Anda di halaman 1dari 29

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kegiatan manusia dalam menghasilkan produk dan jasa, seperti kegiatan
industri, rumah tangga, pasar, pertanian, perkebunan, perikanan dan lain-lain
menghasilkan limbah yang dapat merusak lingkungan. Alternatif untuk mencegah
kerusakan lingkungan adalah dilakukan penerapan produksi bersih seperti good
house keeping, perubahan material input, perubahan produk, perubahan
teknologis, perubahan produk dan on-site reuse. Keuntungan dari penerapan
produksi bersih adalah dapat mengurangi biaya produksi, mengurangi limbah
yang dihasilkan, meningkatkan produktivitas, mengurangi konsumsi energi,
meminimisasi masalah pembuangan limbah dan memperbaiki nilai produk
samping.
Dalam mengetahui suatu industri menerapkan prinsip produksi bersih
tersebut, perlu adanya metodologi audit produksi bersih untuk menerapkan
pengukuran pada pengoptimalan produksi dan meningkatkan eko-efisiensi. Salah
satu industri yang dijadikan sebagai contoh dalam memastikan penerapan
produksi bersih sudah diterapkan atau belum diterapkan adalah industri
pembuatan arang dari batok kelapa.
Seiring dengan meningkatnya produksi arang yang menggunakan bahan
dasar batok kelapa, dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran udara karena
adanya penguraian senyawa-senyawa kimia dari batok kelapa pada proses
pembakaran. Untuk mencegah terjadinya pencemaran udara tersebut, upaya
produksi bersih yang dapat dilakukan adalah dengan cara pirolisis. Pirolisis adalah
pembakaran dengan sedikit udara atau tanpa udara terhadap bahan baku, sehingga
akan diperoleh rendemen berupa asap cair yang dapat digunakan sebagai
biopreservatif baru pengganti preservatif kimia.
Menurut Darmadji (2000), pirolisis dari batok kelapa menghasilkan asap
cair dengan kandungan fenol sebesar 4,13%, karbonil 11,3% dan asam 10,2%.
Asap cair dapat digunakan sebagai pemberi rasa dan aroma yang spesifik juga
sebagai pengawet pada bahan pangan, koagulan lateks dalam industri perkebunan,
dan dalam industri kayu, kayu yang diolesi asap cair mempunyai ketahanan
terhadap serangan rayap daripada kayu tanpa diolesi asap cair.
Berdasarkan informasi tersebut, banyak manfaat yang dapat diperoleh dari
hasil pengolahan limbah, dalam hal ini limbah gas yang terbentuk dari pembuatan
arang yang berasal dari batok kelapa. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui
upaya penerapan produksi bersih di industri untuk melakukan minimisasi dan
memanfaatkan limbah yang terbentuk.

Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui tahapan proses pengolahan arang
dan asap cair, memahami penerapan konsep produksi bersih dalam industri
pembuatan arang, mengetahui pemanfaatan hasil samping pembuatan arang.


PROFIL PERUSAHAAN


Perusahaan yang kami amati dalam penyelesaian tugas produksi bersih ini
adalah pabrik arang batok dan asap cair, Desa Cihideung Udik, Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor. Pabrik ini dikelola oleh Bapak Mamad dan mulai
beroperasi sekitar tahun 1990, namun telah mulai melakukan penelitian sejak
tahun 1986. Total luas pabrik adalah 700 m
2
, dengan rincian 500 m
2
untuk
bangunan dan 200 m
2
untuk taman/kebun.
Produk yang dihasilkan dari pabrik ini, antara lain arang batok, granular,
powder dan asap cair. Pemanfaatan dari masing-masing produk tersebut, antara
lain:
1. Arang batok (gibs) : untuk pembakaran
2. Granular : untuk filter air
3. Powder : untuk pembuatan briket
4. Asap cair :
i. Grade I dan II :
Asap cair ini mempunyai kegunaan yang sangat besar sebagai pemberi
rasa dan aroma yang spesifik juga sebagai pngawet karena sifat
antimikrobia dan antioksidannya. Dengan tersedianya asap cair maka
proses pengasapan tradisional dengan menggunakan asap secara langsung
yang mengandung banyak kelemahan seperti pencemaran lingkungan,
proses tidak dapat dikendalikan, kualitas yang tidak konsisten serta
timbulnya bahaya kebakaran, yang semuanya tersebut dapat dihindari.
Penggunaan asap cair grade I dan II, antara lain:
Pemakaian untuk daging : celupkan daging ke dalam larutan 60% asap cair
kemudian tiriskan, bisa tahan sampai dengan 5 hari
Untuk Ikan : celupkan ikan yang telah dibersihkan ke dalam 50% asap
cair, tambahkan garam , maksimum awet 3 hari.
Untuk bakso : didihkan larutan 15% asap cair, masukkan bakso, tiriskan.
sebelum dimakan bakso direbus dalam air mendidih. Maksimum
penyimpanan 5 hari.
ii. Grade III :
Perkebunan karet: Asap cair dapat digunakan sebagai koagulan lateks
dengan sifat fungsional asap cair/sebagai pengganti asam formiat,
antijamur, antibakteri.
Industri Kayu: Pertahanan terhadap rayap.

Lokasi usaha berada di area Bogor, Jawa Barat. Alamat lengkapnya adalah
jalan Raya Sinagar Km. 2 Desa Cihideung Udik Ciampea, Bogor. Lokasi usaha
masih berada di sekitar pemukiman warga maka lokasi usaha tidak sulit untuk
diakses. Kondisi jalan yang tidak rusak juga memudahkan kendaraan menuju
pabrik. Transporasi menuju pabrik dapat menggunakan motor, mobil, dan juga
kendaraan umum yaitu angkot yang melewati area pabrik. Namun untuk jenis
mobil yang besar seperti truk sulit untuk melewati jalan ke pabrik. Hal tersebut
karena kondisi jalan yang tidak terlalu lebar, maka hanya digunakan motor, mobil,
dan angkot yang memang memadai pada kondisi jalan. Sementara transportasi
untuk mendistribusikan produk dari pabrik ke konsumen menggunakan motor dan
mobil bak terbuka. Jika produk yang didistribusikan dalam jumlah kecil maka
digunakan motor dan jika jumlahnya banyak maka digunakan mobil bak terbuka.
Menurut Pak Mamad modal awal dari pabrik ini adalah bermodalkan
coba-coba dengan melihat peluang dari penggunaan limbah pengolahan kelapa,
yaitu batok/tempurung kelapa. Apabila disetarakan denga rupiah, maka sekitar
Rp. 500.000,-. Adapun supplier/pemasok bahan baku berupa batok/tempurung
kelapa tersebut adalah pasar-pasar tradisional yang ada di sekitar Bogor.
Sedangkan konsumen dari produk-produk yang dihasilkan, antara lain
Asap cair: industri pengolahan karet, industri kayu, pengolahan ikan,
daging dan industri pembuatan bakso, petani untuk pestisida.
Arang batok: pedagang sate atau sejenisnya yang menggunakan arang.

Tenaga kerja

Tenaga kerja pada pabrik ini ada 5 orang, termasuk pemilik usaha. Pekerja
bekerja secara fleksibel atau dapat dikondisikan. Hal tersebut maksudnya satu
pekerja tidak selalu bekerja pada satu pekerjaan, pekerjaan difokuskan sesuai
produk yang ingin dihasilkan, misalnya jika sedang memproduksi asap cair maka
semua pekerja akan fokus ke proses asap cair, begitu juga jika sedang
memproduksi arang. Jadi pekerja akan bekerja sesuai dengan kegiatan produksi
yang dilakukan. Produksi yang dilakukan sesuai dengan permintaan atau pesanan
konsumen, misalnya jika ada pesanan untuk arang maka kegiatan produksi
difokuskan untuk memproduksi arang. Semua pekerja di pabrik ini adalah laki-
laki, dan hampir setiap hari pemilik ada di pabrik untuk melihat maupun
membantu proses kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan pabrik ini tidak harus
memiliki tingkat pendidikan, namun dibutuhkan pekerja yang terampil.



