Anda di halaman 1dari 27

1

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dunia, kesehatan merupakan hal yang mutlak untuk dimiliki oleh
setiap manusia. Oleh sebab itu maka didirikanlah sebuah Organisasi
Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) adalah salah satu
badan PBB yang bertindak sebagai koordinator kesehatan umum
internasional dan bermarkas di Jenewa, Swiss. WHO didirikan oleh PBB
pada 7 April 1948. Direktur Jendral sekarang adalah Margaret Chan
menjabat mulai 8 November 2006.
Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu
keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak
hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947). Definisi WHO
tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan
konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994) : Memperhatikan
individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh, memandang sehat dengan
mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal, dan penghargaan
terhadap pentingnya peran individu dalam hidup. Tidak hanya organisasi
kesehatan saja didirikan untuk memajukan kesehatan maka butuhlah tenaga
atau profesi keperawatan sehingga profesi keperawatan berkembang karena
tuntutan masyarakat serta kebutuhan keperawatan kesehatan dan kebijakan.
2

Keperawatan berespons dan beradaptasi terhadap perubahan,
memenuhi tantangan baru yang timbul. Keperawatan sebagai bagian
intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan menentukan mutu dari
pelayanan kesehatan. Tenaga keperawatan secara keseluruhan jumlahnya
mendominasi tenaga kesehatan yang ada, dimana keperawatan memberikan
konstribusi yang unik terhadap bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu
kesatuan yang relatif, berkelanjutan, koordinatif dan advokatif. Keperawatan
sebagai suatu profesi menekankan kepada bentuk pelayanan professional
yang sesuai dengan standart dengan memperhatikan kaidah etik dan moral
sehingga pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh masyarakat dengan
baik.
Profesi keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks. Dalam
melaksanakan prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan
teori keperawatan yang sudah dimunculkan. Konsep adalah suatu ide
dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir dengan
smbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide
untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan.
Teori adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang
nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau
kejadian yang didasari fakta-fakta yang telah di observasi tetapi kurang
absolut atau bukti secara langsung.
Teori Keperawatan adalah usaha-usaha untuk menguraikan atau
menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Teori keperawatan
digunakan sebagai dasar dalam menyusun suatu model konsep dalam
3

keperawatan,dan model konsep keperawatan digunakan dalam menentukan
model praktek keperawatan.
Teori keperawatan didefiniskan sebagai konseptualisasi
beberapa aspek realitas keperawatan yang bertujuan untuk
menggambarkan fenomena, menjelaskan hubungan-h u b u n g a n
a n t a r f e n o me n a , me mp r e d i k s i r i s i k o - r i s i k o d a n
me n e t a p k a n a s u h a n keperawatan.
Para ahli teori keperawatan mengemukakan berbagai solusi yang bisa
diterapkan di berbagai lingkup keperawatan. Teori -teori tersebut
terus dikembangkan sehingga akan lebih meningkatkan mutu dan
kualitas pelayanan keperawatan. Beberapa ahli teori yang cukup
terkenal dan teorinya banyak digunakan dalam tatanan pelayanan
keperawatan adalah Dorothea Orem dan Virginia Henderson.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang dikemukakan diatas, maka pertanyaan yang
muncul adalah bagaimana perawat dapat mempraktekan teori menurut Orem
dan Henderson?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Perawat dapat mempraktekkan teori menurut Orem dan Henderson.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui sejarah keperawatanan
b. Mengetahui pengetian keperawatan
4

c. Mengetahui pengertian teori keperawatan dan model
keperawatan Orem dan Henderson
d. Mengetahui tujuan teori keperawatan



