diri
harus mencari strategi yang mampu menunjang
keberhasilan perjuangannya. .gar berhasil( kelompok-
kelompok pemisahan diri harus mampu membuat pihak
lain mendengar dan melihat apa yang
diperjuangkannya. ;nilah yang menjadi inti bahasan
dalam bab 3. Bab B melihat dengan lebih detil
bagaimana trans*ormasi tersebut terjadi. Proses
trans*ormasi dapat berbentuk di*usi dan eskalasi( serta
apa saja yang menjadi determinan meluasnya konik
etnis( sebuah kondisi yang sangat mungkin terjadi
dalam setiap konik etnis. Bab 8 mencoba
menguraikan bentuk-bentuk dan alasan keterlibatan
pihak ketiga dalam konik pemisahan diri. +ebuah
negara yang melibatkan diri sebagai pihak ketiga
dalam konik tersebut memiliki pilihan alasan yang
menjadi keputusan politik luar negerinya. &idak ada
pilihan politik luar negeri yang mudah karena semua
keputusan mengandung masing-masing resiko.
14
Globalisasi & Konfik Etnis
&umpang tindihnya konik di &hailand +elatan( antara
konik identitas( sejarah dan konik sumber daya alam
menjadi bahasan dalam bab A buku ini. +ementara
konik di &hailand +elatan berkurang intensitas
kekerasannya( $ilayah .sia &enggara tetaplah menjadi
$ilayah ra$an konik.
'embali ke ;ndonesia( yang masih dibelit oleh
permasalahan pemisahan diri Papua. &untutan Papua
memerdekakan diri sudah mencapai tahap
internasionalisasi. Perkembangan ini menjadi
keprihatinan pemerintah. ;ni merupakan tantangan
yang harus dihadapi oleh setiap kepala pemerintahan
sampai masalah tersebut menemui jalan keluar. .ksi
internasionalisasi yang dilakukan oleh para pejuang
kemerdekaan Papua tidak hanya dilakukan di ,dunia
nyata- melalui berbagai gerakan yang berdimensi
violence dan non-violence, mereka juga telah
meman*aatkan kemajuan teknologi komputer dan
dunia maya untuk mencapai keberhasilan
perjuangannya. 0elalui berbagai situs( para pejuang
Papua berupaya menggalang simpati internasional.
Berjuang melalui dunia maya merupakan strategi yang
handal dalam mengaktualisasikan diri dan tingkat
keberhasilannya dalam menggalang simpati
internasional relati* dengan mudah dapat diperkirakan.
Bahasan mengenai hal ini dapat disimak pada bab 5.
+trategi baru ini selayaknya mendapat perhatian
pemerintah( namun kenyataannya tidak banyak yang
dilakukan pemerintah dalam menyikapi hal tersebut.
Pemerintah belum melakukan langkah-langkah nyata
aksi balik yang mengindikasikan lambannya negara
dalam merespon perkembangan-perkembangan baru.
15
Konfik Etnis dalam Kajian Politik Global
.kibatnya( negara selalu -tertinggal- dalam
menghadapi pesatnya diplomasi non-kon%ensional
yang saat ini telah menjadi kecenderungan baru dalam
perjuangan -mela$an- negara.
16

Anda mungkin juga menyukai