Anda di halaman 1dari 3

Masa Depan Politik Islam; Pasca Pilpres 2004

Masa Depan Politik Islam; Pasca Pilpres 2004


(Catatan Atas Gagasan Formalisasi Syariat Islam di Indonesia
!le" # Amin $%
Masa depan politik Islam (baca: formalisasi Syariat Islam dalam negara) dalam beberapa tahun mendatang
tampaknya akan tetap mendapatkan tantangan dan hambatan serius dari kalangan sekuler (termasuk kalangan Islam
pragmatis) baik internal maupun eksternal. Kalangan sekuler, jelas, baha Islam ideologi adalah musuh
sekulerisme. !ajar jika kaum sekuler sangat berkepentingan " bahkan menjadi tugas suci mereka " agar ideologi
Islam tidak pernah terlembagakan dalam negara. Karena hal itu sama saja dengan membiarkan ideologi sekulerisme
berada dalam ancaman.
Peta &antangan dan %am'atan
#alam konteks di Indonesia, secara internal, kalangan Islam liberal dan politisi sekuler$pragmatis " dalam dua
dasaarsa ini " tampaknya yang paling getol dalam menghambat cita$cita penerapan Syariat. Kalangan tanpa tedeng
aling$aling, %I& menyatakan baha booklet itu berisi isu$isu yang acapkali menjadi bahan perdebatan dalam agama
dan seringkali menjadi 'alat( buat kelompok$kelompok tertentu untuk melancarkan kampanye mereka. Misalnya,
isu jihad dan penerapan Syariat Islam.
#enny %), salah satu kontributor %I&, juga menjelaskan lebih jauh tentang Islam &iberal ini, dengan menyatakan,
mengutip !illiam &iddle (*++,), baha ciri Islam &iberal di Indonesia salah satunya adalah, 'baha bentuk negara
Indonesia sekarang " yang bukan negara Islam " adalah bentuk final. #engan keyakinan ini, mereka tak akan
berupaya mendirikan negara Islam (Islam &iberal, Sejarah, Konsepsi, -enyimpangan dan %aabannya, )dian
.usaini, M), /I-). 0enomena lain, khususnya dalam pemilu 1223, juga terlihat upaya %I& dalam menolak Islam
sebagai landasan berpolitik. Misalnya saja, iklan yang ditayangkan stasiun$stasiun tele4isi pada masa kampanye lalu
tentang anjuran tak baa$baa agama. -ada harian Kompas, 15 )pril 1223 silam juga menggelar diskusi terbatas
dengan tema '-roblem dan -rospek #emokratisasi(. #iskusi tersebut menghadirkan beberapa kontribitor %I&,
seperti Muslim )bdurrahman, Komarudin .idayat, Ian /ardono Sujatmiko dan -uro Santoso sebagai pembicara.
-oint besar dari diskusi tersebut adalah, bagaimana caranya mengarahkan politik Indonesia menuju sekulerisasi
politik. Sebaliknya, secara eksternal kita pun menyaksikan bagaimana 6arat dan )S semakin menunjukkan
kebenciannya pada para pengusung gagasan formalisasi Syariat Islam. -eristia penyiksaan dan pelecehan terhadap
saudara kita di Irak telah membuktikannya, baha Islam dan umat Islam memang dijadikan sebagai target utama
kebencian mereka.
-ada sisi lain, para politisi sekuler, juga tampak getol menyuarakan penolakannya terhadap cita$cita penerapan
Syariat. )bdurrahman !ahid, misalnya, politisi yang gagal masuk dalam bursa capres 1223, sering
mengkampanyekan penolakannya terhadap legislasi Syariat Islam ke dalam negara. 6egitu pula, Megaati, capres
dari -#I$- ini, pernah secara terbuka mengkritik kehidupan beragama umat Islam di negeri ini. #i depan para
pejabat #epartemen )gama, Ia mengatakan ada yang tidak beres dengan metode pengajaran agama di Indonesia.
Katanya, saat ini cukup terasa bagaimana mata pelajaran agama telah melahirkan insan yang fanatik, alaupun tidak
semua, yang acapkali cenderung hanya memandang agamanya yang paling benar dan memusuhi siapapun yang
tidak mau menerimanya. 6ahkan ia pun mengatakan, 'Kita juga menyaksikan lahirnya insan yang kemudian
mengagungkan agamanya sebagai yang paling unggul dan dengan cepat menampilkan sikap yang mudah
tersinggung((Suara .idayatullah, 7disi 21, %uni 1223, hal.38).Sementera itu, para capres maupun caapres yang ada
juga, masih sulit diminta komitmennya yang tegas bagi penegakan syariah Islam.
)kan halnya hambatan serta tantangan dari kalangan Islam pragmatis lebih dikarenakan dari implikasi buruk sikap
pragmatisme itu sendiri. -ragmatisme merupakan aliran pemikiran yang memandang baha benar tidaknya suatu
ucapan, dalil, atau teori (ide), semata$mata bergantung kepada berfaedah atau tidaknya ucapan, dalil, teori (ide)
tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam kehidupannya. Karena itu, pragmatisme memandang baha kriteria
kebenaran ajaran (ide) adalah berfaedah atau bermanfaat. 9ang implikasinya khususnya dalam berpolitik, cenderung
menggunakan segala macam cara untuk meujudkan suatu kepentingan dengan mengabaikan prinsip$prinsip
kebenaran (idealisme). Misalnya saja, terlihat saat berbicara tentang anita menjadi presiden. #i saat punya interest
(kepentingan), '-residen anita haram hukumnya(. Kalau interestnya berubah, yang haram bisa menjadi halal. Saat
punya kepentingan untuk parpolnya atau capresnya muncul fata, '-emilu itu ajib, golput itu haram(. Sebaliknya,
kalau tidak ada lagi kepentingan, '/olput tidak apa$apa(. #an masih banyak lagi bentuk dari pragmatisme, yang
kesemuanya mendasarkan pada kepentingan jangka pendek dan realita, tanpa mengindahkan prinsip$prinsip
idealisme. Sikap plin$plan ini jelas bisa membuat umat kehilangan kepercayaan kepada partai Islam, termasuk pada
gagasan Syariat Islam. Kalau ini terjadi, upaya penegakkan Syariat Islam yang merupakan cita$cita bersama akan
semakin sulit.
Peta (ek)atan dan Pel)ang
#ari realitas tantangan serta hambatan di atas, apakah masih ada harapan, peluang bagi masa depan politik Islam :
Kalaupun ada sejauh mana peta kekuatan kelompok Islam sebenarnya :Menjaab tentang peluang dan harapan
formalisasi Syariat Islam, paling tidak bisa dilihat dari; -ertama, kecenderungan masyarakat di Indonesia terhadap
gagasan formalisasi Syariat Islam. Kedua, sikap pemimpin nanti yang terpilih. terkait dengan tekanan dan dukungan
asing.
6erkaitan dengan kecenderungan masyarakat terhadap gagasan formalisasi Syariat Islam khususnya di Indonesia
menunjukkan adanya peningkatan. .al ini bisa dilihat berdasarkan hasil penelitian &-IM$I)I< Syarif .idayatullah,
%akarta, yang ditayangkan =rans=> (*8?1?1221) menyatakan baha 83@ penduduk Indonesia setuju diterapkan
Syariat Islam. 6ahkan, penelitian yang sama setahun berikutnya (Maret 122A) menunjukkan terjadi peningkatan
masyarakat yang setuju diterapkan Syariat Islam menjadi B*@. #i Sulaesi Selatan untuk pemilihan anggota #-#
(#ean -erakilan #aerah), )bdul )CiC Dahhar MudCakkar " yang dikenal sebagai tokoh pelopor penegakkan
Syariat Islam di Sulsel ini " berhasil meraih suara sebanyak 8A8.5,8. #an ini menempatkan dirinya menjadi orang
kedua setelah )ksa Mahmud, seorang pengusaha ternama.
Sementara itu pada tataran lokal, keinginan masyarakat pada Syariat Islam pun menunjukkan peningkatan, hal ini
bisa dilihat berdasarkan sebuah jejak pendapat yang dilakukan oleh pemerintah Sulaesi Selatan, menunjukkan,
baha +*.**@ masyarakat Sulsel menghendaki penerapan Syariat Islam. =api sayangnya, jejak pendapat ini seolah
disimpan diam$diam dan tak dipublikasikan (Sabili, no.18, %uli 1223 hal. +5$++).
