Anda di halaman 1dari 183

CAIRAN INFUS

A. Pengertian
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan
cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan
bantuan perangkat infus.
B. Tujuan Komposisi Cairan Infus
Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makanan.
C. Berbagai Regimen Infus
Pada pasien trauma akibat kecelakaan lalu lintas atau karena
sebab lainnya, kita sering menjumpai keadaan syok hipovolemik
alias suatu kondisi dimana terjadi kehilangan cairan darah dengan
cepat dalam jumlah yang cukup banyak sehingga komponen darah
yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke organ organ tidak
lagi adekuat, menyebabkan gangguan perfusi pada jaringan dan
berkontribusi terhadap metabolisme anaerob dan akumulasi asam
laktat.
Namun, maha besar Allah selalu ada upaya homeostasis untuk
melindungi terlebih dahulu organ yang dianggap penting yaitu
otak dan jantung, dengan cara vasokonstriksi dan mengorbankan
perfusi di ginjal, otot, usus, dan kulit.
Kasus kematian pada syok hemoragik disebabkan sebagai hasil
dari pola perfusi dan hipoksia jaringan yang progresif juga karena
asidosis. Berbagai regimen yang kita kenal untuk penanganan
resusitasi cairan yaitu diantaranya adalah koloid, kristaloid, whole
blood dan komponen-komponen darah.
a. Cairan Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau
dextrosa, yang tidak mengandung molekul besar. Dalam waktu
yang singkat, kristaloid sebagian besar akan keluar dari
intravaskular . Sehingga volume yang diberikan harus lebih
banyak ( 3:1 dengan volume darah yang hilang). Ekspansi cairan
dari ruang intravaskuler ke interstitial berlangsung selama 30-60
menit, dan akan keluar sebagai urin dalam 24-48 jam. Secara garis
besar kristaloid bertujuan untuk meningkatkan volume ekstrasel,
tanpa peningkatan volume intra sel. Meskipun banyak jenis cairan
kristaloid yang tersedia, namun NaCl 0,9% dan Ringer laktat
adalah pilihan pertama yang paling masuk akal.
NaCl 0,9%
Keuntungannya yaitu murah dan mudah didapat, cairan infus ini
juga kompatibel untuk dicampurkan dengan produk-produk darah
dan merupakan pilihan yang terbaik untuk resusitasi volume.
Kekurangannya. NaCl 0,9% dapat berkontribusi menyebabkan
asidosis hipercloremik ketika resusitasi cairan jumlah besar
diperlukan. (untuk menggantikan setiap liter volume darah, maka
kita membutuhkan sekitar 3 liter Nacl 0,9% ) jadi perbandingan
cairan ini dengan volume darah yang hilang adalah 3 : 1.
Ringer Laktat
Keuntungannya: murah dan mudah didapat, memiliki komposisi
isotonis yang lebih fisiologis dengan cairan tubuh, menghasilkan
pergantian elemen kalsium dan pottasium, ion sodium dan chlor
yang dihasilkan juga lebih fisiologis.
Kekurangannya: Relatif tidak kompatibel terhadap produk-produk
darah, kandungan Ca pada Ringer laktat dapat mengaktifasi
cascade koagulasi pada produk-produk darah, serta kandungan
laktat dalam infus ringer laktat ini juga dapat memperburuk
koreksi terhadap metabolik asidosis yang sedang berlangsung.
Dextrose atau glukosa
Tidak di indikasikan untuk pasien trauma karena memilki potensi
bahaya. Stress sebagai respon yang dipicu oleh trauma mayor atau
pembedahan sering menyebabkan kadar gula darah meningkat.
Pemberian dextrose secara cepat dalam jumlah banyak selama
resusitasi dapat menyebabkan diuresis osmotik dan menjadi faktor
perancu terhadap defisit intravaskular. Penggunaan dextrose dapat
menyebabkan hiperglikemi pada pasien trauma. Namun glukosa
dapat digunakan sebagai cairan maintainance selama fase post
resusitasi.
b. Cairan Koloid
Penggunaan cairan koloid intra vena pada penanganan trauma
masih kontroversi. Pada jaman perang dulu, koloid yang
digunakan hanyalah albumin dan plasma. Namun sekarang,
dikenal Dextran , haemacel, albumin, plasma dan darah. Koloid
mengandung molekul-molekul besar berfungsi seperti albumin
dalam plasma, tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu
paruh koloid intravaskuler 3-6 jam), sehingga volume yang
diberikan sama dengan volume darah. Kekurangan dari koloid
yaitu mahal.
Koloid mempunyai kelebihan yaitu dapat menggantikan dengan
cepat dan dengan volume cairan yang lebih sedikit,ekspansi
volume plasma lebih panjang, dan resiko edema pheripheral kecil.
Secara umum koloid dipergunakan untuk :
Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat
(syok hemoragik) sebelum transfusi tersedia
Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada
luka bakar.
2.4 Jenis- Jenis Cairan Infus
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi:
gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar,
syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada
pasien yang mengalami
gangguan hati
Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi
asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus
Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh
sentral pada anestesi
dengan isofluran
Mempunyai efek vasodilator
Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak
10 ml pada 1000 ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga
memperkecil risiko memperburuk
edema serebral.
KA-EN 1B
Indikasi:
Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum
diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai,
demam)
< 24 jam pasca operasi
Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV.
Kecepatan sebaiknya
300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-
anak
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak
diberikan lebih dari 100 ml/jam
KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
KA-EN MG3
Indikasi :
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium 20 mEq/L
Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan
400 kcal/L
KA-EN 4A
Indikasi :
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada
pasien dengan berbagai
o kadar konsentrasi kalium serum normal
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia
kurang 3 tahun
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga
meminimalkan risiko hipokalemia
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
Otsu-NS
Indikasi:
Untuk resusitasi
Kehilangan Na > Cl, misal diare
Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium
(asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka
bakar)
Otsu-RL
Indikasi:
Resusitasi
Suplai ion bikarbonat
Asidosis metabolik
MARTOS-10
Indikasi:
Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita
diabetik
Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen
seperti tumor, infeksi berat, stres
berat dan defisiensi protein
Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
Mengandung 400 kcal/L
AMIPAREN
Indikasi:
Stres metabolik berat
Luka bakar
Infeksi berat
Kwasiokor
Pasca operasi
Total Parenteral Nutrition
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
AMINOVEL-600
Indikasi:
Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
Penderita GI yang dipuasakan
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar,
trauma dan pasca operasi)
Stres metabolik sedang
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
PAN-AMIN G
Indikasi:
Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik
ringan
Nitrisi dini pasca operasi
Tifoid





CAIRAN INFUS
A. Pengertian
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan
cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan
bantuan perangkat infus.
B. Tujuan Komposisi Cairan Infus
Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makanan.
C. Berbagai Regimen Infus
Pada pasien trauma akibat kecelakaan lalu lintas atau karena
sebab lainnya, kita sering menjumpai keadaan syok hipovolemik
alias suatu kondisi dimana terjadi kehilangan cairan darah dengan
cepat dalam jumlah yang cukup banyak sehingga komponen darah
yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke organ organ tidak
lagi adekuat, menyebabkan gangguan perfusi pada jaringan dan
berkontribusi terhadap metabolisme anaerob dan akumulasi asam
laktat.
Namun, maha besar Allah selalu ada upaya homeostasis untuk
melindungi terlebih dahulu organ yang dianggap penting yaitu
otak dan jantung, dengan cara vasokonstriksi dan mengorbankan
perfusi di ginjal, otot, usus, dan kulit.
Kasus kematian pada syok hemoragik disebabkan sebagai hasil
dari pola perfusi dan hipoksia jaringan yang progresif juga karena
asidosis. Berbagai regimen yang kita kenal untuk penanganan
resusitasi cairan yaitu diantaranya adalah koloid, kristaloid, whole
blood dan komponen-komponen darah.
a. Cairan Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau
dextrosa, yang tidak mengandung molekul besar. Dalam waktu
yang singkat, kristaloid sebagian besar akan keluar dari
intravaskular . Sehingga volume yang diberikan harus lebih
banyak ( 3:1 dengan volume darah yang hilang). Ekspansi cairan
dari ruang intravaskuler ke interstitial berlangsung selama 30-60
menit, dan akan keluar sebagai urin dalam 24-48 jam. Secara garis
besar kristaloid bertujuan untuk meningkatkan volume ekstrasel,
tanpa peningkatan volume intra sel. Meskipun banyak jenis cairan
kristaloid yang tersedia, namun NaCl 0,9% dan Ringer laktat
adalah pilihan pertama yang paling masuk akal.
NaCl 0,9%
Keuntungannya yaitu murah dan mudah didapat, cairan infus ini
juga kompatibel untuk dicampurkan dengan produk-produk darah
dan merupakan pilihan yang terbaik untuk resusitasi volume.
Kekurangannya. NaCl 0,9% dapat berkontribusi menyebabkan
asidosis hipercloremik ketika resusitasi cairan jumlah besar
diperlukan. (untuk menggantikan setiap liter volume darah, maka
kita membutuhkan sekitar 3 liter Nacl 0,9% ) jadi perbandingan
cairan ini dengan volume darah yang hilang adalah 3 : 1.
Ringer Laktat
Keuntungannya: murah dan mudah didapat, memiliki komposisi
isotonis yang lebih fisiologis dengan cairan tubuh, menghasilkan
pergantian elemen kalsium dan pottasium, ion sodium dan chlor
yang dihasilkan juga lebih fisiologis.
Kekurangannya: Relatif tidak kompatibel terhadap produk-produk
darah, kandungan Ca pada Ringer laktat dapat mengaktifasi
cascade koagulasi pada produk-produk darah, serta kandungan
laktat dalam infus ringer laktat ini juga dapat memperburuk
koreksi terhadap metabolik asidosis yang sedang berlangsung.
Dextrose atau glukosa
Tidak di indikasikan untuk pasien trauma karena memilki potensi
bahaya. Stress sebagai respon yang dipicu oleh trauma mayor atau
pembedahan sering menyebabkan kadar gula darah meningkat.
Pemberian dextrose secara cepat dalam jumlah banyak selama
resusitasi dapat menyebabkan diuresis osmotik dan menjadi faktor
perancu terhadap defisit intravaskular. Penggunaan dextrose dapat
menyebabkan hiperglikemi pada pasien trauma. Namun glukosa
dapat digunakan sebagai cairan maintainance selama fase post
resusitasi.
b. Cairan Koloid
Penggunaan cairan koloid intra vena pada penanganan trauma
masih kontroversi. Pada jaman perang dulu, koloid yang
digunakan hanyalah albumin dan plasma. Namun sekarang,
dikenal Dextran , haemacel, albumin, plasma dan darah. Koloid
mengandung molekul-molekul besar berfungsi seperti albumin
dalam plasma, tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu
paruh koloid intravaskuler 3-6 jam), sehingga volume yang
diberikan sama dengan volume darah. Kekurangan dari koloid
yaitu mahal.
