Lakesma yang paling sering dilakukan, baik itu sebagai program kerja rutin oleh Lakesma sendiri, maupun sebagai kegiatan insidental karena adanya permintaan bantuan tenaga medis oleh instansi di luar Lakesma. Di dalam struktur kepengurusan Lakesma, suatu kegiatan Pengobatan massal berada dibawah tanggung jawab Divisi Operasional (Unit Pelayanan Kesehatan serta Unit Logistik dan Inventarisasi), dengan keterlibatan Divisi PSDM dan Divisi KALB untuk membantu persiapan tim medis yang akan diberangkatkan. Secara kronologis, kegiatan Pengobatan massal meliputi hal-hal sebagai berikut : I.PRA KEGIATAN Sebelum kegiatan Pengobatan massal, banyak sekali persiapan yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Secara umum, persiapan-persiapan tersebut adalah : 1.Persiapan Kepanitiaan Seperti halnya kegiatan-kegiatan yang lain, Pengobatan massal juga memerlukan suatu kepanitiaan untuk mengurusi segala hal yang berkaitan dengan kegiatan, termasuk masalah proposal dan LPJ. Salah satu hal penting yang dilakukan panitia dalam persiapan kegiatan kegiatan adalah survey lokasi Pengobatan massal. 1 Dari survey lokasi, diharapkan akan diperoleh informasi-informasi sebagai berikut : a.Estimasi Jumlah Pasien Estimasi jumlah pasien digunakan sebagai acuan untuk menentukan banyaknya obat- obatan yang harus dibawa. Prinsipnya, jangan sampai kita kehabisan obat, sementara pasien masih banyak. Dan sebaliknya, jangan sampai memberatkan tim dengan membawa obat yang terlalu banyak. b.Penyakit-penyakit Terbanyak di Daerah Pengobatan Massal Informasi mengenai prevalensi penyakit ini diperlukan untuk menentukan jenis-jenis obat yang harus dibawa dalam jumlah lebih banyak. Prevalensi penyakit ini sebenarnya berkaitan erat dengan lokasi Pengobatan massal. Jadi, pengetahuan tentang epidemiologi penyakit diperlukan di sini. c.Jarak Lokasi dengan Kampus Mengetahui jarak lokasi akan bermanfaat untuk menentukan lama perjalanan ke lokasi, sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan waktu pemberangkatan tim medis dari kampus, yang disesuaikan dengan waktu dimulainya acara. 2 Jika pengobatan massal ini merupakan permintaan dari luar (job) maka survey lokasi tidak wajib dilakukan. Informasi mengenai lokasi, keadaan sasaran pengobatan massal (penduduk), jumlah sasaran, dan penyakit terbanyak bisa diminta panitia penyelenggara job tersebut. Dengan kata lain, dari LAKESMA hanya menyediakan SDM & logistik (obat &alat). 2.Birokrasi Dalam hal ini, birokrasi dapat diidentikkan dengan perijinan, baik itu perijinan dari Fakultas sendiri maupun dari tempat kegiatan Pengobatan massal. Dari Fakultas, perijinan dapat berupa surat pengantar atau surat tugas, berfungsi sebagai bukti yang menerangkan bahwa tim medis yang berangkat adalah tim yang resmi ditugaskan dan diketahui oleh Fakultas, serta sebagai surat ijin untuk meninggalkan kegiatan akademik jika Pengobatan massal dilakukan bukan pada hari libur. Kegiatan Pengobatan massal yang kita lakukan harus diketahui dan diijinkan oleh pihak berwenang di tempat kegiatan. Surat permohonan ijin kegiatan dibuat oleh panitia dengan disertai tanda tangan Pembantu Dekan III, ditujukan kepada Ketua RW, Kepala Desa/Kelurahan, dan Kepala Puskesmas setempat. 3 Untuk kegiatan pengobatan massal yang merupakan job, maka harus menggunakan surat permohonan bantuan yang ditujukan kpd LAKESMA sebagai dasar dalam pengiriman tim pengobatan masal. 3.Penentuan Tim Medis Yang dimaksud tim medis disini adalah dokter, dokter muda, serta anggota Lakesma yang ditugaskan oleh Divisi PSDM. Untuk tenaga dokter PJ pengobatan bisa meminta bantuan Divisi KALB agar mencarikan dokter. Anggota tim medis ini harus sudah dipastikan sebelum hari-H kegiatan, dan sudah dilakukan briefng mengenai gambaran kegiatan, serta telah dilakukan pembagian tugas pada saat hari-H. Perlu diingat, setiap kegiatan Pengobatan massal harus disertai minimal seorang dokter sebagai penanggung jawab sekaligus supervisor bagi dokter muda. 4.Persiapan Obat-obatan dan Peralatan Medis Obat-obatan dan Peralatan medis yang telah disiapkan harus tercatat jenis maupun jumlahnya. PJ pengobatan massal bisa menghubungi bagian LOGIN Divisi Operasional untuk membantu penyiapan obat-obatan dan alat-alat. Kemudian list obat-obatan yang dibawa diserahkan kepada dokter, 4 dokter muda, dan apoteker untuk digunakan sebagai acuan pemberian terapi. 5.Persiapan Lain-lain Hal lain yang perlu dipersiapkan adalah transportasi untuk berangkat dan pulang, konsumsi tim medis, dan sebagainya. Satu hari sebelum kegiatan, tempat Pengobatan massal harus sudah ter-setting dengan baik. Jadi, pada saat tim medis tiba di tempat, kegiatan dapat segera dilakukan setelah obat-obatan dan peralatan medis disiapkan. