Anda di halaman 1dari 24

kelompok 4

anggota :
Baiq Hesty A.S (201110330311040)
Dinda Amalia Eka Putri (201110330311050)
Laksita Anindita Putri(201110330311)
Ariantie Ristya Amanda (201110330311064)
Lilly Nurfitria Ramadhani (201110330311075)
Qonita Prasta Agustina (201110330311162)
Suci Handayani (201110330311170)

An-Nahl 93



Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan
kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan
siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk
kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang
telah kamu kerjakan.


Negara Indonesia negara berkembang memiliki
beragam masalah sosial: tingginya tingkat
kemiskinan, kualitas SDM yang kurang memadai,
terbatasnya lahan perkerjaan, dll.
Indonesia mulai menganut budaya Barat.
Faktanya, Indonesia memiliki budaya, pola pikir,
dan gaya hidup yang berbeda dengan masyarakat
di negara barat sehingga kemungkinan
terselesaikannya suatu masalah bisa nihil.
Indonesia dengan populasi Muslim terbesar di
dunia (80%).

Kenyataannya sudut pandang mengenai titik
permasalahan di Indonesia jarang atau bahkan
tidak pernah ditinjau dari kacamata islam.
Islam bukanlah sebatas agama, islam merupakan
cara hidup kaum muslim, menawarkan banyak
solusi yang solutif dan aturan-aturan memberikan
keadilan bagi siapapun yang menaatinya.
Kini negara barat mulai mengadopsi nilai-nilai
Islam dalam usaha pencapaian kesejahteraan
sosial negara.
Masyarakat dambaan umat yaitu generasi
yang cerdas dan peduli terhadap
permasalahan bangsanya, dapat didefinisikan
sebagai individu-individu shaleh yang
sekaligus mampu menjawab tantangan
perkembangan jaman dengan solusi yang
diberikan Islam dan menguasai sains dan
tekonologi.

Pertama, generasi yang berkepribadian
Islam (syakhshiyyah Islamiyyah)

Sosok generasi yang ber-syakhshiyyah
Islamiyyah adalah generasi yang memiliki
keimanan kuat terhadap Islam (aqidah Islam),
lalu aqidah Islam tersebut dijadikan sebagai
landasan dan standar satu-satunya dalam
berfikir (aqliyah) dan bersikap
(nafsiyah). Semua aktivitas dan problem
dalam kehidupan ditata dan diselesaikan
berdasarkan petunjuk yang datang dari Islam
(Syariah Islam).



Kedua, generasi yang menguasai ilmu-
ilmu keislaman (tsaqofah Islam)

aqidah Islam, bahasa Arab, Akhlak,
SirahNabawiyyah, ilmu dan tahfidh
quran, fiqh fardiyyah (ibadah, makanan,
minuman, dan pakaian), pemikiran Islam, usul
fiqh, fiqh muamalah, dakwah Islamiyyah, dan
ilmu dan tahfidh hadits




Ketiga, generasi yang menguasai ilmu
kehidupan (sains dan teknologi)

1. Pertama, fardlu ain : Ilmu yang wajib
dipelajari oleh setiap individu muslim.
(Contoh : Tsaqofah Islam).
2. Fardlu kifayah : IImu yang wajib dipelajari
oleh sebagian umat Islam. (Contoh : sains
dan teknologi seperti kedokteran, pertanian,
teknik, dan lain sebagainya).


Imaam Al-Gazali membagi ilmu dalam dua kategori
berdasarkan kewajiban menuntutnya :
Generasi yang tidak mementingkan
kesenangan hidup di dunia dengan mengejar
materi, bermain-main dan berhura-hura (gaya
hidup materialistik hedonistik). Tetapi sebuah
generasi yang serius dan sungguh-sungguh
dalam memperjuangkan tegaknya Syariah
Islam hingga menyinari seluruh
alam. Generasi yang memberikan
keteladanan dan mengajak umat manusia
untuk mengambil jalan Islam.




Keempat, generasi yang berjiwa pemimpin

Generasi yang berjiwa pemimpin tampak dari
tanggung jawabnya terhadap segala aktivitas
dalam kehidupannya.
Pemahaman Islam yang mengkristal pada
dirinya mendorong untuk siap bertanggung
jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Baik
pemimpin bagi dirinya, keluarganya,
masyarakat, bahkan umat di seluruh dunia
Sikap sabar dan menahan diri untuk tidak
mengganggu dan tidak melecehkan agama
atau penganut agama lain. Islam sangat
menghargai perbedaan, banyak ayat Al-Quran
yang memberi ruang kepada nilai-nilai
toleransi.
Konsep Toleransi Beragama
1. Pluralisme (majemuk) yang berarti berbeda identitas :
Suasana kondusif dan saling menghargai perbedaan
antarumat beragama agar tercipta kedamaian di era
global yang terus berkembang.
2. Inklusifisme adalah pemikiran atau sikap yang
memandang bahwa kebenaran yang dianut oleh suatu
agama juga dianut agama lain.
3. Dialog agama, sangat diperlukan di era global masa
kini menjembatani segala perbedaan yang ada dan
memuaskan semua komunitas yang berdialog.


