Anda di halaman 1dari 17

Apa sih survei batimetri itu? .

Survei batimetri adalah survei yang dilakukan untuk mengetahui


nilai kedalaman dari dasar laut. Lalu tujuan nya buat apa ??.. Tujuan nya macam2.. ada yang
untuk pengerukan pelabuhan, perencanaan bangunan di laut ( pelabuhan, Platform, sumur
minyak), dll. Alat yang dibutuhkan untuk pengukuran dasar laut ini ada dua macam, diantaranya
Echosounder Single Frekwensi dan Echosounder Double Frekwensi
Julius Yahya

kw catet dk ming?
Agustinus Federico

tulah alat batimetri, eak
Agustinus Federico

.Instalasi Alat yang dipergunakan untuk pengukuran batimetri adalah : a. GPS Antena : Untuk
mendapatkan data posisi koordinat b. Tranducer : Alat yang memancarkan sinyal akustik ke
dasar laut untuk data kedalaman c. Echosounder : Alat yang menampilkan angka kedalaman d.
Laptop : Untuk pengoperasian yang mengintegrasikan GPS, tranducer, dan echosounder.

Apa sih survei batimetri itu? . Survei batimetri adalah survei yang dilakukan untuk mengetahui
nilai kedalaman dari dasar laut. Lalu tujuan nya buat apa ??.. Tujuan nya macam2.. ada yang
untuk pengerukan pelabuhan, perencanaan bangunan di laut ( pelabuhan, Platform, sumur
minyak), dll. Alat yang dibutuhkan untuk pengukuran dasar laut ini ada dua macam, diantaranya
Echosounder Single Frekwensi dan Echosounder Double Frekwensi
Julius Yahya

kw catet dk ming?
Agustinus Federico

tulah alat batimetri, eak
Agustinus Federico

.Instalasi Alat yang dipergunakan untuk pengukuran batimetri adalah : a. GPS Antena : Untuk
mendapatkan data posisi koordinat b. Tranducer : Alat yang memancarkan sinyal akustik ke
dasar laut untuk data kedalaman c. Echosounder : Alat yang menampilkan angka kedalaman d.
Laptop : Untuk pengoperasian yang mengintegrasikan GPS, tranducer, dan echosounder.
Survey Topografi
Dipublikasi pada 12 Juli 2012 oleh thesurveyor
Survei topografi adalah suatu metode untuk menentukan posisi tanda-tanda (features) buatan
manusia maupun alamiah diatas permukaan tanah. Survei topografi juga digunakan untuk
menentukan konfigurasi medan (terrain). Kegunaan survei topografi adalah untuk
mengumpulkan data yang diperlukan untuk gambar peta topografi. Gambar peta dari gabungan
data akan membentuk suatu peta topografi. Sebuah topografi memperlihatkan karakter vegetasi
dengan memakai tanda-tanda yang sama seperti halnya jarak horizontal diantara beberapa
features dan elevasinya masing-masing diatas datum tertentu.
Metode-metode yang umum digunakan untuk pemetaan topografi antara lain adalah :
1. Metode tachymetri
2. Metode offset
3. Fotogrametri
4. Pengukuran meja lapangan
Survei topografi memiliki beberapa penyebab terjadinya kesalahan, terutama sebagai berikut :
1. Kontrol tidak diperiksa dan disesuaikan sebelum topografi diambil
2. Jarak titik kontrol terlalu besar
3. Titik-titik kontrol tidak dipilih dengan cermat
4. Pemilihan titik-titik penggambaran kontur tidak baik
Kesalahan tipikal dalam survei topografi adalah sebagai berikut :
1. Pemilihan interval kontur tidak tepat
2. Peralatan untuk survei utama dan kondisi medan tidak memadai
3. Kontrol horizontal dan vertikal tidak cukup
4. Kontur yang diambil tidak cukup
5. Beberapa rincian topografi hilang, seperti misalnya batas lereng atau titik tinggi atau titik
rendah setempat.

Proses pemetaan topografi sendiri adalah proses pemetaan yang pengukurannya langsung
dilakukan di permukaan bumi dengan peralatan survei teristris. Teknik pemetaan mengalami
perkembangan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Dengan perkembangan
peralaatan ukur tanah secara elektronis, maka proses pengukuran menjadi semakin cepat dengan
tingkat ketelitian yang tinggi, dan dengan dukungan teknologi GIS maka langkah dan proses
perhitungan menjadi semakin mudah dan cepat serta penggambarannya dapat dilakukan secara
otomatis.
Demikian pula wahana pemetaan tidak hanya dapat dilakukan secara teristris, namun dapat pula
secara fotogrametris radargrametris, videografis, bahkan sudah merambah pada wahana ruang
angkasa dengan teknologi satelit dengan berbagai kelebihannya.
Setiap wahana mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing masing, sehingga pemilihannya
sangat tergantung dari tujuan pemetaan, tingkat kerinciaan obyek yang harus disajikan, serta
cakupan wilayah yang akan dipetakan.
Secara garis besar langkah-langkah pemetaan secara teristris adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
Dalam proses pemetaan teristris, banyak hal yang harus dipersiapkan agar pemetaan dapat
berjalan dengan lancar dan sukses. Persiapan dalam hal ini adalah persiapan peralatan,
perlengkapan dan personil.
1. Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan maksudnya adalah peninjauan lapangan lebih dahulu untuk melihat kondisi
medan secara menyeluruh, sehingga dari hasil survey ini akan dapat ditentukan:
1. Teknik pelaksanaan pengukurannya
2. Penentuan posisi titik-titik kerangka peta yang representative dalam arti distribusinya
merata, intervalnya seragam, aman dari gangguan, mudah untuk mendirikan alat ukur,
mempunyai kapabilitas yang baik untuk pengukuran detil, saling terlihat dengan titik
sebelum dan sesudahnya, dan lain-lain.
1. Survei Pengukuran
Survei pengukuran dalam hal ini meliputi:
1. Pengukuran kerangka peta
2. Pengukuran detil
3. Pengolahan data (perhitungan)
Setelah dilakukannya pengukuran, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data yang sudah
di dapat dari lapangan. Beberapa hal yang dilakukan dalam pengolahan data adalah:
1. Perhitungan kerangka peta (X, Y, Z)
2. Perhitungan detil (X, Y, Z) atau cukup sudut arah / azimuthnya, jarak datar, dan beda
tinggi dari titik ikat.
3. Plotting atau penggambaran
Beberapa hal yang dilakukan pada proses penggambaran adalah:
1. Penggambaran Titik-titik kerangka peta
2. Penggambaran titik-titik detil
3. Penarikan garis kontur
4. Editing
5. Simbolisasi
SURVEY HIDROGRAFI