5

BAB II
TINJAUAN TEORI



A. Sejarah Keperawatan

Keperawatan sebagai suatu pekerjaan sudah ada sejak manusia ada di bumi
ini, keperawatan terus berkembang sesuai dengan kemajuan peradaban teknologi
dan kebudayaan. Konsep keperawatan dari abad ke abad terus berkembang, Pada
awal sejarahnya keperawatan dikenal sebagai bentuk pelayanan komunitas dan
pembentukannya berkaitan dengan dorongan alami untuk melayani dan
melindungi keluaga. Keperawatan lahir sebagai bentuk keinginan untuk menjaga
seseorang tetap sehat dan memberikan rasa nyaman, pelayanan dan keamanan
bagi orang yang sakit. Walaupun secara umum tujuan keperawatan relative secara
sama dari tahun ke tahun, praktik keperawatan dipengaruhi oleh perubahan
kebutuhan masyarakat, sehingga keperawatan terlibat secara bertahap.
Pandangan Nigthingale terhadap keperawatan diturunkan dari philosofi
spiritual yang berkembang dalam mas remaja dan ia ketika dewasa. Inti
keyakinannya juga terlihat dalam analisis statistik yang mengaitkan sanitasi yang
buruk dengan terjadinya kolera dan disentri. Ia memandang keperawatan sebagai
suatu jalan untuk mencari kebenaran dalam mendapat jawaban atas pertanyaan
atau penelusuran terhadap masalah kesehatan dan menggunakan hokum
penyembuhan Tuhan dalam praktik keperawatan.
6

Perang salib menjadi suatu stimulus untuk memperoleh asuhan keperawatan
dan kesehatan. Perawat militer membutuhkan perawat laki-laki dan didirikan
rumah sakit. Setelah perang salib kota-kota besar mulai berdiri dan berkembang
dengan menurunkan faktor feodalisme. Perkembangan populasi penduduk yang
luas di kota-kota tersebut menyebabkan munculnya masalah kesehatan tertentu
dan meningkatnya kebutuhan perawatan kesehatan.
Dalam bulan Oktober 1846, Florence Nightingale memperoleh Year-book
of the Institution of Deaconesses at Kaiserswerth. Pada tahun 1847, ia pergi ke
kaisersweth untuk bekerja pada Diakonia. Dalam tahun 1860, Nightingale menulis
Notes on Nursing: What It Is and What It Is Not untuk masyarakat umum.
Filosofinya terhadap praktik keperawatan merupakan dari refleksi dari perubahan
kebutuhan masyarakat. Ia melihat peran perawat sebagai seseorang yang bertugas
menjaga kesehatan seseorang berdasarkan pengetahuan tentang bagaimana
menempatkann tubuh dalam suatu status yang terbebas dari penyakit atau sembuh
dari suatu penyakit. Dalam tahun yang sama, ia mengembangkan program
pelatihan untuk perawat pertama kali, sekolah Nightingale untuk perawat di St.
Thomass Hospital di London.
Keperawatan di rumah sakit berkembang pada akhir abad ke-19, tetapi di
komunitas, keperawatan tidak menunjukan peningkatan yang berarti sampai tahun
1893 ketika Lilian Wald dan Mary Brewster membuka The Henry Street
Settlement, yang berfokus pada kebutuhan kesehatan orang-orang miskin yang
tinggal dirumah penampungan di New York. Perawat yang berkerja di tempat
tersebut memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap klien mereka dari
pada perawat yang bekerja di rumah sakit karena mereka sering kalau menghadapi
7

situasi yang membutuhkan tindakan mandiri dari perintah dokter. Lebih dari itu,
dalam mengobati penyakit, orang miskin membutuhkan terapi yang ditunjukan
untuk memperbaiki nutrisi, memberikan penginapan, dan mempertahankan
kebersihan.
Wald menulis buku yang menggambarkan aktivitasnya di tempat bekerja,
dengan judul : The House on Henry Sreet (1915) dan Windows on Henry Street
(1934). Perkembangan keperawatan di dunia :
1. Mother Instink, pekerjaan keperawatan sudah ada sejak manusia
diciptakan, keperawatan ada sebagai suatu naluri (instink). Setiap manusia
pada tahap ini menggunakan akal pikirannya untuk menjaga kesehatan,
menggurangi stimulus kurang menyengkan, merawat anak, menyusui anak
dan perilaku masih banyak perilaku lainnya.
2. Animisme, manusia pada tahap ini memiliki keyakinan bahwa
keadaan sakit adalah disebabkan oleh arwah/roh halus yang ada pada
manusia yang telah meninggal atau pada manusia yang hidup atau pada
alam ( batu besar, pohon, gunung, sungai, api, dll). Untuk mengupayakan
penyembuhan atau perawatan bagi manusia yang sakit maka roh jahat harus
di usir, para dukun mengupayakan proses penyembuhan dengan berusaha
mencari pengetahuan tentang roh dari sesuatu yang mempengaruhi
kesehatan orang yang sakit. Setelah dirasa mendapatkan kemampuan, para
dukun berupaya mengusir roh dengan menggunakan mantra-mantra atau
obat-obatan yang berasal dari alam.
3. Keperawatan penyakit akibat kemarahan para dewa, pada tahap ini
manusia sudah memiliki kepercayaan tentang adanya dewa-dewa, manusia
8

