Perendangan atau sering disebut penyangraian adalah proses pemanasan kopi beras
pada suhu 200
o - 225 o C yang bertujuan untuk mendapatkan kopi rendang yang berwarna coklat kehitaman. Dalam proses penyangraian ini biji kopi akan mengalami dua tahap proses penting, yaitu penguapan air pada suhu 100 o C dan pirolisis pada suhu 180 o -225 o C.Pada tahap pirolisis, kopi mengalami perubahan-perubahan kimia antara lain penggarangan serat kasar, terbentuknya senyawa volatil, pengguapan zat-zat asam, dan terbentuknya zat beraroma khas kopi. Pada proses penyangraian, kopi juga akan mengalami perubahan-perubahan warna yaitu berturut-turut dari hijau atau coklat muda menjadi coklat kayu manis, kemudian menjadi hitam dengan permukaan berminyak.Bila kopi sudah berwarna kehitaman dan mudah pecah (retak) maka penyangraian segera dihentikan, kopi segera diangkat dan didinginkan. Penyangraian bisa dilakukan secara terbuka atau tertutup. Penyangraian secara tertutup banyak dilakukan oleh pabrik atau industri-industri pembuatan kopi bubuk untuk mempercepat proses penyangraian. Penyangraian secara tertutup akan menyebabkan kopi bubuk yang dihasilkan mempunyai rasa agak asam akibat tertahannya air dan beberapa jenis asam yang mudah menguap, tetapi aromanya akan lebih tajam karena senyawa kimia yang mempunyai aroma khas kopi tidak banyak yang menguap. Selain itu kopi akan terhindar dari pencemaran bau yang berasal dari luar seperti bau bahan bakar atau bau gas hasil pembakaran yang tidak sempurna. Penyangraian secara tradisional yang umumnya oleh petani dilakukan secara terbuka dengan menggunakan wajan terbuat dari tanah (kuali). Bila alat ini tidak ada bisa pula dilakukan dalam wajan yang terbuat dari besi//baja. Wajan dipanasi hingga cukup panas, kemudian kopi dimasukkan. Kopi harus selalu diaduk agar panas merata dan hasilnya seragam. Bila warna kopi sudah coklat kelam (kehitam-hitaman) dan mudah pecah, kopi segera diangkat dan didinginkan di tempat yang terbuka. Untuk mengetahui apakah kopi mudah pecah atau belum biasanya kopi dipencet dengan jari atau digigit atau dipukul pelan- pelan dengan menggunakan batu (muntu). Penyangraian kopi oleh pedagang atau pabrik biasanya dilakukan secara tertutup dengan menggunakan mesin-mesin yang harganya cukup mahal seperti batch roaster, sehingga sering tidak terjangkau oleh industri kecil yang modalnya terbatas. Kini, BPP Bogor telah berhasil merancang mesin penyangrai sederhana dengan kapasitas + 15 kg kopi beras yang harganya cukup murah. Mesin ini mempunyai prinsip hampir sama dengan mesin yang digunakan oleh pabrik sehingga bisa menghasilkan kopi bubuk yang tidak kalah mutunya.