Hidrografi (atau geodesi kelautan menurut pandangan awam) adalah ilmu tentang
pemetaan laut dan pesisir. Hidrografi menurut International Hydrographic Organization (IHO)
adalah ilmu tentang pengukuran dan penggambaran parameter-parameter yang diperlukan
untuk menjelaskan sifat-sifat dan konfigurasi dasar laut secara tepat,
hubungan geografisnya dengan daratan, serta karakteristik-karakteristik dan dinamika-
dinamika lautan. Secara etimologi, Hidrografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata
hidro yang berarti air dan grafi yang berarti menulis, hidrografi artinya gambaran
permukaan bumi yang digenangi air.
Survey hidrografi Menurut Sekelompok Ahli dari PBB tahun 1979
Hidrografi adalah suatu ilmu yang melakukan pengukuran, menguraikan, dan
mengembangkan tentang :
1. Sifat-sifat dan Konfigurasi dasar laut yang dihasilkan oleh kegiatan survey bathimetrik,
geologi dan geofisika.
2. Hubungan geografis ( antara laut, perairan) dengan daratan terdekat yang dihasilkan dengan
kegiatan positioning _ Garis pantai.
3. Sifat dan dinamika air laut, yang dihasilkan lewat pengukuran/pengamatan pasang surut,
arus laut, gelombang dan sifat fisik air laut.

Definisi Ilmu Hidrografi Lama (tradisional), tahun 1960:
Hanya terbatas pada pengertian survey dan pemetaan batimetrik, disertai penentuan
posisi yang berkaitan dengan pemetaan batimetri itu sendiri.
Dari Definisi Tersebut ,Ahli Hidrografi,Ahli Oceanografi,Ahli Geofisika,Ahli Geologi
mengelompokkan kegiatan hidrografi kedalam 3 kegiatan,yaitu:

1. Pantai (coastal)
Pengembangan Pelabuhan, masalah erosi pantai, penggunaan jasa pelabuhan,
pemeliharaan keamanan lalulintas pelayaran pantai (coastal waters)
2. Lepas Pantai (offshore)
Pengadaan data dan informasi hidrografis sbg. Kelanjutan dari zone pantai (coastalzone) s/d
kedalaman 200m, pertambangan sumber daya alam mineral termasuk hidrokarbon (crude oil)
dan pengadaan data dan informasi utk. Manajemen perikanan
3. Lautan Bebas (oceanic)
Pengadaan data dan informasi di daerah lautan bebas (oceanic) mencakup
pengadaan data dan informasi di daerah lautan dalam untuk menggambarkan geomorfologi
dasar laut.

survey batimetri

Survei batimetrik dimaksudkan untuk mendapatkan data kedalaman dan konfigurasi/
topografi dasar laut, termasuk lokasi dan luasan obyek-obyek yang mungkin membahayakan.
Survei Batimetri dilaksanakan mencakup sepanjang koridor survey dengan lebar
bervariasi. Lajur utama harus dijalankan dengan interval 100 meter dan lajur silang (cross line)
dengan interval 1.000 meter. Kemudian setelah rencana jalur kabel ditetapkan, koridor baru
akan ditetapkan selebar 1.000 meter. Lajur utama dijalankan dengan interval 50 meter dan
lajur silang (cross line) dengan interval 500 meter. Peralatan echosounder digunakan untuk
mendapatkan data kedalaman optimum mencakup seluruh kedalaman dalam area survei. Agar
tujuan ini tercapai, alat echosounder dioperasikan sesuai dengan spesifikasi pabrik. Prosedur
standar kalibrasi dilaksanakan dengan melakukan barcheck atau koreksi Sound Velocity Profile
(SVP) untuk menentukan transmisi dan kecepatan rambat gelombang suara dalam air laut, dan
juga untuk menentukan index error correction.
Kalibrasi dilaksanakan minimal sebelum dan setelah dilaksanakan survei pada hari yang
sama. Kalibrasi juga selalu dilaksanakan setelah adanya perbaikan apabila terjadi kerusakan
alat selama periode survei. Pekerjaan survei Batimetri tidak boleh dilaksanakan pada keadaan
ombak dengan ketinggian lebih dari 1,5m bila tanpa heave compensator, atau hingga 2,5m bila
menggunakan heave compensator.


KEGUNAAN SURVEY HIDROGRAFI

SURVEY HIDROGRAFI UNTUK MONITORING ALUR PELAYARAN

Alur pelayaran dan rambu rambunya yang ada sekarang ini perlu dilakukan pemantauan
dan pemeliharaan secara rutin untuk menjaga keselamatan dan kelancaran kapal yang
melakukan pelayaran tersebut.
Bahaya terjadinya kecelakaan pada pelayaran memberikan dampak yang sangat luas,
bukan hanya faktor nyawa manusia di kapal yang bersangkutan namun pada kapal yang
mengangkut bahan-bahan cair lainnya yang mudah dibawa arus laut, maka pengotoran/polusi
laut akan menyebar luas ketempat lain yang jauh dari tempat kejadian.
Pemeliharaan alur pelayaran dapat dilakukan dengan melaksanakan survey hydrografi
secara berkala, Dengan menggunakan alat GPS memakai metode differensial real time
kinematik dapat membantu kegiatan survey secara cepat dan tepat di bandingkan dengan
memakai peralatan yang konvensional seperti busur sextan, theodolite, dan alat bantu lainnya.
Penggunaan metoda differensial real time kinematik dapat menentukan posisi kapal
secara teliti dalam waktu yang sangat singkat, sekaligus menentukan arah dan kecepatan kapal
untuk melakukan survey. Metode tersebut diantaranya adalah :

1. Busur sextan

Pengukuran dengan metode ini memilik tingkat akurasi sekitar 4 7meter,
pelaksanaannya dan pemrosesan data memiliki waktu yang sangat lama, untuk survey kolam
pelabuhan + 200 M
2
saja, membutuhkan waktu kurang lebih 1 bulan, hal ini disebabkan karena
pelaksanaannya membutuhkan waktu dengan perbandingan 50:50 (50% untuk pelaksanaan
survey dan 50% untuk pemrosesan data survey).