Koloid mempunyai kelebihan yaitu dapat menggantikan dengan
cepat dan dengan volume cairan yang lebih sedikit,ekspansi
volume plasma lebih panjang, dan resiko edema pheripheral kecil.
Secara umum koloid dipergunakan untuk :
Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat
(syok hemoragik) sebelum transfusi tersedia
Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada
luka bakar.
2.4 Jenis- Jenis Cairan Infus
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi:
gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar,
syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada
pasien yang mengalami
gangguan hati
Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi
asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus
Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh
sentral pada anestesi
dengan isofluran
Mempunyai efek vasodilator
Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak
10 ml pada 1000 ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga
memperkecil risiko memperburuk
edema serebral.
KA-EN 1B
Indikasi:
Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum
diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai,
demam)
< 24 jam pasca operasi
Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV.
Kecepatan sebaiknya
300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-
anak
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak
diberikan lebih dari 100 ml/jam
KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
KA-EN MG3
Indikasi :
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium 20 mEq/L
Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan
400 kcal/L
KA-EN 4A
Indikasi :
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada
pasien dengan berbagai
o kadar konsentrasi kalium serum normal
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia
kurang 3 tahun
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga
meminimalkan risiko hipokalemia
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
Otsu-NS
Indikasi:
Untuk resusitasi
Kehilangan Na > Cl, misal diare
Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium
(asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka
bakar)
Otsu-RL
Indikasi:
Resusitasi
Suplai ion bikarbonat
Asidosis metabolik
MARTOS-10
Indikasi:
Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita
diabetik
Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen
seperti tumor, infeksi berat, stres
berat dan defisiensi protein
Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
Mengandung 400 kcal/L
AMIPAREN
Indikasi:
Stres metabolik berat
Luka bakar
Infeksi berat
Kwasiokor
Pasca operasi
Total Parenteral Nutrition
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
AMINOVEL-600
Indikasi:
Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
Penderita GI yang dipuasakan
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar,
trauma dan pasca operasi)
Stres metabolik sedang
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
PAN-AMIN G
Indikasi:
Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik
ringan
Nitrisi dini pasca operasi
Tifoid





CAIRAN INFUS
A. Pengertian
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan
cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan
bantuan perangkat infus.
B. Tujuan Komposisi Cairan Infus
Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makanan.
C. Berbagai Regimen Infus
Pada pasien trauma akibat kecelakaan lalu lintas atau karena
sebab lainnya, kita sering menjumpai keadaan syok hipovolemik
alias suatu kondisi dimana terjadi kehilangan cairan darah dengan
cepat dalam jumlah yang cukup banyak sehingga komponen darah
yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke organ organ tidak
lagi adekuat, menyebabkan gangguan perfusi pada jaringan dan
berkontribusi terhadap metabolisme anaerob dan akumulasi asam
laktat.
Namun, maha besar Allah selalu ada upaya homeostasis untuk
melindungi terlebih dahulu organ yang dianggap penting yaitu
otak dan jantung, dengan cara vasokonstriksi dan mengorbankan
perfusi di ginjal, otot, usus, dan kulit.
Kasus kematian pada syok hemoragik disebabkan sebagai hasil
dari pola perfusi dan hipoksia jaringan yang progresif juga karena
asidosis. Berbagai regimen yang kita kenal untuk penanganan
resusitasi cairan yaitu diantaranya adalah koloid, kristaloid, whole
blood dan komponen-komponen darah.
a. Cairan Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau
dextrosa, yang tidak mengandung molekul besar. Dalam waktu
yang singkat, kristaloid sebagian besar akan keluar dari
intravaskular . Sehingga volume yang diberikan harus lebih
banyak ( 3:1 dengan volume darah yang hilang). Ekspansi cairan
dari ruang intravaskuler ke interstitial berlangsung selama 30-60
menit, dan akan keluar sebagai urin dalam 24-48 jam. Secara garis
besar kristaloid bertujuan untuk meningkatkan volume ekstrasel,
tanpa peningkatan volume intra sel. Meskipun banyak jenis cairan
kristaloid yang tersedia, namun NaCl 0,9% dan Ringer laktat
adalah pilihan pertama yang paling masuk akal.
NaCl 0,9%
Keuntungannya yaitu murah dan mudah didapat, cairan infus ini
juga kompatibel untuk dicampurkan dengan produk-produk darah
dan merupakan pilihan yang terbaik untuk resusitasi volume.
Kekurangannya. NaCl 0,9% dapat berkontribusi menyebabkan
asidosis hipercloremik ketika resusitasi cairan jumlah besar
diperlukan. (untuk menggantikan setiap liter volume darah, maka
kita membutuhkan sekitar 3 liter Nacl 0,9% ) jadi perbandingan
cairan ini dengan volume darah yang hilang adalah 3 : 1.
Ringer Laktat
Keuntungannya: murah dan mudah didapat, memiliki komposisi
isotonis yang lebih fisiologis dengan cairan tubuh, menghasilkan
pergantian elemen kalsium dan pottasium, ion sodium dan chlor
yang dihasilkan juga lebih fisiologis.
Kekurangannya: Relatif tidak kompatibel terhadap produk-produk
darah, kandungan Ca pada Ringer laktat dapat mengaktifasi
cascade koagulasi pada produk-produk darah, serta kandungan
laktat dalam infus ringer laktat ini juga dapat memperburuk
koreksi terhadap metabolik asidosis yang sedang berlangsung.
Dextrose atau glukosa
Tidak di indikasikan untuk pasien trauma karena memilki potensi
bahaya. Stress sebagai respon yang dipicu oleh trauma mayor atau
pembedahan sering menyebabkan kadar gula darah meningkat.
Pemberian dextrose secara cepat dalam jumlah banyak selama
resusitasi dapat menyebabkan diuresis osmotik dan menjadi faktor
perancu terhadap defisit intravaskular. Penggunaan dextrose dapat
menyebabkan hiperglikemi pada pasien trauma. Namun glukosa
dapat digunakan sebagai cairan maintainance selama fase post
resusitasi.
b. Cairan Koloid
Penggunaan cairan koloid intra vena pada penanganan trauma
masih kontroversi. Pada jaman perang dulu, koloid yang
digunakan hanyalah albumin dan plasma. Namun sekarang,
dikenal Dextran , haemacel, albumin, plasma dan darah. Koloid
mengandung molekul-molekul besar berfungsi seperti albumin
dalam plasma, tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu
paruh koloid intravaskuler 3-6 jam), sehingga volume yang
diberikan sama dengan volume darah. Kekurangan dari koloid
yaitu mahal.
Koloid mempunyai kelebihan yaitu dapat menggantikan dengan
cepat dan dengan volume cairan yang lebih sedikit,ekspansi
volume plasma lebih panjang, dan resiko edema pheripheral kecil.
Secara umum koloid dipergunakan untuk :
Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat
(syok hemoragik) sebelum transfusi tersedia
Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada
luka bakar.
2.4 Jenis- Jenis Cairan Infus
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi:
gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar,
syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada
pasien yang mengalami
gangguan hati
Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi
asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus
Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh
sentral pada anestesi
dengan isofluran
Mempunyai efek vasodilator
Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak
10 ml pada 1000 ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga
memperkecil risiko memperburuk
edema serebral.
KA-EN 1B
Indikasi:
Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum
diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai,
demam)
< 24 jam pasca operasi
Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV.
Kecepatan sebaiknya
300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-
anak
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak
diberikan lebih dari 100 ml/jam
KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
KA-EN MG3
Indikasi :
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium 20 mEq/L
Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan
400 kcal/L
KA-EN 4A
Indikasi :
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada
pasien dengan berbagai
o kadar konsentrasi kalium serum normal
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia
kurang 3 tahun
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga
meminimalkan risiko hipokalemia
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
Otsu-NS
Indikasi:
Untuk resusitasi
Kehilangan Na > Cl, misal diare
Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium
(asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka
bakar)
Otsu-RL
Indikasi:
Resusitasi
Suplai ion bikarbonat
Asidosis metabolik
MARTOS-10
Indikasi:
Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita
diabetik
Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen
seperti tumor, infeksi berat, stres
berat dan defisiensi protein
Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
Mengandung 400 kcal/L
AMIPAREN
Indikasi:
Stres metabolik berat
Luka bakar
Infeksi berat
Kwasiokor
Pasca operasi
Total Parenteral Nutrition
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
AMINOVEL-600
Indikasi:
Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
Penderita GI yang dipuasakan
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar,
trauma dan pasca operasi)
Stres metabolik sedang
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
PAN-AMIN G
Indikasi:
Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik
ringan
Nitrisi dini pasca operasi
Tifoid




CAIRAN INFUS
A. Pengertian
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan
cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan
bantuan perangkat infus.
B. Tujuan Komposisi Cairan Infus
Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makanan.
C. Berbagai Regimen Infus
Pada pasien trauma akibat kecelakaan lalu lintas atau karena
sebab lainnya, kita sering menjumpai keadaan syok hipovolemik
alias suatu kondisi dimana terjadi kehilangan cairan darah dengan
cepat dalam jumlah yang cukup banyak sehingga komponen darah
yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke organ organ tidak
lagi adekuat, menyebabkan gangguan perfusi pada jaringan dan
berkontribusi terhadap metabolisme anaerob dan akumulasi asam
laktat.
Namun, maha besar Allah selalu ada upaya homeostasis untuk
melindungi terlebih dahulu organ yang dianggap penting yaitu
otak dan jantung, dengan cara vasokonstriksi dan mengorbankan
perfusi di ginjal, otot, usus, dan kulit.
Kasus kematian pada syok hemoragik disebabkan sebagai hasil
dari pola perfusi dan hipoksia jaringan yang progresif juga karena
asidosis. Berbagai regimen yang kita kenal untuk penanganan
resusitasi cairan yaitu diantaranya adalah koloid, kristaloid, whole
blood dan komponen-komponen darah.
a. Cairan Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau
dextrosa, yang tidak mengandung molekul besar. Dalam waktu
yang singkat, kristaloid sebagian besar akan keluar dari
intravaskular . Sehingga volume yang diberikan harus lebih
banyak ( 3:1 dengan volume darah yang hilang). Ekspansi cairan
dari ruang intravaskuler ke interstitial berlangsung selama 30-60
menit, dan akan keluar sebagai urin dalam 24-48 jam. Secara garis
besar kristaloid bertujuan untuk meningkatkan volume ekstrasel,
tanpa peningkatan volume intra sel. Meskipun banyak jenis cairan
kristaloid yang tersedia, namun NaCl 0,9% dan Ringer laktat
adalah pilihan pertama yang paling masuk akal.
