(Catatan Atas Gagasan Formalisasi Syariat Islam di Indonesia !le" # Amin $% Masa depan politik Islam (baca: formalisasi Syariat Islam dalam negara) dalam beberapa tahun mendatang tampaknya akan tetap mendapatkan tantangan dan hambatan serius dari kalangan sekuler (termasuk kalangan Islam pragmatis) baik internal maupun eksternal. Kalangan sekuler, jelas, baha Islam ideologi adalah musuh sekulerisme. !ajar jika kaum sekuler sangat berkepentingan " bahkan menjadi tugas suci mereka " agar ideologi Islam tidak pernah terlembagakan dalam negara. Karena hal itu sama saja dengan membiarkan ideologi sekulerisme berada dalam ancaman. Peta &antangan dan %am'atan #alam konteks di Indonesia, secara internal, kalangan Islam liberal dan politisi sekuler$pragmatis " dalam dua dasaarsa ini " tampaknya yang paling getol dalam menghambat cita$cita penerapan Syariat. Kalangan tanpa tedeng aling$aling, %I& menyatakan baha booklet itu berisi isu$isu yang acapkali menjadi bahan perdebatan dalam agama dan seringkali menjadi 'alat( buat kelompok$kelompok tertentu untuk melancarkan kampanye mereka. Misalnya, isu jihad dan penerapan Syariat Islam. #enny %), salah satu kontributor %I&, juga menjelaskan lebih jauh tentang Islam &iberal ini, dengan menyatakan, mengutip !illiam &iddle (*++,), baha ciri Islam &iberal di Indonesia salah satunya adalah, 'baha bentuk negara Indonesia sekarang " yang bukan negara Islam " adalah bentuk final. #engan keyakinan ini, mereka tak akan berupaya mendirikan negara Islam (Islam &iberal, Sejarah, Konsepsi, -enyimpangan dan %aabannya, )dian .usaini, M), /I-). 0enomena lain, khususnya dalam pemilu 1223, juga terlihat upaya %I& dalam menolak Islam sebagai landasan berpolitik. Misalnya saja, iklan yang ditayangkan stasiun$stasiun tele4isi pada masa kampanye lalu tentang anjuran tak baa$baa agama. -ada harian Kompas, 15 )pril 1223 silam juga menggelar diskusi terbatas dengan tema '-roblem dan -rospek #emokratisasi(. #iskusi tersebut menghadirkan beberapa kontribitor %I&, seperti Muslim )bdurrahman, Komarudin .idayat, Ian /ardono Sujatmiko dan -uro Santoso sebagai pembicara. -oint besar dari diskusi tersebut adalah, bagaimana caranya mengarahkan politik Indonesia menuju sekulerisasi politik. Sebaliknya, secara eksternal kita pun menyaksikan bagaimana 6arat dan )S semakin menunjukkan kebenciannya pada para pengusung gagasan formalisasi Syariat Islam. -eristia penyiksaan dan pelecehan terhadap saudara kita di Irak telah membuktikannya, baha Islam dan umat Islam memang dijadikan sebagai target utama kebencian mereka. -ada sisi lain, para politisi sekuler, juga tampak getol menyuarakan penolakannya terhadap cita$cita penerapan Syariat. )bdurrahman !ahid, misalnya, politisi yang gagal masuk dalam bursa capres 1223, sering mengkampanyekan penolakannya terhadap legislasi Syariat Islam ke dalam negara. 6egitu pula, Megaati, capres dari -#I$- ini, pernah secara terbuka mengkritik kehidupan beragama umat Islam di negeri ini. #i depan para pejabat #epartemen )gama, Ia mengatakan ada yang tidak beres dengan metode pengajaran agama di Indonesia. Katanya, saat ini cukup terasa bagaimana mata pelajaran agama telah melahirkan insan yang fanatik, alaupun tidak semua, yang acapkali cenderung hanya memandang agamanya yang paling benar dan memusuhi siapapun yang tidak mau menerimanya. 