yang sakit disebabkan oleh kemarahan dewa. Untuk membantu
penyembuhan orang yang sakit dilakukan pemujaan kepada para dewa di
tempat pemujaan (kuil), dengan demikian dapat dikatakan bahwa kuil
adalah tempat pelayanan kesehatan.
4. Ketabiban, mulai berkembang kemungkinan sejak 14 abad SM,
pada masa ini telah dikenal teknik pembidaian, hygiene umum, anatomi
manusia.
5. Diakones dan Philantrop berkembang sejak 400 SM, para
diakones memberikan pelayanan perawatan yang diberikan dari rumah ke
rumah, tugas mereka adalah membantu pendeta memberikan pelayanan
kepada masyarakat dan pada masa ini merupakan cikal bakal
berkembangnya ilmu keperawatan kesehatan masyarakat. Philantop adalah
kelompok yang mengasingkan diri dari keramaian dunia, dimana mereka
merupakan tenaga inti yang memberikan pelayanan di pusat pelayanan
kesehatan (RS) pada masa itu.
6. Perkembangan ilmu kedokteran islam pada tahun 632 Masehi,
Agama Islam melalui Nabi Muhamad SAW dan para pengikutnya
menyebarkan agama Islam keseluruh pelosok dunia. Selain menyebarkan
ajaran agama beliau juga menyebarkan ilmu pengetahuan tentang perilaku
hidup bersih dan pengobatan terhadap penyakit (kedokteran).
7. Perawat terdidik ( 600 1583 ) Pada masa ini pendidikan
keperawatan mulai muncul, dimana program itu menghasilkan perawat-
perawat terdidik. Pendidikan keperawatan diawali di Hotel Dien dan Lion
Prancis yang kemudian berkembang menjadi rumah sakit terbesar disana.
9

Pada awalnya perawat terdidik diseleksi dari para pengikut agama dimana
tenaga mereka diperbantukan dalam kegiatan perawatan paska terjadinya
perang salib. Tokoh perawat yang terkenal pada saat (1182 1226) itu
adalah St Fransiscas dari Asisi Italia.
8. Perawat Profesional (abad 18 19) Perkembangan ilmu
pengetahuan semakin pesat sejak abad ini termasuk ilmu kedokteran dan
keperawatan. Florence Nightingale (1820-1910) adalah tokoh yang berjasa
dalam pengembangan ilmu keperawatan, beliau mendirikan sekolah
keperawatan moderen pada tahun 1960 di RS St. Thomas di London.
9. Melihat perkembangan keperawatan di dunia dengan kemajuannya
dari tahap yang paling klasik sampai dengan terciptanya tenaga keperawatan
yang professional dan diakui oleh dunia internasional tentu dapat dijadikan
cerminan bagi perkembangan keperawatan di Indonesia.
Mengikuti perkembangan keperawatan di dunia, keperawatan di Indonesia
juga terus berkembang, adapun perkembangannya adalah sebagai berikut :
1. Seperti halnya perkembangan keperawatan di dunia, di Indonesia
pada awalnya pelayanan perawatan masih didasarkan pada naluri,
kemudian berkembang menjadi aliran animisme, dan orang bijak
beragama.
2. Penjaga Orang Sakit (POS/zieken oppasser) sejak masuknya
Vereenigge Oost Indische Compagine di Indonesia mulai didirikan
rumah sakit, Binnen Hospital adalah RS pertama yang didirikan
tahun 1799, tenaga kesehatan yang melayani adalah para dokter
bedah, tenaga perawat diambil dari putra pertiwi. Pekerjaan
10

perawat pada saat itu bukan pekerjaan dermawan atau intelektual,
melainkan pekerjaan yang hanya pantas dilakukan oleh prajurit
yang bertugas pada kompeni. Tugas perawat pada saat itu adalah
memasak dan membersihkan bagsal (domestik work), mengontol
pasien, menjaga pasien agar tidak lari/pasien gangguan kejiwaan.
3. Model Keperawatan Vokasional (abad 19) Berkembangnya
pendidikan keperawatan non formal, pendidikan diberikan melalui
pelatihan-pelatihan model vokasional dan dipadukan dengan
latihan kerja.
4. Model Keperawatan Kuratif (1920) Pelayanan pengobatan
menyeluruh bagi masyarakat dilakukan oleh perawat seperti
imunisasi/vaksinasi, dan pengobatan penyakit seksual.
5. Keperawatan semi professional. Tuntutan kebutuhan akan
pelayanan kesehatan (keperawatan) yang bermutu oleh masyarakat,
menjadikan tenaga keperawatan dipacu untuk meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan dibidang keperawatan. Pendidikan-
pendidikan dasar keperawatan dengan sistem magang selama 4
tahun bagi lulusan sekolah dasar mulai bermunculan.
6. Keperawatan preventif pemerintahan belanda menganggap
perlunya hygiene dan sanitasi serta penyuluhan dalam upaya
pencegahan dan pengendalian wabah, pemerintah juga menyadari
bahwa tindakan kuratif hanya berdampak minimal bagi masyarakat
dan hanya ditujukan bagi mereka yang sakit. Pada tahun 1937
didirikan sekolah mantri higene di Purwokerto, pendidikan ini
11

terfokus pada pelayanan kesehatan lingkungan dan bukan
merupakan pengobatan.
7. Menuju keperawatan professional sejak Indonesia merdeka (1945)
perkembangan keperawatan mulai nyata dengan berdirinya Sekolah
Pengatur Rawat (SPR) dan Sekolah Bidan di RS besar yang
bertujuan untuk menunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Pendidikan itu diberuntukan bagi mereka lulusan SLTP ditambah
pendidikan selama 3 tahun, disamping itu juga didirikan sekolah
bagi guru perawat dan bidan untuk menjadi guru di SPR.
Perkembangan keperawatan semakin nyata dengan didirikannya
organisasi Persatuan Perawat Nasional Indonesia tahun 1974.
8. Keperawatan professional melalui Lokakarya Nasional
keperawatan dengan kerjasama antara Depdikbud RI, Depkes RI
dan DPP PPNI, ditetapkan definisi, tugas, fungsi dan kompetensi
tenaga perawat professional di Indonesia. Diilhami dari hasil
lokakarya itu maka didirikanlah akademi keperawatan, kemudian
disusul pendirian PSIK FK-UI (1985) dan kemudian didirikan pula
program paska sarjana (1999).
B. Pengertian Keperawatan
Teori Keperawatan merupakan usaha untuk menyusun suatu model konsep
dalam keperawatan sehingga model keperawatan ini mengandung arti aplikasi dari
struktur keperawatan itu sendiri, yang memungkinkan perawat untuk menerapkan
cara mereka bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Model
konsep keperawatan ini digunakan dalam menentukan model praktek
12

keperawatan, mengingat dalam model praktek keperawatan mengandung
komponen dasar seperti adanya keyakinan dan nilai yang mendasari sebuah
model.
Pada lokakarya nasional 1983 telah disepakati pengertian keperawatan
sebagai berikut, keperawatan adalah pelayanan professional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan bio psiko sosio spiritual yang komprehensif yang ditujukan
kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
C. Tujuan Teori Keperawatan
Teori keperawatan sebagai salah satu bagian kunci perkembangan ilmu
keperawatan dalam perkembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang
ingin dicapai diantaranya :
1. Dapat memberikan alasan-alasan tentang kenyataan-kenyataan yang
dihadapi dalam pelayanan keperawatan.
2. Membantu para anggota profesi perawat untuk memahami berbagai
pengetahuan.
3. Membantu proses penyelesaian masalah dalam keperawatan dengan
memberikan arah yang jelas.
4. Memberikan dasar dari asumsi dan filosofi keperawatan.

