KELOMPOK V : DEBYSALFIA MALIA UMI KALSUM HAFDALIA CITRA A. AMBATODING
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN JURUSAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASNUDDIN MAKASSAR 2014
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Air adalah media internal dan eksternal bagi organime air (ikan dan udang) Pengetahuan kehidupan suatu perairan meliputi organisme yang hidup pada kolam (ikan, plankton, nekton dan bentos ) tapi juga pengetahuan tentang lingkungan perairan berhubungan dengan kondisi air dan tanah termasuk beban berupa adannya berbagai jenis gas, ion anorganik dan bahan organik, baik yang terlarut maupun tersuspensi dan melayang didalamnya. Kehidupan Perairan sangat tergantung sekali pada kesesuaian lingkungan kolam dengan biota didalamnya (Mubarak, 2010). Dalam dunia budidaya budidaya, kualitas air didefinisikan sebagai kesesuaian air untuk kelansunggan hidup dan pertumbuhan organisme air . pengelolaan kualitas air kolam dimaksudkan untuk meningkatkan dan mempertahankankualitas air agar layak bagi kehidupan organisme yang dibudidayakan (Mubarak, 2010). Dalam pengertian umum. Kualitas air mencakup sifat fisika, kimia dan sifat biologi air Faktor faktor ini secara bersama dan dinamis membuat kondisi kualitas air berbeda, karena perbedaan salah satu faktor tersebut. Dalam dunia perikanan, kesesuain air bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan biota (ikan dan udang), yang umumnya ditentukan oleh hanya beberapa parameter kualitas air saja yang disebut sebagai parameter penentu atau parameter kunci (Mubarak, 2010). Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan (Cahyono, 2011). Unit pengolahan air limbah pada umumnya bertujuan untuk menghilangkan kandungan padatan tersuspensi, koloid, dan bahan-bahan organic maupun anorganik yang terlarut. Pengolahan artifisial sangat efektif untuk mengurangi jumlah zat-zat yang berbahaya bagi ekologi dalam badan air penerima, antara lain zat-zat yang mengendap (Dewa, 2011). BAB II PEMBAHASAN Pengolahan Kualitas Air Secara Fisika Pengolahan air limbah secara fisik merupakan pengolahan awal (primary treatment) air limbah sebelum dilakukan pengolahan lanjutan,pengolahan secara fisik bertujuan untuk menyisihkan padatan padatan berukuran besar seperti plastik, kertas, kayu, pasir, koral, minyak, oli,lemak, dan sebagainya. Pengolahan air limbah secara fisik dimaksudkan untuk melindungi peralatan-peralatan seperti pompa, perpipaandan proses pengolahan selanjutnya. Beberapa unit operasi yang diaplikasikan pada proses pengolahan air limbah secara fisik diantaranya :penyaringan (screening), pemecahan/grinding (comminution), penyeragaman (equalization), pengendapan (sedimentation), penyaringan (flitration), pengapungan (floatation) (Sumada, 2012). a. Screening Screening merupakan unit operasi yang diaplikasikan pada awal pengolahan air limbah. Tujuan dari screening ini adalah untuk pemisahan material berukuran besar seperti kertas, plastik, kayu, kulit udang, sisik ikan, dan sebagainya.Berdasarkan teknik pengoperasian, screening diklasifikasi menjadi dua (2) klasifikasi yaitu (Sumada, 2012): Screening yang dioperasikan secara maual, screen yang dibersihkan secara manual (mempergunakan tangan). Screening yang dioperasikan secara automatis : screen dengan pemisahan padatan berlangsung secara kontinyu, pemisahan padatan dapat dilakukan secara mekanik atau dengan aliran air limbah itu sendiri.
b. Pemecah/Grinding (comminution) Pemecah atau grinding (comminution) merupakan unit operasi yang diaplikasikan untuk memecah padatan yang berukuran besar menjadi partikel yang mempunyai ukuran yang kecil dan seragam. Pada umumnya unit operasi ini dipergunakan untuk memecah padatan yang tertahan pada screen dan padatan ini dapat dikembalikan kedalam aliran air limbah atau dibuang (Sumada, 2012).