NaCl 0,9%
Keuntungannya yaitu murah dan mudah didapat, cairan infus ini
juga kompatibel untuk dicampurkan dengan produk-produk darah
dan merupakan pilihan yang terbaik untuk resusitasi volume.
Kekurangannya. NaCl 0,9% dapat berkontribusi menyebabkan
asidosis hipercloremik ketika resusitasi cairan jumlah besar
diperlukan. (untuk menggantikan setiap liter volume darah, maka
kita membutuhkan sekitar 3 liter Nacl 0,9% ) jadi perbandingan
cairan ini dengan volume darah yang hilang adalah 3 : 1.
Ringer Laktat
Keuntungannya: murah dan mudah didapat, memiliki komposisi
isotonis yang lebih fisiologis dengan cairan tubuh, menghasilkan
pergantian elemen kalsium dan pottasium, ion sodium dan chlor
yang dihasilkan juga lebih fisiologis.
Kekurangannya: Relatif tidak kompatibel terhadap produk-produk
darah, kandungan Ca pada Ringer laktat dapat mengaktifasi
cascade koagulasi pada produk-produk darah, serta kandungan
laktat dalam infus ringer laktat ini juga dapat memperburuk
koreksi terhadap metabolik asidosis yang sedang berlangsung.
Dextrose atau glukosa
Tidak di indikasikan untuk pasien trauma karena memilki potensi
bahaya. Stress sebagai respon yang dipicu oleh trauma mayor atau
pembedahan sering menyebabkan kadar gula darah meningkat.
Pemberian dextrose secara cepat dalam jumlah banyak selama
resusitasi dapat menyebabkan diuresis osmotik dan menjadi faktor
perancu terhadap defisit intravaskular. Penggunaan dextrose dapat
menyebabkan hiperglikemi pada pasien trauma. Namun glukosa
dapat digunakan sebagai cairan maintainance selama fase post
resusitasi.
b. Cairan Koloid
Penggunaan cairan koloid intra vena pada penanganan trauma
masih kontroversi. Pada jaman perang dulu, koloid yang
digunakan hanyalah albumin dan plasma. Namun sekarang,
dikenal Dextran , haemacel, albumin, plasma dan darah. Koloid
mengandung molekul-molekul besar berfungsi seperti albumin
dalam plasma, tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu
paruh koloid intravaskuler 3-6 jam), sehingga volume yang
diberikan sama dengan volume darah. Kekurangan dari koloid
yaitu mahal.
Koloid mempunyai kelebihan yaitu dapat menggantikan dengan
cepat dan dengan volume cairan yang lebih sedikit,ekspansi
volume plasma lebih panjang, dan resiko edema pheripheral kecil.
Secara umum koloid dipergunakan untuk :
Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat
(syok hemoragik) sebelum transfusi tersedia
Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada
luka bakar.
2.4 Jenis- Jenis Cairan Infus
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi:
gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar,
syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada
pasien yang mengalami
gangguan hati
Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi
asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus
Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh
sentral pada anestesi
dengan isofluran
Mempunyai efek vasodilator
Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak
10 ml pada 1000 ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga
memperkecil risiko memperburuk
edema serebral.
KA-EN 1B
Indikasi:
Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum
diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai,
demam)
< 24 jam pasca operasi
Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV.
Kecepatan sebaiknya
300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-
anak
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak
diberikan lebih dari 100 ml/jam
KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
KA-EN MG3
Indikasi :
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium 20 mEq/L
Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan
400 kcal/L
KA-EN 4A
Indikasi :
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada
pasien dengan berbagai
o kadar konsentrasi kalium serum normal
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia
kurang 3 tahun
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga
meminimalkan risiko hipokalemia
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
Otsu-NS
Indikasi:
Untuk resusitasi
Kehilangan Na > Cl, misal diare
Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium
(asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka
bakar)
Otsu-RL
Indikasi:
Resusitasi
Suplai ion bikarbonat
Asidosis metabolik
MARTOS-10
Indikasi:
Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita
diabetik
Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen
seperti tumor, infeksi berat, stres
berat dan defisiensi protein
Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
Mengandung 400 kcal/L
AMIPAREN
Indikasi:
Stres metabolik berat
Luka bakar
Infeksi berat
Kwasiokor
Pasca operasi
Total Parenteral Nutrition
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
AMINOVEL-600
Indikasi:
Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
Penderita GI yang dipuasakan
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar,
trauma dan pasca operasi)
Stres metabolik sedang
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
PAN-AMIN G
Indikasi:
Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik
ringan
Nitrisi dini pasca operasi
Tifoid











CAIRAN INFUS
A. Pengertian
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan
cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan
bantuan perangkat infus.
B. Tujuan Komposisi Cairan Infus
Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makanan.
C. Berbagai Regimen Infus
Pada pasien trauma akibat kecelakaan lalu lintas atau karena
sebab lainnya, kita sering menjumpai keadaan syok hipovolemik
alias suatu kondisi dimana terjadi kehilangan cairan darah dengan
cepat dalam jumlah yang cukup banyak sehingga komponen darah
yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke organ organ tidak
lagi adekuat, menyebabkan gangguan perfusi pada jaringan dan
berkontribusi terhadap metabolisme anaerob dan akumulasi asam
laktat.
Namun, maha besar Allah selalu ada upaya homeostasis untuk
melindungi terlebih dahulu organ yang dianggap penting yaitu
otak dan jantung, dengan cara vasokonstriksi dan mengorbankan
perfusi di ginjal, otot, usus, dan kulit.
Kasus kematian pada syok hemoragik disebabkan sebagai hasil
dari pola perfusi dan hipoksia jaringan yang progresif juga karena
asidosis. Berbagai regimen yang kita kenal untuk penanganan
resusitasi cairan yaitu diantaranya adalah koloid, kristaloid, whole
blood dan komponen-komponen darah.
a. Cairan Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau
dextrosa, yang tidak mengandung molekul besar. Dalam waktu
yang singkat, kristaloid sebagian besar akan keluar dari
intravaskular . Sehingga volume yang diberikan harus lebih
banyak ( 3:1 dengan volume darah yang hilang). Ekspansi cairan
dari ruang intravaskuler ke interstitial berlangsung selama 30-60
menit, dan akan keluar sebagai urin dalam 24-48 jam. Secara garis
besar kristaloid bertujuan untuk meningkatkan volume ekstrasel,
tanpa peningkatan volume intra sel. Meskipun banyak jenis cairan
kristaloid yang tersedia, namun NaCl 0,9% dan Ringer laktat
adalah pilihan pertama yang paling masuk akal.
NaCl 0,9%
Keuntungannya yaitu murah dan mudah didapat, cairan infus ini
juga kompatibel untuk dicampurkan dengan produk-produk darah
dan merupakan pilihan yang terbaik untuk resusitasi volume.
Kekurangannya. NaCl 0,9% dapat berkontribusi menyebabkan
asidosis hipercloremik ketika resusitasi cairan jumlah besar
diperlukan. (untuk menggantikan setiap liter volume darah, maka
kita membutuhkan sekitar 3 liter Nacl 0,9% ) jadi perbandingan
cairan ini dengan volume darah yang hilang adalah 3 : 1.
Ringer Laktat
Keuntungannya: murah dan mudah didapat, memiliki komposisi
isotonis yang lebih fisiologis dengan cairan tubuh, menghasilkan
pergantian elemen kalsium dan pottasium, ion sodium dan chlor
yang dihasilkan juga lebih fisiologis.
Kekurangannya: Relatif tidak kompatibel terhadap produk-produk
darah, kandungan Ca pada Ringer laktat dapat mengaktifasi
cascade koagulasi pada produk-produk darah, serta kandungan
laktat dalam infus ringer laktat ini juga dapat memperburuk
koreksi terhadap metabolik asidosis yang sedang berlangsung.
Dextrose atau glukosa
Tidak di indikasikan untuk pasien trauma karena memilki potensi
bahaya. Stress sebagai respon yang dipicu oleh trauma mayor atau
pembedahan sering menyebabkan kadar gula darah meningkat.
Pemberian dextrose secara cepat dalam jumlah banyak selama
resusitasi dapat menyebabkan diuresis osmotik dan menjadi faktor
perancu terhadap defisit intravaskular. Penggunaan dextrose dapat
menyebabkan hiperglikemi pada pasien trauma. Namun glukosa
dapat digunakan sebagai cairan maintainance selama fase post
resusitasi.
b. Cairan Koloid
Penggunaan cairan koloid intra vena pada penanganan trauma
masih kontroversi. Pada jaman perang dulu, koloid yang
digunakan hanyalah albumin dan plasma. Namun sekarang,
dikenal Dextran , haemacel, albumin, plasma dan darah. Koloid
mengandung molekul-molekul besar berfungsi seperti albumin
dalam plasma, tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu
paruh koloid intravaskuler 3-6 jam), sehingga volume yang
diberikan sama dengan volume darah. Kekurangan dari koloid
yaitu mahal.
Koloid mempunyai kelebihan yaitu dapat menggantikan dengan
cepat dan dengan volume cairan yang lebih sedikit,ekspansi
volume plasma lebih panjang, dan resiko edema pheripheral kecil.
Secara umum koloid dipergunakan untuk :
Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat
(syok hemoragik) sebelum transfusi tersedia
Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada
luka bakar.
2.4 Jenis- Jenis Cairan Infus
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi:
gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar,
syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada
pasien yang mengalami
gangguan hati
Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi
asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus
Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh
sentral pada anestesi
dengan isofluran
Mempunyai efek vasodilator
Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak
10 ml pada 1000 ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga
memperkecil risiko memperburuk
edema serebral.
KA-EN 1B
Indikasi:
Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum
diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai,
demam)
< 24 jam pasca operasi
Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV.