=erkait dengan sikap presiden dan apres terpilih nanti serta hubungannya dengan tekanan asing terhadap Islam dan
kaum muslim, pada dasarnya bergantung pada siapa yang terpilih. %ika yang terpilih adalah orang$orang yang
memiliki kepedulian pada Islam dan umatnya serta menolak tekanan asing, maka akan ada dampak positif bagi
perkembangan dakah. Satu hal yang penting dicatat adalah, saat ini Indonesia memerlukan pemimpin yang baik
dan sistem yang baik, yaitu Syariat Islam. =anpa syariat, sehebat apapun pemimpin nanti yang terpilih tidak akan
dapat membaa negeri ini ke arah lebih baik. Ibarat lajunya sebuah mobil, secakap apapun pengemudinya, jika
mobil yang dikendarainya adalah mobil yang sudah tua atau rusak, maka mobil tersebut tidak akan dapat melaju
dengan baik dan kencang.
Sebaliknya, jika yang terpilih nanti adalah orang$orang yang tidak peduli bahkan menghalangi dakah Islam dan
pengekor pihak asing, maka jelas akan berdampak negatif bagi umat. <amun, sebenarnya tidak perlu dikhaatirkan.
#engan catatan, akti4itas dakah dan pembinaan kepada umat akan kesadaran politik Islamnya harus terus
dilakukan dengan sungguh$sungguh hingga menjadi opini umum. 9ang diharapkan nanti, umat akan sadar baha
kekuasaan sejatinya ditangan mereka bukan ditangan pihak asing, sehingga ketika pemimpin tersebut menjadi
'boneka( asing, maka dengan sendirinya umat memandang secara de facto kepemimpinannya tidak lagi bermakna
apa$apa. -ada saat itu umat akan mencabut amanat kekuasaan yang diberikan kepadanya, persis seperti peristia
lengsernya reCim Soeharto, dimana umat (mahasisa dan rakyat) bahu membahu untuk menurunkannya (Soeharto).
Sedangkan sejauh mana kekuatan kelompok Islam ke depan, hal ini terkait dengan dua pilar kekuatan yang dimiliki
umat Islam. 9aitu, (*) kekuatan Islam sebagai ideologi. Setelah komunisme runtuh, satu$satunya musuh ideologis
)S dan 6arat adalah Islam. Earleton saat mengomentari peradaban Islam dari tahun 522 M hingga *822 M,
menyatakan, '-eradaban Islam merupakan peradaban yang terbesar di dunia. -eradaban Islam sanggup menciptakan
negara adidaya (super state) yang terbentang dari satu samudera ke samudera yang lain; dari iklim utara hingga
iklim tropis dengan ratusan orang didalamnya dengan perbedaan kepercayaan dan suku(.(=echnology 6usiness, and
Fur !ay of &ife: !hatGs <eHt(). Samuel .untington, dalam '=he Elash of Ei4ilitation(, menulis, 'baha problem
mendasar bagi 6arat bukanlah fundamentalisme, tetapi Islam sebagai peradaban yang penduduknya yakin akan
ketinggian kebudayaannya tapi dihantui rendahnya kekuatan mereka saat ini(. (1) Iealitas membuktikan baha
penerapan sistem bukan Islam di tubuh kaum muslim ternyata gagal. 6oleh jadi secara materiil maju, namun dalam
hal kemanusiaan, moral, dan kehidupan masyarakat hancur total. #an itu pun biasanya harus dilakukan dengan
kekuatan senjata, seperti yang terjadi di =urki, bekas So4yet dan beberapa kasus di Indonesia.
Pen)t)p
#ari realitas diatas, kesemuanya menunjukkan baha cita$cita formalisasi Syariat Islam khususnya di Indonesia
masih ada peluang dan harapan. Kalaupun dalam pemilu legislatif dan presiden 1223, mayoritas muslim memilih
partai dan capres?caapres sekuler, itu hanyalah bukti baha umat sampai saat ini tidak mendapatkan
pendidikan?penyadaran politik Islam yang semestinya. -artai Islam " peserta pemilu " lebih disibukkan bagaimana
mendulang suara untuk kepentingan partainya (meraih kekuasaan), dengan mengabaikan pendidikan politik kepada
umat yang seharusnya mereka dapatkan. -adahal cita$cita formalisasi Syariat Islam akan terujud, jika umat sadar
baha penerapan Syariat Islam adalah suatu keajiban dan sadar pula baha kekuasaan sesungguhnya ada pada diri
mereka. -emimpin seperti apa yang layak dipilihnya serta sistem apa yang layak mengatur dirinya bergantung
sepenuhnya kepada umat.

Anda mungkin juga menyukai