13

BAB III
PEMBAHASAN


A. Teori dan Model Keperawatan Dorothea Orem
Teori ini mengacu kepada bagaimana individu memenuhi kebutuhan dan
menolong keperawatannya sendiri, maka timbullah teori dari Orem tentang Self
Care Deficit of Nursing.
Keperawatan mandiri (self care) menurut Orem's adalah :
"Suatu pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu sendiri
untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraannya sesuai dengan keadaan, baik sehat maupun sakit " (Orem's,
1980).
Dari teori ini oleh Orem dijabarkan ke dalam tiga teori yaitu :
1. Self Care
Teori self care ini berisi upaya tuntutan pelayanan diri yang The nepeutic
sesuai dengan kebutuhan. Perawatan diri sendiri adalah suatu langkah awal yang
dilakukan oleh seorang perawat yang berlangsung secara continue sesuai dengan
keadaan dan keberadaannya , keadaan kesehatan dan kesempurnaan.
Perawatan diri sendiri merupakan aktifitas yang praktis dari seseorang
dalam memelihara kesehatannya serta mempertahankan kehidupannya. Terjadi
hubungan antar pembeli self care dengan penerima self care dalam hubungan
14

terapi. Orem mengemukakan tiga kategori/ persyaratan self care yaitu :
persyaratan universal, persyaratan pengembangan dan persyaratan kesehatan.
Penekanan teori self care secara umum :
1. Pemeliharaan intake udara
2. Pemeliharaan intake air
3. Pemeliharaan intake makanan
4. Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi dan eksresi
5. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
6. Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi sosial
7. Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan manusia
8. Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok
sosial sesuai dengan potensinya.
2. Self Care Deficit
Teori ini merupakan inti dari teori perawatan general Orem, yang
menggambarkan kapan keperawatan di perlukan, oleh karena perencanaan
keperawatan pada saat perawatan yang dibutuhkan.
Bila dewasa (pada kasus ketergantungan, orang tua, pengasuh) tidak mampu
atau keterbatasan dalam melakukan self care yang efektif
Teori self care deficit diterapkan bila :
1. Anak belum dewasa
15

2. Kebutuhan melebihi kemampuan perawatan
3. Kemampuan sebanding dengan kebutuhan tetapi diprediksi untuk masa
yang akan datang, kemungkinan terjadi penurunan kemampuan dan
peningkatan kebutuhan.
3. Nursing system
Teori yang membahas bagaimana kebutuhan "Self Care" pasien dapat
dipenuhi oleh perawat, pasien atau keduanya. Nursing system ditentukan /
direncanakan berdasarkan kebutuhan "Self Care" dan kemampuan pasien untuk
menjalani aktifitas "Self Care".
Orem mengidentifikasikan klasifikasi Nursing System :
1. The Wholly compensatory system
Bantuan secara keseluruhan, dibutuhkan untuk klien yang tidak mampu
mengontrol dan memantau lingkungannya dan berespon terhadap
rangsangan.
2. The Partly compensantory system
Bantuan sebagian, dibutuhkan bagi klien yang mengalami keterbatasan
gerak karena sakit atau kecelakaan.
3. The supportive - Educative system
Dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang memerlukannya untuk
dipelajari, agar mampu melakukan perawatan mandiri.
16

4. Metode bantuan :
Perawat membantu klien dengan menggunakan system dan melalui lima
metode bantuan yang meliputi :
1. Acting atau melakukan sesuatu untuk klien
2. Mengajarkan klien
3. Mengarahkan klien
4. Mensupport klien
5. Menyediakan lingkungan untuk klien agar dapat tumbuh dan
berkembang.
Keyakinan dan nilai - nilai
Kenyakianan Orem's tentang empat konsep utama keperawatan adalah :
1. Klien : individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus menerus
memperthankan self care untuk hidup dan sehat, pemulihan dari sakit atau
trauma atu koping dan efeknya.
2. Sehat : kemampuan individu atau kelompoki memenuhi tuntutatn self care
yang berperan untuk mempertahankan dan meningkatkan integritas
structural fungsi dan perkembangan.
3. Lingkungan : tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi kebutuhan
keperluan self care dan perawat termasuk didalamnya tetapi tidak spesifik.
4. Keperawatan : pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau kegiatan yang
dilakukan untuk membantu individu, keluarga dan kelompok masyarakat
17

