Anda di halaman 1dari 15

CLINICAL PHARMACOKINETICS

IN HEART FAILURE PATIENTS


BY
GROUP 7 CLASS B HALF VII :
OKTAVIA ANDRIANI (11.01.01.083)
PURI HANDAYANI (11.01.01.084)
RAHMAD (11.01.01.085)
RENI TANIA WINANADA (11.01.01.086)
REPI YULIASTA (11.01.01.087)



JANTUNG
MEMOMPA DARAH
KE SELURUH
TUBUH
GAGAL JANTUNG

GAGAL JANTUNG ADALAH KETIDAK MAMPUAN JANTUNG UNTUK MEMENUHI
KEBUTUHAN TUBUH OLEH ALIRAN DARAH BAIK PADA SAAT BERISTIRAHAT, YANG
DAPAT MENYEBABKAN PENURUNAH BIOVAILIBILITAS OBAT PADA GAGAL JANTNG.

Mekanisme penurunan bioavailabilitas dimana penumpukan cairan edema pada
saluran pencernaan yang membuat penyerapan obat lebih sulit, dan penurunan
aliran darah ke saluran pencernaan. Volume distribusi beberapa obat menurun pada
pasien dengan gagal jantung. Karena clearance dan volume distribusi mungkin atau
mungkin tidak secara bersamaan berubah, perubahan dalam paruh, jika ada, sulit
untuk memprediksi pada pasien dengan gagal jantung.
PERSAMAAN MENENTUKAN KECEPATAN
CURAH JANTUNG
Persamaan yang menerangkan kecepatan curah jantung (Qc) antar spesies dapat
diperkirakan dengan rumus, Qc dalam mL/menit/Kg, berat badan W dalam kg
(Hakim, 2012:191)
DIALISIS
DIALISIS ADALAH
PROSES DIMANA ZAT
BERGERAK MELALUI
GRADIEN KONSENTRASI
MELINTASI MEMBRAN
SEMIPERMEABEL,
DIALISIS JUGA DAPAT
DIARTIKAN SEBAGAI
FILTER OBAT YANG
DIMETABOLISME DALAM
TUBUH.
Dalam beberapa
kasus, dialisis
digunakan untuk
menghilangkan obat
dari tubuh pasien yang
telah mengambil
overdosis obat atau
mengalami efek
samping yang parah
dari obat.
KARAKTERISTIK OBAT YANG
MEMPENGARUHI DIALISIS REMOVAL
UKURAN MOLEKUL
UKURAN MOLEKUL RELATIF
TERHADAP UKURAN PORI
DALAM MEMBRAN
SEMIPERMEABEL
MERUPAKAN FAKTOR YANG
MEMENGARUHI DIALISIS
CLEARANCE SENYAWA.
DALAM BEBERAPA KASUS,
DOSIS OBAT PASCA DIALISIS
TAMBAHAN AKAN
DIPERLUKAN UNTUK
MEMPERTAHANKAN JUMLAH
TERAPEUTIK OBAT DALAM
TUBUH.

AIR / LIPID Kelarutan
Obat yang memiliki tingkat tinggi
kelarutan air akan cenderung untuk
partisi ke dalam air-berbasis cairan
dialisis, sedangkan obat larut lemak
cenderung tetap dalam darah.
Protein Mengikat Plasma
Hanya molekul obat terikat mampu melewati pori-pori
di membran semipermeabel; kompleks protein obat-
plasma terlalu besar untuk melewati pori-pori dan
mendapatkan akses ke dialisis sisi fluida dari membran
semipermeabel. Obat yang tidak sangat protein
plasma terikat memiliki fraksi bebas tinggi obat dalam
darah dan rentan terhadap dialisis pembersihan yang
lebih baik. Obat-obatan yang sangat terikat pada
protein plasma memiliki fraksi bebaskan obat dalam
darah dan tingkat dialisis izin miskin.
DISPOSISI OBAT
ABSORPSI OBAT
GAGAL JANTUNG DAPAT
MENGUBAH
KETERSEDIAAN HAYATI
OBAT DISEBABKAN
KARENA PERLAMBATAN
KECEPATAN ALIRAN
DARAH DITEMPAT-
TEMPAT ABSORPSI.
DISTRIBUSI OBAT
Respon syaraf otonom terhadap
gagal jantung tersebut merupakan
sumber perubahan distribusi obat.
Ketika terjadi penurunan fungsi
jantung, timbul autoregulasi aliran
darah (aliran darah ke otak dan otot
jantung lebih besar),
Sehingga sebagian besar obat di
dalam darah dialirkan ke otak dan
jantung dan sisanya dalam porsi
kecil menuju keginjal, otot dan
organ splanchnik, karena aliran
darah keorgan ini berkurang.
Dari perubahan patofisologik
kardiovaskular ini dapat
diperkirakan jika suatu obat
masuk dalam ke pembuluh
darah, misalnya vena pada
menit-menit awal kadar obat di
dalam masih cukup tinggi
karena perlambatan distribusi
obat ke jaringan.
KLIRENS OBAT

PERUBAHAN KECEPATAN ALIRAN DARAH KE TEMPAT-TEMPAT ELIMINASI UTAMA
(HATI DAN GINJAL), MAKA KLIRENS HEPATIK DAN RENAL OBAT JGA AKAN
BERUBAH.

