Anda di halaman 1dari 3

Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.

Semakin tinggi massa jenis


suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap
benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki
massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda
bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air).
Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg m
-3
)
Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda. Dan
satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki massa jenis yang sama.
Rumus untuk menentukan massa jenis adalah
= m / v
dengan
adalah massa jenis,
m adalah massa,
V adalah volume.
Satuan massa jenis dalam CGS [centi-gram-sekon] adalah: gram per sentimeter kubik (g/cm
3
).
1 g/cm
3
=1000 kg/m
3

Massa jenis air murni adalah 1 g/cm
3
atau sama dengan 1000 kg/m
3

Distribusi densitas dalam perairan dapat dilihat melalui stratifikasi densitas secara vertikal dalam
kolom perairan dan perbedaan secara horizontal yang disebabkan oleh arus. Distribusi densitas
berhubungan dengan karakter arus dan daya tenggelam suatu massa air yang berdensitas tinggi
pada lapisan permukaan pada kedalaman tertentu. Densitas air laut tergantung pada suhu dan
salinitas serta semua proses yang mengakibatkan berubahnya suhu dan salinitas. Densitas
permukaan laut berkurang apabila ada pemanasan, presipitasi, dan aliran sungai, serta dapat
meningkat jika terjadi evaporasi dan menurunnya suhu permukaan.
Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari dinamika laut.
Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal (misalnya akibat perbedaan pemanasan di
permukaan) dapat menghasilkan arus laut yang sangat kuat. Oleh karena itu penentuan densitas
merupakan hal yang sangat penting dalam oseanografi. Lambang yang digunakan untuk
menyatakan densitas adalah (rho).
Densitas air laut bergantung pada temperatur (T), salinitas (S) dan tekanan (p). Kebergantungan
ini dikenal sebagai persamaan keadaan air laut (Equation of State of Sea Water):
= (T,S,p)
Penentuan dasar pertama dalam membuat persamaan di atas dilakukan oleh Knudsen dan Ekman
pada tahun 1902. Pada persamaan mereka, dinyatakan dalam g cm
-3
. Penentuan dasar yang
baru didasarkan pada data tekanan dan salinitas dengan kisaran yang lebih besar, menghasilkan
persamaan densitas baru yang dikenal sebagai Persamaan Keadaan Internasional (The
International Equation of State, 1980). Persamaan ini menggunakan temperatur dalam
o
C,
salinitas dari Skala Salinitas Praktis dan tekanan dalam dbar (1 dbar = 10.000 pascal = 10.000 N
m
-2
). Densitas dalam persamaan ini dinyatakan dalam kg m
-3
. Jadi, densitas dengan harga 1,025 g
cm
-3
dalam rumusan yang lama sama dengan densitas dengan harga 1025 kg m
-3
dalam
Persamaan Keadaan Internasional.
Densitas bertambah dengan bertambahnya salinitas dan berkurangnya temperatur, kecuali pada
temperatur di bawah densitas maksimum. Densitas air laut terletak pada kisaran 1025 kg m
-3

sedangkan pada air tawar 1000 kg m
-3
. Para oseanografer biasanya menggunakan lambang
t