PEMBAHASAN


Produk Arang

Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman serba guna atau
tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Seluruh bagian pohon kelapa
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia, sehingga pohon ini sering disebut
pohon kehidupan (tree of life) karena hampir seluruh bagian dari pohon, akar,
batang daun dan buahnya dapat dipergunakan untuk kebutuhan kehidupan
manusia sehari-hari. Kelapa memiliki bagian yang berfungsi sebagai pelindung
inti buah yang disebut tempurung kelapa. Tempurung kelapa terletak di bagian
dalam kelapa setelah sabut dan merupakan lapisan keras dengan ketebalan 3-5
mm. Tempurungnya secara tradisional dapat dibuat sebagai gayung air, mangkuk
atau diolah lebih lanjut menjadi bahan baku obat nyamuk bakar, arang, briket
arang, dan karbon aktif. Salah satu industri yang mengolah tempurung kelapa
untuk dijadikan produk arang adalah industri Wulung Prima di daerah
Cinangneng, Bogor.
Bahan baku tempurung kelapa yang digunakan industri Wulung Prima
untuk menghasilkan produk arang berasal dari pemasok daerah pasar bogor dan
pasar ciampea. Arang dari tempurung kelapa adalah produk yang diperoleh dari
pembakaran tidak sempurna terhadap tempurung kelapa. Sebagai bahan bakar,
arang lebih menguntungkan dibandingkan kayu bakar. Arang memberikan kalor
pembakaran yang lebih tinggi dan asap yang lebih sedikit. Arang dapat diolah
lebih lanjut menjadi arang aktif, sebagai bahan pengisi dan pewarna pada industri
karet dan plastik.
Proses pembuatan arang di industri Wulung Prima dilakukan dengan cara
batok kelapa kering dimasukkan ke dalam drum kemudian dilakukan proses
pembakaran. Proses pembakaran berlangsung selama 10 jam lalu dipilah-pilah
dan dipisah dengan cara pengayakan. Proses pembuatan arang aktif berlangsung
dengan proses semi kontinyu yaitu bahan baku tempurung kelapa kembali
ditambahkan setelah produk arang aktif yang dihasilkan telah menjadi produk dari
proses sebelumnya. Penambahan dilakukan sebanyak tiga kali dan bahan
tempurung kelapa yang ditambahkan setiap kali penambahan sebanyak 40 kg.
Arang yang dihasilkan memiliki bentuk gip, granular/butiran dan powder.
Industri Wulung Prima memiliki kapasitas produksi sebanyak 15 ton arang dalam
waktu sebulan dan supermarket sebanyak 5 ton arang aktif.
Umumnya, industri yang membutuhkan arang aktif banyak menginginkan
dalam bentuk powder. Industri/pabrik besar yang membutuhkan arang memesan
tiap bulan sebanyak 10 ton, rumah makan biasanya memesan 1-2 kuintal produk
arang.

Produk Asap Cair

Menurut (Tranggono, dkk 1996), tempurung kelapa dibakar dalam keadaan
hampa udara (pirolisator) menghasilkan banyak asap yang selanjutnya
dikondensasikan menjadi asap cair. Tempurung mengandung senyawa lignin yang
tinggi dan kadar air sekitar 6-9% berat kering, apabila dibakar dapat menghasilkan
asap yang dapat diproses menjadi asap cair. Berdasarkan informasi yang didapat
dari pihak industri, asap cair grade 3 masih tercampur tar, asap cair grade 2 telah
dipisahkan tarnya, namun memiliki bau agak menyengat, sedangkan grade 1
memiliki karakteristik asap cair lebih bening dan sudah tidak mengandung tar.
Secara komersial, asap cair diperdagangkan dalam 3 macam sesuai dengan
sifat fisik dan kimiawinya. Asap cair yang dihasilkan langsung dari pirolisator
merupakan asap cair grade 3, yang selanjutnya melalui proses destilasi dan
penyaringan untuk menjadi asap cair grade 2 dan dengan destilasi ulang dan
penyaringan zeolit diperoleh grade 1. Penggunaan dalam bidang pangan, asap cair
grade 1 dimaksudkan sebagai penambah cita rasa pada saus, sup dan sayuran
dalam kaleng, bumbu, rempah-rempah dan lain-lain. Grade 2 dimanfaatkan untuk
pengawet ikan, pengawetan lidah sapi dan bahan pangan segar lain, sedangkan
grade 3 digunakan pada bidang non pangan seperti untuk pengawetan Rubber
Smoked Sheet atau pengawetan kayu. Peran asap cair dalam pengawetan pangan
dipengaruhi oleh kandungan senyawa fenol yang berfungsi sebagai antioksidan
dan bakteriostatik serta komponen asam yang mempengaruhi pH juga cita rasa.
Proses pembuatan asap cair dilakukan dengan cara batok kelapa yang
berbelah dan dimasukkan ke dalam tungku pirolisator. Pembakaran dilakukan
dengan menyulut bahan dengan api dari bagian bawah tungku kemudian ditutup
rapat untuk menjaga keadaan vakum. Rangkaian alat kondensor dipasang dan air
dingin dialirkan ke dalam tabung agar asap yang terbentuk mengalami kondensasi
menjadi asap cair dan ditampung dalam wadah cairan yang diperoleh merupakan
campuran antara asap cair dengan tar.
Cairan ini kemudian didiamkan selama satu minggu (7 hari) untuk
memberikan kesempatan tar dan senyawa tidak larut lainnya mengendap. Proses
dihentikan pada saat aliran cairan dari kondensor sudah sangat sedikit atau tidak
menetes lagi. Cairan tersebut merupakan asap cair grade 3. Hasil destilasi
kemudian dianalisa kadar senyawa fungsionalnya. Metode penyaringan dilakukan
dengan zeolit aktif (zeolit khlorida, zeolit fluorida dan zeolit amonium) dan arang
aktif. Zeolit ditambahkan ke dalam kolom kaca 1:10 (b/v). Filtrat ini akan
dimurnikan untuk mendapatkan grade 2 dan grade 1 yang akan digunakan sebagai
pengawet makanan. Industri Wulung Sari menjual per botol asap cair grade 1
sebesar Rp 30.000; asap cair grade 2 sebesar Rp 25.000; dan asap cair grade 3
sebesar Rp 25.000

Material Handling

Penanganan bahan (material handling) dilakukan terkait dengan bahan baku
yang digunakan ataupun produk yang dihasilkan. Penanganan bahan yang baik
mampu menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Penanganan bahan suatu
industri berkaitan dengan proses penyimpanan ataupun penggudangan.
Penggudangan adalah segala upaya pengelolaan gudang yang meliputi
penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, pendistribusian, pengendalian dan
pemusnahan, serta pelaporan material dan peralatan agar kualitas dan kuantitas
terjamin (Priyambodo, 2007). Demikian halnya yang dilakukan dengan industri
arang Wulung Prima. Penanganan bahan (material handling) berkaitan erat
dengan inventory suatu industri. Inventory dapat dikatakan sebagai uang mati dan
apabila penanganan yang dilakukan tidak tepat, maka akan menyebabkan produk
rusak sehingga kualitasnya berkurang. Hal tersebut tentu akan menyebabkan
kerugian bagi industri tersebut.
1. Penanganan bahan baku
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi arang adalah batok
kelapa. Penanganan yang dilakukan terhadap batok kelapa ini yaitu dengan
menempatkannya di dalam karung. Penempatan batok kelapa di dalam karung
telah dilakukan saat bahan baku tersebut dikirim dari pemasok. Penggunaan
karung dilakukan untuk mempermudah proses penyimpanan, dimana setiap
karung berisikan sekitar 20 kg batok kelapa.
Bahan baku yang didatangkan dari pemasok tidak mendapatkan perlakuan
khusus. Bahan baku yang dibungkus dengan karung hanya diletakkan di lantai
teras tanpa dialasi apapun. Bahan baku yang baru didatangkan hanya diletakkan di
ruang terbuka dan perpapar sinar matahari. Sehingga apabila terjadi hujan, maka
bahan baku akan basah. Namun apabila batok kelapa tidak langsung digunakan
maka batok kepala disimpan terlebih dahulu di teras, dan tidak langsung terpapar
sinar matahari. Tidak adanya gudang khusus yang disediakan untuk meyimpan
bahan baku ini.
Bahan baku yang disimpan tidak dilakukan penumpukkan dengan rapih atau
tertata. Sebagian besar bahan baku justru tidak dilakukan penumpukkan, dan
apabila apabila ada bahan yang ditumpuk, maka proses penumpukkan tidak
dilakukan secara berurutan. Hal ini seharusnya tidak dilakukan, karena
penumpukkan yang tidak beraturan dapat menyebabkan bahan baku rusak dan
mengakibatkan ketidakefisiensian tempat karena penggunaan lahan yang tidak
teratur. Namun hal tersebut tetap dilakukan untuk mempermudah penggunaannya.
Karena hampir sebagian bahan baku yang didatangkan akan langsung digunakan
untuk proses produksi. Penumpukkan bahan baku batok kelapa dapat dilihat pada
Gambar 1.


Gambar 1. Penyimpanan bahan baku

Bahan baku batok kelapa untuk produksi arang berasal dari pasar bogor
yang diperoleh dari pengumpul sebanyak 20 orang dengan harga pembelian bahan
ditambah ongkos pengumpul sebesar Rp 700,00/ karung. Transportasi bahan baku
dari pasar bogor ke tempat pengolahan menggunakan mobil pick up yang
memiliki kapasitas 16-20 ton batok kelapa. Batok kelapa diangkut ke dalam mobil
pick up menggunakan karung yang memiliki kapasitas 20 kg per karung. Biaya
pengangkutan per karung sebesar Rp 3.000,00. Jika pesanan meningkat, bahan
baku batok kelapa dapat diambil setiap hari. Namun jika pesanan minim, pekerja
dapat mengambil bahan baku di pasar bogor setiap 2 hari sekali.