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah publikasi kepada masyarakat setempat mengenai kegiatan yang akan kita lakukan. Dalam kegiatan pengobatamn masal yang merupakan job dari luar, maka transportasi, konsumsi dan tempat tergantung kesepakatan antara pemberi job dan lakesma. Dari job-job pengobatan masal yang pernah diterima, sebagian besar pemberi job-lah yang menanggung masalah transportasi & konsumsi tim medis lakesma. II.KEGIATAN Untuk mengendalikan kegiatan Pengobatan massal agar berjalan dengan teratur, diperlukan pos-pos yang harus dilalui oleh pasien, mulai dari registrasi hingga penerimaan obat. Dengan adanya pos-pos tersebut, 5 kegiatan akan berjalan dengan alur yang dapat kita kendalikan. Secara lengkap, pos-pos tersebut adalah : 1.Pos Registrasi Pos registrasi ini digunakan sebagai tempat pasien mendaftar untuk kemudian antri menunggu giliran sebelum dipanggil untuk anamnesa. Jadi, disini diperlukan suatu ruang tunggu untuk pasien agar tidak terjadi penumpukan di pos registrasi. Pos regristasi dalam pengobatan yang berdifat job, sebaiknya diisi oleh pemberi job; bukan tim medis lakesma. 2.Pos Anamnesa Di pos anamnesa ini, petugas anamnesa akan melengkapi data pasien sesuai dengan kartu status ( nama, umur, jenis kelamin, alamat, tekanan darah, RR, HR, berat badan, keadaan umum, keluhan utama beserta penjelasannya ). Kartu status ini kemudian akan dibawa dan diserahkan pasien ke dokter yang ada di dalam bilik dokter. Biasanya, pos registrasi dengan pos anamnesa tidak dipisahkan. Dalam artian, memang tidak disediakan pos registrasi. Untuk menjaga alur pasien agar tetap tertib, diperlukan seorang petugas untuk mengatur dan memanggil pasien yang akan dianamnesa. Petugas pemanggil ini sebaiknya juga bukan bagian dari tim medis lakesma jika pengobatan massal bersifat job. 3.Bilik Dokter 6 Jumlah bilik dokter disesuaikan dengan jumlah dokter atau dokter muda yang ada. Di dalam bilik dokter harus disiapkan satu meja, dua kursi, satu tempat tidur, obat-obat injeksi, spuit, kapas alkohol, dan tempat sampah. Biasanya alat- alat yang diperlukan dokter untuk pemeriksaan fsik seperti fashlight atau termometer disediakan sendiri oleh dokter yang bersangkutan. Tetapi, kita harus tetap menyediakan alat-alat tersebut sebagai cadangan jika dokter yang bersangkutan tidak membawa peralatan itu. Di dalam bilik, dokter atau dokter muda akan menganamnesa pasien lebih lanjut, melakukan pemeriksaan fsik lebih lengkap, untuk kemudian menentukan diagnosa dan terapi bagi pasien tersebut. Jika diperlukan terapi injeksi, akan dilakukan di dalam bilik. Jadi, bilik dokter harus dibuat tertutup. Untuk menghindari tertumpuknya pasien di pos anamnesa (sebelum masuk bilik dokter), biasanya disediakan ruang tunggu antara pos anamnesa dengan bilik dokter. Jadi, pasien yang telah selesai dianamnesa, sementara bilik dokter masih penuh, dapat menunggu di ruang tunggu tersebut. Dengan demikian, proses anamnesa dapat terus dilakukan. Selain itu, perlu adanya sinergisitas jumlah antara bilik dokter & pos 7 anamnesa sehingga tidak terlalu terjadi penumpukan. 4.Pos Apotek Setelah dari bilik dokter, pasien diarahkan ke apotek untuk mengambil obat sesuai dengan yang tertulis di kartu status pasien tersebut. Di sini, petugas apotek akan mengambilkan obat untuk pasien, kemudian menyerahkan obat tersebut disertai dengan KIE kepada pasien mengenai dosis, cara minum obat, dan lain-lain yang berkaitan dengan terapi. Di pos ini diperlukan sebuah ruang tunggu untuk tempat pasien menunggu obat diambilkan oleh petugas apotek. 5.Pos Konsultasi Gizi Pada kartu status terdapat kolom konsultasi gizi. Pos ini diperlukan pada pasien-pasien yang memerlukan konsultasi mengenai diet berhubungan dengan penyakitnya, misalnya diabetes. Jika pasien dipandang perlu untuk konsultasi dietnya, maka dokter akan mengisi kolom konsultasi gizi, sehingga pasien tersebut setelah dario bilikk dokter tidak langsung ke pos apotek melainkan ke pos gizi terlebih dahulu. Pos ini diisi oleh anggota lakesma yang berasal dari jurusan gizi. Dalam suatu pengobatan massal jumlah minimal tim medis : - 2orang untuk pos anamnesa (menyesuaikan jumlah dokter) 8 - 2 orang untuk pos bilik dokter (menyesuaikan jumlah bilik) - 2 orang untuk pos apotek - 1 orang untuk pos konsultasi gizi Contoh gambaran pos-pos dalam pengobatan massal: 9 Pos Registrasi Pos Anamnesa Berikut alur pasien dalam pengobatan masal : 10 Bilik Dokter Pos apotek & konsultasi Gizi III. PASCA KEGIATAN Sama halnya dengan kegiatan lain, setelah Pengobatan massal selesai harus dibuat laporan pertanggungjawaban oleh panitia. Dalam LPJ ini perlu dilampirkan daftar pasien beserta diagnosa dan terapi yang diberikan.
Registrasi Anamnesa Bilik Dokter Apotek Konsult asi gizi asuk !asien 11 keluar