PERLAMBATAN ALIRAN DARAH KARENAN GAGAL JANTUNG ATAU KARENA OBAT
PENEKAN JANTUNG MISALNYA NOREPINEPRIN ATAU PROPANOLOL) AKAN
MEMPERLAMBAT KLIRENS HEPATIK OBAT-OBAT EH TINGGI SEBAB TERJADI
PERLAMBATAN ALIRAN DARAH HEPATIK.
Gagal jantung dapat mengurangi
kapasitas metabolisme hati melalui dua
cara, yaitu kerusakan sel hati (karena
kongesti atau hipoperfusi), atau
hipoksemia sehingga menggangu proses
oksidasi oleh enzim CYP.

Klirens lidokain (Eh tinggi) dilaporkan melambat ketika
obat tersebut diberikan melalui infus (1,4mg/menit) pada
pasien infark myocard dengan gagal jantung,
menyebabkan kenaikan kadar lidokain darah sekitar 2-
kali, jika dibandingkan pada pasien tanpa gagal jantung.
Begitu pula setelah infus di hentikan, terjadi
perpanjangan T1/2 eliminasi lidokain dari
4,3 - 0,8 jam (tanpa gagal jantung) menjadi
10,2 - 2,0 jam (dengan gagal jantung ) dan
1,4 -0,1 jam pada pasien sehat.
UPAYA UNTUK MECARI PROBE (SENYAWA INDIKATOR ) UNTUK MEMPERKIRAKAN
PERLAMBATA ALIRAN DARAH HEPATIK KARENA GAGAL JANTUNG TELAH DILAKUKAN
MENGGUNAKAN INDOCYANINE GREEN (EH TERTINGGI), NAMUN HASIL DARI DUA
PENELITIAN TERNYATA KONTROVERSIAL ;

SATU PIHAK MENGHASILKAN KORELAKSI YANG SIGNIFIKAN ANTARA KLIRENS
LIDOKAIN DAN KLIRENS INDOCYANINE GREEN (R=0,95 ; P < 0,001 ; ZITO & RIED
,1978), NAMUN PENELITIAN LAIN TIDAK MENEMUKAN KORELASI.
Upaya untuk mecari probe (senyawa indikator ) untuk
memperkirakan perlambata aliran darah hepatik karena gagal
jantung telah dilakukan menggunakan indocyanine green (Eh
tertinggi), namun hasil dari dua penelitian ternyata kontroversial ;

Satu pihak menghasilkan korelaksi yang signifikan antara klirens
lidokain dan klirens indocyanine green (r=0,95 ; p < 0,001 ; Zito &
Ried ,1978), namun penelitian lain tidak menemukan korelasi
Berkaitan dengan ini pula, kiranya akan bermanfaat jika dipastikan nilai GFR pada
pasien gagal janutng, baik pada ginjal normal atau patologik agar penurunan dosis dan
perpanjangan interval pemberian obat dapat ditetapkan lebih akurat
Pada Pria
Pada wanita Clcr pada pria dikalikan 0,85
Usia dalam tahun, berat badan dalam kg, Scr= kreatinin serum dalam mg/dL. Jika
pasien kelebihan berat badan atau kegemukan digunakan berat badan ideal. Jika usia
>60 tahun dan Scr <1, maka Scr dianggap. Persamaan Cockroft-Gault digunakan
untuk fungsi ginjal stabil (Hakim, 2012:116).
Menghitung Dosis Maintence
(Hakim, 2012:97)
Dimana CL, Css dan berturu-turut adalah
klirens, kadar rata-rata obat didalam darah
pada keadaan tunak, dan interval pemberian
obat sedangkan S dan F adalah fraksi obat
aktif dan ketersediaan hayati. (Hakim,
2012:97)
Agar dosis leboh akurat perlu juga melakukan pemantauan kadar
obat didalam darah (TDM ) untuk memperoleh kepastian bahwa
regimen dosis telah menghasilkan kadar terapeutik yang
diharapkan

TDM sangat diperlukan jika pasien menderita komplikasi misalnya
sirosis hepatikus atau viral hepatitis akut, karena pada keadaan
ini juga terjadi perlambatan aliran darah hepatik dan/atau
penurunan aktifitas metabolisme (Hakim, 2012:197)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai