Kimia Fisika
Kimia Fisika
LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Keinginan masyarakat teknologis seperti sekarang ini adalah
memanfaatkan sumber-sumber energi yang tersedia di alam lebih daripada
kekuatan otot. Adapun hamper seluruh energi yang dihasilkan dari pengolahan
bahan bakar fosil dan reaksi nuklir berupa energi panas sedangkan masyarakat
sangat memerlukan energy mekanik untuk menjalankan mesin atau kendaraan.
Akhirnya dibuatlah mesin panas, yaitu suatu perangkat yang mampu mengubah
energi panas tersebut menjadi usaha mekanik pada suatu sistem mekanik,
misalnya gas di dalam silinder berpiston. Maka lahirlah mesin Carnot, Diesel
dan mesin-mesin yang lain.
Pada prinsipnya, mesin panas ini mengubah energi panas yang diambil
dari tandon panas semaksimal mungkin menjadi energi mekanik dan sisanya
dialirkan ke tandon dingin. Pada prakteknya, pasti akan dijumpai sisa energi
panas yang tidak diubah menjadi energi mekanik karena adanya proses yang
kurang reversibel sehingga mengurangi efisiensi mesin. Kenyataan ini
merupakan bukti hukum kedua termodinamika yang telah diungkapkan oleh
Kelvin Plank..
Mesin panas adalah sistem yang bekerja secara siklus, dan melalui
permukaan-permukaan batasannya, energi dalam bentuk panas dan kerja yang
dapat mengalir. Tujuannya mengubah panas menjadi kerja. Mesin panas
mengalami proses proses secara periodik kembali kekeadaan semula
(reversible). Sebagai contoh yaitu PEMBANGKIT TENAGA UAP, fluida
kerjanya adalah H2O yang mengalir secara kontiniu dan stasioner melalui ketel
(dalam bentuk air dan kemudian menguap), mengalir ke turbin. Keluar dari
turbin sebagai uap air pada temperatur dan tekanan rendah. H2O (uap air) masuk
ke Condenser, disini H
2
O (uap air) berubah menjadi air kembali, dan air ini di
pompa kembali ke ketel. Proses ini berlangsung secara periodik.
Mesin panas yang ada sekarang ini masih memiliki efisiensi yang rendah,
termasuk mesin Carnot yang dikenal paling efisien di antara semua mesin panas.
Maka untuk meningkatkan efisiensi mesin-mesin panas tersebut diperlukan
tinjauan secara kuantum
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belang yang diatas adalah
mesin manakah yang lebih efisien digunakan mesin carnot atau masin Diesel
kuantum pada sistem partikel tunggal di dalam sumur?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan maka tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahiu mesin yang mana lebih efisien digunakan
mesin carnot atau masin Diesel kuantum pada sistem partikel tunggal di dalam
sumur.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Menjadi bahan referensi bagi masyarakat agar lebih untuk memenfaatkan
mesin yang lebih efisien bagi kehidupan.
2. Menjadi bahan referensi bagi Mahasiswa yang memiliki penelitian yang
serupa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kotak Potensial Takhingga Satu Dimensi
Sistem kuantum paling sederhana adalah partikel bermassa m berada di
dalam kotak potensial tak hingga satu dimensi berukuran L, lihat referensi [4].
Persamaan Schrodinger di dalam kotak
Syarat batas di kedua ujung kotak yang disebabkan oleh ketakbrhinggaan
potensial di kedua ujung kotak adalah (0) = 0 = (L) dan normalisasi
memberikan fungsi eigen
Dengan nilai eigen
dengan n adalah bilangan kuantum n = 1, 2, 3, . Solusi umum
persamaan Schrodinger (2) yang menyatakan partikel di dalam kotak dengan
energi sembarang E adalah fungsi sembarang (x) (x) yang memenuhi
kondisi (0) = 0 = (L) selalu dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari
fungsi eigen (3)
Sebuah partikel bermassa m berada pada sumur potensial satu dimensi sesuai
Gambar 1.
Gambar 1. Partikel tunggal di dalam sumur potensial satu dimensi.