(huruf Yunani sigma dengan subskrip t, dan dibaca sigma-t) untuk menyatakan densitas air laut.
dimana
t
= 1000 dan biasanya tidak menggunakan satuan (seharusnya menggunakan satuan
yang sama dengan ). Densitas rata-rata air laut adalah
t
= 25. Aturan praktis yang dapat kita
gunakan untuk menentukan perubahan densitas adalah:
t
berubah dengan nilai yang sama jika T
berubah 1
o
C, S 0,1, dan p yang sebanding dengan perubahan kedalaman 50 m.
Perlu diperhatikan bahwa densitas maksimum terjadi di atas titik beku untuk salinitas di bawah
24,7 dan di bawah titik beku untuk salinitas di atas 24,7. Hal ini mengakibatkan adanya konveksi
panas.
S < 24.7 : air menjadi dingin hingga dicapai densitas maksimum, kemudian jika air
permukaan menjadi lebih ringan (ketika densitas maksimum telah terlewati) pendinginan
terjadi hanya pada lapisan campuran akibat angin (wind mixed layer) saja, dimana
akhirnya terjadi pembekuan. Di bagian kolam (basin) yang lebih dalam akan dipenuhi
oleh air dengan densitas maksimum.
S > 24.7 : konveksi selalu terjadi di keseluruhan badan air. Pendinginan diperlambat
akibat adanya sejumlah besar energi panas (heat) yang tersimpan di dalam badan air. Hal
ini terjadi karena air mencapai titik bekunya sebelum densitas maksimum tercapai.
Seperti halnya pada temperatur, pada densitas juga dikenal parameter densitas potensial yang
didefinisikan sebagai densitas parsel air laut yang dibawa secara adiabatis ke level tekanan
referensi.
Perubahan densitas dapat disebabkan oleh proses-proses :
Evaporasi di permukaan laut
Massa air pada kedalaman < 100 m sangat dipengaruhi oleh angin dan gelombang,
sehingga besarnya densitas relatif homogeny
Di bawah lapisan ini terjadi perubahan temperatur yang cukup besar (Thermocline) dan
juga salinitas (Halocline), sehingga menghasilkan pola perubahan densitas yang cukup
besar (Pynocline)
Dibawah Polycline hingga dasar laut mempunyai densitas yang lebih padat
Stabilitas air laut dipengaruhi oleh perbedaan densitasnya, yang disebut dengan Sirkulasi
Densitas atau Thermohaline. Perbedaan densitas menyebabkan timbulnya aliran massa air dari
laut yang dalam di daerah kutub selatan dan kutub utara ke arah daerah tropik.
Umumnya ada hubungan tak lansung antara suhu dan densitas, karena adanya ganguan atom-
atom dalam molekul air. Kenaikan sushu menurunkan densitas air laut dan menambah daya larut
air laut. Air murni dapat beku pada suhu 0 derajat Celsius, karena ada pengaruh dari densitas dan
salinitas air laut masih dapat cair pada suhu 0 derajat Celsius. Pada permukaan air laut membeku
pada suhu -1,9 derajat Celsius. Kapasitas menahan panas air laut dari air laut dan sirkulasi massa
air laut menjadikan laut sebagai pompa panas raksasa. Panas dari matahari akan menghangatkan
pada permukaan lintang rendah di bumi. Oleh sirkulasi permukaan air laut akan mengngkut
panas ke lintang yang tinggi yang seharusnya dingin akan menjadi panas seperti daerah eropa.
Penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli menyatakan posisi Indonesia merupakan posisi
penentu dalam mengontrol iklim global dan dunia yang bersumber pada arus lintas Indonesia
dari samudera pasifik menuju samudera hindia dan atlantik.
Distribusi densitas dalam perairan dapat dilihat melalui stratifikasi densitas secara vertikal di
dalam kolom perairan, dan perbedaan secara horisontal yang disebabkan oleh arus. Distribusi
densitas berhubungan dengan karakter arus dan daya tenggelam suatu massa air yang berdensitas
tinggi pada lapisan permukaan ke kedalaman tertentu. Densitas air laut tergantung pada suhu dan
salinitas serta semua proses yang mengakibatkan berubahnya suhu dan salinitas. Densitas
permukaan laut berkurang karena ada pemanasan, presipitasi, run off dari daratan serta
meningkat jika terjadi evaporasi dan menurunnya suhu permukaan.
Sebaran densitas secara vertikal ditentukan oleh proses percampuran dan pengangkatan massa
air. Penyebab utama dari proses tersebut adalah tiupan angin yang kuat. Lukas and Lindstrom
(1991), mengatakan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 % terlihat adanya hubungan yang positif
antara densitas dan suhu dengan kecepatan angin, dimana ada kecenderungan meningkatnya
kedalaman lapisan tercampur akibat tiupan angin yang sangat kuat. Secara umum densitas
meningkat dengan meningkatnya salinitas, tekanan atau kedalaman, dan menurunnya suhu.

Anda mungkin juga menyukai