Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pengembangan terbaru dalam sistem transmisi otomatis diantaranya
Automated Transmissions (AT), yaitu sistem transmisi otomatis yang
menggabungkan fitur terbaik manual dan transmisi otomatis. Prinsip AT adalah
menggabungkan fluida torque converter dengan planetary gearset sehingga dapat
mengontrol pergeseran dari planet gigi dengan sistem kontrol otomatis hidrolis.
Fluid torque converter terpasang pada crankshaft mesin yang berfungsi sebagai
flywheel. Rancangan tersebut sebagai penggerak mesin, dimana daya mesin
ditranfer ke converter melalui poros penggerak output converter (turbin) seperti
gambar 1.1. Kecepatan diperoleh dari perpindahan titik kopel melalui perpindahan
gearshifts yang dikendalikan. Penguna memiliki kontrol hanya sebagian di drive
D-posisi, karena transmisi di drive D-posisi yang bergeser ke planetary gearset
gears tinggi untuk mencegah mesin overspeeding berapapun posisi bukaan
throttle. Kelebihan dari AT adalah pengoperasiannya relative lebih sederhana,
gigi seleksi awal dikendalikan melalui tuas pemilih, namun di drive (D atau DR),
pergeseran dari kecepatan rendah (L) dan kembali ke drive dikendalikan secara
otomatis diperoleh dari kecepatan mesin. Kelemahan dari AT selalu memerlukan
alat pendukung yang lain seperti planetary gear set, dan fluid coupling, selain itu
biaya tinggi untuk perawatan.


2






Gambar 1.1 Automatic Transmission
Pada saat ini sebagaian besar produsen kendaraan mengunakan dan
mengembangkan Continuously Variable Transmission (CVT) dengan ditandai
peningkatan kualitas CVT secara terus menerus. Prinsip kerja CVT adalah
memanfaatkan perubahan diameter antara puli penggerak (driver pulley) dan puli
yang digerakkan (driven pulley), selain melakukan variasi rasio (i) transmisi
menjadi dapat tak terbatas. Sistem ini memiliki beberapa keunggulan desain lebih
transmisi otomatis (AT) yaitu :
1. Kontruksi lebih sederhana dan proses manufaktur yang lebih mudah.
2. Akselerasi halus tanpa sentakan atau pukulan dari mengubah gears.
3. Efisiensi bahan bakar yang lebih baik karena pada CVT tidak adanya daya
yang terbuang waktu perpindahan gigi seperti yang terjadi pada transmisi
otomatis.
Namun kelemahan sistem CVT dibandingkan AT yaitu : kemampuan beltnya
yang menurun drastis kalau dipakai untuk kendaraan dengan Daya diatas 135 HP,
karena beltnya yang akan mengendur bila terlalu panas akibat gesekan dalam
pemakaian yang lama, sangat tidak cocok untuk performance car karena tenaga
3
tidak responsif, kalah responsif oleh matic biasa sekalipun. Pada matic sederhana
pada saat di-kickdown langsung turun gigi.
Sistem CVT memilik beberapa type penggerak ratio yaitu : Variable-
diameter Pulley (VDP), yaitu sistem CVT secara sederhana terdapat dua V-belt
puli yang tegak lurus untuk memisahkan antar puli dari axes rotasi, dengan V-
sabuk berjalan di antara mereka. Ratio gear diubah agar bergerak pada dua bagian
dari satu puli penggerak dan dua bagian lainnya dari satu puli digerakan. Belt rata-
rata berbentuk V dimana bagian ikat pinggang dibentuk salid (T) agar dapat
menahan tekanan, ini akan menyebabkan sabuk untuk naik lebih kencang
sedangkan yang lain lebih longgar agar dapat melakukan perubahan yang efektif.
Jarak antara pulleys tidak berubah, namum belt mampu mengubah ratio gear
sehingga kedua pulleys harus disesuaikan (satu lebih besar, yang lainnya kecil)
sekaligus untuk mempertahankan jumlah tepat ketegangan pada sabuk, seperti
gambar berikut ini;

Gambar 1.2 Continuously Variable Pulley (CVP)

Seperti gambar 1.2 Toroidal atau roller berbasis CVT, dibuat dari disk
dan roller yang berfungsi mentransfer daya antara disk. Disk digambarkan sebagai
dua bagian yang berbentuk kerucut (point-to-point) sehingga sisi disk pada dua
bagian dapat mengisi pusat lubang yang torus. Satu disk sebagai inputan dan yang
4
kedua adalah output (tidak ada kontak antar disk). Sistem secara drastis fungsinya
berbeda, dengan semua komponen yang sejalan dengan roda/roller dan sistem
katrol menghasilkan seperti prinsip CVT. Berikut adalah cara kerjanya:
Satu disk terhubung ke mesin (katrol penggerak)
Disk lain terhubung ke batang (kontrol digerakan).
Rollers atau roda, terletak antara disc sebagai belt (pada CVP), yang
digerakan dengan transmisi listrik dari satu disk ke yang lain.
Sehingga dapat memutar roda dua sepanjang sumbu axis dan berputar di
sekeliling sumbu horisontal serta memindahkan daya di luar atau di sekeliling
sumbu vertikal, yang memungkinkan roda kontak dengan disc. Ketika roda berada
dalam kontak dengan disk mengemudi di dekat pusat, mereka harus menghubungi
driven disc dekat rim, sehingga pengurangan kecepatan dan peningkatan torque.
Kontak roda penggerak disk dekat rim maka harus menghubungi driven disc dekat
pusat, sehingga peningkatan kecepatan dan penurunan torque. Gerakan yang
sederhana dari roda, dapat secara bertahap akan mengubah gear ratio, menjadi
rasio perubahan.