6ahkan ia pun mengatakan, 'Kita juga menyaksikan lahirnya insan yang kemudian mengagungkan agamanya sebagai yang paling unggul dan dengan cepat menampilkan sikap yang mudah tersinggung((Suara .idayatullah, 7disi 21, %uni 1223, hal.38).Sementera itu, para capres maupun caapres yang ada juga, masih sulit diminta komitmennya yang tegas bagi penegakan syariah Islam. )kan halnya hambatan serta tantangan dari kalangan Islam pragmatis lebih dikarenakan dari implikasi buruk sikap pragmatisme itu sendiri. -ragmatisme merupakan aliran pemikiran yang memandang baha benar tidaknya suatu ucapan, dalil, atau teori (ide), semata$mata bergantung kepada berfaedah atau tidaknya ucapan, dalil, teori (ide) tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam kehidupannya. Karena itu, pragmatisme memandang baha kriteria kebenaran ajaran (ide) adalah berfaedah atau bermanfaat. 9ang implikasinya khususnya dalam berpolitik, cenderung menggunakan segala macam cara untuk meujudkan suatu kepentingan dengan mengabaikan prinsip$prinsip kebenaran (idealisme). Misalnya saja, terlihat saat berbicara tentang anita menjadi presiden. #i saat punya interest (kepentingan), '-residen anita haram hukumnya(. Kalau interestnya berubah, yang haram bisa menjadi halal. Saat punya kepentingan untuk parpolnya atau capresnya muncul fata, '-emilu itu ajib, golput itu haram(. Sebaliknya, kalau tidak ada lagi kepentingan, '/olput tidak apa$apa(. #an masih banyak lagi bentuk dari pragmatisme, yang kesemuanya mendasarkan pada kepentingan jangka pendek dan realita, tanpa mengindahkan prinsip$prinsip idealisme. Sikap plin$plan ini jelas bisa membuat umat kehilangan kepercayaan kepada partai Islam, termasuk pada gagasan Syariat Islam. Kalau ini terjadi, upaya penegakkan Syariat Islam yang merupakan cita$cita bersama akan semakin sulit. Peta (ek)atan dan Pel)ang #ari realitas tantangan serta hambatan di atas, apakah masih ada harapan, peluang bagi masa depan politik Islam : Kalaupun ada sejauh mana peta kekuatan kelompok Islam sebenarnya :Menjaab tentang peluang dan harapan formalisasi Syariat Islam, paling tidak bisa dilihat dari; -ertama, kecenderungan masyarakat di Indonesia terhadap gagasan formalisasi Syariat Islam. Kedua, sikap pemimpin nanti yang terpilih. terkait dengan tekanan dan dukungan asing. 6erkaitan dengan kecenderungan masyarakat terhadap gagasan formalisasi Syariat Islam khususnya di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan. .al ini bisa dilihat berdasarkan hasil penelitian &-IM$I)I< Syarif .idayatullah, %akarta, yang ditayangkan =rans=> (*8?1?1221) menyatakan baha 83@ penduduk Indonesia setuju diterapkan Syariat Islam. 6ahkan, penelitian yang sama setahun berikutnya (Maret 122A) menunjukkan terjadi peningkatan masyarakat yang setuju diterapkan Syariat Islam menjadi B*@. #i Sulaesi Selatan untuk pemilihan anggota #-# (#ean -erakilan #aerah), )bdul )CiC Dahhar MudCakkar " yang dikenal sebagai tokoh pelopor penegakkan Syariat Islam di Sulsel ini " berhasil meraih suara sebanyak 8A8.5,8. #an ini menempatkan dirinya menjadi orang kedua setelah )ksa Mahmud, seorang pengusaha ternama. Sementara itu pada tataran lokal, keinginan masyarakat pada Syariat Islam pun menunjukkan peningkatan, hal ini bisa dilihat berdasarkan sebuah jejak pendapat yang dilakukan oleh pemerintah Sulaesi Selatan, menunjukkan, baha +*.