c. Pemisahan pasir (Grit chamber) Keberadaan bahan padat seperti pasir dalam air limbah merupakan suatu permasalahan dalam pengolahan air limbah karena pasir dapat menghambat kerja peralatan pompa, menghambat aliran dalam perpipaan dan mempengaruhi volume bak,Pemisahan padatan seperti pasir dalam air limbah dapat dilakukan dengan unit operasi grit chamber (Sumada, 2012). d. Penyeragaman (Equalization) Kualitas dan kuantitas air limbah yang dihasilkan suatu industri bervariasi setiap waktu, hal ini dapat mempengaruhi perancangan instalasi, kebutuhan bangunan, mesin, lahan, biaya operasional, dan kualitas hasil pengolahan. Dalam rangka mengatasi permasalahan kualitas dan kuantitas air limbah, dibutuhkan suatu unit operasi seperti equalisasi (equalization). Equalisasi berfungsi untuk penyeragaman kondisi air limbah, dan pengendali aliran, dalam equalisasi dapat dilakukan proses pengadukan untuk menjaga homoginitas, injeksi udara yang bertujuan agar limbah tidak bersifat septik atau anaerobik. Kemiringan atau slope bak equalisasi pada umumnya mempergunakan perbandingan 3 : 1 atau 2 : 1. Pembangunan bak equalisasi di beberapa industri biasanya dibangun berbentuk persegi empat panjang atau rectangular dengan kedalaman 1,5 2 m (Sumada, 2012). e. Sedimentasi (Sedimentation) Sedimentasi merupakan unit operasi yang sering dipergunakan dalam proses pengolahan air atau air limbah seperti pemisahan partikel tersuspensi pada awal proses pengolahan air limbah, proses pemisahan partikel flok pada proses pengolahan air limbah secara kimia, dan proses pemisahan mikroorganisme (sludge) pada proses pengolahan air limbah secara biologi. Proses sedimentasi partikel dapat diklasifikasikan menjadi empat (4) peristiwa yaitu (Sumada, 2012) : 1. Partikel Diskrit, sedimentasi partikel terjadi pada konsentrasi padatan rendah dimana partikel mengendap secara individu serta tidak terjadi interaksi dengan partikel yang lainnya. Peristiwa ini terjadi pada pemisahan partikel pasir pada air limbah. 2. Partikel Flokulan, sedimentasi partikel dimana partikel mengalami interaksi dengan partikel lainnya, pada peristiwa interaksi terjadi penggabungan antar partikel yang mempercepat kecepatan sedimentasi. Peristiwa ini terjadi pada pemisahan partikel yang telah mengalami proses koagulasi/flokulasi. 3. Partikel Hindered, sedimentasi partikel terjadi karena partikel berinteraksi dengan partikel lainnya pada posisi yang sama, dan partikel mengendap terhambat oleh pertikel yang berada disekelilingnya dan tampaknya terjadi pengendapan secara massal. Persitiwa ini dapat terjadi pada konsentrasi padatan yang cukup tinggi. Peristiwa ini seperti terjadi pada pemisahan mikroba (activated sludge) pada pengolahan air limbah secara biologi. 4. Partikel kompresi, sedimentasi partikel terjadi karena partikel mengalami penekanan oleh partikel yang berada diatasnya, peristiwa ini terjadi pada konsentrasi padatan yang sangat tinggi. Peristiwa ini terjadi pada pemisahan mikroba (activated sludge) pada pengolahan air limbah secara biologi.
f. Filtrasi (Filtration) Filtrasi merupakan unit operasi yang dioperasikan dalam pengolahan air dan air limbah. Dalam pengolahan air limbah filtrasi dioperasikan untuk pemisahan partikel (padatan) pada effluen (pengeluaran) pengolahan air limbah secara kimia maupun biologi serta dapat diaplikasikan pada awal pengolahan air limbah (Sumada, 2012). Pemisahan padatan dilakukan dengan mempergunakan media yang disebut Media Filter merupakan bahan padat seperti pasir, batu bara, kerikil dan sebagainya yang tersusun sedemikian rupa, padatan yang dipisahkan tertahan pada permukaan dan sela-sela (porositas) media filter (Sumada, 2012).
MEKANISME FILTRASI Dalam filtrasi terdapat 4 mekanisme dasar filtrasi yaitu (Sumada, 2012) : 1. Sedimentasi (sedimentation), filtrasi terjadi karena partikel yang akan dipisahkan mengalami gaya gravitasi dan kecepatan pengendapan partikel sehingga partikel mengendap dan berkumpul pada permukaan media filter. 2. I ntersep (interception), filtrasi terjadi karena partikel dalam aliran air berukuran besar sehingga akan terperangkap, menempel dan dapat menutupi permukaan media filter 3. Difusi brownian (brownian diffusion), filtrasi terjadi pada partikel yang berukuran kecil seperti virus, partikel dalam aliran air bergerak secara random (gerak brown), karena terdapat perbedaan kecepatan maka partikel tersebut bergesekan dan menempel dalam media filter. Mekanisme ini hanya terjadi untuk partikel berdiameter < 1 mikron. 4. I nersia (inertia), filtrasi terjadi karena partikel mempunyai ukuran dan berat jenis yang berbeda sehingga kecepatan partikel dalam aliran air berbeda-beda, akibatnya partikel akan menempel pada permukaan media karena gaya inersia, mekanisme ini terjadi jika partikel yang berukuran lebih besar bergerak cukup cepat dan berbenturan serta menempel dalam media filter. Berdasarkan mekanisme tersebut, efektivitas filtrasi akan meningkat dengan meningkatnya ukuran partikel hal ini terjadi karena dalam filtrasi terjadi mekanisme intersep dan sedimentasi, tetapi dapat pula terjadi sebaliknya dimana efektivitas filtrasi akan meningkat dengan menurunnya ukuran partikel hal ini dapat terjadi karena dalam filtrasi terjadi proses difusi (Sumada, 2012).