Proses pembuatan kopi instant 1. Penyangraian (roasting) Penyangraian merupakan proses yang tergantung waktu dan temperatur, dimana senyawa- senyawa kimiawi dalam kopi akan berubah dengan hilangnya massa kering kopi yang sebagian besar adalah karbondioksida dan gas-gas volatile lainnya sebagai produk dari pirolisis. Sekitar setengah dari karbondioksida yang dihasilkan akan tertahan dalam kopi yang telah disangrai bersama-sama dengan senyawa flavor penting yang bersifat volatile. Roasting biasanya dilakukan pada tekanan atmosfer, sebagai media pemanas biasanya digunakan udara panas atau gas-gas hasil pembakaran. Setelah perlakuan pendahuluan untuk menghilangkan kandungan air, roasting biasanya dimulai pada suhu 200C(Clarke,1985).Waktu penyangraian yang baik untuk pembuatan kopi sekitar 30 menit, diluar jangka waktu itu akan didapatkan flavor yang tidak diinginkan. Perubahan fisik biji kopi selama penyangraian juga penting secara teknis. Secara teknis mesin roasting haruslah dapat mengatur kontrol suhu yang diperlukan, perataan panas untuk semua bahan, serta dapat tahan panas. Pada industri kopi ini mesin juga biasanya berukuran besar untuk memenuhi kapasitas produksi. Kapasitas mesin roasting berkisar dari 1-100 kg dengan proses yang dilakukan. Serta keperluan listriknya dari 50-750 watt atau 220-1200 volt. Proses penyangraian ini kemudian diikuti dengan pendinginan secara mendadak dengan menambahkan sedikit air. Penambahan air berfungsi untuk meningkatkan keseragaman ukuran partikel kopi pada proses grinding (Clarke, 1987). Proses pendinginan yang lainnya adalah pendinginan melalui aliran udara yang dialirkan dengan menggunakan kompressor. Kandungan kadar air kopi setelah proses roasting umumnya antara 2-5 %. Menurut Varnam dan Sutherland (1994) : ligh roast menghilangkan 3-5% kadar air:medium roast, 5-8 % dan dark roast 8-14%.Setelah proses sangrai selesai, biji kopi harus segera didinginkan di dalam bak pendingin. Pendinginan yang kurang cepat dapat menyebabkan proses penyangraian berlanjut dan biji kopi menjadi gosong ( over roasted ). Pendiginan dilakukan dengan melewatkan udara lingkungan dengan laju aliran 600 m3 per jam ke dalam massa biji kopi. Selama pendinginan biji kopi diaduk secara manual agar proses pendinginan lebih cepat dan merata. Selain itu, proses ini juga berfungsi untuk memisahkan sisa kulit ari yang terlepas dari biji kopi saat proses sangrai. Biji kopi sangrai dihaluskan dengan mesin penghalus sampai diperoleh butiran kopi bubuk dengan ukuran tertentu. Butiran kopi bubuk mempunyai luas permukaan yang relatif besar dibandingkan jika dalam keadaan utuh. Dengan demikian, senyawa pembentuk citarasa dan senyawa penyegar mudah larut ke dalam air penyeduh. Salah satu perubahan kimiawi biji kopi selama penyangraian dapat dimonitor dengan perubahan nilai pH. Biji kopi secara alami mengandung berbagai jenis senyawa volatil seperti aldehida,furfural, keton, alkohol, ester, asam format, dan asam asetat yang mempunyai sifat mudah menguap. 2.Penggilingan (grinding) Proses selanjutnya dalam pembuatan kopi instant adalah grinding, proses ini bertujuan mengecilkan ukuran kopi serta meluaskan area permukaan kopi tersebut agar mudah dalam pencampuran bahan. Proses ini termasuk dalam proses size reduction yang menggunakan mesin grinder. Mesin penggiling kopi merupakan mesin yang akan menghancurkan biji kopi menjadi dalam bentuk bubuk. Biasanya mesin penggiling kopi ini dibedakan oleh jenis grinder yang digunakan pada penggiling kopi tersebut. Grinder kopi komersial didominasi oleh pisau dengan sistem flat burr, dua logam berbentuk lingkaran yang atasnya berbentuk gerigi sebagai mata pisaunya. Mesin penggiling mempunyai fungsi dalam memperkecil bidang padatan agar sesuai dengan peruntukan dalam proses berikutnya. Seperti yang disebutkan di atas, mesin yang sesuai untuk bahan seperti kopi ini adalah hammer mill yang penggilingnya menggunakan roda berpalu sehingga dapat menghancurkan biji kopi dengan mudah, untuk bubuk kopi biasanya hanya memerlukan 75 mesh. 3. Pencampuran bahan (blending) Pada tahap blending, bubuk kopi yang sudah jadi