Kecepatan sebaiknya
300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-
anak
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak
diberikan lebih dari 100 ml/jam
KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
KA-EN MG3
Indikasi :
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium 20 mEq/L
Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan
400 kcal/L
KA-EN 4A
Indikasi :
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada
pasien dengan berbagai
o kadar konsentrasi kalium serum normal
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia
kurang 3 tahun
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga
meminimalkan risiko hipokalemia
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
Otsu-NS
Indikasi:
Untuk resusitasi
Kehilangan Na > Cl, misal diare
Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium
(asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka
bakar)
Otsu-RL
Indikasi:
Resusitasi
Suplai ion bikarbonat
Asidosis metabolik
MARTOS-10
Indikasi:
Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita
diabetik
Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen
seperti tumor, infeksi berat, stres
berat dan defisiensi protein
Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
Mengandung 400 kcal/L
AMIPAREN
Indikasi:
Stres metabolik berat
Luka bakar
Infeksi berat
Kwasiokor
Pasca operasi
Total Parenteral Nutrition
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
AMINOVEL-600
Indikasi:
Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
Penderita GI yang dipuasakan
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar,
trauma dan pasca operasi)
Stres metabolik sedang
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
PAN-AMIN G
Indikasi:
Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik
ringan
Nitrisi dini pasca operasi
Tifoid





CAIRAN INFUS
A. Pengertian
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan
cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan
bantuan perangkat infus.
B. Tujuan Komposisi Cairan Infus
Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makanan.
C. Berbagai Regimen Infus
Pada pasien trauma akibat kecelakaan lalu lintas atau karena
sebab lainnya, kita sering menjumpai keadaan syok hipovolemik
alias suatu kondisi dimana terjadi kehilangan cairan darah dengan
cepat dalam jumlah yang cukup banyak sehingga komponen darah
yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke organ organ tidak
lagi adekuat, menyebabkan gangguan perfusi pada jaringan dan
berkontribusi terhadap metabolisme anaerob dan akumulasi asam
laktat.
Namun, maha besar Allah selalu ada upaya homeostasis untuk
melindungi terlebih dahulu organ yang dianggap penting yaitu
otak dan jantung, dengan cara vasokonstriksi dan mengorbankan
perfusi di ginjal, otot, usus, dan kulit.
Kasus kematian pada syok hemoragik disebabkan sebagai hasil
dari pola perfusi dan hipoksia jaringan yang progresif juga karena
asidosis. Berbagai regimen yang kita kenal untuk penanganan
resusitasi cairan yaitu diantaranya adalah koloid, kristaloid, whole
blood dan komponen-komponen darah.
a. Cairan Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau
dextrosa, yang tidak mengandung molekul besar. Dalam waktu
yang singkat, kristaloid sebagian besar akan keluar dari
intravaskular . Sehingga volume yang diberikan harus lebih
banyak ( 3:1 dengan volume darah yang hilang). Ekspansi cairan
dari ruang intravaskuler ke interstitial berlangsung selama 30-60
menit, dan akan keluar sebagai urin dalam 24-48 jam. Secara garis
besar kristaloid bertujuan untuk meningkatkan volume ekstrasel,
tanpa peningkatan volume intra sel. Meskipun banyak jenis cairan
kristaloid yang tersedia, namun NaCl 0,9% dan Ringer laktat
adalah pilihan pertama yang paling masuk akal.
NaCl 0,9%
Keuntungannya yaitu murah dan mudah didapat, cairan infus ini
juga kompatibel untuk dicampurkan dengan produk-produk darah
dan merupakan pilihan yang terbaik untuk resusitasi volume.
Kekurangannya. NaCl 0,9% dapat berkontribusi menyebabkan
asidosis hipercloremik ketika resusitasi cairan jumlah besar
diperlukan. (untuk menggantikan setiap liter volume darah, maka
kita membutuhkan sekitar 3 liter Nacl 0,9% ) jadi perbandingan
cairan ini dengan volume darah yang hilang adalah 3 : 1.
Ringer Laktat
Keuntungannya: murah dan mudah didapat, memiliki komposisi
isotonis yang lebih fisiologis dengan cairan tubuh, menghasilkan
pergantian elemen kalsium dan pottasium, ion sodium dan chlor
yang dihasilkan juga lebih fisiologis.
Kekurangannya: Relatif tidak kompatibel terhadap produk-produk
darah, kandungan Ca pada Ringer laktat dapat mengaktifasi
cascade koagulasi pada produk-produk darah, serta kandungan
laktat dalam infus ringer laktat ini juga dapat memperburuk
koreksi terhadap metabolik asidosis yang sedang berlangsung.
Dextrose atau glukosa
Tidak di indikasikan untuk pasien trauma karena memilki potensi
bahaya. Stress sebagai respon yang dipicu oleh trauma mayor atau
pembedahan sering menyebabkan kadar gula darah meningkat.
Pemberian dextrose secara cepat dalam jumlah banyak selama
resusitasi dapat menyebabkan diuresis osmotik dan menjadi faktor
perancu terhadap defisit intravaskular. Penggunaan dextrose dapat
menyebabkan hiperglikemi pada pasien trauma. Namun glukosa
dapat digunakan sebagai cairan maintainance selama fase post
resusitasi.
b. Cairan Koloid
Penggunaan cairan koloid intra vena pada penanganan trauma
masih kontroversi. Pada jaman perang dulu, koloid yang
digunakan hanyalah albumin dan plasma. Namun sekarang,
dikenal Dextran , haemacel, albumin, plasma dan darah. Koloid
mengandung molekul-molekul besar berfungsi seperti albumin
dalam plasma, tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu
paruh koloid intravaskuler 3-6 jam), sehingga volume yang
diberikan sama dengan volume darah. Kekurangan dari koloid
yaitu mahal.
Koloid mempunyai kelebihan yaitu dapat menggantikan dengan
cepat dan dengan volume cairan yang lebih sedikit,ekspansi
volume plasma lebih panjang, dan resiko edema pheripheral kecil.
Secara umum koloid dipergunakan untuk :
Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat
(syok hemoragik) sebelum transfusi tersedia
Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada
luka bakar.
2.4 Jenis- Jenis Cairan Infus
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi:
gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar,
syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada
pasien yang mengalami
gangguan hati
Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi
asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus
Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh
sentral pada anestesi
dengan isofluran
Mempunyai efek vasodilator
Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak
10 ml pada 1000 ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga
memperkecil risiko memperburuk
edema serebral.
KA-EN 1B
Indikasi:
Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum
diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai,
demam)
< 24 jam pasca operasi
Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV.
Kecepatan sebaiknya
300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-
anak
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak
diberikan lebih dari 100 ml/jam
KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
KA-EN MG3
Indikasi :
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium 20 mEq/L
Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan
400 kcal/L
KA-EN 4A
Indikasi :
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada
pasien dengan berbagai
o kadar konsentrasi kalium serum normal
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia
kurang 3 tahun
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga
meminimalkan risiko hipokalemia
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
Otsu-NS
Indikasi:
Untuk resusitasi
Kehilangan Na > Cl, misal diare
Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium
(asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka
bakar)
Otsu-RL
Indikasi:
Resusitasi
Suplai ion bikarbonat
Asidosis metabolik
MARTOS-10
Indikasi:
Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita
diabetik
Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen
seperti tumor, infeksi berat, stres
berat dan defisiensi protein
Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
Mengandung 400 kcal/L
AMIPAREN
Indikasi:
Stres metabolik berat
Luka bakar
Infeksi berat
Kwasiokor
Pasca operasi
Total Parenteral Nutrition
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
AMINOVEL-600
Indikasi:
Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
Penderita GI yang dipuasakan
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar,
trauma dan pasca operasi)
Stres metabolik sedang
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
PAN-AMIN G
Indikasi:
Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik
ringan
Nitrisi dini pasca operasi
Tifoid


CAIRAN INFUS
A. Pengertian
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan
cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan
bantuan perangkat infus.
B. Tujuan Komposisi Cairan Infus
Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makanan.
C. Berbagai Regimen Infus
Pada pasien trauma akibat kecelakaan lalu lintas atau karena
sebab lainnya, kita sering menjumpai keadaan syok hipovolemik
alias suatu kondisi dimana terjadi kehilangan cairan darah dengan
cepat dalam jumlah yang cukup banyak sehingga komponen darah
yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke organ organ tidak
lagi adekuat, menyebabkan gangguan perfusi pada jaringan dan
berkontribusi terhadap metabolisme anaerob dan akumulasi asam
laktat.
Namun, maha besar Allah selalu ada upaya homeostasis untuk
melindungi terlebih dahulu organ yang dianggap penting yaitu
otak dan jantung, dengan cara vasokonstriksi dan mengorbankan
perfusi di ginjal, otot, usus, dan kulit.
Kasus kematian pada syok hemoragik disebabkan sebagai hasil
dari pola perfusi dan hipoksia jaringan yang progresif juga karena
asidosis. Berbagai regimen yang kita kenal untuk penanganan
resusitasi cairan yaitu diantaranya adalah koloid, kristaloid, whole
blood dan komponen-komponen darah.
a. Cairan Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau
dextrosa, yang tidak mengandung molekul besar. Dalam waktu
yang singkat, kristaloid sebagian besar akan keluar dari
intravaskular . Sehingga volume yang diberikan harus lebih
banyak ( 3:1 dengan volume darah yang hilang). Ekspansi cairan
dari ruang intravaskuler ke interstitial berlangsung selama 30-60
menit, dan akan keluar sebagai urin dalam 24-48 jam. Secara garis
besar kristaloid bertujuan untuk meningkatkan volume ekstrasel,
tanpa peningkatan volume intra sel. Meskipun banyak jenis cairan
kristaloid yang tersedia, namun NaCl 0,9% dan Ringer laktat
adalah pilihan pertama yang paling masuk akal.
NaCl 0,9%
Keuntungannya yaitu murah dan mudah didapat, cairan infus ini
juga kompatibel untuk dicampurkan dengan produk-produk darah
dan merupakan pilihan yang terbaik untuk resusitasi volume.
Kekurangannya. NaCl 0,9% dapat berkontribusi menyebabkan
asidosis hipercloremik ketika resusitasi cairan jumlah besar
diperlukan. (untuk menggantikan setiap liter volume darah, maka
kita membutuhkan sekitar 3 liter Nacl 0,9% ) jadi perbandingan
cairan ini dengan volume darah yang hilang adalah 3 : 1.
Ringer Laktat
Keuntungannya: murah dan mudah didapat, memiliki komposisi
isotonis yang lebih fisiologis dengan cairan tubuh, menghasilkan
pergantian elemen kalsium dan pottasium, ion sodium dan chlor
yang dihasilkan juga lebih fisiologis.
Kekurangannya: Relatif tidak kompatibel terhadap produk-produk
darah, kandungan Ca pada Ringer laktat dapat mengaktifasi
cascade koagulasi pada produk-produk darah, serta kandungan
laktat dalam infus ringer laktat ini juga dapat memperburuk
koreksi terhadap metabolik asidosis yang sedang berlangsung.