Gambar 1.3 Continuously Variable Transmission Toroidal
5
Hydrostatic CVT adalah salah satu jenis CVT, menggunakan variabel-
kapasitas pompa ke bervariasi cairan mengalir masuk hydrostatic aktuator. Dalam
transmisi jenis ini pemutaran gerakan mesin pompa menerapkan sistem pengerak
hydrostatic dimana pompa yang mengkonversi pemutaran gerakan menjadi aliran
cairan. Kemudian, dengan motor hydrostatic terletak di samping menggerakkan,
cairan yang mengalir kemudian dikonvert kembali ke dalam gerakan pemutaran
yang ditunjukkan pada gambar 1.4.

Gambar 1.4 Continuously Variable Transmission Hydraulic
Dari permasalahan yang ditimbulkan dari beberapa CVT maka dalam tesis ini
menerangkan sistem terbaru dengan menggunakan elektrikal atau yang disebut
dengan Electrical Continuously Variable Transmission (ECVT). Sistem
diharapkan mampu mengurangi persoalan slip, pengendalian ratio secara optimal,
dan juga untuk memungkinkan meningkatkannya performance system. ECVT
menggunakan suatu penggerak ratio dengan menekan belt yang diatur oleh
elektrik motor untuk mengendalikan gerakan Fork Push Belt dengan
dikombinasikan dengan suatu lead screw untuk menggerakan mekanisme
sehingga Fork Push Belt dapat mengendalikan ratio puli CVT. Manfaat lain dari
sistem ini diharapkan juga memperbaiki bahan bakar menjadi lebih ekonomi.
6
Perbaikan sistem ini meliputi terjadi perubahan akibat pengaruh ratio, slip,
dengan efisiensi bahan bakar untuk meningkatkan torsi/daya pada CVT dari
kendaraan yang diteliti. Dengan meminimalkan kerugian-kerugian dari CVT yang
ada sehingga efisiensi transmisi dan daya mesin yang dihasilkan dapat dicapai.
1.2. Perumusan dan Batasan Masalah
Dari uraian dan latar belakang didepan , ada beberapa masalah yang dapat
dirumuskan :
Bagaimana mengidentifikasi karakteristik dari pengaturan rasio CVT
untuk mengurangi parameter gaya gesek disebabkan oleh slip () dari
gesekan belt dengan puli.
Bagaimana merancang sistem pengendalian putaran melalui pengaturan
posisi pada CVT yang mana sistem ini diasumsikan sebagai variable
mesin penggerak kendaraan menggunakan sistem transmisi CVT.
Bagaimana mode elektrik dapat digunakan sebagai penggerak Push Belt
Continuously Variable Transmission dengan mengunakan motor DC.
Agar perancangan analisa yang dilakukan menjadi lebih terarah tanpa mengurangi
maksud dan tujuan, maka ditentukan batasan permasalahan sebagai berikut ;
1. Model kendaraan yang dibuat dimodelkan simulasi yaitu analisa chasis
dan diharapkan nanti dapat diaplikasikan pada kendaraan penumpang
jenis city car penggerak FWD dengan daya mesin kurang lebih 37 HP dan
isi silinder 1300 CC.
2. Simulasi chasis mengunakan putaran mesin 1 silinder dengan kapasitas
6.5 HP 100 cc sebagai pengganti mesin kendaraan.
7
3. Analisa desain serta kekuatan rangka CVT dan chasis kendaraan tidak
dibahas dalam penelitian ini.
4. Jenis mekanisme pengatur ratio Continuous Variable Transmission
adalah menggunakan penggerak Push Belt dengan mekanisme Fork Screw
yang digerakan oleh motor DC.
5. Analisa hanya pada pengendalian/controller pada penggerak Push Belt
dengan mekanisme Fork Screw.
1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Membuat sistem kontrol loop tertutup untuk rasio CVT yang optimal pada
penggerak motor DC.
Menampilkan unjuk kerja CVT yang dapat diketahui dari pengukuran slip
() secara simulasi dan eksperimen yang bekerja pada berbagai putaran
dengan tanpa beban dan dengan beban.
Menampilkan performance ratio CVT terhadap pengukuran kecepatan
kendaraan sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja kendaraan.
1.4. Relevansi
Relevansi yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah ;
Memberikan informasi sistem rasio CVT yang optimal.
Memberikan informasi mengenai kinerja Sistem Kendali Loop Tertutup
dengan mode elektrik pada Continuously Variable Transmission (CVT)
sebagai bahan acuan dalam improvement analisis pada SMART CAR
8
Research dengan penyempurnaan dari pengembangan yang ada pada
sistem CVT sebelumnya. Yaitu meletakkan penyempurnaan dasar Global
Stability Vehicle Program (GSVP) dan selanjutnya sebagai landasan awal
untuk pengembangan kendaraan yang berkemampuan tinggi Intelegent
Technology System (ITS).
Memberikan indikasi effiesien ratio CVT yang lebih baik terhadap
kecepatan kendaraan.

Anda mungkin juga menyukai