dicampurkan dengan bahan-bahan tambahan untuk membuat kopi menjadi nikmat. Bahan campuran lain dapat disesuaikan untuk jenis kopi yang ingin diproduksi baik itu espresso, capucino, moccacino, coffemix dan lain sebagainya. Bahan dasarnya yang sudah pasti adalah air, gula dan bubuk kopi itu sendiri. Pada proses ini sama saja seperti menyeduh kopi bubuk, hanya saja dalam keperluan industri kopi instan, seduhan kopi ini dibutuhkan untuk keringkan lagi menjadi serbuk-serbuk kecil.Untuk pembuatan kopi konvensional mesin pencampur kopi ini hanya berukuran kecil beda halnya dengan pada industri kopi instan yang memerlukan kapasitas yang besar. Mesin blending ini juga harus dapat mengatur suhu dan adanya busa yang akan terjadi pada reaksi yang terjadi pada saat pencampuran. 4. Ekstraksi Proses ekstraksi untuk pembuatan kopi instan digunakan percolator (penyaring kopi) dan alat sentrifuge untuk mengepres sisa ampas. Proses ini terjadi didalam 6 percolator (penyaring kopi) menggunakan prinsip counter curent. Tujuan proses ini adalah untuk memperoleh ekstraksi optimum dari padatan terlarut tanpa merusak kualitas. Ekstraksi yang optimum tergantung pada suhu air ekstraksi dan laju alir melalui ampas kopi. Pada prakteknya air panas dimasukkan dengan tekanan dan suhunya 180C. Suhu dari cairan pada setiap kolom makin turun sampai cairan berhubungan dengan kopi pada suhu 100C. Penggunaan suhu air tertinggi memungkinkan hasil konsentrasi ekstrak tertinggi. Akibat penggunaan suhu tinggi adalah menjaga tekanan sistem tetap rendah untuk mempertahankan kondisi hidroulik (suhu air 173C, dibutuhkan tekanan 120 psig atau 828 kPa) dan kolom yang dihubungkan oleh pipa harus didesain pada tekanan sedemikian rupa sehingga tidak melebihi hidraulik minimum. Air tersebut mengumpulkan sisa padatan larut air pada tekanan tinggi dan sisa padatan terlarut yang tidak terekstraksi akan secara sengaja terbawa ke kolom percolator berikutnya dan terekstraksi, begitu selanjutnya. Setiap penyaring pelarut mengumpulkan padatan larut air lebih banyak. Pada gilingan kopi yang lebih bersih akan meningkatkan ekstraksi dan mengurangi waktu perputaran. Larutan Ekstraks bergerak ke depan secara kontinu dan pada kolom terakhir keluar berupa sirup dengan konsentrasi bahan terlarut 25-35 %. Pengisian air panas mengalir secara kontinu dengan ampas kopi bubuk yang terbanyak.Secara garis besar tujuan dari ekstraksi ini untuk mendapatkan kopi yang bersih dari ampas agar dapat dikeringkan menjadi bubuk kopi. 5. Pengeringan (Spray Drying) Proses Spray drying terjadi didalam tower silindris yang besar dengan dasar kerucut, pada bagian ini cairan kopi dimasukkan dengan tekanan ke dalam bagian atas tower bersamaan dengan pancaran angin udara panas sekitar 250C. Partikel-partikel yang disemprotkan akan kering dan jatuh serta terkumpul sebagai bubuk pada bagian ujung kerucut lalu dipindahkan menggunakan alat katup yang berputar. Udara yang telah tefpakai dilepaskan melewati sisi tower dan biasanya dilewatkan melalui peralatan siklon dengan tujuan untuk memperoleh kembali partikel kopi halus yang mungkin tercampur dengan aliran bubuk. Pada proses konsentrasi awal larutan kopi, kecenderungan yang terjadi adalah diproduksinya partlkel bubuk berukuran besar dan sedikit halus, jika partikel berukuran besar lebih banyak pada proses recyling akan mengakibatkan rusaknya kualitas dan rendahnya mutu produk akhir. Selain itu makin sedikit bagian yang halus, makin kecil pula kemungkinan padatan kopi menempel pada dinding tower sehingga pengkonsentrasian larutan akan mengurangi beban pengering dan meningkatkan kapasitas produksi.Untuk meningkatkan daya larut dalam air dan membentuk butiran biasanya ditingkatkan dengan proses aglomerasi. Proses aglomerasi dicapai dengan membasahi partikel bubuk, membiarkannya bergabung dan kemudian mengeringkannya kembali. 