JENIS FILTER Berdasarkan jenis filter, flitrasi diklasifikasikan menjadi tiga (3) yaitu : 1. Filtrasi lambat (slow sand filter), pada filtrasi ini dipergunakan media pasir halus (fine sand) dibagian atas dan dibawahnya kerikil, pada filtrasi ini padatan yang tersisihkan berada dipermukaan atas pasir yang mengakibatkan aliran air melewati media filter menjadi lambat. Partikel menumpuk pada bagian atas pasir dan dibersihkan dengan mensecrap lapisan atas pasir yang mengandung partikel. 2. Filtrasi cepat (rapid sand filter), pada filtrasi ini dipergunakan media pasir berukuran besar dibagian atas dan dibawahnya kerikil, pada filtrasi ini padatan yang tersisihkan berada disela-sela (pori-pori) media filter yang dilaluinya. Pembersihan partikel dilakukan dengan metode backwashing dengan air untuk mengeluarkan partikel dalam media filter. 3. Multimedia fliter (multimedia filters) , pada filtrasi ini dipergunakan dua atau lebih jenis media yang tersusun sedemikian rupa, media filter mempunyai berat jenis yang berbeda, biasanya yang dipergunakan antrasit (batu bara), pasir, dan kerikil. Penggunaan media filter yang berbeda memberikan hasil yang lebih baik dibanding satu jenis media filter, dan berat jenis yang berbeda akan menempatkan kembali media filter pada posisi yang semula pada saat dilakukan pencucian dengan metode backwashing.
g. Flotasi (Flotation) Flotasi (pengapungan) merupakan suatu unit operasi yang dipergunakan untuk pemisahan padatan tersuspensi, cairan (minyak dan lemak) dalam fase cair (air atau air limbah). Peristiwa flotasi didasarkan atas adanya gelembung gas, biasanya menggunakan udara yang diinjeksikan kedalam air limbah. Dalam pengolahan air limbah, flotasi dipergunakan untuk penyisihan padatan tersuspensi, minyak, lemak, flok pada proses pengolahan air limbah secara kimia, dan lumpur (mikroba) pada proses biologi. Keuntungan mendasar flotasi dibanding dengan sedimentasi dalam hal pemisahan padatan tersuspensi yaitu flotasi dapat memisahkan padatan tersupensi yang sangat kecil, ringan, dan sulit mengendap dalam waktu relatif cepat. Pada proses flotasi, udara diinjeksikan ke dalam tangki sehingga terbentuk gelembung yang berfungsi untuk mengapungkan padatan sehingga mudah dipisahkan. Dengan adanya gaya dorong dari gelembung tersebut, padatan yang berat jenisnya lebih tinggi dari air akan terdorong ke permukaan. Demikian pula halnya dengan padatan yang berat jenisnya lebih rendah dari air. Hal ini merupakan keunggulan teknik flotasi dibanding pengendapan karena dengan flotasi partikel yang ringan dapat disisihkan dalam waktu yang bersamaan (Sumada, 2012). h. Adsorpsi (Adsorption) Adsorpsi (penyerapan) merupakan proses pemisahan atom, ion, biomolekul atau molekul dalam gas atau cairan dan padatan terlarut dengan mempergunakan media padat. Adsorpsi fisik terjadi karena adanya gaya van der walls dan biasanya adsorpsi ini berlangsung secara bolak-balik. Ketika gaya tarik-menarik molekul antara zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari gaya tarik-menarik zat terlarut dengan pelarut, maka zat terlarut akan cenderung teradsorpsi pada permukaan adsorben (Sumada, 2012).
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Pengolahan air limbah secara fisik merupakan pengolahan awal (primary treatment) air limbah sebelum dilakukan pengolahan lanjutan,pengolahan secara fisik bertujuan untuk menyisihkan padatan padatan berukuran besar. Pengolahan ini dilakukan pada limbah cair dengan kandungan bahan limbah yang dapat dipisahkan secara mekanis langsung tanpa penambahan bahan kimia atau melalui penghancuran secara biologis. Adapun teknik pengolahan secara fisika yaitu Screening, Pemecah/Grinding (comminution), Pemisahan pasir, Penyeragaman, Sedimentasi, Filtrasi, Flotasi dan Adsorpsi.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, I. 2011. Dasar-Dasar Sistem Pengolahan Limbah Cair Sederhana. Online pada http://haklibondowoso.blogspot.com. Diakses pada 02 Oktober 2014 pukul 01.00 wita. Makasar.
Dewa, P. 2011. Proses Pengolahan Limbah Secara Fisika. Online pada http://pepradewa.blogspot.com. Diakses pada 02 Oktober 2014 pukul 01.00 wita. Makasar.
Mubarak, S. 2010. Pengelolaan Kualitas Air untuk Keberhasilan Usaha Budidaya. Online pada http://web.unair.ac.id. Diakses pada 02 Oktober 2014 pukul 03.00 wita. Makasar.
Sumada, K. 2012. Pengolahan Air Limbah Secara Fisik . Online pada http://ketutsumada.blogspot.com. Diakses pada 02 Oktober 2014 pukul 02.00 wita. Makasar.