Dextrose atau glukosa
Tidak di indikasikan untuk pasien trauma karena memilki potensi
bahaya. Stress sebagai respon yang dipicu oleh trauma mayor atau
pembedahan sering menyebabkan kadar gula darah meningkat.
Pemberian dextrose secara cepat dalam jumlah banyak selama
resusitasi dapat menyebabkan diuresis osmotik dan menjadi faktor
perancu terhadap defisit intravaskular. Penggunaan dextrose dapat
menyebabkan hiperglikemi pada pasien trauma. Namun glukosa
dapat digunakan sebagai cairan maintainance selama fase post
resusitasi.
b. Cairan Koloid
Penggunaan cairan koloid intra vena pada penanganan trauma
masih kontroversi. Pada jaman perang dulu, koloid yang
digunakan hanyalah albumin dan plasma. Namun sekarang,
dikenal Dextran , haemacel, albumin, plasma dan darah. Koloid
mengandung molekul-molekul besar berfungsi seperti albumin
dalam plasma, tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu
paruh koloid intravaskuler 3-6 jam), sehingga volume yang
diberikan sama dengan volume darah. Kekurangan dari koloid
yaitu mahal.
Koloid mempunyai kelebihan yaitu dapat menggantikan dengan
cepat dan dengan volume cairan yang lebih sedikit,ekspansi
volume plasma lebih panjang, dan resiko edema pheripheral kecil.
Secara umum koloid dipergunakan untuk :
Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat
(syok hemoragik) sebelum transfusi tersedia
Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada
luka bakar.
2.4 Jenis- Jenis Cairan Infus
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi:
gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar,
syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada
pasien yang mengalami
gangguan hati
Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi
asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus
Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh
sentral pada anestesi
dengan isofluran
Mempunyai efek vasodilator
Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak
10 ml pada 1000 ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga
memperkecil risiko memperburuk
edema serebral.
KA-EN 1B
Indikasi:
Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum
diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai,
demam)
< 24 jam pasca operasi
Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV.
Kecepatan sebaiknya
300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-
anak
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak
diberikan lebih dari 100 ml/jam
KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
KA-EN MG3
Indikasi :
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium 20 mEq/L
Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan
400 kcal/L
KA-EN 4A
Indikasi :
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada
pasien dengan berbagai
o kadar konsentrasi kalium serum normal
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia
kurang 3 tahun
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga
meminimalkan risiko hipokalemia
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
Otsu-NS
Indikasi:
Untuk resusitasi
Kehilangan Na > Cl, misal diare
Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium
(asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka
bakar)
Otsu-RL
Indikasi:
Resusitasi
Suplai ion bikarbonat
Asidosis metabolik
MARTOS-10
Indikasi:
Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita
diabetik
Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen
seperti tumor, infeksi berat, stres
berat dan defisiensi protein
Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
Mengandung 400 kcal/L
AMIPAREN
Indikasi:
Stres metabolik berat
Luka bakar
Infeksi berat
Kwasiokor
Pasca operasi
Total Parenteral Nutrition
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
AMINOVEL-600
Indikasi:
Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
Penderita GI yang dipuasakan
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar,
trauma dan pasca operasi)
Stres metabolik sedang
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
PAN-AMIN G
Indikasi:
Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik
ringan
Nitrisi dini pasca operasi
Tifoid


CAIRAN INFUS
A. Pengertian
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan
cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan
bantuan perangkat infus.
B. Tujuan Komposisi Cairan Infus
Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makanan.
C. Berbagai Regimen Infus
Pada pasien trauma akibat kecelakaan lalu lintas atau karena
sebab lainnya, kita sering menjumpai keadaan syok hipovolemik
alias suatu kondisi dimana terjadi kehilangan cairan darah dengan
cepat dalam jumlah yang cukup banyak sehingga komponen darah
yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke organ organ tidak
lagi adekuat, menyebabkan gangguan perfusi pada jaringan dan
berkontribusi terhadap metabolisme anaerob dan akumulasi asam
laktat.
Namun, maha besar Allah selalu ada upaya homeostasis untuk
melindungi terlebih dahulu organ yang dianggap penting yaitu
otak dan jantung, dengan cara vasokonstriksi dan mengorbankan
perfusi di ginjal, otot, usus, dan kulit.
Kasus kematian pada syok hemoragik disebabkan sebagai hasil
dari pola perfusi dan hipoksia jaringan yang progresif juga karena
asidosis. Berbagai regimen yang kita kenal untuk penanganan
resusitasi cairan yaitu diantaranya adalah koloid, kristaloid, whole
blood dan komponen-komponen darah.
a. Cairan Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau
dextrosa, yang tidak mengandung molekul besar. Dalam waktu
yang singkat, kristaloid sebagian besar akan keluar dari
intravaskular . Sehingga volume yang diberikan harus lebih
banyak ( 3:1 dengan volume darah yang hilang). Ekspansi cairan
dari ruang intravaskuler ke interstitial berlangsung selama 30-60
menit, dan akan keluar sebagai urin dalam 24-48 jam. Secara garis
besar kristaloid bertujuan untuk meningkatkan volume ekstrasel,
tanpa peningkatan volume intra sel. Meskipun banyak jenis cairan
kristaloid yang tersedia, namun NaCl 0,9% dan Ringer laktat
adalah pilihan pertama yang paling masuk akal.
NaCl 0,9%
Keuntungannya yaitu murah dan mudah didapat, cairan infus ini
juga kompatibel untuk dicampurkan dengan produk-produk darah
dan merupakan pilihan yang terbaik untuk resusitasi volume.
Kekurangannya. NaCl 0,9% dapat berkontribusi menyebabkan
asidosis hipercloremik ketika resusitasi cairan jumlah besar
diperlukan. (untuk menggantikan setiap liter volume darah, maka
kita membutuhkan sekitar 3 liter Nacl 0,9% ) jadi perbandingan
cairan ini dengan volume darah yang hilang adalah 3 : 1.
Ringer Laktat
Keuntungannya: murah dan mudah didapat, memiliki komposisi
isotonis yang lebih fisiologis dengan cairan tubuh, menghasilkan
pergantian elemen kalsium dan pottasium, ion sodium dan chlor
yang dihasilkan juga lebih fisiologis.
Kekurangannya: Relatif tidak kompatibel terhadap produk-produk
darah, kandungan Ca pada Ringer laktat dapat mengaktifasi
cascade koagulasi pada produk-produk darah, serta kandungan
laktat dalam infus ringer laktat ini juga dapat memperburuk
koreksi terhadap metabolik asidosis yang sedang berlangsung.
Dextrose atau glukosa
Tidak di indikasikan untuk pasien trauma karena memilki potensi
bahaya. Stress sebagai respon yang dipicu oleh trauma mayor atau
pembedahan sering menyebabkan kadar gula darah meningkat.
Pemberian dextrose secara cepat dalam jumlah banyak selama
resusitasi dapat menyebabkan diuresis osmotik dan menjadi faktor
perancu terhadap defisit intravaskular. Penggunaan dextrose dapat
menyebabkan hiperglikemi pada pasien trauma. Namun glukosa
dapat digunakan sebagai cairan maintainance selama fase post
resusitasi.
b. Cairan Koloid
Penggunaan cairan koloid intra vena pada penanganan trauma
masih kontroversi. Pada jaman perang dulu, koloid yang
digunakan hanyalah albumin dan plasma. Namun sekarang,
dikenal Dextran , haemacel, albumin, plasma dan darah. Koloid
mengandung molekul-molekul besar berfungsi seperti albumin
dalam plasma, tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu
paruh koloid intravaskuler 3-6 jam), sehingga volume yang
diberikan sama dengan volume darah. Kekurangan dari koloid
yaitu mahal.
Koloid mempunyai kelebihan yaitu dapat menggantikan dengan
cepat dan dengan volume cairan yang lebih sedikit,ekspansi
volume plasma lebih panjang, dan resiko edema pheripheral kecil.
Secara umum koloid dipergunakan untuk :
Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat
(syok hemoragik) sebelum transfusi tersedia
Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada
luka bakar.
2.4 Jenis- Jenis Cairan Infus
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi:
gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar,
syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada
pasien yang mengalami
gangguan hati
Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi
asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus
Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh
sentral pada anestesi
dengan isofluran
Mempunyai efek vasodilator
Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak
10 ml pada 1000 ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga
memperkecil risiko memperburuk
edema serebral.
KA-EN 1B
Indikasi:
Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum
diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai,
demam)
< 24 jam pasca operasi
Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV.
Kecepatan sebaiknya
300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-
anak
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak
diberikan lebih dari 100 ml/jam
KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
KA-EN MG3
Indikasi :
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium 20 mEq/L
Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan
400 kcal/L
KA-EN 4A
Indikasi :
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada
pasien dengan berbagai
o kadar konsentrasi kalium serum normal
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia
kurang 3 tahun
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga
meminimalkan risiko hipokalemia
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
Otsu-NS
Indikasi:
Untuk resusitasi
Kehilangan Na > Cl, misal diare
Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium
(asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka
bakar)
Otsu-RL
Indikasi:
Resusitasi
Suplai ion bikarbonat
Asidosis metabolik
MARTOS-10
Indikasi:
Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita
diabetik
Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen
seperti tumor, infeksi berat, stres
berat dan defisiensi protein
Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
Mengandung 400 kcal/L
AMIPAREN
Indikasi:
Stres metabolik berat
Luka bakar
Infeksi berat
Kwasiokor
Pasca operasi
Total Parenteral Nutrition
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
AMINOVEL-600
Indikasi:
Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
Penderita GI yang dipuasakan
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar,
trauma dan pasca operasi)
Stres metabolik sedang
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
PAN-AMIN G
Indikasi:
Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik
ringan
Nitrisi dini pasca operasi
Tifoid



CAIRAN INFUS
A. Pengertian
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan
cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan
bantuan perangkat infus.
B. Tujuan Komposisi Cairan Infus
Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makanan.
C. Berbagai Regimen Infus
Pada pasien trauma akibat kecelakaan lalu lintas atau karena
sebab lainnya, kita sering menjumpai keadaan syok hipovolemik
alias suatu kondisi dimana terjadi kehilangan cairan darah dengan
cepat dalam jumlah yang cukup banyak sehingga komponen darah
yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke organ organ tidak
lagi adekuat, menyebabkan gangguan perfusi pada jaringan dan
berkontribusi terhadap metabolisme anaerob dan akumulasi asam
laktat.