Secara matematis, fungsi gelombangnya yaitu
x = 0 untuk x 0 dan x L
Persamaan Schrodinger tak bergantung waktu untuk sistem ini yaitu
yang mempunyai solusi fungsi eigen dan energi eigen berturut-turut
dengan n = 1, 2, 3,
Semua solusi eigen yang mungkin dari system ini merupakan vektor basis-
vektor basis yang saling tegak lurus dari ruang vector (fungsi gelombang) sistem,
sehingga bias dinyatakan sebagai
dimana koefisien an memenuhi kondisi ternormalisasi
Energi rata-rata yang dimiliki system sebesar
Salah satu dinding sumur potensial ini (x = L) dapat bergerak searah
sumbu-x layaknya piston yang bergerak maju mundur di dalam silinder. Gaya
mekanik yang menggerakkan dinding ini yaitu
Gambar 2. Sistem kuantum yang dianalogikan dari sistem klasik.
Dari ketiga besaran lebar sumur, energi ratarata, dan gaya mekanik
dinding sumur potensial ini, proses-proses termodinamika seperti adiabatik,
isotermal, isovolume, dan isobar untuk sistem ini dapat diterangkan.
Pada jurnal ini, sistem yang ditinjau berupa partikel tunggal di dalam
sumur potensial tak berhingga satu dimensi dimana dikhususkan untuk kasus dua
keadaan eigen n = r dan n = s dari sumur potensial yang berkontribusi pada fungsi
gelombang di dalam sumur. Adapun kasus yang paling sederhana yaitu eksitasi
partikel dari keadaan dasar (r = 1) ke keadaan eksitasi pertama (s = 2) (Bender,
2000). Fungsi gelombang yang sesuai untuk kasus dua keadaan eigen n = r dan n
= s yaitu
Energi rata-rata sistem yaitu
dan gaya mekanik dinding sumur sebesar
COP actual, COP carnot dan effisiensi system pada saat suction terbuat dari pipa
aluminium nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan pada saat suction terbuar
dari pipa tembaga. Ini dikarenakan temperatur evaporasi pada saat suction terbuat
dari pipa aluminium (-23
O
C) lebih tinggi dibandingka dengan saat suction terbuat
dari tembaga (-30
O
C), sehingga efek refrigerasi (selisih enthalpy pada proses
evaporasi) pada saat suction terbuat dari pipa aluminium nilainya lebih besar.
B. Mesin Carnot Kuantum
Grafik gaya mekanik sebagai fungsi lebar sumur untuk mesin Carnot
kuantum terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Siklus Carnot kuantum.
Siklus Carnot kuantum melewati lintasan BCDAB. Penentuan efisiensinya adalah
sebagai berikut.
Keadaan awal (titik B):
Partikel berada pada keadaan eigen n = r dengan besar energi rata-rata
Langkah BC:
Terjadi proses isotermal kuantum dimana partikel tereksitasi dari keadaan
eigen awal (n = r) ke keadaan eigen akhir (n = s) untuk menjaga energi rata-rata
selalu konstan. Besar energi rata-ratanya yaitu
Dari keadaan ternormalisasi diperoleh
Maka
Karena pada proses isotermal kuantum energy rata-ratanya konstan maka berlaku
Jadi nilai maksimum yang mungkin untuk L adalah LC = sLB/r dan ini
terjadi ketika ar = 0. Gaya luar yang bekerja yaitu
Terlihat bahwa nilai LFBC selalu konstan. Hal ini sesuai dengan analogi
klasiknya. Secara umum, pada sistem sumur potensial satu dimensi yang
mengalami proses isotherm kuantum, berlaku
dengan C adalah konstanta.
Langkah CD:
Sistem mengalami ekspansi adiabatic kuantum dari L = LC sampai L =
LD. Partikel tetap berada pada keadaan eigen akhir n = s dengan energi rata rata
Pada keadaan adiabatik, koefisien an bernilai konstan sehingga keadaan
ternormalisasi yang sesuai yaitu
sehingga energi rataratanya menjadi
Gaya luar yang bekerja yaitu
Dari persamaan di atas, dapat diketahui bahwa pada proses adiabatik kuantum
berlaku
dengan C suatu konstanta.
