Anda di halaman 1dari 4

Eka News

Monthly Newsletter Edition 3/Mei 2010 Care for Better Health


Eka Hospital BSD
Lot IX Central Business District,
BSD City Tangerang
Ph. 021-256 555 55,
Fax. 021-256 555 44
Eka Hospital Pekanbaru
Jl. Soekarno-Hatta Km 6,5
Pekanbaru
Ph. 0761-698 99 99,
Fax: 0761-698 99 44
www.ekahospital.com
Normalkah?
ANAK TERLAMBAT
BICARA,
Kenapa Anak Terlambat Bicara?
Banyak hal yang dapat
menyebabkan keterlambatan dalam
berbicara pada anak. Gangguan
tersebut ada yang ringan, ada pula
yang berat. Ada yang membaik
setelah usia tertentu, ada juga yang tak
menampakkan kemajuan.
Keterlambatan bicara bisa terjadi
akibat gangguan proses pendengaran,
gangguan penerus impuls ke otak,
kelainan organ bicara, atau organ
pembuat suara.
Penyebab utama
keterlambatan bicara, yaitu retardasi
mental, gangguan pendengaran, dan
keterlambatan maturasi.
Speech Delay atau keterlambatan bicara adalah salah satu
penyebab gangguan perkembangan yang paling sering
ditemukan pada anak. Penyebab gangguan bicara dan bahasa
sangat luas dan banyak, terdapat beberapa tanda yang harus
diwaspadai untuk lebih mudah mendeteksi gangguan ini.
Keterlambatan maturasi juga
disebut keterlambatan bicara
fungsional, termasuk gangguan paling
ringan dan saat usia tertentu akan
membaik.
Penyebab lain yang relatif
jarang adalah kelainan organ bicara,
kelainan genetik atau kromosom,
autisme, mutisme selektif, afasia
reseptif, dan deprivasi lingkungan.
Deprivasi lingkungan bisa disebabkan
oleh lingkungan sepi, dua bahasa,
status ekonomi sosial, teknik
pengajaran yang salah, dan sikap
orangtua.
Jangan Cemas Dulu Bila Anak
Terlambat Bicara
Orangtua layak bingung jika
anak terlambat bicara. Akan tetapi
jangan lalai untuk segera mencari
terapi. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan orangtua jika terjadi
gangguan atau keterlambatan bicara
pada sang buah hati, yaitu jangan
biarkan anak menonton TV terlalu
lama karena akan berdampak
kurang baik terhadap
perkembangannya, sediakan waktu
mengajak anak berinteraksi dengan
teman-teman sebayanya, lakukan
stimulasi dengan mengajak anak
berkomunikasi meskipun ia belum
mampu berbicara dengan baik,
mulailah membacakan dongeng
In this Issue:
- Anak Terlambat Bicara,
Normalkah?
- Terapi Wicara
- Jogi Mulai Pandai Bicara
Susunan Redaksi:
Pelindung: dr. Esther Nurima, MARS
Ketua: dr. Janti Indrawati
Anggota:
Tim PR Corporate
Tim Marketing BSD & Pekanbaru
Kontributor:
dr. Fanny Aliwarga, SpRM
Input dan saran, email:
redaksi@ekahospital.com
atau buku cerita anak sejak usia 6
bulan dan mengajarkan anak
pengucapan kata-kata dengan jelas
(intonasi, bentuk mulut/bibir
saat mengucapkannya).
Contoh: makan bukan maem
atau mamam, minum bukan
mik atau num, susu bukan
cucu, dsb.
Pada beberapa
kasus terdapat kondisi anak
terlambat bicara namun bisa
membaik dengan sendirinya.
Apabila kemampuan bicara
tidak mengalami kemajuan,
terapi sejak dini akan sangat
membantu mengoptimalkan
perkembangannya.