2. GPS Navigasi

Metode yang digunakan sudah memiliki tingkat akurasi 3-5 meter, dan pelaksanaannya
dapat dibilang lebih singkat di bandingkan dengan pemakaian busur sextan tetapi untuk
pemrosesan datanya memiliki waktu yang hampir sama pada pemrosesan dengan metode
sextan karena pelaksanaan survey ini masih dikategorikan semi digital. Untuk survey kolam
pelabuhan membutuhkan waktu kurang lebih 20 hari dengan perbandingan 30:70 (30% untuk
pelaksanaan survey dan 70% untuk pemrosesan data hasil survey).

3. GPS realtime kinematik

Dengan memakai cara ini dapat mempersingkat pelaksanaan dan pemrosesan data
dengan tingkat akurasi 1-3 meter, untuk pelaksanaan survey kolam pelabuhan saja dapat
diselesaikan dengan waktu kurang lebih 7 hari sampai 12 hari dengan syarat tidak terjadi
gangguan koneksi alat. Karena metode ini sudah memakai peralatan yang koputerisasi,
sehingga pemrosesan datanya memiliki waktu yang lebih singkat dari pelaksanaan surveynya,
dengan perbandingan 70:30 (70% untuk pelaksanaan survey dan 30% untuk pemrosesan data).
Seiring perkembangan jaman, metode terakhir sudah dirasa cukup cepat dan tepat
dalam pelaksanaan survey hydrografi, tetapi untuk ketelitian dapat di tingkatkan dengan
menggunakan metode differensial yang terdapat di GPS. Hasil yang di dapat untuk penggunaan
metode ini memiliki ketelitian 3 50cm tergantung dari pemrosesan data akhirnya.
Alur pelayaran mempunyai fungsi untuk memberi jalan kepada kapal untuk memasuki
wilayah pelabuhan dengan aman dan mudah dalam memasuki kolam pelabuhan. Fungsi lain
dari alur pelayaran adalah untuk menghilangkan kesulitan yang akan timbul karena gerakan
kapal kearah atas (minimum ships maneuver activity) dan gangguan alam, maka perlu bagi
perencana untuk memperhatikan keadaan alur pelayaran (ship channel) dan mulut pelabuhan
(port entrance). Alur pelayaran harus memperhatikan besar kapal yang akan dilayani (panjang,
lebar, berat, dan kecepatan kapal), jumlah jalur lalu lintas, bentuk lengkung alur yang berkaitan
dengan besar jari jari alur tersebut. Karena perbedaan antara perkiraan dan realisasi sering
terjadi, maka penyediaan alur perlu dilakukan untuk mengantisipasi kehadiran kapal-kapal
besar. Suatu penelitian tentang karakteristik alur perlu di evaluasi terhadap pergerakan trafik
yang ada, pengaruh cuaca, operasi dari kapal nelayan, dan karakteristik alur tersebut. Dengan
semakin meningkatnya perekonomian dunia maka penggunaan transportasi laut semakin
padat, khususnya pada daerah sempit, seperti selat dan kanal, ataupun daerah yang
terkonsentrasi seperti palabuhan dan persilangan lintasan lalu lintas pelayaran. Sehingga
beresiko tinggi untuk terjadinya kecelakaan pelayaran, baik berupa tabrakan sesama kapal
ataupun bahaya pelayaran lainnya seperti bangkai kapal atau kandas di kedalaman dangkal.
Untuk pemeliharaan alur pelayaran biasanya dilakukan pengerukan secara berkala,
perencanaan pengerukan tersebut memerlukan data-data keadaan permukaan dasar laut untuk
dapat diketahui berapa volume rencana pengerukan. Survey hydrografi sangat penting
peranannya untuk perencanaan pengerukan tersebut, karena hasil survey tersebut berupa data-
data keadaan permukaan dasar laut yang disajikan berupa peta. Adapun tahap-tahap
pelaksanaan survey hydrografi ini adalah:

PERALATAN SURVEY HIDROGRAFI

echosounder

Untuk pemetaan dasar laut, Sistem Echosounder berkas banyak akan lebih sering
digunakan di masa mendatang, sebagai pelengkap dari Singlebeam Echosounder yang
telah banyak digunakan pada beberapa akademik. Multibeam sonar/Echosounder
memberikan kerapatan titik-titik kedalaman yang lebih tinggi dibanding Singlebeam
Echosounder, jangkauan spasi lajur pemeruman yang lebih jauh ,dimana semua faktor
tersebut tentunya dapat menunuikan waktu dan biaya survei.


sidescanesonar(sss)

Side Scan Sonar mempunyai kemampuan menggandakan (menduplikasikan) beam
yang diarahkan pada satu sisi ke sisi lainnya. Sehingga kita bias melihat ke kedua sisi,
memetakan semua area penelitian secara efektif dan menghemat waktu penelitian. SSS
menggunakan Narrow beam pada bidang horizontal untuk mendapatkan resolusi tinggi
di sepanjang lintasan dasar laut (Klien Associates Inc, 1985).