2. Penanganan produk jadi
Industri arang Wulung Prima ini menghasilkan beberapa produk yang
diproduksi, diantaranya adalah arang dan asap cair. Produk arang sendiri terdiri
dari arang gip, granula, dan powder. Namun demikian tidak ada hal yang berbeda
secara spesifik dalam penanganan bahan tiga produk arang ini. Penanganan
berbeda hanya dilakukan pada produk asap cair, hal ini dilakukan karena proses
produksi asap cair dan hasil akhir yang dicapai berbeda dengan jenis arang.
Penanganan bahan terhadap arang yang baru selesai diproses akan disimpan
di atas karung yang dibentangkan, sebelum arang tersebut dikemas. Hal ini
dilakukan untuk mempermudah proses pengeluaran arang dari drum dan untuk
mendinginkan arang yang baru saja dilakukan proses pembakaran. Proses
pendinginan arang dilakukan di tempat terbuka, sehingga waktu yang dibutuhkan
untuk mendinginkan arang dapat lebih cepat dibandingkan jika dilakukan di ruang
tertutup. Produk arang dibentangkan sampai dingin. Namun karena proses
dilakukan di tempat terbuka, maka terdapat kemungkinan bahwa arang tercemar
dengan material lainnya yang bukan arang. Penanganan arang yang baru
diturunkan dari drum dapat dilihat pada Gambar 2 .


Gambar 2. Penanganan arang

Arang yang telah dingin dilakukan proses pengayakan. Penanganan produk
terhadap arang yang diayak yaitu dengan membentangkan karung untuk
menampung hasil ayakan. Namun demikian penanganan yang terjadi sering kali
tidak tepat, seperti karung yang dibentangkan tidak cukup lebar untuk dapat
menampung hasil ayakan, sehingga sering kali terjadi loss product karena produk
arang atau granula yang dihasilkan tercecer di tanah atau lantai. Demikian halnya
dengan penanganan produk saat proses pengayakan kembali untuk mendapatkan
produk powder.
Setiap produk yang dihasilkan baik itu gip, granula atau powder akan
dikemas dengan menggunakan karung. Untuk produk granula dan powder
diletakkan di tempat yang sama di dalam ruangan atau gudang tertentu, sedangkan
untuk gip diletakkan tersebar diarea ruangan lainnya. Pada produk yang
diletakkan dalam karung, baik itu arang gip, granul, dan powder diletakkan dalam
kondisi karung terbuka. Hal ini dilakukan karena penyimpanan di dalam karung,
masih penyimpanan sementara seblum arang dikemas dengan baik untuk
didistribusikan. Akan tetapi perlakuan demikian, akan mudah menyebabkan arang
tercecer keluar dari karung. Hal yang dilakukan untuk mengantisipasinya yaitu
dengan tidak melakukan penumpukkan pada arang yang telah dihasilkan. Namun
proses penyimpanan dilakukan dengan lebih teratur jika dibandingkan dengan
penyimpanan bahan baku.
Produk yang telah siap didistribusikan akan dikemas dengan jumlah sesuai
dengan pesanan. Seperti halnya arang powder yang telah dicetak menjadi briket
dan dikemas pada kotak. Produk-produk ini akan mendapatkan penganan bahan
yang khusus, dimana produk yang telah terkemas dengan baik disusun secara
rapih dan teratur dengan kemasan yang tertutup dengan baik. Produk arang yang
siap diditribusikan tetap disimpan dengan menggunakan karung yang tertutup, dan
peletakannya dilakukan di atas palet kayu. Produk arang gip dengan tujuan
supermarket yang telah dikemas dengan menggunakan plastik, akan disimpan
dengan menggunakan karung plastik, demikian halnya dengan briket dari powder,
dan granul. Karung plastik tersebut akan disusun di atas palet kayu dengan rapih.
Proses penumpukkan dilakukan untuk produk ini, Penumpukkan dilakukan
dengan batasan tertentu sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada produk.
Tinggi tumpukkan yaitu maksimal 6 tumpukkan.
Penanganan produk asap cair dilakukan dengan menyimpannya di area
terpisah atau gudang tertentu. Hal ini dilakukan karena produk asap cair akan
mengeluarkan bau yang dapat mencemari produk lainnya. Asap cair dikemas
dengan menggunakan botol bening dan disimpan di atas rak penyimpanan. Produk
asap cair memiliki tiga grade berbeda dan setiap grade diletakkan dibagian rak
yang berbeda-beda dengan adanya sekat antara rak. Hal ini dilakukan untuk
menghindari tercampur baurnya produk asap cair antar grade.
Setelah bahan baku batok kelapa diproses menjadi produk arang dan siap
untuk dikirim ke konsumen atau industri yang telah memesan, transportasi yang
digunakan yaitu mobil pick up. Mobil pick up yang digunakan sama dengan mobil
pick up untuk mengangkut bahan baku dari pasar bogor ke tempat pengolahan.
Jika mobil pick up yang digunakan mengalami masalah baik dari mesin atau
bahan bakar, maka alternatif kendaraan untuk transportasi mengangkut produk ke
konsumen menggunakan kendaraan roda dua atau motor.

Proses Produksi Arang dan Asap Cair

Industri arang Wulung Prima memproduksi arang sebanyak tiga jenis yaitu
arang gip, arang granul, dan arang powder yang akan dijadikan sebagai briket.
Secara umum proses produksi arang hanyalah dengan sistem pembakaran pada
batok kelapa sehingga dihasilkan batok kelapa gosong atau disebut dengan arang,.
Hasil samping dari produksi arang adalah asap cair. Pembuatan asap cair
dengan teknik pirolisis merupakan proses pembakaran bahan kayu dengan suhu
tinggi (400
o
C) dalam wadah/tempat kedap udara yang dilengkapi dengan alat
kondensor, dalam waktu tertentu, dimana asap yang dihasilkan dari pembakaran
tidak dilepaskan ke udara, tetapi dijebak dan didinginkan/dikondensasi sehingga
akan terbentuk cairan hitam yang disebut asap cair. Asap cair merupakan hasil
destilasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran tidak langsung maupun
langsung dari bahan yang banyak mengandung karbon dan senyawa-senyawa lain.
Asap cair dapat dibuat dari kayu, batok kelapa, sisa penggergajian, atau bongko
kelapa. Akan tetapi, bahan yang lazim digunakan adalah batok kelapa karena
pohon kelapa terdapat dimana-mana dan penggunaan tempurung kelapa sangat
luas di masyarakat.
Prinsip pengolahan asap cair yakni menggunakan metode pirolisis. Metode
pirolisis yakni peruraian dengan bantuan panas tanpa adanya oksigen atau dengan
jumlah oksigen yang terbatas. Metode pirolisis ini menghasilkan tiga produk
yakni gas, asap cair, dan arang. Proposisi dari ketiga produk tersebut tergantung
dari metode pirolisis, karakteristik biomassa, dan parameter reaksi. Proses
produksi arang dan asap cair dapat digambarakan seperti Gambar 3 .

Gambar 3 . Skema proses arang dan asap cair

Batok Kelapa
Kasar
Sortasi
Sabut Kelapa
Batok Kelapa
Pengeringan
Batok Kelapa
Kering
Pengarangan/Pengasapan
Asap Arang
Pengayakan
1
Produk
Gip
Granula
Pengayakan
2
Powder
Produk
Granula
Pengemasan
Produk
Powder
Kondensasi
Asap Cair
Grade 3
Pirolisis Tar
Asap Cair
Grade 2
Pirolisis Tar
Asap Cair
Grade 3
Berikut adalah proses produksi dari arang dan asap cair.
1. Sortasi
Proses sortasi dilakukan terhadap bahan baku batok kelapa. Dimana batok
kelapa yang didatangkan dari pemasok masih banyak tercampur dengan sabut
kelapa. Sedangkan untuk proses pembuatan arang hanya dibutuhkan batok kelapa.
Oleh sebab itu perlu dilakukan proses pemilahan atau sortasi untuk
menghilangkan sabut kelapa dari bahan baku yang digunakan. Banyaknya sabut
kelapa pada setiap karung bahan baku yaitu sekitar 5% dari berat total. Proses
sortasi dilakukan dengan sistem manual, yakni pekerja akan mengambil sabut
kelapa yang terdapat di dalam karung batok kelapa.
2. Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan sebagian
kadar air pada bahan baku. Kondisi bahan baku yang kering akan mempernudah
proses pengarangan, karena batok akan lebih mudah dibakar. Pengeringan batok
kelapa dilakukan dengan menggunakan panas matahari, dimana bahan baku akan
dijemur dibawah sinar matahari. Namun apabila kondisi arang terlalu basah atau
lembab proses pengeringan dilakukan dekat dengan drum yang sedang melakukan
proses pembakaran, sehingga batok akan lebih cepat kering. Kekeringan batok
kelapa disesuaikan, dimana kondisinya juga tidak dapat terlalu kering karena
batok akan rapuh dan mudah patah. Pengeringan dengan menggunakan matahari
membutuhkan waktu sekitar 3 jam proses.
3. Pengarangan/pembakaran
Proses pengarangan dilakukan dengan menggunakan drum dengan sistem
semi - kontinyu. Setelah batok kelapa kering, Batok kelapa tersebut dimasukkan
ke dalam drum untuk dibakar. Batok kelapa yang dimasukkan pada awal
pembakaran adalah 40kg/drum. Pembakaran dilakukan dengan tanpa adanya
oksigen selama 8-10 jam. Batok kelapa sesekali diaduk agar pembakaran
berlangsung secara merata. Batok kelapa dilakukan penambahan dua kali
sebanyak 40kg per sekali penambahan. Proses penambahan dilakukan ketika
batok yang dibakar telah berkurang volumenya. Setelah semua batok kelapa
terbakar sempurna maka proses pembakaran dihentikan dan dihasilkan produk
arang.
Asap hasil pembakaran batok kelapa ini kemudian ditampung dan
dikondensasi dengan menggunakan kondensor. Hasil dari proses kondensasi ini
berupa cairan hitam. Cairan hitam tersebut merupakan asap cair grade 3. Asap cair
grade 3 ini masih mengandung banyak tar. Asap cair grade 3 ini tidak dapat
dijadikan bahan pengawet pangan karena masih mengandung zat beracun.
4. Pengayakan
Proses pengayakan dilakukan untuk produk arang yang dihasilkan.
Pengayakan dilakukan untuk memisahkan arang berdasarkan jenisnya. Arang
yang dihasilkan dari proses pembakaran memiliki ukuran yang cukup besar.
Pengayakan satu kali dilakukan untuk mendapatkan arang jenis granul. Setelah itu
untuk mendapatkan arang powder dilakukan pengayakan kembali. Produk powder
akan dilakukan pencetakkan untuk dipasarkan dalam bentuk briket.
5. Pemurnian asap cair
Proses pemurnian asap cair dilakukan untuk menghilangkan zat beracun
(tar) pada asap cair. Proses pemurnian dilakukan dengan metode pirolisis kembali.
Asap cair grade 3 dimasukkan ke dalam reaktor pirolisis untuk dibakar dan
didestilasil kembali sehingga asap cair dan tar terpisah. Asap cair grade 3 yang
dimurnikan ini akan menjadi asap cair grade 2 yang masih mengandung tar dalam
jumlah yang lebih sedikit. Asap cair grade 2 ini masih dapat dimurnikan kembali
menjadi asap cair grade 1 dengan proses yang sama.