Konsultasikan dengan dokter/
psikolog/psikiater tentang apa yang
seharusnya dikuasai oleh anak pada
usia tertentu. Usahakan mencari the
second opinion untuk memperkuat
Tabel 2.1. Milestones Normal Perkembangan Bicara&Bahasa Pada Anak
Umur Kemampuan Reseptif Kemampuan Ekspresif
Lahir
Melirik ke sumber suara
Memperlihatkan ketertarikan terhadap
suara-suara
Menangis
2-4 bulan
Tertawa dan mengoceh tanpa arti
6 bulan Memberi respon jika namanya dipanggil
Mengeluarkan suara yang merupakan kombinasi
huruf hidup(vokal) dan huruf mati (konsonan)
9 bulan
Mengerti kata-kata yang rutin didengar
(da-da)
Mengucapkan ma-ma,pa-pa,da-da
12 bulan
Memahami dan menuruti perintah
sederhana
15 bulan Menunjuk anggota tubuh Mempelajari kata-kata dengan perlahan
18-24 bulan Mengerti kalimat Menggunakan/merangkai dua kata
24-36 bulan
36-48 bulan
Mengerti banyak apa yang diucapkan
Menanyakan mengapa
Kalimat 76% dapat dimengerti, bahasa sudah
mulai jelas, menggunakan lebih dari 4 kata dalam
satu kalimat
48-60 bulan
Mengerti banyak apa yang dikatakan,
sepadan dengan fungsi kognitif
Menyusun kalimat dengan baik
Bercerita
Kalimat 100% dapat dimengerti
6 tahun Pengucapan lebih jelas
Frase 50% dapat dimengerti
Membentuk 3 (atau lebih) kalimat
Menanyakan apa
Menjawab pertanyaan
Mengikuti 2 langkah perintah
Bergumam
Mengucapkan satu kata
pernyataan dokter yang sebelumnya
sekaligus memperkaya informasi
tentang kondisi anak kita yang
sebenarnya. Semakin dini kita
mendeteksi kelainan atau
gangguan tersebut maka
semakin baik pemulihannya.
Semakin cepat diketahui
penyebab gangguan bicara dan
bahasa maka semakin cepat
stimulasi dan intervensi dapat
dilakukan pada anak yang
mengalami keterlambatan
dalam berbicara.
Source: www.keterlambatan-
bicara.blogspot.com
Terapi Wicara
Gangguan bicara dan bahasa adalah
salah satu gangguan tumbuh
kembang yang paling sering
ditemukan pada anak.
Keterlambatan bicara adalah
keluhan utama yang sering
dicemaskan dan dikeluhkan orang
tua kepada dokter. Terapi wicara
adalah langkah tepat yang dianjurkan
oleh dokter spesialis tumbuh
kembang anak. Terapi ini wajib
dilakukan pada buah hati Anda yang
mengalami masalah keterlambatan
bicara (speech delay)
Catatan Dokter Spesialis Anda:
Terapi wicara dilakukan oleh
seorang Speech-language patholo-
gists (SLPs), atau lazimnya dikenal
sebagai terapis wicara. Terapis wicara
adalah tenaga profesional terdidik
dalam bidang komunikasi,
perkembangannya, serta gangguan
yang menyertainya. Para terapis wicara
pada umumnya mengenyam
pendidikan khusus terapi wicara dan
memiliki sertifikat keahlian di
bidangnya.
Dengan menilai kemampuan
berbicara, bahasa, komunikasi
kognitif, dan keterampilan menelan
pada anak-anak dan orang dewasa,
seorang terapis wicara dapat
mengidentifikasi jenis masalah
komunikasi dan cara terbaik untuk
melatih kemampuan berbicara
mereka.
Terapis wicara melakukan
terapi pada masalah di bidang
artikulasi; difluency (ketidaklancaran
berbicara); gangguan makan,
gangguan bunyi suara (sengau), serta
gangguan bahasa reseptif dan
ekspresif.
Pemulihan
Dalam terapi wicara dan bahasa,
seorang terapis wicara akan
melakukan sesi terapi tatap muka
Terapis akan menggunakan berbagai
terapi oral motorik, termasuk
pemijatan wajah (facial massage)
dan berbagai terapi penggerakan
lidah, bibir, dan rahang untuk
memperkuat otot-otot mulut.
Sementara itu dalam terapi makan
dan menguyah, terapis akan
menggunakan beberapa macam
makanan dengan tingkatan tekstur
dan temperatur yang berbeda,
sehingga dapat melatih kepekaan
oral motorik anak pada saat makan
dan menguyah.
individual (one to one), dalam
kelompok kecil, atau langsung di ruang
kelas, guna menghindari distraksi yang
disebabkan oleh gangguan/kelainan
tertentu.
Terapis menggunakan berbagai strategi
terapi, diantaranya:
Kegiatan Intervensi Bahasa
Dalam latihan ini terapis akan
berinteraksi dengan anak lewat
aktivitas bermain dan berbicara.
Terapis dapat menggunakan gambar,
buku, obyek tertentu, atau kejadian di
sekitar anak pada saat aktivitas
berlangsung, untuk menstimulasi
perkembangan bahasa.Terapis juga
dapat mencontohkan pelafalan yang
tepat dan melakukan latihan berulang-
ulang untuk membangun kemampuan
bicara dan bahasa anak.
Terapi Artikulasi
Dalam latihan artikulasi atau
pembentukan suara, peran terapis
dalam memberikan contoh
pembentukan bunyi serta suku kata
yang tepat kepada anak, harus
dilakukan secara konsisten selama
aktivitas berlansung. Tingkat kesulitan
aktivitas bermain harus disesuaikan
dengan usia dan jenis kebutuhan anak.