Side Scan Sonar (SSS) dapat dipasang pada lunas kapal atau ditarik di belakang kapal.
Ilustrasi pemasangan SSS menggunakan towed body dapat dilihat pada gambar . Pada
gambar tersebut terlihat bahwa SSS mentransmisikan pulsa akustik secara menyamping
terhadap arah perambatan. Dasar laut dan objek merefleksikan kembali (backscatter)
gelombang suara pada system sonar. Instrumen SSS mendekati objek tiga dimensi dan
menampilkan objek tersebut dalam bentuk citra dua dimensi. Oleh karena itu, SSS tidak
hanya menampilkan objek, melainkan juga bayangan objek tersebut. Pembentukan
objek bayangan SSS di ilusrasikan pada gambar.Keterangan pada gambar adalah
sebagai berikut. (1) nilai kedalaman dari lintasan akustik, (2) sudut beam vertikal, (3)
jarak akustik maksimum, (4) lebar sapuan lintasan dasar laut, (5) jarak SSS dengan
permukaan air, (6) jarak pemisah antara port channel dan starboard channel, (7) lebar
beam horizontal, (8) panjang bayangan akustik yang disesuaikan dengan tinggi target,
(A) area sebelum pengambilan first bottom (pada daerah ini tidak ada suara yang
dihamburkan dan ditandai dengan warna hitam), (B) dan (F) tekstur dasar laut, (C)
sudut objek yang bersifat sangat memantulkan dengan intensitas yang paling terang,
(D) objek yang memantulkan dan (E) bayangan dari target akustik (tidak ada pantulan
disini).


SURVEY HIDRO-OSEANOGRAFI
Survey hidro-oseanografi atau sering disebut site-survey merupakan salah satu kegiatan survey kelautan
yang bertujuan untuk mengetahui topografi dasar laut, kenampakan bawah dasar laut dan mengetahui
ada tidaknya objek-objek yang berbahaya di dasar laut.

Tujuan survey hidro-oseanografi diantaranya untuk mendukung pekerjaan :
- Rencana penentuan dan pemasangan jalur kabel dan pipa bawah laut
- Pencarian pesawat dan kapal-kapal yang tenggelam
- Penentuan pengeboran sumur minyak (well rig)
- Operasi pencarian ranjau dan bahan peledak di bawah laut
- Investigasi pipa dan kabel bawah laut, dll.

Adapun kegiatan survey hidro-oseanografi meliputi :

1. Survey Titik Kontrol Geodetik
Referensi titik kontrol geodesi yang merupakan bagian dari Jaringan Kerangka Kontrol Horizontal
Nasional yang terletak di dekat atau di lokasi survei diperlukan untuk penentuan posisi DGPS
menggunakan Shorebase Station (Reference Point) dan untuk verifikasi alat DGPS yang akan digunakan
untuk survey.
Point of Origin untuk kerangka kontrol horisontal tersebut diperoleh dari instansi resmi, seperti
Bakosurtanal. Jika diperlukan, penentuan point of origin dapat dilaksanakan sendiri, dengan referensi
salah satu titik yang sudah ada, baik dengan mengadakan pengamatan GPS secara relatif maupun secara
konvensional dengan melakukan pengukuran traverse. Jika titik referensi tambahan dibutuhkan, maka
titik tersebut harus dibangun semi-permanen yang dapat mewakili daerah survei yang telah ditentukan.
Semua ketinggian (elevasi) dan kedalaman air, akan dihubungkan dengan suatu datum yang
direferensikan ke Mean Sea Level (MSL) atau Chart Datum (Low Water Spring: LWS), atau datum
tertentu yang sudah mendapatkan persetujuan. Semua elevasi dan kedalaman harus dihubungkan
dengan benchmark tertentu yang terletak di darat, atau direferensikan kepada elipsoid tertentu yang
ditentukan dengan GPS.

2. Sistem Navigasi Survey
Penentuan posisi kapal survei dilaksanakan menggunakan GPS receiver dengan metode Real Time
Differential (DGPS) dengan mengikuti prinsip survei yang baik dan menjamin tidak adanya keraguan atas
posisi yang dihasilkan. Lintasan kapal survei dipantau setiap saat melalui layar monitor atau diplot pada
kertas dari atas anjungan.
Sistim komputer navigasi memberikan informasi satelit GPS seperti: nomer satelit yang digunakan, PDOP
dan HDOP. Elevation mask setiap satelit diset pada ketinggian minimum 10 derajat.
Bila DGPS yang digunakan menggunakan shore base station, satu GPS receiver dipasang di atas kapal
survei dan satu lagi di atas titik berkoordinat di darat (shore base station). Selama akuisisi data, koreksi
differential dimonitor dari atas kapal pada sistim navigasi.
Sistim komputer navigasi menentukan posisi setiap detik, dan jika perlu, logging data ke hardisk
komputer dapat ditentukan setiap 1, 5 atau 10 detik sebagai pilihan.

3. Pengamatan Pasang Surut Laut
Pengamatan pasang surut dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan Muka Surutan Peta (Chart
Datum), memberikan koreksi untuk reduksi hasil survei Batimetri, juga untuk mendapatkan korelasi data
dengan hasil pengamatan arus.
Stasiun pasang surut dipasang di dekat/dalam kedua ujung koridor rencana jalur survey dan masing-
masing diamati selama minimal 15 hari terus-menerus dan pengamatan pasang surut dilaksanakan
selama pekerjaan survei berlangsung. Secepatnya setelah pemasangan, tide gauge/staff dilakukan
pengikatan secara vertikal dengan metode levelling (sipat datar) ke titik kontrol di darat yang terdekat,
sebelum pekerjaan survei dilaksanakan dan pada akhir pekerjaan survey dilakukan.

4. Survey Batimetri
Survei batimetrik dimaksudkan untuk mendapatkan data kedalaman dan konfigurasi/ topografi dasar
laut, termasuk lokasi dan luasan obyek-obyek yang mungkin membahayakan.
Survei Batimetri dilaksanakan mencakup sepanjang koridor survey dengan lebar bervariasi. Lajur utama
harus dijalankan dengan interval 100 meter dan lajur silang (cross line) dengan interval 1.000 meter.
Kemudian setelah rencana jalur kabel ditetapkan, koridor baru akan ditetapkan selebar 1.000 meter.
Lajur utama dijalankan dengan interval 50 meter dan lajur silang (cross line) dengan interval 500 meter.
Peralatan echosounder digunakan untuk mendapatkan data kedalaman optimum mencakup seluruh
kedalaman dalam area survei. Agar tujuan ini tercapai, alat echosounder dioperasikan sesuai dengan
spesifikasi pabrik.
Prosedur standar kalibrasi dilaksanakan dengan melakukan barcheck atau koreksi Sound Velocity Profile
(SVP) untuk menentukan transmisi dan kecepatan rambat gelombang suara dalam air laut, dan juga
untuk menentukan index error correction. Kalibrasi dilaksanakan minimal sebelum dan setelah
dilaksanakan survei pada hari yang sama. Kalibrasi juga selalu dilaksanakan setelah adanya perbaikan
apabila terjadi kerusakan alat selama periode survei.
Pekerjaan survei Batimetri tidak boleh dilaksanakan pada keadaan ombak dengan ketinggian lebih dari
1,5m bila tanpa heave compensator, atau hingga 2,5m bila menggunakan heave compensator.