Namun, maha besar Allah selalu ada upaya homeostasis untuk
melindungi terlebih dahulu organ yang dianggap penting yaitu
otak dan jantung, dengan cara vasokonstriksi dan mengorbankan
perfusi di ginjal, otot, usus, dan kulit.
Kasus kematian pada syok hemoragik disebabkan sebagai hasil
dari pola perfusi dan hipoksia jaringan yang progresif juga karena
asidosis. Berbagai regimen yang kita kenal untuk penanganan
resusitasi cairan yaitu diantaranya adalah koloid, kristaloid, whole
blood dan komponen-komponen darah.
a. Cairan Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau
dextrosa, yang tidak mengandung molekul besar. Dalam waktu
yang singkat, kristaloid sebagian besar akan keluar dari
intravaskular . Sehingga volume yang diberikan harus lebih
banyak ( 3:1 dengan volume darah yang hilang). Ekspansi cairan
dari ruang intravaskuler ke interstitial berlangsung selama 30-60
menit, dan akan keluar sebagai urin dalam 24-48 jam. Secara garis
besar kristaloid bertujuan untuk meningkatkan volume ekstrasel,
tanpa peningkatan volume intra sel. Meskipun banyak jenis cairan
kristaloid yang tersedia, namun NaCl 0,9% dan Ringer laktat
adalah pilihan pertama yang paling masuk akal.
NaCl 0,9%
Keuntungannya yaitu murah dan mudah didapat, cairan infus ini
juga kompatibel untuk dicampurkan dengan produk-produk darah
dan merupakan pilihan yang terbaik untuk resusitasi volume.
Kekurangannya. NaCl 0,9% dapat berkontribusi menyebabkan
asidosis hipercloremik ketika resusitasi cairan jumlah besar
diperlukan. (untuk menggantikan setiap liter volume darah, maka
kita membutuhkan sekitar 3 liter Nacl 0,9% ) jadi perbandingan
cairan ini dengan volume darah yang hilang adalah 3 : 1.
Ringer Laktat
Keuntungannya: murah dan mudah didapat, memiliki komposisi
isotonis yang lebih fisiologis dengan cairan tubuh, menghasilkan
pergantian elemen kalsium dan pottasium, ion sodium dan chlor
yang dihasilkan juga lebih fisiologis.
Kekurangannya: Relatif tidak kompatibel terhadap produk-produk
darah, kandungan Ca pada Ringer laktat dapat mengaktifasi
cascade koagulasi pada produk-produk darah, serta kandungan
laktat dalam infus ringer laktat ini juga dapat memperburuk
koreksi terhadap metabolik asidosis yang sedang berlangsung.
Dextrose atau glukosa
Tidak di indikasikan untuk pasien trauma karena memilki potensi
bahaya. Stress sebagai respon yang dipicu oleh trauma mayor atau
pembedahan sering menyebabkan kadar gula darah meningkat.
Pemberian dextrose secara cepat dalam jumlah banyak selama
resusitasi dapat menyebabkan diuresis osmotik dan menjadi faktor
perancu terhadap defisit intravaskular. Penggunaan dextrose dapat
menyebabkan hiperglikemi pada pasien trauma. Namun glukosa
dapat digunakan sebagai cairan maintainance selama fase post
resusitasi.
b. Cairan Koloid
Penggunaan cairan koloid intra vena pada penanganan trauma
masih kontroversi. Pada jaman perang dulu, koloid yang
digunakan hanyalah albumin dan plasma. Namun sekarang,
dikenal Dextran , haemacel, albumin, plasma dan darah. Koloid
mengandung molekul-molekul besar berfungsi seperti albumin
dalam plasma, tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu
paruh koloid intravaskuler 3-6 jam), sehingga volume yang
diberikan sama dengan volume darah. Kekurangan dari koloid
yaitu mahal.
Koloid mempunyai kelebihan yaitu dapat menggantikan dengan
cepat dan dengan volume cairan yang lebih sedikit,ekspansi
volume plasma lebih panjang, dan resiko edema pheripheral kecil.
Secara umum koloid dipergunakan untuk :
Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat
(syok hemoragik) sebelum transfusi tersedia
Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada
luka bakar.
2.4 Jenis- Jenis Cairan Infus
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi:
gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar,
syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada
pasien yang mengalami
gangguan hati
Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi
asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus
Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh
sentral pada anestesi
dengan isofluran
Mempunyai efek vasodilator
Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak
10 ml pada 1000 ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga
memperkecil risiko memperburuk
edema serebral.
KA-EN 1B
Indikasi:
Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum
diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai,
demam)
< 24 jam pasca operasi
Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV.
Kecepatan sebaiknya
300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-
anak
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak
diberikan lebih dari 100 ml/jam
KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
KA-EN MG3
Indikasi :
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium 20 mEq/L
Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan
400 kcal/L
KA-EN 4A
Indikasi :
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada
pasien dengan berbagai
o kadar konsentrasi kalium serum normal
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia
kurang 3 tahun
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga
meminimalkan risiko hipokalemia
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
Otsu-NS
Indikasi:
Untuk resusitasi
Kehilangan Na > Cl, misal diare
Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium
(asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka
bakar)
Otsu-RL
Indikasi:
Resusitasi
Suplai ion bikarbonat
Asidosis metabolik
MARTOS-10
Indikasi:
Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita
diabetik
Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen
seperti tumor, infeksi berat, stres
berat dan defisiensi protein
Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
Mengandung 400 kcal/L
AMIPAREN
Indikasi:
Stres metabolik berat
Luka bakar
Infeksi berat
Kwasiokor
Pasca operasi
Total Parenteral Nutrition
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
AMINOVEL-600
Indikasi:
Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
Penderita GI yang dipuasakan
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar,
trauma dan pasca operasi)
Stres metabolik sedang
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
PAN-AMIN G
Indikasi:
Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik
ringan
Nitrisi dini pasca operasi
Tifoid

CAIRAN INFUS
A. Pengertian
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan
cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan
bantuan perangkat infus.
B. Tujuan Komposisi Cairan Infus
Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makanan.
C. Berbagai Regimen Infus
Pada pasien trauma akibat kecelakaan lalu lintas atau karena
sebab lainnya, kita sering menjumpai keadaan syok hipovolemik
alias suatu kondisi dimana terjadi kehilangan cairan darah dengan
cepat dalam jumlah yang cukup banyak sehingga komponen darah
yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke organ organ tidak
lagi adekuat, menyebabkan gangguan perfusi pada jaringan dan
berkontribusi terhadap metabolisme anaerob dan akumulasi asam
laktat.
Namun, maha besar Allah selalu ada upaya homeostasis untuk
melindungi terlebih dahulu organ yang dianggap penting yaitu
otak dan jantung, dengan cara vasokonstriksi dan mengorbankan
perfusi di ginjal, otot, usus, dan kulit.
Kasus kematian pada syok hemoragik disebabkan sebagai hasil
dari pola perfusi dan hipoksia jaringan yang progresif juga karena
asidosis. Berbagai regimen yang kita kenal untuk penanganan
resusitasi cairan yaitu diantaranya adalah koloid, kristaloid, whole
blood dan komponen-komponen darah.
a. Cairan Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau
dextrosa, yang tidak mengandung molekul besar. Dalam waktu
yang singkat, kristaloid sebagian besar akan keluar dari
intravaskular . Sehingga volume yang diberikan harus lebih
banyak ( 3:1 dengan volume darah yang hilang). Ekspansi cairan
dari ruang intravaskuler ke interstitial berlangsung selama 30-60
menit, dan akan keluar sebagai urin dalam 24-48 jam. Secara garis
besar kristaloid bertujuan untuk meningkatkan volume ekstrasel,
tanpa peningkatan volume intra sel. Meskipun banyak jenis cairan
kristaloid yang tersedia, namun NaCl 0,9% dan Ringer laktat
adalah pilihan pertama yang paling masuk akal.
NaCl 0,9%
Keuntungannya yaitu murah dan mudah didapat, cairan infus ini
juga kompatibel untuk dicampurkan dengan produk-produk darah
dan merupakan pilihan yang terbaik untuk resusitasi volume.
Kekurangannya. NaCl 0,9% dapat berkontribusi menyebabkan
asidosis hipercloremik ketika resusitasi cairan jumlah besar
diperlukan. (untuk menggantikan setiap liter volume darah, maka
kita membutuhkan sekitar 3 liter Nacl 0,9% ) jadi perbandingan
cairan ini dengan volume darah yang hilang adalah 3 : 1.
Ringer Laktat
Keuntungannya: murah dan mudah didapat, memiliki komposisi
isotonis yang lebih fisiologis dengan cairan tubuh, menghasilkan
pergantian elemen kalsium dan pottasium, ion sodium dan chlor
yang dihasilkan juga lebih fisiologis.
Kekurangannya: Relatif tidak kompatibel terhadap produk-produk
darah, kandungan Ca pada Ringer laktat dapat mengaktifasi
cascade koagulasi pada produk-produk darah, serta kandungan
laktat dalam infus ringer laktat ini juga dapat memperburuk
koreksi terhadap metabolik asidosis yang sedang berlangsung.
Dextrose atau glukosa
Tidak di indikasikan untuk pasien trauma karena memilki potensi
bahaya. Stress sebagai respon yang dipicu oleh trauma mayor atau
pembedahan sering menyebabkan kadar gula darah meningkat.
Pemberian dextrose secara cepat dalam jumlah banyak selama
resusitasi dapat menyebabkan diuresis osmotik dan menjadi faktor
perancu terhadap defisit intravaskular. Penggunaan dextrose dapat
menyebabkan hiperglikemi pada pasien trauma. Namun glukosa
dapat digunakan sebagai cairan maintainance selama fase post
resusitasi.
b. Cairan Koloid
Penggunaan cairan koloid intra vena pada penanganan trauma
masih kontroversi. Pada jaman perang dulu, koloid yang
digunakan hanyalah albumin dan plasma. Namun sekarang,
dikenal Dextran , haemacel, albumin, plasma dan darah. Koloid
mengandung molekul-molekul besar berfungsi seperti albumin
dalam plasma, tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu
paruh koloid intravaskuler 3-6 jam), sehingga volume yang
diberikan sama dengan volume darah. Kekurangan dari koloid
yaitu mahal.
Koloid mempunyai kelebihan yaitu dapat menggantikan dengan
cepat dan dengan volume cairan yang lebih sedikit,ekspansi
volume plasma lebih panjang, dan resiko edema pheripheral kecil.
Secara umum koloid dipergunakan untuk :
Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat
(syok hemoragik) sebelum transfusi tersedia
Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada
luka bakar.