**@ masyarakat Sulsel menghendaki penerapan Syariat Islam. =api sayangnya, jejak pendapat ini seolah disimpan diam$diam dan tak dipublikasikan (Sabili, no.18, %uli 1223 hal. +5$++). =erkait dengan sikap presiden dan apres terpilih nanti serta hubungannya dengan tekanan asing terhadap Islam dan kaum muslim, pada dasarnya bergantung pada siapa yang terpilih. %ika yang terpilih adalah orang$orang yang memiliki kepedulian pada Islam dan umatnya serta menolak tekanan asing, maka akan ada dampak positif bagi perkembangan dakah. Satu hal yang penting dicatat adalah, saat ini Indonesia memerlukan pemimpin yang baik dan sistem yang baik, yaitu Syariat Islam. =anpa syariat, sehebat apapun pemimpin nanti yang terpilih tidak akan dapat membaa negeri ini ke arah lebih baik. Ibarat lajunya sebuah mobil, secakap apapun pengemudinya, jika mobil yang dikendarainya adalah mobil yang sudah tua atau rusak, maka mobil tersebut tidak akan dapat melaju dengan baik dan kencang. Sebaliknya, jika yang terpilih nanti adalah orang$orang yang tidak peduli bahkan menghalangi dakah Islam dan pengekor pihak asing, maka jelas akan berdampak negatif bagi umat. <amun, sebenarnya tidak perlu dikhaatirkan. #engan catatan, akti4itas dakah dan pembinaan kepada umat akan kesadaran politik Islamnya harus terus dilakukan dengan sungguh$sungguh hingga menjadi opini umum. 9ang diharapkan nanti, umat akan sadar baha kekuasaan sejatinya ditangan mereka bukan ditangan pihak asing, sehingga ketika pemimpin tersebut menjadi 'boneka( asing, maka dengan sendirinya umat memandang secara de facto kepemimpinannya tidak lagi bermakna apa$apa. -ada saat itu umat akan mencabut amanat kekuasaan yang diberikan kepadanya, persis seperti peristia lengsernya reCim Soeharto, dimana umat (mahasisa dan rakyat) bahu membahu untuk menurunkannya (Soeharto). Sedangkan sejauh mana kekuatan kelompok Islam ke depan, hal ini terkait dengan dua pilar kekuatan yang dimiliki umat Islam. 9aitu, (*) kekuatan Islam sebagai ideologi. Setelah komunisme runtuh, satu$satunya musuh ideologis )S dan 6arat adalah Islam. Earleton saat mengomentari peradaban Islam dari tahun 522 M hingga *822 M, menyatakan, '-eradaban Islam merupakan peradaban yang terbesar di dunia. -eradaban Islam sanggup menciptakan negara adidaya (super state) yang terbentang dari satu samudera ke samudera yang lain; dari iklim utara hingga iklim tropis dengan ratusan orang didalamnya dengan perbedaan kepercayaan dan suku(.(=echnology 6usiness, and Fur !ay of &ife: !hatGs <eHt(). Samuel .untington, dalam '=he Elash of Ei4ilitation(, menulis, 'baha problem mendasar bagi 6arat bukanlah fundamentalisme, tetapi Islam sebagai peradaban yang penduduknya yakin akan ketinggian kebudayaannya tapi dihantui rendahnya kekuatan mereka saat ini(. (1) Iealitas membuktikan baha penerapan sistem bukan Islam di tubuh kaum muslim ternyata gagal. 6oleh jadi secara materiil maju, namun dalam hal kemanusiaan, moral, dan kehidupan masyarakat hancur total. #an itu pun biasanya harus dilakukan dengan kekuatan senjata, seperti yang terjadi di =urki, bekas So4yet dan beberapa kasus di Indonesia. Pen)t)p #ari realitas diatas, kesemuanya menunjukkan baha cita$cita formalisasi Syariat Islam khususnya di Indonesia masih ada peluang dan harapan. Kalaupun dalam pemilu legislatif dan presiden 1223, mayoritas muslim memilih partai dan capres?caapres sekuler, itu hanyalah bukti baha umat sampai saat ini tidak mendapatkan pendidikan?penyadaran politik Islam yang semestinya. -artai Islam " peserta pemilu " lebih disibukkan bagaimana mendulang suara untuk kepentingan partainya (meraih kekuasaan), dengan mengabaikan pendidikan politik kepada umat yang seharusnya mereka dapatkan. -adahal cita$cita formalisasi Syariat Islam akan terujud, jika umat sadar baha penerapan Syariat Islam adalah suatu keajiban dan sadar pula baha kekuasaan sesungguhnya ada pada diri mereka. -emimpin seperti apa yang layak dipilihnya serta sistem apa yang layak mengatur dirinya bergantung sepenuhnya kepada umat.