5. Survey Topometri
Pada bagian koridor survey yang tidak dapat dicakup oleh survei menggunakan kapal, pengukuran profil
dasar perairan dilaksanakan dengan metode topometrik untuk menjamin tidak terdapat kekosongan
atas data yang diperlukan.
Detail topometri diukur menggunakan sistem DGPS Real Time atau dengan alat Total Station yang
didirikan di atas titik kontrol yang telah dibangun sebelumnya. Hasil survei topometrik direferensikan
pada datum vertikal yang sama dengan hasil survei Batimetri.

6. Survey Side Scan Sonar
Survei investigasi bawah air (side scan sonar) dimaksudkan untuk mendapatkan kenampakan dasar laut,
termasuk lokasi dan luasan obyek-obyek yang mungkin membahayakan. Dual-channel Side Scan Sonar
System dengan kemampuan cakupan jarak minimal hingga 75m digunakan untuk mendapatkan data
kenampakan dasar-laut (seabed features) di sepanjang koridor yang sama dengan survei Batimetri. Skala
penyapuan yang digunakan diatur sedemikian rupa sehingga terjadi overlap minimal 50% untuk area
survei yang direncanakan.
Lajur-lajur survei side scan sonar dapat dijalankan bersamaan dengan pelaksanaan survei Batimetri
dan/atau disesuaikan dengan kedalaman laut sehingga cakupan minimal tersebut dapat terpenuhi.
Apabila menggunakan towfish yang ditarik, panjang kabel towfish tersedia cukup agar tinggi towfish di
atas dasar laut dapat dijaga kira-kira 10% dari lebar cakupan/ penyapuan yang dipilih. Towfish sebaiknya
dioperasikan dari winch bermotor lengkap dengan electrical slip rings. Rekaman data sonar dikoreksi
untuk tow fish lay back dan slant range. Apabila menggunakan towfish yang dipasang pada lambung
kapal (vessel-mounted), sistim dilengkapi dengan heave compensator untuk mereduksi pengaruh
gelombang.
Sistem yang digunakan mampu menghasilkan clear record dari keadaan dasar laut, identifikasi adanya
wrecks, obstacles, debris, sand waves, rock outcrops, mud flows atau slides dan sedimen.
Kemungkinan adanya bahaya atau keadaan dasar laut yang perlu mendapatkan perhatian khusus
dilakukan investigasi untuk memperjelas jenis dan ukuran bahaya tersebut. Investigasi tersebut dapat
dilaksanakan dengan menjalankan lajur yang lebih rapat pada arah yang berbeda dengan lajur umum
yang telah dijalankan sebelumnya.
Penentuan posisi menggunakan jarak atau waktu tertentu ditandai pada rekaman sonar. Data jarak
antara towfish dan antena GPS, termasuk setiap perubahan jarak ini, harus dicatat secara tertib pada
Operators Log selama survei berlangsung untuk keperluan pengolahan data lebih lanjut.

7. Survey Sub Bottom Profiller
Tujuan dari Survei Sub-bottom Profiling (SBP) adalah untuk investigasi dan identifikasi lapisan sedimen
dekat dengan permukaan dasar-laut (biasanya hingga 10m) dan untuk menentukan informasi penting
yang berhubungan dengan stratifikasi dasar laut. Survei SBP dapat dilaksanakan bersamaan dengan
survei Batimetri dan Side Scan Sonar.
Survei SBP dilaksanakan mencakup sepanjang koridor survey dengan lebar bervariasi. Lajur utama
dijalankan dengan interval 100 meter dan lajur silang (cross line) dengan interval 1.000 meter. Kemudian
setelah rencana jalur ditetapkan, lajur utama kembali dijalankan sebanyak 3 lajur dengan interval 50
meter, dimana satu lajur dijalankan tepat di tengah-tengah rencana jalur kabel.
System Parametric Subbottom Profiling (atau system lain yang dapat memberikan data sepadan)
digunakan untuk mendapatkan rekaman data permanent secara grafis atas profil dasar laut dan
perlapisan di bawahnya dengan penetrasi dan resolusi optimum di seluruh kedalaman sepanjang koridor
rencana jalur kabel. Untuk mencapai maksud ini, peralatan dioperasikan sesuai dengan petunjuk pabrik
dan diset untuk mendapatkan rekaman data optimum. Sub-bottom profiler memberikan rekaman data
secara grafis dengan jelas pada skala dan resolusi yang jelas.
Jarak antara transducer/hydrophone dan antena GPS dicatat secara tertib pada Operators Log dan
kemudian diperhitungkan pada saat pekerjaan interpretasi.
Survei Sub-bottom Profiling tidak boleh dilaksanakan pada cuaca berombak karena sangat
mempengaruhi kualitas data, kecuali apabila menggunakan heave compensator. Kemungkinan
terjadinya noise yang bersumber dari mesin atau kapal survei harus diupayakan seminimal mungkin
dengan berbagai cara. Panjang kabel seismic source dan hydrophone (bila menggunakan sistem
demikian) disediakan cukup sehingga memungkinkan diulur pada jarak yang dapat memberikan
rekaman data optimum.