Terapis akan memberikan contoh
bagaimana memproduksi suara
dengan tepat dengan cara
memeragakan secara gamblang
pergerakan lidah dan alat ucapan
lainnya sehingga sebuah bunyi
misalnya r- dapat dihasilkan dengan
baik dan tepat.
Terapi Oral Motorik/Terapi
Makan
JOGI Mulai Pandai Bicara
S
ering kita
mendengar anak
berusia 2 hingga
2,5 tahun mengalami
keterlambatan bicara. Hanya
beberapa potongan kata yang
biasanya dapat diucapkan, itu
pun tidak terucap dengan
jelas.
Jogi Haseeanta, putra
tunggal dari pasangan Anita
dan Junjungan ini merupakan
salah satu dari sekian banyak
anak yang mengalami
keterlambatan dalam berbicara.
Ketakutan akan gangguan autisme
sempat melanda Sang Bunda, karena
di usia yang menginjak 2,5 tahun, Jogi
belum juga mengucapkan kata-kata
dengan jelas atau meracau, demikian
istilah yang sering digunakan Sang
Bunda.
Ketakutan tersebut perlahan
mulai berkurang setelah Anita
berkonsultasi dengan dr. Soedjatmiko,
seorang dokter spesialis anak
konsultan Tumbuh Kembang di Eka
Hospital. Beliau mengatakan bahwa
respon yang diberikan oleh Jogi sangat
bagus. Hal ini dapat diamati pada saat
ditanya Mana bundanya?, meskipun
ia belum dapat menyebut kata bunda
dan ayah, namun dengan lincah Jogi
akan menunjuk Sang Bunda yang
selalu setia menemaninya itu. Dari hasil
observasi awal tersebut, Jogi
dianjurkan untuk mengikuti terapi
khusus yaitu terapi wicara atau yang
lebih dikenal dengan istilah speech
therapy.
Pada Febuari 2010, Jogi
memulai terapi yang ditangani oleh ahli
terapis wicara Eka Hospital. Menurut
terapisnya, masalah keterlambatan
bicara yang dialami Jogi merupakan
faktor genetik.
Sang Bunda juga memiliki
riwayat keterlambatan bicara ketika
masih balita dan kini ia mengalami
kecadelan dalam berbicara.
Selain itu, Jogi memiliki struktur
lidah yang tidak umum. Kondisi frenu-
lum (tali lidah) yang pendek
berpengaruh pada gerak lidah yang
berfungsi vital dalam hal bicara.
Keterbatasan kemampuan gerakan
lidah Jogi, baik pada saat
menjulurkannya ke depan, ke
samping, ke belakang, dan lain
sebagainya, menyebabkan kekuatan
untuk menahan serta mendorong sa-
liva (air liur) ke orofaring (bagian
belakang mulut) menjadi lemah,
sehingga pada akhirnya mengalir ke
luar mulut atau biasa disebut drooling
(ngeces).
Adapun treatment yang
diberikan speech therapist pada Jogi
adalah; melatih konsentrasi,
menstimulasi otot lidah dan organ
bicara lainnya, serta meniru ujaran.
Latihan konsentrasi diberikan dalam
bentuk permainan-permainan edukatif
yang mampu dikerjakan dengan baik
seperti memasang puzzle, memukul
bola, menyamakan kartu bahasa, dan
lain-lain.
Selain melatih konsentrasi,
pendekatan antara terapis dan
anak perlu juga dilakukan agar
treatment selanjutnya bisa
diarahkan secara mudah.
Berikutnya adalah
menstimulasi otot organ bicara
Jogi, khususnya lidah, dengan
cara memberikan massage
(pijatan) di area wajah agar
kemampuan gerak rahang dan
bibir lebih maksimal, selain itu
brushing dengan menggunakan
sikat gigi khusus yang ditujukan
untuk menstimulasi organ mulut bagian
dalam, sehingga mampu membuka dan
merapatkan, serta protusi bibir dan
menjulurkan lidah. Yang terakhir
adalah meniru ujaran mulai dari bunyi-
bunyian, suku kata, kata, frase, hingga
kalimat.
Setelah beberapa kali menjalani
terapi, Jogi mulai menunjukkan
kemajuan bicara. Jogi mulai meniru
ujaran, diantaranya: ogi (Jogi), ua
(dua), tuju (tujuh), awa (awan), uca
(rusak), mba (mba). Selain itu drool-
ing (mengeces) yang dialaminya
sudah mulai berkurang. Tentunya kita
semua berharap Jogi dan anak-anak
lain yang bernasib sama dengannya
dapat segera terbantu lewat terapi
bicara yang konsiten dilakukan oleh
pihak rumah sakit bekerjasama
dengan keluarga.
Memukul bola adalah salah satu permainan
favorit Jogi setiap kali melakukan terapi
Seorang terapis sedang mengarahkan
permainan memukul bola kepada Jogi

Anda mungkin juga menyukai