Pengemasan

Proses pengemasan dilakukan agar produk dapat terlindungi dan mencegah
terjadinya kerusakan pada produk. Bahan pengemas sendiri terdiri atas tiga jenis,
yakni pengemasan primer, pengemasan sekunder, dan pengemasan tersier.
Pengemasan primer merupakan pengemasan dimana bahan kemas yang digunakan
bersentuhan langsung dengan produk. Pengemasan sekunder yaitu pengemasan
yang dilakukan setelah pengemasan primer. Sedangkan pengemasan tersier yaitu
pengemasan yang dilakukan setelah pengemasan tersier. Industri arang Wulung
Prima melakukan pengemasan baik pada produk arang ataupun asap cair.
1. Pengemasan arang
Pengemasan produk dilakukan berbeda sesuai dengan jenisnya. Arang gip,
granul, dan powder yang baru dikeluarkan dari peroses pembakaran akan dikemas
dengan menggunakan karung. Setiap karung berisikan sekitar 50 kg arang.
Kemasan karung yang digunakan adalah karung plastik dengan alasan harga yang
lebih murah dan dapat digunakan berulang sebagai bahan kemas sementara arang
yang baru dikeluarkan dari proses. Selanjutnya produk akan dipisahkan untuk
dikemas dengan lebih baik dengan takaran tertentu agar dapat dijual.
Arang dengan bentuk gip akan dikemas dengan kemasan karung bersih
apabila ingin didistribusikan ke konsumen khususnya adalah rumah makan.
Karung plastik ini berfungsi sebagai kemasan primer. Namun produk arang gip
dengan tujuan pasar supermarket akan dikemas dengan plastik sebagai kemasan
primer, dengan masing-masing kemasan berisikan arang sebanyak 1 kg (Gambar
4). Selanjutnya arang yang terkemas plastik akan dikemas kembali dengan karung
plastik sebagai kemasan sekundernya. Perbedaan bahan kemas ini dilakukan
karena, untuk pasar rumah makan atau restoran biasanya memesan produk dengan
jumlah besar, sehingga arang akan dikemas dengan karung untuk efisiensi biaya.
Sedangkan arang yang dikemas plastik ditujukan untuk konsumen secara pribadi
yang hanya menggunakan arang dalam jumlah sedikit. Arang dengan bentuk
powder akan dipasarkan dengan bentuk briket. Dimana briket dikemas dengan
menggunakan kotak atau box, dengan masing-masing box berisikan 24 pcs briket
(Gambar 5).


Gambar 4. Kemasan primer arang


Gambar 5. Kemasan briket

2. Pegemasan asap cair
Pengemasan asap cair dilakukan dengan menggunakan botol kaca. Dimana
setiap botol berisikan 600 ml asap cair. Pengemasan asap cair hanya dilakukan
dalam satu takaran, tanpa membedakan ukuran volume masing-masing grade.
Kemasan botol kaca berfungsi debagai kemasan primer. Dalam pengemasan asap
cair tidak dilakukan pengemasan primer. Dimana produk ini hanya akan dijual
atau didistribusikan dalam jumlah satuan atau tidak dijual dalam jumlah besar
sekaligus. Produk asap cair yang telah dikemas dapat dilihat pada Gambar 6 .


Gambar 6. Kemasan asap cair













Neraca massa proses pengarangan batok kelapa :

Basis produk arang = 40 kg/drum
Drum yang digunakan = 4 drum = 160 kg arang



















Gambar.. Neraca massa proses pengarangan batok kelapa

Efisiensi produksi arang : 412,8 kg x 100 = 80,07% Efisiensi produksi asap cair : 43,68 kg x 100% = 10,58 %
515,57 kg 412,8 kg
Efisiensi semua produk : 456,48 kg x 100% =88,54 %
515,57 kg
Batok
kelapa
Sortasi
Batok
kelapa
bersih
Sabut
kelapa 5%
Penjemuran
Batok
kelapa siap
di arang
Uap air 2%
Pengarangan
Limbah
1%
Asap
ditangkap
(70%)
Asap tidak
ditangkap
(30%)
Arang (GIP, Granula,
dan Powder) 86%
Kondensasi
Air
515,57 kg
25,78 kg
489,79 kg
9,79 kg
480 kg
412,8 kg
4,8 kg
43,68 kg 18,72 kg
43,68 kg
Asap
cair
Air
Asap
13 %
120 L/jam
120 L/jam
Proses yang berlangsung pada pabrik pembuatan arang ini terdiri dari dua
proses besar yaitu pengarangan batok kelapa menjadi arang dan pirolisis dari asap
cair. Berdasarkan neraca massa dari proses pengarangan batok kelapa diperoleh
hasil sortir bahan baku atau bahan yang tidak terpakai (waste) berupa sabut kelapa
hasil sortasi batok kelapa, uap air yang menguap dari proses pengeringan batok
kelapa dengan penjemuran di bawah sinar matahari, waste berupa serbuk atau
granula kecil dari pengarangan batok kelapa, dan asap yang tidak tertangkap. Pada
proses pengarangan ini dihasilkan dua produk yaitu arang batok kelapa dari hasil
pengarangan dan asap cair dari proses kondensasi asap yang ditangkap.
Batok kelapa yang diperoleh dari para pemasok atau pengepul memiliki
karakteristik batok yang tidak terlalu bersih yaitu masih terdapat sedikit sabut
yang menempel pada permukaan batok. Sabut kelapa ini harus dihilangkan dari
batok kelapa yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan arang. Oleh
sebab itu dilakukan proses sortasi sebelum dilakukan proses pengeringan batok
kelapa. Sabut kelapa yang dihasilkan pada proses sortasi batok kelapa ini
sebanyak 5% dari batok kelapa yang digunakan sebagai bahan baku. Pada pabrik
arang ini, sabut hasil sortasi batok kelapa dimanfaatkan sebagai bahan pencampur
pupuk.
Pada proses pengeringan batok kelapa dengan penjemuran di bawah sinar
matahari menghilangkan sekitar 2% kandungan uap air yang ada pada batok
kelapa. Tujuan pengeringan untuk mengurangi kadar air yang terkandung pada
batok kelapa, sehingga proses pengarangan yang dilakukan setelah proses
pengeringan akan lebih cepat. Uap air yang dihilangkan pada proses pengeringan
batok kelapa dibiarkan menguap ke udara.
Proses pengarangan batok kelapa menjadi arang menghasilkan arang dan
asap. Asap proses pengarangan berasal dari pembakaran langsung pada batok
kelapa. Kepulan asap yang keluar dari drum pengarangan pada proses ini sebagian
ditangkap dan dilepaskan keluar. Penangkapan asap yang dihasilkan dari
pembakaran batok kelapa mengggunakan pipa corong yang disalurkan dengan
proses kondensasi. Proses kondensasi bertujuan untuk mengubah asap yang
ditangkap dalam wujud gas menjadi asap yang berwujud cair. Asap cair inilah
hasil proses kondensasi asap pembakaran batok kelapa yang ditangkap. Asap yang
tidak ditangkap pada proses pengarangan batok kelapa ini sebanyak 30% dari
bobot bahan yang dimasukkan pada drum pembakaran. Persentase asap yang tidak
tertangkap ini cukup besar, sehingga perlu adanya perbaikan dalam proses
penangkapan asap dengan pipa corong. Asap hasil pembakaran batok kelapa yang
tidak ditangkap ini terlalu mencemari udara yang ada di sekitar wilayah pabrik.
Letak pabrik yang hampir berdekatan dengan wilayah pemukiman warga menjadi
salah satu faktor yang harus dijaga untuk menurunkan polusi udara yang
disebabkan dari proses produksi yang berlangsung berupa kepulan asap.
Pengurangan polusi yang disebabkan adanya asap hasil pembakaran batok kelapa
dapat dilakukan dengan menurunkan persentase asap yang tidak ditangkap,
dengan kata lain meningkatkan persentase asap yang ditangkap oleh pipa corong.
Efisiensi dari produk arang yang dihasilkan sebesar 80,07% dari bobot
bahan yang digunakan yaitu sebesar 515,57 kg. Pada produk asap cair yang
dihasilkan memiliki efisiensi sebesar 10,58%, sedangkan dari keseluruhan produk
yang dihasilkan berupa asap cair dan arang memiliki efisiensi proses sebesar
88,54%. Berdasarkan perhitungan efisiensi dari semua produk yang dihasilkan
dapat diketahui bahwa persentase limbah sebesar 1% yaitu sebesar 4,8 kg. Perlu
adanya peningkatan persentase efisiensi proses untuk menghasilkan arang yang
lebih besar, sebab menurut pengelola pabrik terdapat permintaan yang melimpah
terhadap produk arang. Peningkatan permintaan oleh konsumen perlu diimbangi
dengan peningkatan efisiensi proses untuk menghasilkan arang.