8. Survey Magnetik
Survei magnetik dilaksanakan untuk mendeteksi adanya obyek-obyek metal pada atau dekat permukaan
dasar laut yang mungkin akan membahayakan. Bahaya yang dimaksud antara lain berupa : wrecks,
sunken buoys, steel cables maupun bahaya lain yang terdapat di area survei yang telah ditentukan.
Survei magnetik disarankan dilaksanakan bersamaan dengan survei Batimetri, dengan interval lajur
survei sebagaimana menjalankan lajur-lajur batimetrik. Survei magnetometer tidak disarankan untuk
dilaksanakan bersamaan dengan survei Side Scan Sonar karena dikawatirkan terjadi gangguan yang
bersumber dari towfish Side Scan Sonar kecuali dapat dibuktikan memang tidak terjadi gangguan.
Panjang kabel disediakan cukup agar dapat dioperasikan secara optimum sesuai dengan kedalaman air
laut selama pelaksanaan survei. Untuk mendapatkan rekaman (secara grafis atau digital) yang
memberikan anomali jelas dan pada skala optimum, sensor unit dipasang sedemikian rupa sehingga
berada dalam jangkauan deteksi optimum.
Jika terdapat indikasi adanya obyek metal yang cukup signifikan di suatu area tertentu, maka dilakukan
survei investigasi lebih lanjut dengan cara menjalankan lajur survei dengan interval lebih rapat.

9. Pengukuran Arus
Pengamatan arus diperlukan dengan tujuan untuk mendapatkan data arah dan kecepatan arus. Data
tersebut akan dikorelasikan dengan data pengamatan pasang surut.
Pengamatan arus dilaksanakan dengan 2 metode yaitu;
2 stasiun tetap yaitu pada perairan dekat kedua pantai di mana landing point akan ditempatkan selama
sekurang-kurangnya 30 hari pengukuran pada 3 lapisan kedalaman sebesar 0.2, 0.6 dan 0.8m di bawah
permukaan air.
Pengukuran dengan metode transek sepanjang jalur poros rencana survey selama sekurang-kurangnya
25 jam saat periode Spring Tide dengan menggunakan peralatan pengukur arus hidro-akustik.
Pembacaan atau pengumpulan data harus dilaksanakan dengan interval tidak lebih dari 60 menit.

10. Survey Transpor Sedimen
Dinamika badan air dan dasar perairan di wilayah survei dikenal sebagai daerah dengan tingkat
dinamisasi dasar perairan yang tinggi. Hal tersebut diperkirakan akibat aktifitas eksploitasi pasir di
sekitar area survei. Perubahan kedudukan dasar laut akan berakibat pada perubahan kedudukan kabel
yang telah digelar.
Survei distribusi sedimen di sepanjang jalur survey minimum dilakukan di tiga tempat mewakili pantai
dan tengah-tengah antara keduanya. Pengukuran dilakukan dalam rentang waktu 30 hari. Peralatan
utama berupa sediment trap (jebakan sedimen). Sedimen yang terjebak selanjutnya diukur dan diteliti di
laboratorium mengenai total berat, ukuran sedimen (grain size) dan dominasi komposisi sedimen dalam
arah dan volume sedimen per satuan waktu. Hasil ini nantinya akan digunakan dalam menentukan
model arus untuk membentuk model traspor sedimen yang tepat.

11. Pengadaan Data Gelombang
Pengadaan data gelombang laut dilakukan dengan 2 metode yaitu metode pengukuran langsung dan
metode pengadaan data tidak langsung atau data sekunder.
Pada metode pengukuran langsung, pengamatan gelombang dilakukan dengan mengamati karakter
gelombang pada kedua perairan dekat pantai. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan wave-staff
atau peralatan perekam gelombang automatis (self recording).
Metode pengukuran tidak langsung dilakukan dengan pengumpulan data sekunder yang berasal dari
dinas meteorologi setempat. Data tersebut dapat digunakan dalam pembangunan model gelombang.

12. Pengambilan Contoh Tanah
Pengambilan contoh dasar laut (seabed sampling) dilaksanakan dengan menggunakan salah satu dari
alat berikut: Grab Sampler atau Gravity Corer. Grab/ gravity coring dilaksanakan sepanjang rencana jalur
survey hingga kedalaman maksimum 10m dari permukaan dasar laut, dan dengan interval jarak 2,0km
atau di lokasi di mana terdapat perubahan litology yang signifikan yang diindikasikan dari hasil survei SSS
ataupun survei SBP.
Pengambilan contoh tanah dilakukan dari atas kapal survei dan dilaksanakan setelah adanya hasil
interpretasi sementara di atas kapal survei atas hasil survei Side Scan Sonar dan Sub-bottom Profiling.
Setiap pengambilan contoh tanah harus diusahakan agar memperoleh penetrasi optimum. Setiap kali
contoh tanah telah diambil harus dicatat dan dideskripsikan secara visual di lapangan tentang: posisi,
jenis, ukuran butir, warna, dan lain-lain yang berhubungan.
PENGUKURAN DETAIL TOPOGRAFI
0 komentar
Maret - 10
supri
Tujuan : Mengetahui teknik pengukuran detail topografi untuk perencanaan penambangan,
pembangunan, dll.

Ruang Lingkup : Perencanaan teknis pemetaan dan pelaksanaan pengukuran di lapangan untuk
menunjang pekerjaan penambangan serta keperluan teknis lainya yang berhubungan dengan
penambangan.

Defenisi :
- BM : Tanda di lapangan yang telah mempunyai nilai / koordinat tertentu.
- Sentering Optis : Mengatur posisi alat ukur agar berada tegak lurus tepat di atas BM / Patok
dengan cara melihat dari jendela optis alat ukur.
- Kompas : Alat untuk mengetahui / mengukur arah.