Ruang Lingkup Toleransi
Ruang lingkup muamalah dalam islam:
1. Hubungan manusia dengan sesama manusia
2. Hubungan manusia dengan lingkungan

Dalam Islam diajarkan persaudaraan (ukhuwah)
yang tercermin dalam tiga hal:
1. Ukhuwah insaniyah, dalam arti seluruh umat
manusia adalah bersaudara, karena berasal
dari ayah dan ibu yang satu.
2. Ukhuwah wathaniyah, yaitu persaudaraan
dalam kebangsaan.
3. Ukhuwah Islamiyah, yaitu persaudaraan
antarsesama muslim.

PRINSIP ISLAM DALAM
MEWUJUDKAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
1. Perintah Allah dan rasul-Nya tentang keadilan,
persamaan hak dan kewajiban, perlindungan
hukum dan jaminan keselamatan yang tertuang
dalam wahyu-wahyu Allah dan hadits rasul-Nya.
2. Praktek-praktek nabi Muhammad baik saat di
Makkah maupun di Madinah senantiasa
mengarah pada terciptanya keadilan,
kesetaraan, persamaan, jaminan sosial,
perlindungan hak-hak pribadi dan keamanan
individu dan masyarakat.
Secara tekstual, Allah dan rasul-Nya mengajarkan
kepada umat Islam tentang tatanan kehidupan
bermasyarakat secara global.
Terdapat sejumlah ayat al-Quran dan hadits yang
mengajarkan tentang hubungan-hubungan sosial
baik antara individu dengan individu, individu
dengan kelompok, kelompok dengan kelompok,
individu dengan negara, kelompok dengan negara
dan lainnya.

Kemiskinan adalah salah satu sebab kemunduran
dan kehancuran suatu bangsa. Bahkan Islam
memandang kemiskinan merupakan suatu
ancaman dari setan. Allah Swt.. berfirman:
]

[
Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu
dengan kemiskinan (TQS. Al Baqarah [2]: 268)
Karena itulah, Islam sebagai risalah paripurna dan
sebuah ideologi yang shahih,
sangat peduli terhadap masalah kemisikinan dan
upaya-upaya untuk mengatasinya.

Tolak ukur Islam dalam pemahaman mengenai
kemiskinan adalah tercukupinya sandang,
pangan, papan. Allah Swt. berfirman:
]

[
Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian
memberikan rizki.(TQS. ar-Rum [30]: 40)

Beberapa cara menghindari kemiskinan
disebutkan dalam Al-Quran.
1. Mewajibkan laki-laki memberi nafkah kepada
diri dan keluarganya Allah Swt. berfirman:

Kewajiban ayah memberikan makan dan


pakaian kepada para ibu dengan cara
maruf. (TQS. al-Baqarah [2]: 233)

2. Mewajibkan kerabat dekat untuk membantu
saudaranya. Allah Swt. berfirman:


Dan kewajiban ayah memberikan makan dan
pakaian kepada pada ibu dengan cara yang maruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupanya. Janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya, dan seorang ayah
karena anaknya. Dan warispun berkewajiban
demikian (TQS. al-Baqarah [2]: 233).

3. Mewajibkan umat muslim membantu rakyat
miskin. Allah Swt. berfirman:
]

[
Di dalam harta mereka, terdapat hak bagi
orang miskin yang meminta-minta yang tidak
mendapatkan bahagian. (TQS. adz-Dzariyat
[51]: 19)


referensi
DR.H.Rijaluddin.FN,M.Ag. Nuansa-nuansa ekonomi Islam.Jakarta selatan:CV Sejahter
percetakan dan perdagangan umum.2007
DR.Chapra, M.Umer. Islam dan tantangan ekonomi.Jakarta utara: Gema insane.2000
Hamdan Daulay, Dakwah di Tengah Persoalan Budaya dan Politik, (Yogyakarta: LESFI,
2001). hal 4.
Sirojudin Abbas, Sintesa Islam dan Kesejahteraan Sosial: Eksperimentasi Pendidikan
Kesejahteraan Sosial di UIN Jakarta, dalam Bunga Rampai Islam dan Kesejahteraan Sosial,
Editor: Kusmana, (Jakarta: IAIN Indonesian Social Equity Project, 2006),
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur`an, Vol.8 (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), hal.519.
Zain, Arifin. 2012. Islam dan Kesejahteraan Sosial.
http://www.hamislam.org/component/jdownloads/finish/4-ham-dan-islam/69-28-islam-
dan-kesejahteraan-sosial.html (diakses tanggal 06 April 2013)
Islam and civil society (Hendro Prasetyo, Alif Munhanif 2002)
Pusbangsitek UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Luth, Thohir. 2006. Masyarakat Madani:Solusi Damai dalam Perbedaan.
Jakarta:Mediacitra
Yaqin, M.Ainul. 2005. Pendidikan Multikultural, Cross-Cultural Understanding untuk
Demokrasi dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar Media

Anda mungkin juga menyukai