2.4 Jenis- Jenis Cairan Infus
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi:
gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar,
syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada
pasien yang mengalami
gangguan hati
Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi
asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus
Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh
sentral pada anestesi
dengan isofluran
Mempunyai efek vasodilator
Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak
10 ml pada 1000 ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga
memperkecil risiko memperburuk
edema serebral.
KA-EN 1B
Indikasi:
Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum
diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai,
demam)
< 24 jam pasca operasi
Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV.
Kecepatan sebaiknya
300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-
anak
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak
diberikan lebih dari 100 ml/jam
KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
KA-EN MG3
Indikasi :
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium 20 mEq/L
Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan
400 kcal/L
KA-EN 4A
Indikasi :
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada
pasien dengan berbagai
o kadar konsentrasi kalium serum normal
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia
kurang 3 tahun
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga
meminimalkan risiko hipokalemia
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
Otsu-NS
Indikasi:
Untuk resusitasi
Kehilangan Na > Cl, misal diare
Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium
(asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka
bakar)
Otsu-RL
Indikasi:
Resusitasi
Suplai ion bikarbonat
Asidosis metabolik
MARTOS-10
Indikasi:
Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita
diabetik
Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen
seperti tumor, infeksi berat, stres
berat dan defisiensi protein
Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
Mengandung 400 kcal/L
AMIPAREN
Indikasi:
Stres metabolik berat
Luka bakar
Infeksi berat
Kwasiokor
Pasca operasi
Total Parenteral Nutrition
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
AMINOVEL-600
Indikasi:
Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
Penderita GI yang dipuasakan
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar,
trauma dan pasca operasi)
Stres metabolik sedang
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
PAN-AMIN G
Indikasi:
Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik
ringan
Nitrisi dini pasca operasi
Tifoid


CAIRAN INFUS
A. Pengertian
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan
cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan
bantuan perangkat infus.
B. Tujuan Komposisi Cairan Infus
Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makanan.
C. Berbagai Regimen Infus
Pada pasien trauma akibat kecelakaan lalu lintas atau karena
sebab lainnya, kita sering menjumpai keadaan syok hipovolemik
alias suatu kondisi dimana terjadi kehilangan cairan darah dengan
cepat dalam jumlah yang cukup banyak sehingga komponen darah
yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke organ organ tidak
lagi adekuat, menyebabkan gangguan perfusi pada jaringan dan
berkontribusi terhadap metabolisme anaerob dan akumulasi asam
laktat.
Namun, maha besar Allah selalu ada upaya homeostasis untuk
melindungi terlebih dahulu organ yang dianggap penting yaitu
otak dan jantung, dengan cara vasokonstriksi dan mengorbankan
perfusi di ginjal, otot, usus, dan kulit.
Kasus kematian pada syok hemoragik disebabkan sebagai hasil
dari pola perfusi dan hipoksia jaringan yang progresif juga karena
asidosis. Berbagai regimen yang kita kenal untuk penanganan
resusitasi cairan yaitu diantaranya adalah koloid, kristaloid, whole
blood dan komponen-komponen darah.
a. Cairan Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau
dextrosa, yang tidak mengandung molekul besar. Dalam waktu
yang singkat, kristaloid sebagian besar akan keluar dari
intravaskular . Sehingga volume yang diberikan harus lebih
banyak ( 3:1 dengan volume darah yang hilang). Ekspansi cairan
dari ruang intravaskuler ke interstitial berlangsung selama 30-60
menit, dan akan keluar sebagai urin dalam 24-48 jam. Secara garis
besar kristaloid bertujuan untuk meningkatkan volume ekstrasel,
tanpa peningkatan volume intra sel. Meskipun banyak jenis cairan
kristaloid yang tersedia, namun NaCl 0,9% dan Ringer laktat
adalah pilihan pertama yang paling masuk akal.
NaCl 0,9%
Keuntungannya yaitu murah dan mudah didapat, cairan infus ini
juga kompatibel untuk dicampurkan dengan produk-produk darah
dan merupakan pilihan yang terbaik untuk resusitasi volume.
Kekurangannya. NaCl 0,9% dapat berkontribusi menyebabkan
asidosis hipercloremik ketika resusitasi cairan jumlah besar
diperlukan. (untuk menggantikan setiap liter volume darah, maka
kita membutuhkan sekitar 3 liter Nacl 0,9% ) jadi perbandingan
cairan ini dengan volume darah yang hilang adalah 3 : 1.
Ringer Laktat
Keuntungannya: murah dan mudah didapat, memiliki komposisi
isotonis yang lebih fisiologis dengan cairan tubuh, menghasilkan
pergantian elemen kalsium dan pottasium, ion sodium dan chlor
yang dihasilkan juga lebih fisiologis.
Kekurangannya: Relatif tidak kompatibel terhadap produk-produk
darah, kandungan Ca pada Ringer laktat dapat mengaktifasi
cascade koagulasi pada produk-produk darah, serta kandungan
laktat dalam infus ringer laktat ini juga dapat memperburuk
koreksi terhadap metabolik asidosis yang sedang berlangsung.
Dextrose atau glukosa
Tidak di indikasikan untuk pasien trauma karena memilki potensi
bahaya. Stress sebagai respon yang dipicu oleh trauma mayor atau
pembedahan sering menyebabkan kadar gula darah meningkat.
Pemberian dextrose secara cepat dalam jumlah banyak selama
resusitasi dapat menyebabkan diuresis osmotik dan menjadi faktor
perancu terhadap defisit intravaskular. Penggunaan dextrose dapat
menyebabkan hiperglikemi pada pasien trauma. Namun glukosa
dapat digunakan sebagai cairan maintainance selama fase post
resusitasi.
b. Cairan Koloid
Penggunaan cairan koloid intra vena pada penanganan trauma
masih kontroversi. Pada jaman perang dulu, koloid yang
digunakan hanyalah albumin dan plasma. Namun sekarang,
dikenal Dextran , haemacel, albumin, plasma dan darah. Koloid
mengandung molekul-molekul besar berfungsi seperti albumin
dalam plasma, tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu
paruh koloid intravaskuler 3-6 jam), sehingga volume yang
diberikan sama dengan volume darah. Kekurangan dari koloid
yaitu mahal.
Koloid mempunyai kelebihan yaitu dapat menggantikan dengan
cepat dan dengan volume cairan yang lebih sedikit,ekspansi
volume plasma lebih panjang, dan resiko edema pheripheral kecil.
Secara umum koloid dipergunakan untuk :
Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat
(syok hemoragik) sebelum transfusi tersedia
Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada
luka bakar.
2.4 Jenis- Jenis Cairan Infus
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi:
gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar,
syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada
pasien yang mengalami
gangguan hati
Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi
asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus
Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh
sentral pada anestesi
dengan isofluran
Mempunyai efek vasodilator
Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak
10 ml pada 1000 ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga
memperkecil risiko memperburuk
edema serebral.
KA-EN 1B
Indikasi:
Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum
diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai,
demam)
< 24 jam pasca operasi
Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV.
Kecepatan sebaiknya
300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-
anak
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak
diberikan lebih dari 100 ml/jam
KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
KA-EN MG3
Indikasi :
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium 20 mEq/L
Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan
400 kcal/L
KA-EN 4A
Indikasi :
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada
pasien dengan berbagai
o kadar konsentrasi kalium serum normal
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia
kurang 3 tahun
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga
meminimalkan risiko hipokalemia
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
Otsu-NS
Indikasi:
Untuk resusitasi
Kehilangan Na > Cl, misal diare
Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium
(asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka
bakar)
Otsu-RL
Indikasi:
Resusitasi
Suplai ion bikarbonat
Asidosis metabolik
MARTOS-10
Indikasi:
Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita
diabetik
Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen
seperti tumor, infeksi berat, stres
berat dan defisiensi protein
Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
Mengandung 400 kcal/L
AMIPAREN
Indikasi:
Stres metabolik berat
Luka bakar
Infeksi berat
Kwasiokor
Pasca operasi
Total Parenteral Nutrition
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
AMINOVEL-600
Indikasi:
Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
Penderita GI yang dipuasakan
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar,
trauma dan pasca operasi)
Stres metabolik sedang
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
PAN-AMIN G
Indikasi:
Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik
ringan
Nitrisi dini pasca operasi
Tifoid

CAIRAN INFUS
A. Pengertian
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan
cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan
bantuan perangkat infus.
B. Tujuan Komposisi Cairan Infus
Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makanan.
C. Berbagai Regimen Infus
Pada pasien trauma akibat kecelakaan lalu lintas atau karena
sebab lainnya, kita sering menjumpai keadaan syok hipovolemik
alias suatu kondisi dimana terjadi kehilangan cairan darah dengan
cepat dalam jumlah yang cukup banyak sehingga komponen darah
yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke organ organ tidak
lagi adekuat, menyebabkan gangguan perfusi pada jaringan dan
berkontribusi terhadap metabolisme anaerob dan akumulasi asam
laktat.
Namun, maha besar Allah selalu ada upaya homeostasis untuk
melindungi terlebih dahulu organ yang dianggap penting yaitu
otak dan jantung, dengan cara vasokonstriksi dan mengorbankan
perfusi di ginjal, otot, usus, dan kulit.
Kasus kematian pada syok hemoragik disebabkan sebagai hasil
dari pola perfusi dan hipoksia jaringan yang progresif juga karena
asidosis. Berbagai regimen yang kita kenal untuk penanganan
resusitasi cairan yaitu diantaranya adalah koloid, kristaloid, whole
blood dan komponen-komponen darah.
a. Cairan Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau
dextrosa, yang tidak mengandung molekul besar. Dalam waktu
yang singkat, kristaloid sebagian besar akan keluar dari
intravaskular . Sehingga volume yang diberikan harus lebih
banyak ( 3:1 dengan volume darah yang hilang). Ekspansi cairan
dari ruang intravaskuler ke interstitial berlangsung selama 30-60
menit, dan akan keluar sebagai urin dalam 24-48 jam. Secara garis
besar kristaloid bertujuan untuk meningkatkan volume ekstrasel,
tanpa peningkatan volume intra sel. Meskipun banyak jenis cairan
kristaloid yang tersedia, namun NaCl 0,9% dan Ringer laktat
adalah pilihan pertama yang paling masuk akal.
NaCl 0,9%
Keuntungannya yaitu murah dan mudah didapat, cairan infus ini
juga kompatibel untuk dicampurkan dengan produk-produk darah
dan merupakan pilihan yang terbaik untuk resusitasi volume.
Kekurangannya. NaCl 0,9% dapat berkontribusi menyebabkan
asidosis hipercloremik ketika resusitasi cairan jumlah besar
diperlukan. (untuk menggantikan setiap liter volume darah, maka
kita membutuhkan sekitar 3 liter Nacl 0,9% ) jadi perbandingan
cairan ini dengan volume darah yang hilang adalah 3 : 1.