Langkah - langkah Pengukuran Topografi

1. Tentukan lokasi / area yang akan dilakukan pengukuran.
2. Tentukan BM yang paling dekat terhadap lokasi yang akan
dilakukan pengukuran.
3. Tentukan kerapatan / interval titik detail topografi yang akan diukur / ditampilkan dalam peta
topografi.
4. Dirikan alat ukur pada BM yang dimaksud pada point no.2 dan
target ( prisma reflektor ) pada BM lainnya.
5. Lakukan station atau set alat untuk pengambilan data awal ke target sebagai titik ikat untuk
pengukuran detail pada area yang akan dipetakan.
6. Lakukan pengukuran detail situasi sesuai dengan kerapatan titik
yang diinginkan ( 3 s/d 5 m ) atau mengikuti perubahan bentuk topografi lapangan. tergantung
dari kondisi lapangan datar atau curam.
7. bila tidak terjangkau semua area yang akan ditopo anda bisa Pasang Patok bantu poligon
sesuai dengan arah line pengukuran yang direncanakan untuk melakukan pengambilan data
situasi detail daerah lainnya.
8. Sesuaikan penamaan detail situasi lapangan dengan data yang dimasukan / direkam pada alat
ukur untuk memudahkan proses pengolahan dan penggambaran, sehingga didapat gambaran peta
yang mendekati bentuk sebenarnya di lapangan.
9. Kegiatan pada pada point no. 6, 7 dan 8 dilakukan dengan cara yang sama dalam satu line
pengukuran.
10. untuk line line lainnya dilakukan dengan cara yang sama mulai
dari point no. 4 s/d 8.
http://water.usgs.gov/edu/characteristics.html