dalam mempertahankan self care yang mencakup integritas struktural,
fungsi dan perkembangan.
Tiga kategori self care
Model Orem's menyebutkan ada beberapa kebutuhan self care yang disebutkan
sebagai keperluan self care (self care requisite), yaitu :
1. Universal self care requisite ; keperluan self care universal dan ada pada
setiap manusia dan berkaitan dengan fungsi kemanusiaan dan proses
kehidupan, biasanya mengacu pada kebutuhan dasar manusia. Universal
requisite yang dimaksudkan adalah :
1. Pemeliaharaan kecukupan intake udara
2. Pemeliharaan kecukupan intake cairan
3. Pemeliaharaan kecukupan makanan
4. Pemeliaharaan keseimabnagn antara aktifitas dan istirahat
5. Mencegah ancaman kehidupan manusia, fungsi kemanusiaan dan
kesejahteraan manusia
6. Persediaan asuhan yang berkaitan dengan proses- proses eliminasi.
7. Meningkatkan fungsi human fungtioning dan perkembangan ke dalam
kelompok sosial sesuai dengan potensi seseorang, keterbatasan
seseorang dan keinginan seseorang untuk menjadi normal.
2. Developmental self care requisite: terjadi berhubungn dengan tingkat
perkembangn individu dan lingkungan dimana tempat mereka tinggal yang
berkaitan dengan perubahan hidup seseorang atau tingkat siklus kehidupan.
18

3. Health deviation self care requisite: timbul karena kesehatan yang tidak
sehat dan merupakan kebutuhan- kebutuhan yang menjadi nyata karena
sakit atau ketidakmampuan yang menginginkan perubahan dalam perilaku
self care.
Tujuan keperawatan pada model Orem"s secara umum adalah :
1. Menurunkan tuntutan self care pada tingkat dimana klien dapat
memenuhinya, ini berarti menghilangkan self care deficit.
2. Memungkinkan klien meningkatkan kemampuannya untuk memenuhi
tuntutan self care.
3. Memungkinkan orang yang berarti (bermakna) bagi klien untuk
memberikan asuhan dependen jika self care tidak memungkinkan, oleh
karenanya self care deficit apapun dihilangkan.
Tujuan keperawatan pada model Orem's yang diterapkan kedalam praktek
keperawatan keluarga / komunitas adalah :
1. Menolong klien dalam hal ini keluarga untuk keperawatan mandiri secara
terapeutik
2. Menolong klien bergerak kearah tidakan-tidakan asuhan mandiri
3. Membantu anggota keluarga untuk merawat anggota keluarganya yang
mengalami gangguan secara kompeten.
Dengan demikian maka fokus asuhan keperawatan pada model orem's yang
diterapkan pada praktek keperawtan keluaga/komunitas adalah :
19

1. Aspek interpersonal : hubungan didalam kelurga
2. Aspek sosial : hubungan keluarga dengan masyarakat disekitarnya
3. Aspek prosedural : melatih ketrampilan dasar keluarga sehingga mampu
mengantisipasi perubahan yang terjadi
4. Aspek tehnis : mengajarkan kepada keluarga tentang tehnik dasar yang
dilakukan di rumah, misalnya melakukan tindakan kompres secara benar.
Analisis Teori Dan Model Dorothea Orem:
Kelebihan:
Teori Orem sudah operasional dan digunakan dalam riset, praktik
dan administrasi. Penggunaan t eor i t er s ebut dal am r i s et memi l i ki
beber apa al as an. Or em t el ah mengembangkan proposisi melalui
konsep teori dan dialamatkan paling tidak duakonsep inti dalam
keperawatan. orem juga melanjutkan revisi dan perbaikan teorinya.
Teori Orem lebih banyak digunakan dalam mengatasi masalah
pasien dengan sakit akut dan kronik seperti penderita kanker, diabetes, pasien
pre dan post operasi, dsb.
Digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan kurikulum
pendidikan diploma dansarjana keperawatan.
Wal aupun l i ngkupnya t er bat as dal am r i s et , pendi di kan dan
admi ni s t r as i t et api memiliki cakupan yang cukup luas semua teori dalam
praktik.
Kekurangan:
20