Keadaan D:
Partikel berada pada keadaan eigen akhir n = s dengan energi rata rata
sebesar
Langkah DA:
Terjadi kompresi isotermal kuantum dari L = LD menuju L = LA. Energi
rataratanya sebesar
Pada proses isotermal kuantum berlaku
Jadi nilai minimum yang mungkin untuk L pada proses ini sebesar LA =
rLD/s. Selama proses ekspansi isotermal kuantum, gaya luar yang bekerja yaitu
Langkah AB:
Langkah terakhir adalah proses kompresi adiabatik kuantum dari L = LA
menuju L = LB. Selama proses kompresi ini, partikel tetap berada pada keadaan
eigen awal n = r. Energi rata ratanya yaitu
Gaya luar yang bekerja sebesar
dengan nilai L3FAB selalu konstan.
Untuk mendapatkan nilai efisiensi mesin Carnot, dipakai persamaan
Untuk mendapatkan Wt, ditinjau kurva F(L) pada Gambar 3. Luas daerah
yang dilingkupi lintasan ABCDA merupakan besar usaha total Wt yang dilakukan
sistem, yaitu
Dari termodinamika diperoleh
Karena pada langkah BC nilai UBC = 0 (energi rata-ratanya konstan) maka
didapat
Penentuan efisiensi mesin Carnot kuantum baru bisa dilakukan dan
hasilnya
C. Mesin Diesel Kuantum
Mesin Diesel kuantum memiliki siklus seperti tampak pada Gambar 4 berikut ini.
Gambar 4. Siklus Diesel kuantum.
Mesin ini memiliki lintasan ABCDA. Efisiensinya ditentukan dengan cara
yang sama dengan mesin Carnot kuantum.
Keadaan A :
Energi rata-rata pada titik A yaitu
Langkah AB :
Terjadi proses kompresi adiabatic kuantum tanpa mengubah keadaan eigen n = r.
Lebar sumur menyempit dari L = LA ke L = LB dengan rasio kompresi
Energi rata ratanya sebesar
Gaya luar yang bekerja sebesar
Keadaan B :
Besar energi rata ratanya
dan gaya luar yang bekerja pada system sebesar
Langkah BC :
Sistem mengalami ekspansi isobar kuantum dengan gaya mekanik dinding
sumur konstan sebesar
Karena gaya mekanik konstan maka berlaku
Jadi LC = (s/r)
2/3
LB dengan LC > LB. Gaya mekaniknya menjadi
Dari persamaan ini dapat dilihat bahwa
dengan C suatu kostanta.
Keadaan C :
Energi rataratanya sebesar
Langkah CD :
Proses ekspansi adiabatik terjadi pada proses ini, sehingga energi rata ratanya
dan gaya luarnya sebesar
Keadaan D :
Energi rata rata pada titik D yaitu
Langkah DA :
Langkah ini mengembalikan keadaan eigen partikel dari n = s kembali ke
n = r pada kondisi lebar sumur yang tetap L = LD = LA, sehingga
dL= 0.
Usaha total mesin Diesel kuantum yaitu
Kalor input dicari sesuai persamaan
Efisiensi mesin Diesel kuantum diperoleh sebesar
Atau
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah efisiensi
mesin Carnot dan mesin Diesel kuantum pada sistem partikel tunggal di dalam
sumur potensial ini memiliki bentuk yang sama dengan efisiensi mesin Carnot
dan Diesel klasiknya. Apabila rasio-rasio yang ada dibuat sama untuk kedua
sistem kuantum dan klasik, seperti rasio kompresinya maka terlihat bahwa mesin
Diesel kuantum lebih efisien daripada mesin klasiknya. Tersirat juga dari
persamaan efisiensi mesin Diesel kuantum bahwa besar konstanta Laplace untuk
sistem ini sebesar 3, sementara telah diketahui bahwa untuk gas monoatomic
sendiri sebesar 1,67.