Neraca massa proses pirolisis :













Gambar.. Neraca massa proses pirolisis

Proses pirolisis bertujuan untuk menghilangkan tar yang berada pada
permukaan asap cair. Proses pemisahan tar pada asap cair menggunakan alat
pirolisis. Alat pirolisis ini memiliki kapasitas 60 liter, namun pada proses yang
dilakukan hanya menggunakan pemasukan bahan baku sebanyak 40-45 liter.
Proses pirolisis yang dilakukan dapat menjernihkan asap cair, sehingga asap cair
yang diperoleh dari proses pembakaran batok kelapa dapat dibedakan menjadi tiga
grade sesuai dengan kejernihan asap cairnya. Asap cair grade 3 berasal dari hasil
kondensasi asap pembakaran batok kelapa, sedangkan asap cair grade 2 berasal
dari hasil proses pirolisis asap cair grade 3, begitu juga pada asap cair grade 1
yang diperoleh dari hasil pirolisis asap cair grade 2. Proses pirolisis yang
berlangsung akan memisahkan tar sekitar 5 liter dari pemasukan asap cair
sebanyak 40 liter. Tar merupakan kotoran pada asap cair yang memiliki warna
kehitaman, kental, dan berada di permukaan asap cair. Pada proses pirolisis ini
dihasilkan dua produk yang keduanya dapat dimanfaatkan kembali. Asap cair
yang lebih murni dapat dijual dengan harga yang lebih mahal dari asap cair yang
mengandung tar lebih banyak. Tar yang dipisahkan dari proses pirolisis
dimanfaatkan untuk pengawetan kayu (menghindarkan tumbuhnya jamur) dan
campuran pupuk kandang. Proses pirolisis ini dapat ditingkatkan efisiensi
produksi asap cair yang lebih murni dengan menekan turunnya persentase
efisiensi tar yang dihasilkan. Penurunan persentase tar ini dapat menghasilkan
asap cair yang lebih banyak, sehingga keuntungan dari penjualan produk asap cair
yang lebih jernih menjadi lebih tinggi. Penurunan persentase tar yang dihasilkan
dari proses pirolisis ini dapat dilakukan dengan cara menerapkan proses
penyaringan tar terlebih dahulu dengan alat penyaring sebelum dimasukkan ke
dalam alat pirolisis. Penyaringan tar ini dimaksudkan untuk mengurangi jumlah
Asap cair
grade 3 atau 2
Pirolisis
Tar
Asap cair
grade 2 atau 1
40 liter
35 liter
5 liter
tar yang akan diproses pirolisis, sehingga proses kerja yang dilakukan dengan alat
pirolisis lebih cepat dan efisien.

Manajemen Energi dan Panas

Pada proses pengarangan batok kelapa menggunakan bantuan bahan bakar
berupa minyak tanah untuk menyulut bara api pada batok kelapa agar sedikit
terbakar, kemudian bara api tersebut akan menyebar dengan sendirinya dan
membakar seluruh batok kelapa. Batok kelapa yang dibakar tersebut akhirnya
menjadi arang. Selain menggunakan minyak tanah, pada pabrik ini digunakan
pula potongan ban untuk pembakaran awal pada batok kelapa. Penggantian bahan
pembakar dari minyak tanah menjadi potongan ban dilakukan apabila harga
minyak gas yang digunakan meningkat, sehingga untuk mereduksi biaya yang
dikeluarkan oleh pabrik maka digunakan potongan ban.
Pada proses pirolisis yaitu pemisahan tar dari asap cair menggunakan
energi yang berasal dari gas elpiji dan energi listrik. Alat pirolisis pada pabrik ini
memanfaatkan energi berupa gas elpiji 3 kg untuk proses pemisahan tar pada asap
cair. Gas elpiji 3 kg dapat dimanfaatkan untuk satu kali proses pirolisis. Satu kali
proses pirolisis ini menghabiskan waktu selama 10 jam, dengan waktu proses
yang dimulai dari jam 7 pagi hingga jam 5 sore. Penggunaan energi listrik pada
proses pirolisis untuk mengalirkan air menuju corong kondensasi. Air yang
dialirkan menuju corong kondensasi ini bertujuan untuk mendinginkan asap dari
cairan asap yang diuapkan. Pendinginan asap ini akan menghasilkan asap cair
yang lebih bersih karena tar yang terkandung pada asap cair tidak ikut menguap
dan tertinggal di bawah tangki. Air yang dialirkan menggunakan energi listrik
sebanyak 70-75 liter/jam dengan proses sirkulasi.
Asap cair sebagai bahan yang dimurnikan pada proses pirolisis akan
menguap pada suhu 100
o
C. Penguapan asap cair ini menggunakan energi panas
yang dihasilkan dari penggunaan gas elpiji pada alat pirolisis. Asap cair yang
awalnya berwujud cair setelah diberi panas akan menguap sehingga menjadi
berwujud gas. Gas tersebut selanjutnya ditangkap oleh kondensor, kemudian
dilakukan proses kondensasi untuk mengubah wujud gas menjadi asap cair yang
lebih murni. Pada proses pirolisis sangat dibutuhkan penggunaan pemanas yang
berguna untuk menguapkan asap cair. Apabila pemanas yang digunakan tidak
maksimal bekerja, maka dapat menghambat proses penguapan asap cair. Pemanas
yang digunakan sebaiknya dapat mempersingkat waktu penguapan asap cair dan
menurunkan penggunaan energi gas elpiji yang digunakan, sehingga proses
pirolisis dapat lebih efisien dan efektif. Salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kinerja alat pirolisis untuk memanaskan asap cair dengan
cara memilih jenis pelapis logam pemanas. Pemilihan pelapis pemanas berguna
untuk melihat keefektifan pengaliran panas yang dihasilkan alat untuk
memanaskan asap cair sehingga menguap dan ditangkap oleh kondensor. Selain
itu pemanasan yang dilakukan sebaiknya tidak membuat tar yang telah
mengendap di bawah tangki penampung bahan menjadi teruapkan kembali. Hal
tersebut akan membuat pemisahan tar dari asap cair menjadi tidak efektif dan
efisien.