Teor i dan model keper awat annya l ebi h condong kepada
hal yang t er kai t dengankr i t er i a per awat an. Sehi ngga, l ebi h
banyak di gunakan s ebagai panduan pr akt i k daripada riset. Ini tentang
praktik dan untuk praktik.
Teori dan model berorientasi pada kondisi sakit seperti pada kondisi akut
dan kr oni k, di mana t i dak ada i ndi kas i penggunaan t eor i pada
kl i en dengankondisi yang sehat. Coleman, 1980, menyatakan bahwa teori
Orem sebagai teori yanggunakan untuk aktivitas keperawatan dalam memberikan
pelayanan di rumah sakit.
Teori dan model Orem lebih condong kepada perawatan bagi orang dewasa
dibanding pada kelompok yang lain.
Teori dan model Orem hanya menekankan pada individu tetapi
tidak pada keluarga,maupun komunitas.
Dal am t eor i dan model Or em, hubungan yang l ebi h
di t ekankan adal ah hubungan antara perawat dan orang sakit (pasien)
bukan pada hubungan antara orang sehat d e n g a n p e r a wa t . h a l i n i
b i s a k i t a l i h a t d a r i p e r n y a t a a n Or e m b a h wa
ma n f a a t keper awat an adal ah mengembal i kan/ membant u
pas i en/ i ndi vi du yang mengal ami penurunan kemandirian untuk
memenuhi kebutuhan perawatan dirinya.
Penggunaan teori dan model Orem dalam administrasi tidak memberi
panduan banyak s e p e r t i y a n g d i k e m u k a k a n o l e h Mi l l e r ,
1 9 8 0 b a h w a m e m a n g b a n y a k y a n g menggunakan t eor i
t er s ebut dal am admi ni s t r as i t et api t i dak member i kan
21

banyak panduan dan contoh-contoh untuk implementasi dalam skala besar di
bidang tersebut.
Kurang membahas bagaimana menumbuhkan self care pada diri
perawat dan klienmelalui pembinaan komunikasi efektif. Selain faktor
cultural sering menghambat penerapan teori self care ini. Dan kurang
mengupas tentang aktivitas tidak langsungyang berhubungan dengan
pelaksanaannya seperti pengadaan perlengkapan dalam prosses
pelaksanaan, membuat kontrak dengan pasien, dokumentasi, kordinasi dengantim
lain, penyediaan modul dan order stock medis
B. Teori Dan Model Keperawatan Virginia Henderson
Keperawatan adalah suatu fungsi yang unik dari perawat untuk menolong
klien yang sakit atau sehat dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan
meningkatkan kemampuan, kekuatan, pengetahuan dan kemandirian pasien secara
rasional, sehingga pasien dapat sembuh atau meninggal dengan tenang.
Definisi ini merupakan awal terpisahnya ilmu keperawatan dan medik dasar.
Dari definisi tersebut adalah asumsi tentang individu yaitu Individu perlu untuk
mempertahankan keseimbangan fisiologis dan emosional.o Individu memerlukan
bantuan untuk memperoleh kesehatan dan kemandirian atau meninggal dengan
damai.o Individu membutuhkan kekuatan yang diperlukan , keinginan atau
pengetahuan untuk mencapai atau mempertahankan kesehatan.Henderson
berpendapat peranan perawat membantu individu sehat sakit dengan suatu cara
penambah atau pelengkap (supplementary atau emplementary). Perawat sebagai
partner penolong pasien dan kalau perlu sebagai pengganti bagi pasien.
22

Teori henderson bersifat sederhana dan umum dengan beberapa kekurangan,
tapi dapat diterapkan diberbagai usia dan ditetapkan diberbagai tingkat pelayanan
kultur dengan sukses. Henderson menganjurkan penelitian praktik keperawatan
dengan fokus pada pengukuran kesejahteraan konsumen, kepuasan, dan
efektivitas biaya.
Fokus perawat adalah menolong pasien dan keluarga untuk memperoleh
kebebasan dalam memenuhi kebutuhan yang sering disebut 14 kebutuhan dasar
Henderson yaitu :
1. Bernafas secara normal
2. Makan dan minum cukup
3. Eliminasi
4. Bergerak dan mempertahankan posisi yang dikehendaki
5. Istirahat dan tidur
6. Memilih cara berpakaian; berpakaian dan melepas pakaian.
7. Mempertahankan temperature tubuh dan rentang normal
8. Menjaga tubuh tetap rapi dan bersih
9. Menghindari bahaya dari lingkungan
10. Berkomunikasi dengan orang lain
23