6. Aromatisasi Produk akhir Spray Drying biasanya akan kehilangan aroma, sehingga pada perusahaan industri dilakukan aromatisasi untuk memberikan aroma kopi bagi konsumen saat mereka membuka kemasan kopi. Hal ini dilakukan dengan cara merecovery aroma volatil yaitu menyemprotkan aroma volatil tersebut kedalam kopi instant biasanya digunakan minyak kopi sebagai bahan pembawa aroma volatile dan diperlukan untuk mengurangi resiko oksidasi dan mengisi gas karbondioksida. Penambahan maltodekstrin pada proses pembuatan kopi instan berfungsi menambah ukuran partikel serta menurunkan bulk densitas, sehingga menyebabkan kemudahan pelarutan (Anonim, 2005). Maltodekstrin dapat bercampur dengan air membentuk cairan koloid bila dipanaskan dan mempunyai kemampuan sebagai perekat, tidak memiliki warna dan bau yang tidak enak serta tidak toksik (Rachman,1992) Uji VRS (Volatile Reducing Subtance) adalah uji untuk menentukan jumlah bahan mudah menguap yang mudah direduksi, yang terdapat pada cairan maupun benda padat. Penetapan ini dilakukan dengan menggunakan alat VRS atau VRS Apparatus. Prinsip uji ini adalah dengan proses aerasi, yaitu bahan yang menguap akan terlepas dan bagian yang mudah direduksi akan direduksi oleh KmnO 4 . Jumlah KMnO 4 yang dipergunakan oleh blanko dikurangi jumlah KMnO 4 yang dipergunakan oleh contoh, yang ditentukan secara titrasi dengan Na 2 S 2 O 3 , merupakan jumlah zat menguap yang mudah direduksi yang terdapat pada cairan atau bahan tersebut. Berdasarkan data praktikum kadar VRS kopi bubuk dengan campuran beras, mentega, kelapa, margarine, dan original masing masing yaitu 0, 28, 0, 20, dan 0. Data tersebut menunjukkan tidak adanya bahan mudah menguap yang mudah direduksi pada kopi dengan campuran beras, kelapa, dan original, sedangkan pada kopi dengan campuran mentega dan margarine terdapat bahan mudah menguap yang mudah direduksi. Terbentuknya senyawa mudah menguap yang mudah direduksi tersebut dihasilkan ketika proses penyangraian (Koswara 2012). Hasil uji VRS kopi instan antara lain kopi campuran beras 58 meq, campuran mentega 26meq, campuran kelapa 4 meq, campuran margarin 2 meq, dan kopi original 0 meq. Hasil ini berbeda dengan hasil uji VRS kopi bubuk, hal ini mungkin disebabkan pada proses pembu atan kopi instan terjadi perubahan struktur fisika dan kimia dari bahan tambahan menjadi bahan mudah menguap dan tereduksi. Prinsip penghitungan kadar sari kopi yaitu berdasarkan pada ekstraksi kopi dengan air. Data kadar sari hasil praktikum pada kopi bubuk dengan campuran margarine yaitu 0.16%, 1.2%, 2.2%, 1.3%, 2.2% dan 2%. Berdasarkan SNI 01-3542- 2004, persyaratan kopi bubuk mutu I yaitu memiliki kadar sari kopi antara 20-36% (b/b) sedangkan persyaratan kopi bubuk mutu II yaitu memiliki kadar sari kopi maksimal 60% (b/b). Kopi dengan campuran bahan-bahan lain tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan persyaratan yang terdapat pada SNI 01-3542-2004. Kopi original (tanpa penambahan bahan lain), kopi dengan campuran mentega, dan kopi dengan campuran margarine termasuk dalam klasifikasi mutu I. Pada dasarnya,semua kopi yang diolah berasal dari jenis biji kopi yang sama yaitu Robusta. Namun berdasarkan analisa mutu kopi berdasarkan kadar sari, kopi dengan campuran beras termasuk dalam mutu yang berbeda dengan yang lainnya. Nilai kadar sari kopi dengan campuran beras sangat kecil yaitu 0.28%. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya ketelitian praktikan dalam perhitungan. Minuman kopi termasuk salah satu bahan penyegar yang popular di dunia. Minuman kopi sangatlah bervariasi, baik yang berupa instan maupun alami. Pada umumnya semua jenis minuman kopi tersebut berdasarkan pada tingkat kesukaan konsumen. Oleh karena itu, dalam upaya pemenuhan permintaan dari konsumen terkait aneka rasa kopi maka produsen harus jel i dalam melakukan formulasi kopi dengan bahan lain agar dapat diterima dan disukai oleh konsumen.
Clarke, R.J. and R. Macrae, 1985. Coffee. Elsevier Applied Science Publisher, London. Clifford, M.N. 1985. Chemical and physical aspects of green coffee and coffee products. Avi Publishing Company, Westport, Connecticut, USA. Varnam,A.H. dan J.P. Sutherland. 1994. Beverages Technology, Chemistry dandMicrobiology. Chapman dan Hall, London. Rahman, A., 1992. Teknologi Fermentasi. Penerbit Arcan, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB, Bogor.