GEOTEKNIK SURVEY
1. PENDAHULUAN Untuk dapat melakukan analisis-analisis geoteknik (mekanika tanah dan teknik
pondasi) yang benar dan baik, sangat diperlukan data tanah bawah permukaan yang lengkap. Data-data
tersebut ada yang diperoleh langsung dari survey geoteknik lapangan, ada yang diperoleh dari hasil uji
laboratorium terhadap contoh-contoh tanah yang diambil dari bawah permukaan. Kedalaman di bawah
permukaan tanah dari mana data-data tersebut diperlukan dapat beberapa meter bahkan puluhan
meter di bawah permukaan tanah, sehingga dengan demikian diperlukan survey lapangan yang mampu
mendeteksi bahkan mengambil contoh-contoh tanah, dan melakukan pengetesan di/dari kedalaman
tersebut di atas. Survey lapangan tersebut dapat berupa penggunaan dan interpretasi foto udara dan
remote sensing, metode geofisik, metode geolistrik, sumur uji (test pit) (dangkal), pemboran (boring)),
dangkal sampai dalam, uji penetrasi (uji sondir- cone penetration test CPT), uji penerasi baku (standard
penetration test SPT), uji vane shear test, dan lain-lain.
2. PETA GEOLOGI dan FOTO UDARA Direktorat Geologi mempunyai dan menerbitkan peta geologi untuk
hampir seluruh Indonesia. Peta geologi permukaan dapat dipesan pada Direktorat Geologi untuk daerah
yang diperlukan. Pada peta tersebut ditunjukkan usia, nama batuan, dan formasi batuan atau jenis
tanah permukaan. Dari pengalaman, dapat diduga jenis tanah di bawah permukaan dan bahkan
kedalamannya secara garis besar. Dalam peta geologi diperlihatkan juga lokasi sungai, jalan desa, dan
jalan besar sehingga sangat berguna untuk menentukan lokasi-lokasi survey sebelum topografi dibuat
yang sering dibuat bersamaan dengan survey geoteknik. Dari foto udara yang biasanya dibuat
overlapping kalau dilihat dan diinterpretasikan denganstereoskop dapat memperlihatkan relief tanah
permukaan.
3. METODE GEOFISIK Berbeda dengan pemboran, metode ini dapat mencakup area yang luas secara
cepat dan relatif murah. Metoda ini tepat sekali digunakan untuk memilih lokasi yang tepat sebuah
bendungan, terowongan, jalan raya, dan bangunan-bangunan besar lainnya. Dapat juga digunakan
untuk menentukan lokasi deposit material bangunan seperti kerikil atau batu. Metode geofisik ada 2
macam yaitu metode seismik dan metode geolistrik.
3.1 METODE SEISIMIK Dalam metode ini, pada suatu titik yang direncanakan akan dibuat sebuah
ledakan, atau palu yang besar dipukulkan pada permukaan tanah dan waktu yang diperlukan
untuk gelombang akibat ledakan atau pukulan tadi mencapai beberapa Geophone yang
ditempatkan pada jarak-jarak yang berbeda-beda kemudian diukur. Sifat elastis lapisan-lapisan
tanah yang berbeda adalah berbeda pula dan atas dasar refraksi dan refleksi gelombang melalui
lapisan yang berbeda-beda sifat elastisitasnya ini akan dapat dibuat profil lapisan-lapisan tanah
di bawah permukaan.
3.2 METODE GEOLISTRIK (Resistivity Method) Sebuah alat resistimeter diletakkan di tengah
kabel-kabel penghubung yang menghubungkan alat resistimeter dengan titik-titik duga dan
pada jarak-jarak tertentu ditanam sebuah elektroda untuk menyalurkan arus listrik ke dalam
tanah. Arus listrik yang disalurkan biasanya antara 150 600 Volt, tergantung dari kondisi tanah
bawah permukaan dalam menyalurkan arus listrik. Dari berbagai jarak yang berbeda-beda
diperoleh data-data mengenai harga-harga tahanan listrik dari tanah. Atas dasar perbedaan dari
konduktivity dan resistivity listrik dari lapisan-lapisan tanah dari kedalaman-kedalaman yang
berbeda-beda, yang diukur dari potensial dan pengaliran arus listrik antar elektroda - elektroda
tersebut di atas dari arus listrik yang disalurkan dari sumber listrik yang dipakai(accu), dengan
cara-cara analisis yang baku dapat ditentukan pelapisan-pelapisan tanah bawah permukaan ke
arah vertikal maupun horizontal sampai kedalaman maksimum. 30 m. Dapat dipakai untuk
membuat prakiraan kasar jenis pondasi Dam atau struktur bangunan. 4. SUMUR UJI (Test Pit)
Biasanya sumur uji dimaksudkan untuk melihat secara langsung kondisi tanah di lapangan:
caranya denga menggali lubang yang cukup besar sehingga orang bisa masuk sampai kedalaman
air tanah atau sampai kedalaman 1 2 m saja, dapat juga dilakukan dengan mesin seperti
BackHoe dan Shovel. Dari pengamatan pada bidang vertikal di dalam lubang dapat diidentifikasi
jenis-jenis tanah, warna, bau, kedalamam muka air tanah dan struktur umumnya dapat juga
diambil contoh tanah asli dengan memasukkan tabung sampler ke dalam tanah. Di dalam lubang
dapat juga dilakukan uji penetrasi dengan alat pocket penetrometer. 5. PEMBORAN dan
PENGAMBILAN CONTOH TANAH Pemboran tanah adalah pembuatan lubang ke dalam tanah
dengan menggunakan alat bor manual maupun alat bor mesin untuk tujuan sebagai berikut: 1)
Mengindentifikasi jenis tanah sepanjang kedalaman bor 2) Untuk mengambil contoh tanah asli
3) Untuk melakukan uji SPT, Vane Shear Test, Pressumeter Test dll. 6. PENGAMBILAN CONTOH
TANAH (Soil Sampling) Ada dua jenis contoh tanah yang dikenal yaitu yang contoh tanah asli
(tidak terganggu) dan tidak asli (terganggu), tergantung dari cara pengambilannya. Contoh tanah
asli adalah contoh tanah yang struktur butiran dan kadar airnya sama dengan struktur dan kadar
air ditempat aslinya didalam tanah. Contoh tanah asli harus mewakili dengan baik tanah
dikedalaman tempat asalnya (representative sample). Untuk mempertahankan kondisi tersebut
pengambilan dan penyimpanannya memerlukan teknik tertentu. Uji laboratorium untuk
memperoleh parameter-parameter kekuatan geser, konsolidasi dan kompresibilitas dan untuk
mengukur berat volumenya harus dilakukan terhadap contoh tanah asli. Contoh tanah asli
diambil dari dalam lubang bor dari kedalaman yang direncanakan atau dari kedalaman dimana
terdapat perubahan jenis, karena warna, bau, kekerasan, butiran dari tanah selama pengeboran.
Biasanya, contoh tanah asli diambil dari setiap perubahan kedalaman 2 s/d 3 meter, dan dari
setiap ada perubahan jenis tanah, yang dipantau selama pengeboran. 7. UJI PENETRASI
(Penetration Test) Uji penetrasi yang banyak digunakan adalah uji penetrasi baku (standart
penetration test). Uji penetrasi baku ini telah diatur menurut ASTM D-1586. Yang dimaksud
dengan N pada SPT adalah jumlah tumbukan yang diperlukan untuk memasukkan tabung Split
Spoon kedalam tanah sedalam 12 inchi disebut nilai N SPT. Yang disebut tabung Split Spoon
adalah tabung yang berdiameter 2 in dan diameter dalam 1,5 in panjang 18 s/d 30 in yang
dibelah menjadi dua bagian kearah memanjangnya. Peralatan lainnya adalah palu pancang atau
hammer yang beratnya 63,5 kg dan tinggi jatuhnya selama menunggu adalah 30 in. Cara kerja
SPT sebagai berikut : - Lakukan pemboran sampai kedalaman dimana akan diuji SPT. Kemudian
bersihkan lubang bor dari tanah lepas. - Pasang Split Spoon pada pipa bor, dan masukkan
kedalam tanah hasil pengeboran diatas. - Pada bagian atas pipa bor, pasangkan hammer beserta
bagian-bangian pelengkapnya. - Lakukan penumbukan, sehingga split spoon masuk
(terpenetrasi) sedalam 3 x 6 in dan hitung jumlah tumbukan untuk penetrasi pertama, kedua
dan ketiga. - Jumlah tumbukan untuk penetrasi 2 x 6 in, kedua dan ketiga disebut nilai N (SPT). 8.
UJI SONDIR (Cone Penetration Test-CPT) Komponen utama dari uji sondir adaolah konus yang
dimasukkan kedalam tanah dengan cara ditekan. Tekanan pada ujung konus pada saat konus
bergerak kebawah karena ditekan dan tekanan geser pada dinding konus pada saat dinding
konus bergeser kebawah karena ditekan, diukur dan pada manometer diatas permukaan tanah
pada setiap kedalaman tertentu didalam tanah. Uji sondir ini relatif murah dan cepat
memberikan hasil dibanding dengan uji geoteknik lapangan lainnya. Di Indonesia, uji sondir
telah dikenal sejak tahun 1950-an, dan di Indonesia pula konus Begemann pertama ditemukan
oleh Prof. Begemann yang saat itu adalah dosen di ITB. Sampai sekarang ini hasil uji sondir
dipakai untuk tujuan-tujuan seperti di bawah ini : 1). Evaluasi kondisi tanah bawah pemukaan di
lapangan, atau stratigrafi (menduga struktur lapisan tanah bawah permukaan), klasifikasi lapisan
tanah (menduga jenis-jenis tanah di bawah permukaan), kekuatan lapisan-lapisan tanah,
kedalaman lapisan keras dan lain-lain. 2). Menentukan lapisan tanah yang harus dibuang dan
diganti dengan tanah yang lebih baik lalu dipadatkan serta kontrol pemadatan. 3). Perencanaan
fondasi, baik fondasi dangkal maupun tiang pancang dan perhitungan settlement. 4).
Perencanaan lereng dan timbunan dan lain-lain. Keterbatasan uji sondir yang paling jelas adalah
jika konus bertemu dengan butir batu yang cukup besar atau pasir padat akan menunjukkan
tekanan konus yang cukup besar dan bahkan tidak dapat diteruskan, seolah-olah pada
kedalaman tersebut terdapat lapisan tanah keras atau pasir padat yang luas dan merata. Selain
hal tersebut, kalau dijumpai lapisan keras dan uji sondir menunjukkan tekanan yang besar, uji
sondir terhenti, dan dapat dikatakan bahwa pada kedalaman tersebut dijumpai lapisan keras;
tetapi tidak dapat memberi informasi berapa tebal lapisan tersebut; apa jenis batuan lapisan
keras tersebut; dan apakah di bawah lapisan keras tersebut terdapat lapisan tanah yang terus
keras atau ada lapisan lunak.

LINGKUNGAN
http://jonikoidriss.wordpress.com/2013/07/02/analisis-mengenai-dampak-lingkungan-amdal-
pada-pasar-teluknagaanalisis-mengenai-dampak-lingkungan-amdal-pada-pasar-teluknaga/
AIR DI GOOGLE TRANSLATE BE TOM
http://water.usgs.gov/edu/characteristics.html

Anda mungkin juga menyukai