Ringer Laktat
Keuntungannya: murah dan mudah didapat, memiliki komposisi
isotonis yang lebih fisiologis dengan cairan tubuh, menghasilkan
pergantian elemen kalsium dan pottasium, ion sodium dan chlor
yang dihasilkan juga lebih fisiologis.
Kekurangannya: Relatif tidak kompatibel terhadap produk-produk
darah, kandungan Ca pada Ringer laktat dapat mengaktifasi
cascade koagulasi pada produk-produk darah, serta kandungan
laktat dalam infus ringer laktat ini juga dapat memperburuk
koreksi terhadap metabolik asidosis yang sedang berlangsung.
Dextrose atau glukosa
Tidak di indikasikan untuk pasien trauma karena memilki potensi
bahaya. Stress sebagai respon yang dipicu oleh trauma mayor atau
pembedahan sering menyebabkan kadar gula darah meningkat.
Pemberian dextrose secara cepat dalam jumlah banyak selama
resusitasi dapat menyebabkan diuresis osmotik dan menjadi faktor
perancu terhadap defisit intravaskular. Penggunaan dextrose dapat
menyebabkan hiperglikemi pada pasien trauma. Namun glukosa
dapat digunakan sebagai cairan maintainance selama fase post
resusitasi.
b. Cairan Koloid
Penggunaan cairan koloid intra vena pada penanganan trauma
masih kontroversi. Pada jaman perang dulu, koloid yang
digunakan hanyalah albumin dan plasma. Namun sekarang,
dikenal Dextran , haemacel, albumin, plasma dan darah. Koloid
mengandung molekul-molekul besar berfungsi seperti albumin
dalam plasma, tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu
paruh koloid intravaskuler 3-6 jam), sehingga volume yang
diberikan sama dengan volume darah. Kekurangan dari koloid
yaitu mahal.
Koloid mempunyai kelebihan yaitu dapat menggantikan dengan
cepat dan dengan volume cairan yang lebih sedikit,ekspansi
volume plasma lebih panjang, dan resiko edema pheripheral kecil.
Secara umum koloid dipergunakan untuk :
Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat
(syok hemoragik) sebelum transfusi tersedia
Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada
luka bakar.
2.4 Jenis- Jenis Cairan Infus
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi:
gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar,
syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada
pasien yang mengalami
gangguan hati
Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi
asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus
Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh
sentral pada anestesi
dengan isofluran
Mempunyai efek vasodilator
Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak
10 ml pada 1000 ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga
memperkecil risiko memperburuk
edema serebral.
KA-EN 1B
Indikasi:
Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum
diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai,
demam)
< 24 jam pasca operasi
Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV.
Kecepatan sebaiknya
300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-
anak
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak
diberikan lebih dari 100 ml/jam
KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
KA-EN MG3
Indikasi :
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium 20 mEq/L
Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan
400 kcal/L
KA-EN 4A
Indikasi :
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada
pasien dengan berbagai
o kadar konsentrasi kalium serum normal
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia
kurang 3 tahun
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga
meminimalkan risiko hipokalemia
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
Otsu-NS
Indikasi:
Untuk resusitasi
Kehilangan Na > Cl, misal diare
Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium
(asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka
bakar)
Otsu-RL
Indikasi:
Resusitasi
Suplai ion bikarbonat
Asidosis metabolik
MARTOS-10
Indikasi:
Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita
diabetik
Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen
seperti tumor, infeksi berat, stres
berat dan defisiensi protein
Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
Mengandung 400 kcal/L
AMIPAREN
Indikasi:
Stres metabolik berat
Luka bakar
Infeksi berat
Kwasiokor
Pasca operasi
Total Parenteral Nutrition
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
AMINOVEL-600
Indikasi:
Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
Penderita GI yang dipuasakan
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar,
trauma dan pasca operasi)
Stres metabolik sedang
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
PAN-AMIN G
Indikasi:
Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik
ringan
Nitrisi dini pasca operasi
Tifoid
CAIRAN INFUS
A. Pengertian
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan
cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan
bantuan perangkat infus.
B. Tujuan Komposisi Cairan Infus
Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makanan.
C. Berbagai Regimen Infus
Pada pasien trauma akibat kecelakaan lalu lintas atau karena
sebab lainnya, kita sering menjumpai keadaan syok hipovolemik
alias suatu kondisi dimana terjadi kehilangan cairan darah dengan
cepat dalam jumlah yang cukup banyak sehingga komponen darah
yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke organ organ tidak
lagi adekuat, menyebabkan gangguan perfusi pada jaringan dan
berkontribusi terhadap metabolisme anaerob dan akumulasi asam
laktat.
Namun, maha besar Allah selalu ada upaya homeostasis untuk
melindungi terlebih dahulu organ yang dianggap penting yaitu
otak dan jantung, dengan cara vasokonstriksi dan mengorbankan
perfusi di ginjal, otot, usus, dan kulit.
Kasus kematian pada syok hemoragik disebabkan sebagai hasil
dari pola perfusi dan hipoksia jaringan yang progresif juga karena
asidosis. Berbagai regimen yang kita kenal untuk penanganan
resusitasi cairan yaitu diantaranya adalah koloid, kristaloid, whole
blood dan komponen-komponen darah.
a. Cairan Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau
dextrosa, yang tidak mengandung molekul besar. Dalam waktu
yang singkat, kristaloid sebagian besar akan keluar dari
intravaskular . Sehingga volume yang diberikan harus lebih
banyak ( 3:1 dengan volume darah yang hilang). Ekspansi cairan
dari ruang intravaskuler ke interstitial berlangsung selama 30-60
menit, dan akan keluar sebagai urin dalam 24-48 jam. Secara garis
besar kristaloid bertujuan untuk meningkatkan volume ekstrasel,
tanpa peningkatan volume intra sel. Meskipun banyak jenis cairan
kristaloid yang tersedia, namun NaCl 0,9% dan Ringer laktat
adalah pilihan pertama yang paling masuk akal.
NaCl 0,9%
Keuntungannya yaitu murah dan mudah didapat, cairan infus ini
juga kompatibel untuk dicampurkan dengan produk-produk darah
dan merupakan pilihan yang terbaik untuk resusitasi volume.
Kekurangannya. NaCl 0,9% dapat berkontribusi menyebabkan
asidosis hipercloremik ketika resusitasi cairan jumlah besar
diperlukan. (untuk menggantikan setiap liter volume darah, maka
kita membutuhkan sekitar 3 liter Nacl 0,9% ) jadi perbandingan
cairan ini dengan volume darah yang hilang adalah 3 : 1.
Ringer Laktat
Keuntungannya: murah dan mudah didapat, memiliki komposisi
isotonis yang lebih fisiologis dengan cairan tubuh, menghasilkan
pergantian elemen kalsium dan pottasium, ion sodium dan chlor
yang dihasilkan juga lebih fisiologis.
Kekurangannya: Relatif tidak kompatibel terhadap produk-produk
darah, kandungan Ca pada Ringer laktat dapat mengaktifasi
cascade koagulasi pada produk-produk darah, serta kandungan
laktat dalam infus ringer laktat ini juga dapat memperburuk
koreksi terhadap metabolik asidosis yang sedang berlangsung.
Dextrose atau glukosa
Tidak di indikasikan untuk pasien trauma karena memilki potensi
bahaya. Stress sebagai respon yang dipicu oleh trauma mayor atau
pembedahan sering menyebabkan kadar gula darah meningkat.
Pemberian dextrose secara cepat dalam jumlah banyak selama
resusitasi dapat menyebabkan diuresis osmotik dan menjadi faktor
perancu terhadap defisit intravaskular. Penggunaan dextrose dapat
menyebabkan hiperglikemi pada pasien trauma. Namun glukosa
dapat digunakan sebagai cairan maintainance selama fase post
resusitasi.
b. Cairan Koloid
Penggunaan cairan koloid intra vena pada penanganan trauma
masih kontroversi. Pada jaman perang dulu, koloid yang
digunakan hanyalah albumin dan plasma. Namun sekarang,
dikenal Dextran , haemacel, albumin, plasma dan darah. Koloid
mengandung molekul-molekul besar berfungsi seperti albumin
dalam plasma, tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu
paruh koloid intravaskuler 3-6 jam), sehingga volume yang
diberikan sama dengan volume darah. Kekurangan dari koloid
yaitu mahal.
Koloid mempunyai kelebihan yaitu dapat menggantikan dengan
cepat dan dengan volume cairan yang lebih sedikit,ekspansi
volume plasma lebih panjang, dan resiko edema pheripheral kecil.
Secara umum koloid dipergunakan untuk :
Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat
(syok hemoragik) sebelum transfusi tersedia
Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada
luka bakar.
2.4 Jenis- Jenis Cairan Infus
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi:
gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar,
syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada
pasien yang mengalami
gangguan hati
Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi
asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus
Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh
sentral pada anestesi
dengan isofluran
Mempunyai efek vasodilator
Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak
10 ml pada 1000 ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga
memperkecil risiko memperburuk
edema serebral.
KA-EN 1B
Indikasi:
Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum
diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai,
demam)
< 24 jam pasca operasi
Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV.
Kecepatan sebaiknya
300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-
anak
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak
diberikan lebih dari 100 ml/jam
KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
KA-EN MG3
Indikasi :
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium 20 mEq/L
Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan
400 kcal/L
KA-EN 4A
Indikasi :
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada
pasien dengan berbagai
o kadar konsentrasi kalium serum normal
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia
kurang 3 tahun
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga
meminimalkan risiko hipokalemia
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
Otsu-NS
Indikasi:
Untuk resusitasi
Kehilangan Na > Cl, misal diare
Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium
(asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka
bakar)
Otsu-RL
Indikasi:
Resusitasi
Suplai ion bikarbonat
Asidosis metabolik
MARTOS-10
Indikasi:
Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita
diabetik
Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen
seperti tumor, infeksi berat, stres
berat dan defisiensi protein
Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
Mengandung 400 kcal/L
AMIPAREN
Indikasi:
Stres metabolik berat
Luka bakar
Infeksi berat
Kwasiokor
Pasca operasi
Total Parenteral Nutrition
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
AMINOVEL-600
Indikasi:
Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
Penderita GI yang dipuasakan
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar,
trauma dan pasca operasi)
Stres metabolik sedang
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
PAN-AMIN G
Indikasi:
Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik
ringan
Nitrisi dini pasca operasi
Tifoid

Anda mungkin juga menyukai