Tata Letak Pabrik Arang

1. Area penyimpanan bahan baku. Bahan baku yang baru dibeli dan yang belum
diproduksi akan disimpan di tempat penyimpanan ini.
2. Area penjemuran, terdapat di bagian depan pabrik. Tempat menjemur batok
kelapa berada di tempat terbuka karena penjemuran dilakukan dengan bantuan
sinar matahari. Penjemuran bertujuan untuk mengeringkan batok kelapa yang
masih basah pada saat dibeli. Pengeringan dilakukan agar batok kelapa lebih
mudah dibakar.
3. Area proses penangkapan asap dan produksi arang, berada di area terbuka.
Pada area ini terdapat 12 tong dan beberapa corong yang diletakkan di atas
tong. Tong tersebut berfungsi sebagai tempat membakar batok kelapa.
Sementara corong berfungsi menangkap asap yang berasal dari pembakaran
tersebut. Pembakaran batok kelapa ini akan menghasilkan arang. Asap yang
ditangkap akan di kondensasi menjadi cairan yang nantinya akan diproses lagi.
4. Area penyimpanan produk arang. Arang hasil pembakaran dan arang yang
telah dikemas akan disimpan di tempat ini.
5. Area pengemasan. Area pengemasan berada di sekitar tempat gudang
penyimpanan produk. Pada area ini terdapat timbangan, jadi arang atau
granular akan ditimbang terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam
kemasan.
6. Area pengayakan. Arang hasil pembakaran diayak akan menghasilkan
granular-granular yang berbentuk butiran kecil. Ayakan yang digunakan adalah
ayakan kayu berbentuk segiempat yang ditengahnya terdapat saringan dengan
kuran mesh tertentu.
7. Area gudang granular. Pada area ini akan disimpan granular hasil pengayakan.
Granular ini terkadang akan dibentuk menjadi briket.
8. Area gudang asap cair. Pada area ini, asap yang telah dikondensasi akan
diproses pirolisis dengan menggunakan mesin. Proses pirolisis merupakan
proses penghilangan tar dari asap cair. Produk asap cair terdiri dari 3 grade.
Grade pertama merupakan asap cair hasil kondensasi langsung, tanpa melalui
proses pirolisis. Grade 2 diperoleh dari asap cair yang telah melalui sekali
proses pirolisis. Sementara grade 3 diperoleh dari asap cair yang telah melalui
dua kali proses pirolisis.
9. Area penyimpanan asap cair. Tempat ini berfungsi untuk menyimpan asap cair,
baik grade 1, grade 2, maupun grade 3. Asap cair akan dimasukkan ke dalam
botol yang akan disusun pada rak atau lemari.
10.Area office. Pada area ini disimpan catatan mengenai bahan baku dan
pemesanan produk. Tempat ini juga merupakan tempat pekerja jika sedang
istirahat.
11.Area dapur. Pada area terdapat alat makan dan minum dan juga kompor untuk
memasak. Di area ini juga terdapat toilet.






Gambar tata letak


Aplikasi Produksi Bersih yang disarankan (Efisiensi Alat dan Proses)

Berdasarkan neraca massa dari proses pengarangan batok kelapa diperoleh
hasil sortir bahan baku atau bahan yang tidak terpakai (waste) berupa sabut kelapa
hasil sortasi batok kelapa, uap air yang menguap dari proses pengeringan batok
kelapa dengan penjemuran di bawah sinar matahari, waste berupa serbuk atau
granula kecil dari pengarangan batok kelapa, dan asap yang tidak tertangkap.
Terdapat beberapa solusi aplikasi produksi bersih yang dapat diterapkan
pada industri pembuatan arang aktif dari batok seperti:

1.Proses pembuatan asap cair dan Penggradingan
Proses pembuatan acap cair dan Grading pada asap cair dari satu, dua ,dan
ketiga hanya langsung dimasukkan kedalam botol tanpa melibatkan proses yang
lain. Hal ini dapat menyebabkan proses kondensasi dan pirolisis berlangsung lama
hal ini dapat menambah pengeluaran dari segi pemanfaatan gas dan efisiensi
waktu. Dalam hal ini solusi produksi bersih yang dapat diterapkan yaitu dengan
proses penyaringan terlebih dahulu, sehingga endapan yang terdapat dari hasil
pirolisis dapat diambil dan dihilangkan, dan ketika proses pemurnian berlangsung
menjadi lebih cepat dan tidak memakan terlalu banyak pemanfaatan menggunakan
gas, air, dan waktu. Dari hasil pemanfaatan produksi bersih dapat
mengefisensikan waktu 8 jam , dan gas hanya digunakan 2,5 kg. Sehingga dapat
mengurangi dari pengeluaran industri

2.Pemanfaatan Limbah sabut Kelapa Menjadi Pupuk cair
Sabut kelapa yang dihasilkan sebagai limbah dalam proses pembuatan batok
arang mengahsasilkan limbah sebesar 5 % . Sabut kelapa ini dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk cair. Alat dan bahan untuk pembuatan pupuk cair ini adalah:
- Sabut kelapa sebanyak 25 kg
- Satu drum bekas atau bisa juga wadah serupa lainnya
- Air sebanyak 40 liter
Cara pembuatannya yang pertama sabut kelapa dibersihkan dan dimasukkan
ke dalam drum bekas. Air dimasukkan kedalam drum hingga separuh terisi. Lalu
drum rendaman sabut kelapa harus ditutup rapat, agar tidak kemasukan air hujan
atau sinar matahari langsung. Rendaman itu kemudian didiamkan kurang lebih 15
hari. Jika air rendaman sudah berubah warna menjadi kuning kehitaman, berarti
pupuk cair dari sabut kelapa sudah jadi dan dapat dijual. Dan Harga pupuk cair
per liter adalah Rp 5000

3.Pemanfaatan polusi asap limbah arang aktif
Proses pengarangan batok kelapa menjadi arang menghasilkan arang dan
asap. Asap yang ditangkap hanya sebesar 70% dan yang tidak ditangkap 30 %
dari bobot bahan yang dimasukkan kedalam drum. Asap hasil pembakaran batok
kelapa yang tidak ditangkap ini terlalu mencemari udara yang ada di sekitar
wilayah pabrik .
Pengurangan polusi yang disebabkan adanya asap hasil pembakaran batok
kelapa dapat dilakukan dengan menurunkan persentase asap yang tidak ditangkap,
dengan kata lain meningkatkan persentase asap yang ditangkap oleh pipa corong.
Solusi Produksi Bersih yang dapat diterapkan adalah penambahan corong pada
setiap drum sehingga masing masing drum dapat menangkap asap dengan
sempurna yang sebelumnya hanya 4 drum yang digunakan dapat memanfaatkan
seluruh drum yang ada yaitu berjumlah 12 drum dan menambahkan diameter yang
lebih besar dari corong yang lama, sehigga dapat menampung lebih banyak asap
yang diproduksi menjadi asap cair. Penghematan yang diperoleh adalah 15 %
efisensi dan dapat meningkatkan hasil asap cair yaitu sebesar 54,04 kg/ hari yang
sebelumnya hanya mampu menangkap sebesar 43,68 kg/hari. Hal ini dapat
menambah pemasukan bagi industry arang sebagai hasil samping dari produk
tersebut

4.Penggudangan Bahan Baku
Batok kelapa yang baru didatangkan hanya langsung diletakkan di tempat
tanpa adanya penanganan bahan terlebih dahulu sehingga banyak terjadi loss dan
turunya kadar karbon. Solusi yang dapat diterapkan dalam industri ini adalah
menyediakan gudang bahan baku, sehingga bahan yang tiba dari supplier dapat
langsung dimasukkan kedalam gudang untuk menghindari terjadinya loss bahan
baku dan pengurangan kadar karbon. Kadar karbon pada proses awal dijemur
tanpa adanya penggudangan hanya 13 %. Hal ini dikarenaka bahan baku yang
baru tiba langsung terpapar cahaya matahari tanpa adanya gudang bahan baku,
ketika sudah terdapat bahan baku kadar karbon meningkat menjadi 15%
dikarenakan bahan baku tidak langsung terpapar cahaya matahari secara langsung.

5.Penanganan bahan yang losses dan Pengemasan
Ketika berlangsungnya proses pengayakan wadah arang dan granula
memiliki jarak yang lebar, sehingga terjadi banyak losses dan untuk
penampungnya hanya menggunakan alas sebuah karung. Saran produksi bersih
yang dapat diterapkan adalah wadah untuk pengayakan jangan menggunakan
karung , disarankan menyediakan alas yang lebar serta ruang khusus dan terpal
juga tidak ada jarak antara wadah arang dan granula sehingga tidak terjadi banyak
loss dari produk tersebut. Dengan menerapkan ini tidak terjadi banyak losses dan
dapat meningkatkan benefit bagi industri tersebut
Pada proses pengemasan, produk tidak langsung dikemas, terbuka, dan
dapat diambil oleh para pengunjung industri. Saran untuk produksi bersih yang
diterapkan adalah ketika arang sudah dimasukkan kedalam karung dan setelah
ditimbang, produk langsung dapat dikemas sehingga tidak terjadi adanya
kekurangan isi dan losses.

Tata Letak Ruangan
Tata letak suatu ruangan dalam pabrik harus diperhatikan alur proses dan
keterkaitan satu sama lain agar semua kegiatan yang berlangsung di dalamnya
berlangsung secara efektif dan efisien. Dari tata letak kondisi pabrik skala kecil
ini, yaitu industri arang yang terletak di daerah Cibanteng, Kabupaten Bogor,
maka dibuat suatu perbaikan sebagai salah satu pengaplikasian produksi bersih
yang diterapkan dalam industri skala kecil ini. Perbaikan tata letak yang dilakukan
berdasarkan pada analisis terhadap kondisi tata letak pabrik ini yang masih kurang
beraturan dalam penyimpanan bahan baku, produk utama, dan produk samping
hasil proses arang ini.
Aplikasi produksi bersih dalam hal tata letak ruangan yaitu :
1. Penyimpanan bahan baku yang berupa tempurung kelapa ini hanya diletakkan
di halaman depan bangunan. Hal ini kurang baik karena terlihat dari pengaruh
kondisi cuaca yang terkadang panas dan hujan. Kondisi cuaca yang tidak dapat
diprediksi itu akan berpengaruh terhadap kadar karbon suatu tempurung kelapa.
Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya penurunan kadar karbon dalam
tempurung kelapa maka sebaiknya tempurung kelapa tersebut disimpan di
dalam suatu gudang khusus untuk bahan baku tempurung kelapa. Gudang
bahan baku ini pun sebaiknya dibuat dekat dengan proses produksi
(pengarangan) yang terjadi di luar bangunan pabrik ini agar alur kegiatan
proses pun berlangsung efektif dan tidak ada hambatan berupa terhambatnya
alur bahan baku yang masuk ke dalam proses produksi.
2. Penyimpanan produk utama yang masih kurang beraturan pun menjadi salah
satu dasar untuk mengaplikasikan produksi bersih pada industri ini.
Penyimpanan produk utama (arang) yang berbentuk gips, granula, dan powder
pun masih disatukan, tidak ada pemisahan ketiga produk tersebut dalam
penyimpanannya. Pemisahan (klasifikasi) yang menjadi salah satu saran
produksi bersih ini diusulkan dengan tujuan untuk mempermudah dalam proses
selanjutnya yaitu pengemasan dan dalam proses pengangkutan untuk distribusi.
Pemisahan atau klasifikasi yang dilakukan dapat berupa sekat-sekat antara
produk satu dengan lainnya tetapi masih berada di dalam suatu ruangan gudang
produk yang dekat dengan proses pengarangan untuk mengurangi loss product.
Aplikasi produksi bersih dalam hal tata letak ruangan yang diusulkan
untuk industri arang ini kemudian digambarkan dalam suatu perbaikan denah tata
letak ruangan pabrik ini. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan keefektifan dan
keefisiensian kegiatan yang berlangsung di dalam pabrik ini, terutama dalam
kegiatan produksi, baik produksi produk utama (arang) maupun produk samping
(asap cair). Perbaikan denah tata letak ruangan di dalam pabrik ini digambarkan
pada Gambar 7



















Gambar 7. Perbaikan tata letak ruangan pabrik

Aspek Ekonomi
Program Cleaner Production

1. Pemanfaatan sabut kelapa menjadi pupuk cair = 25 kg/40 L = 40 liter asap cair
Harga Drum = Rp 30.000
Biaya Investasi = 15 drum x Rp 30.000 = Rp 450.000
Biaya implementasi CP = Rp. 5.000 x 40 l/hari= Rp 200.000/hari
Penjemuran
Pengarangan
Pengayakan &
penimbangan
Teras
Gudang
Bahan
Baku
Gudang Produk Utama
Gips Granular Powder
Dapur
KM
Ruang Pekerja
Ruang istirahat
Pengemasan &
penimbangan
Taman
T
a
m
a
n

G
u
d
a
n
g

A
s
a
p

C
a
i
r

Hasil yang diperoleh = Rp 200.000 x 350 hari kerja = Rp 70.000.000
PBP = (450.000)/(70.000000) x 12 bln = 0.077 bln = 3 hari

2. Peningkatan diameter corong untuk meningkatkan proses produksi asap cair
Harga 1 corong = Rp 2.500.000
Jumlah corong yang akan digunakan = 2 buah
Harga asap cair= Rp 25.000
Asap yang ditangkap sebelum penerapan produksi bersih = 43,68 kg
Asap yang ditangkap setelah penerapan produksi bersih = 54,04 kg
Efisiensi asap yang diperolah = 9,36 kg x 1,08 = 10, 11 kg
Hasil yang diperoleh 10,11 kg x Rp 25.000 x 350 hari kerja = Rp 88.462.500/thn
PBP = Rp 5.000.000/Rp 88.462.500 x 12 bln = 0,68 bulan = 20 hari

3. Efisien proses hilir industri arang
Arang yang dihasilkan = 412,8 kg
Harga Arang= Rp 5.000/kg
Proses hilir sebelum memperhatikan efisiensi produksi = 400,53 kg
Efisiensi produksi sebelumnya =97,03%
Efisiensi produksi setelah diterapkan aplikasi produksi bersih=98,5%
Proses hilir setelah meperhatikan efisiensi produksi = 406,61 kg
Penghematan yang diperoleh = 6,08 kg
Hasil yang diperoleh 6,08 x Rp 5.000 x 350 hari kerja = Rp 10.640.000

4. Gas Pirolisis
Awal penggunaan gas = 3 kg
Setelah penerapan produksi bersih = 2,5 kg
Harga gas tabung = Rp 17.000/ 1 tabung
Penghematan = 0,5 kg
Hasil penghematan = 0,5 kg x 350 = 175 kg atau 59 tabung gas 3 kg x Rp 17.000
= Rp 1.003.000/ thn
Biaya pembuatan saringan = Rp 200.000
PBP = Rp 200.000/ Rp 1.003.000 x 12 bln = 2.4 bln = 70 hari

5. Perubahan Tata Letak
Biaya perubahan tata letak = Rp 20.000.000
Asap cair sebelum penerapan produksi bersih diperoleh 13% = 43,68 kg
Asap cair sesudah penerapan produksi bersih diperoleh 15% = 50,4 kg
Penambahan asap cair yang diperoleh setelah penerapan produksi bersih = 6,72 kg
Asap cair yang diperoleh = 6,72 kg x 1,08 = 7,25 l x Rp 25.000 = Rp 181.250
Penambahan hasil dari asap cair Rp 181.250/hari x 350/hari = Rp 63.437.500

Pengurangan arang dari 86% menjadi 84%
Jumlah arang yang dihasilkan sebelum penerapan produksi bersih = 412,8 kg
Jumlah arang yang dihasilkan sesudah penerapan produksi bersih = 403,2 kg
Jumlah arang yang hilang = 9,6 kg
Hasil yang hilang 9,6 kg x Rp 5000 x 350 = 16.800.000/ thn
Hasil Setelah penerapan produksi bersih = Rp 63.437.500 Rp 16.800.000 = Rp
46.637.500
PBP = Rp 20.000.000/ Rp 46.637.500 x 12 bln = 5, 1 bln = 150 hari

Total Hasil yang diperoleh setelah penerapan produksi bersih = (Rp 70.000.000 +
Rp 88.462.500 + 10.640.000 + Rp 1.003.000 + Rp 46.637.500) = Rp 216.743.000

Total Biaya Penerapan Produksi Bersih = (Rp 450.000 + Rp 5.000.000 + Rp
200.000 + Rp 20.000.000) = Rp 25.650.000

Aspek K3 dan Lingkungan

Pada lingkungan industri, salah satu aspek yang sangat penting untuk
diperhatikan yaitu aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Keselamatan kerja
atau safety adalah suatu usaha untuk menciptakan keadaan lingkungan kerja yang
aman bebas dari kecelakaan Keselamatan kerja adalah sarana utama pencegahan
kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai akibat kecelakaan dalam melakukan
kerja.
Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi baik
barang maupun jasa. Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang yang
bekerja. Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja serta
orang lain dan masyarakat pada umumnya. Tindakan keselamatan kerja bertujuan
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmani maupun rokhani
manusia. Hasil kerja dan budaya tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada
umumnya.
Keselamatan kerja manusia secara terperinci meliputi: mencegah terjadinya
kecelakaan, mencegah dan atau mengurangi terjadinya penyakit akibat pekerjaan,
mencegah dan atau mengurangi cacat tetap, mencegah dan atau mengurangi
kematian, dan mengamankan material, konstruksi, dan pemeliharaan yang
kesemuanya menuju pada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan umat
manusia. Keselamatan Kerja ditujukan untuk manusia, benda(alat dan Mesin) dan
bagi lingkungan.

Syarat-Syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 pasal 3 ditetapkan syarat-
syarat keselamatan kerja untuk:
a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c) Mencegah dan mengurang bahaya peledakan
d) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian lain yang berbahaya
e) Memberi pertolongan pada kecelakaan
f) Memberi alat perlindungan diri kepada para pekerja
g) Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau
radiasi, suara dan gelora.
h) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik
maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
i) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j) Memelihara kebersihan, keselamatan dan ketertiban.
k) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja dan alat kerja.
l) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang-orang, binatang,
tanaman atau barang.
m) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
n) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
o) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
p) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Pengertian Kesehatan Kerja

Menurut sumamur (1976) kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu
kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja /masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setiggi-tingginya baik fisik, mental
maupun social dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta
penyakit umum.
Fungsi Kesehatan Kerja menurut ILO (International Labor Organization)
yaitu melindungi pekerja terhadap kesehatan yang mungkin timbul dari pekerjaan
dan lingkungan kerja, membantu pekerja menyesuaikan diri dengan pekerjaan
baik fisik maupun mental serta menyadari kewajiban terhadap pekerjaannya, dan
memperbaiki memelihara keadaan fisik mental maupun sosial pekerja sebaik
mungkin.

Pengertian Alat Pelindung Diri

APD adalah seperangkat alat yang digunakan untuk melindungi sebagian
atau seluruh tubuh dari potensi bahaya atau kecelakaan kerja . APD merupakan
suatu alat yang dipakai tenaga kerja dengan maksud menekan atau mengurangi
resiko masalah kecelakaan akibat kerja yang akibatnya dapat timbul kerugian
bahkan korban jiwa atau cedera.

Syarat-syarat Alat Pelindung diri

a) Pakaian kerja harus seragam mungkin dan juga ketidak-nyamanannya harus
yang paling minim.
b) Pakaian kerja harus tidak mengakibatkan bahaya lain, misalnya lengan yang
terlalu lepas atau ada kain yang lepas yang sangat mungkin termakan mesin.
c) Bahan pakaiannya harus mempunyai derajat resistensi yang cukup untuk panas
dan suhu kain sintesis (nilon, dll) yang dapat meleleh oleh suhu tinggi
seharusnya tidak dipakai.
d) Pakaian kerja harus dirancang untuk menghindari partikel-partikel panas terkait
di celana, masuk di kantong atau terselip di lipatan-lipatan pakaian.
e) Harus memberikan perlindungan yang cukup terhadap bahaya yang dihadapi
tenaga kerja/sesuai dengan sumber bahaya yang ada.
f) Tidak mudah rusak.
g) Tidak mengganggu aktifitas pemakai.
h) Mudah diperoleh dipemasaran.
i) Memenuhi syarat spesifik lain.
j) Nyaman dipakai.
Pada industri karbon aktif yang dikunjungi, pemakaian alat pelindung diri
sangat jarang atau bahkan tidak digunakan. Skala industri yang masih kecil,
menjadi penyebab kurangnya perhatian terhadap penggunaan alat pelindung
diri. Tidak adanya managemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja juga menjadi
alasan tidak digunkannya Alat Pelindung diri pada Industri ini disamping
kesadaran para pekerja terhadap bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari
proses pembuatan karbon aktif.

Alat-alat Pelindung Anggota Badan

Alat pelindung anggota badan yang sebaiknya digunkan dalam bekerja di
Industri Karbon aktif yaitu:
1. Alat Pelindung Mata, Mata harus terlindung dari asap yang keluar saat
pembakaran tempurung kelapa.
2. Alat Pelindung Kepala, Topi atau helm adalah alat pelindung kepala saat
menyalakan atau sedang memasukkan tempurung kelapa kedalam Drum
pembakaran, hal ini untuk menjaga rambut ikut terbakar saat menyalakan api
dan menghindari benturan terhadap peralatan lain diruang kerja.
3. Alat pelindung telinga, Untuk melindungi telinga juga penahan bising dari
letupan-letupan.
4. Alat pelindung hidung, Adalah alat pelindung hidung dari kemungkinan
terhisapnya gas-gas beracun.
5. Alat Pelindung Tangan, Alat ini terbuat dari berbagai macam bahan disesuaikan
dengan kebutuhannya, antara lain: untuk memperkuat pegangan supaya tidak
meleset, melindungi tangan terhadap bahaya panas, melindungi tangan dari
benda benda tajam pada saat mengangkat suatu barang, dan mencegah tangan
dari bahaya pembakaran asam.
6. Alat Pelindung Kaki, untuk menghindarkan tusukan benda tajam atau terbakar
oleh zat kimia.
7. Alat Pelindung Badan, Alat ini terbuat dari kulit sehingga memungkinkan
pakaian biasa atau badan terhindar dari percikan api, terutama pada waktu
memasukkan tempurung kedalam drum pembakaran atau pada saat
pengambilan arang. Lengan baju jangan digulung, sebab lengan baju yang
panjang akan melindungi tangan dari sinar api.
Hasil samping yang dihasilkan dari industri karbon aktif yaitu dengan
adanya asap pembakaran, serpihan kecil sisa pembakaran tempurung kelapa sawit
dan abu pembakaran. Hasil samping yang dihasilkan dari industri karbon aktif
memiliki nilai jual tersendiri. Namun harus melewati beberapa tahapan untuk
meningkatkan nilai tambah dari hasil samping tersebut terutama dari asap hasil
pembakaran.
Industri karbon aktif yang dikunjungi merupakan industri karbon aktif
dngan skala yang kecil sehingga tidak terlalu menghasilkan limbah yang banyak
sebagai hasil samping proses pengolahan karbon aktif. Serpihan kecil hasil
pembakaran tempurung digunakan sebagai bahan bakar penyulut api di drum saat
akan melakukan pembakaran tempurung kelapa. Selain itu, serpihan kecil ini juga
sering dimanfaatkan sebagai pupuk bagi para petani bersamaan dengan abu hasil
pembakaran dari tempurung. Penggunaan yang biasa dilakukan dengan
menaburkan abu ke tanah yang diinginkan.
Hasil samping lain yang dihasilkan dari proses pembuatan karbon aktif ini
adalah asap. Penanganan terhadap asap ini dilakukan dengan lebih terintegrasi
yaitu dengan mengubah asap yang semula dalam bentuk gas menjadi asap cair
yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Proses pengolahan asap cair dilakukan
dengan menggunakan prinsip kondensasi pada suhu rendah dan selanjutnya
dilakukan pemurnian asap cair dengan proses pirolisis.
Pirolisis merupakan tahapan untuk memurnikan asap cair dari kotoran atau
tar yang terkandung didalamya. Proses ini diawali dengan menguapkan asap cair
hasil kondensasi dengan suhu tinggi, kemudian menurunkan suhunya kembali
sehingga diperoleh bentuk cair kembali. Asap cair yang diperoleh akan menjadi
lebih jernih. Asap cair ini digunkan untuk Industri pengolahan lateks sebagai
bahan koagulan.


KESIMPULAN

Produk yang dihasilkan dari pabrik ini, antara lain arang batok, granular,
powder dan asap cair. Pabrik ini secara tidak langsung belum menerapkan konsep
produksi bersih secara keseluruhan karena pabrik ini skala produksinya kecil
sehingga penerapan konsep produksi bersih ini memang kurang diperhatikan. Dari
Hasil Quick Scan yang telah dilakukan diketahui bahwa pabrik ini belum efisien
dalam penanganan bahan baku, proses produksi, dan penangan limbah.
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi arang adalah batok
kelapa. Penanganan yang dilakukan terhadap batok kelapa ini yaitu dengan
menempatkannya di dalam karung. Penempatan batok kelapa di dalam karung
telah dilakukan saat bahan baku tersebut dikirim dari pemasok. Bahan baku yang
didatangkan dari pemasok tidak mendapatkan perlakuan khusus. Bahan baku yang
dibungkus dengan karung hanya diletakkan di lantai teras tanpa dialasi apapun.
Bahan baku yang baru didatangkan hanya diletakkan di ruang terbuka dan
perpapar sinar matahari. Sehingga apabila terjadi hujan, maka bahan baku akan
basah. Sehingga perlu penanganan bahan baku yang lebih baik.
Penanganan produk yang dihasilkan seperti pada penangan produk arang,
granular, powder belum efektif dan efisien, masih banyak loss yang hilang. Tata
letak ruangan juga belum optimal karena belum ada spesifikasi khusus untuk
tempat gudang bahan baku, ruang proses produksi, tempat pengolah limbah,
semua belum tersusun secara efektif dan efisien.
Dalam proses penangkapan asap cair dari hasil samping pembuatan arang
tidak seluruhnya ditangkap, hal ini yang dapat mengganggu sekitar area pabrik
sehingga perlu adanya penambahan alat untuk menangkap asap secara
keseluruhan yang kemudian dikondensasi dengan proses pirolisis untuk menjadi
asap cair sehingga memberikan nilai efisiensi yang lebih tinggi dalam produksi
asap cair.


Saran

Untuk meningkatkan efisiensi produksi dan mereduksi limbah yang
dihasilkan dengan konsep produksi bersih ada beberapa saran yang dapat
diberikan yaitu pemanfaan sabut kelapa dari hasil limbah yang dihasilkan menjadi
produk pupuk cair, peningkatan diameter corong untuk meningkatkan proses
produksi asap cair, proses pembuatan asap cair dan penggradingan menggunakan
penyaringan terlebih dahulu sehingga ketika asap cair dari grade 3 yang
dihasilkan dikonversi menjadi grade 2 dan grade 1 tidak membutuhkan waktu
yang lama, penggudangan bahan baku, penanganan bahan yang loss dan
pengemasan.


Daftar Pustaka

Darmadji P. 2000. Optimasi Produksi dan Sifat Fungsional Asap Cair Kayu Karet.
Agritech 20 (3) ; 147-155
Priyambodo, Bambang. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta Golbal
Pustka Utama Yogyakarta
Sumamur, (1976). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. CV. Haji
masagung. Jakarta.
Tranggono, dkk. 1996. Identifikasi Asap Cair dari Berbagai Jenis Kayu dan
Tempurung Kelapa. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 1(2): 15-24.

























LAPORAN TUGAS AKHIR PRODUKSI BERSIH


PENERAPAN APLIKASI PRODUKSI BERSIH PADA INDUSTRI
WULUNG PRIMA ( Arang Batok Kelapa, Granular, Powder dan Asap Cair)



Disusun Oleh : KELOMPOK 2


Maskur Rozaqi F34100010
Taufik Pratama Purba F34100013
Hermaslin Pasaribu F34100021
Dhita Anggraini F34100025
Yanuar Nurhadi F34100044
Alzara Zatiara F34100052
Tri Wahyuni Puspa D F34100062
Ayu Dayinta F34100069
Feriska Dewita Sari F34100074
Rayza Pranadipa F34100076





DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Anda mungkin juga menyukai