11. Beribadah menurut keyakinan
12. Bekerja yang menjanjikan prestasi
13. Bermain dan berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi
14. Belajar menggali atau memuaskan rasa keingintahuan yang mengacu pada
perkembnagan dan kesehatan normal.
Solusi Henderson:
Pada saat semua itu terjadi seharusnya perawat ada disamping pasien.
Mendengarkan keluhan, memberikan motivasi, dan memberikan penjelasan tekait
penyakitnya. Seandainya para ahli-ahli keperawatan kita melihat langsung
fenomena tersebut, dia akan sedih. Konsep, teori, dan standar asuhan telah dibuat
tapi, implementasinya di lapangan belum optimal.
Tujuan henderson:
Untuk bekerja secara mandiri dengan tenaga pemberi pelayanan kesehatan
dan Membantu klien untuk mendapatkan kembali kemandiriannya secara
mungkin.
Kerangka kerja praktik henderson: 14 KDM
Dokter menetapkan diagnosa, perawat mengenali tingkat kemampuan individu
dalam memenuhi kebutuhan manusianya yaitu dengan mengenali masalah pada 14
KDM. Rencana keperawatan tertulis untuk bahan pemikiran tentang kebutuhan
24

individual dan dimodifikasi terus menerus sesuai kebutuhan serta dapat diikuti
oleh seluruh anggota tim keperawatan. Implementasinya dasar menolong pasien
dalam memenuhi 14 KDM. Evaluasi tergantung kecepatan kemandirian.
Keterbatasan pendapat Henderson:
1. Kurangnya hubungan konsepsual antara fisiologis dan karakteristik
lain manusia
2. Konsep manusia yang holistik yaitu kurang begitu dijelaskan atau
belum jamannya
3. Hubungan antara 14 KDM kurang jelas (prioritas/ bukan)
4. Penjelasan apa yang harus dilakukan keperawatan dalam
mengupayakan kematian dengan damai mengundang pertanyaan

25

BAB IV
KASUS FIKTIF PASIEN
Tn. X 60 th masuk RS Pelita dengan keadaan umum: tidak bisa
menggerakkan bagian kiri tubuhnya, bibir moncong kekanan. Dialami sejak 2 jam
sebelum masuk RS. Riwayat penyakit: hipertensi sejak usia 30 th, riwayat
merokok 1 bungkus sehari sejak usia 12 th. Tn. X adalah seorang pensiunan TNI.
Ttv: 200/ 140 mmHg, p: 36 x/m, n: 115 x/m, s: 37,4 c.
Pertolongan pertama di UGD Tn. X ditangani dengan pemberian cairan
infus sebagai jalur masuknya obat ke IV serta pengawasan terhadap tanda-tanda
vitalnya. Sebagian besar tindakan ini dilakukan oleh perawat sesuai instruksi
dokter.

26

BAB V
ANALISA KASUS

Masalah keperawatan yang bisa muncul pada klien:
1. Defisit perawatan diri
2. Gangguan rasa nyaman
3. Gangguan pola tidur
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan
5. Kelemahan
6. Ansietas
7. Kurang pengetahuan
8. Hambatan mobilitas
Menrut Orem prioritas pertama yang bisa muncul adalah defisit perawatan diri,
sedangkan menurut Henderson 14 KDM bisa muncul semua.
27

BAB VI
KESIMPULAN

1. Perbedaan yang mendasar antara model dan teori keperawatan adalah
bahwa sebuah konsep bisa berkembang menjadi sebuah teori. Konsep
lebih menggambarkan simbol-simbol yang abstrak sedangkan teori lebih
menggambarkan tentang pola-pola realita.
2. Teori dan model keperawatan yang terkait dengan fenomena dalam
makalah ini adalah yang dikemukakan oleh Orem dan Henderson.
3. Henderson mengembangkan keperawatan berdasarkan 14 KDM.
4. Menurut Henderson disinilah letak peran seoarang perawat sebagai
penolong pasien dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.
5. Menurut Orem bila perawat menemukan seorang individu mengalami
defisit perawatan diri; perawat seharusnya menuntun, membimbing, dan
menyediakan lingkungan yang meningkatkan kemandirian pasien tersebut.
6. Teori dan model keperawatan sangat berperan penting dalam
perkembangan ilmu keperawatan menuju keprofesi keperawatan yang
lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai