Anda di halaman 1dari 12

Bab IV

Penyajian data

4.1. Sumber data
Sumber data merupakan data sekunder yang diperoleh dari :
1. Laporan Bulanan P2 ISPA Puskesmas Rawamerta periode September 2013
sampai dengan Agustus 2014
2. Data demografi dari wilayah kerja Rawamerta tahun 2014.

4.2 Data Umum
4.2.1 Data Geografis
Lokasi Puskesmas Rawamerta terletak di Jl. Komplek Pendidikan No.64, Desa
Sukamardi, Kecamatan Rawamerta, Kabupaten Karawang. Terletak 20 km sebelah
timur pusat pemerintahan kabupaten, yang memiliki luas bangunan terdiri dari 1
lantai.Luas Wilayah kerja 5.404 Ha, yang terdiri dari 116 RT dan 47 RW, terdapat
40 posyandu.
Batas wilayah kerja:
Sebelah Utara : Wilayah kerja Puskesmas Kertamukti
Sebelah Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Majalaya
Sebelah Barat : Wilayah kerja Puskesmas Balongsari
Sebelah Timur : Wilayah Kerja Pukesmas Telagasari

Peta wilayah kerja UPTD Puskesmas terlampir dalam lampiran I I

4.2.2 Data Demografis

1. Jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rawamerta adalah 32.913 jiwa.
2. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin: Laki-laki 16.963 jiwa dan perempuan
16.949 jiwa.
3. Jumlah Balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rawamerta adalah 2187 dari jumlah
penduduk periode september 2013 sampai dengan Agustus 2014.
4. Terdiri 47 RW dan 116 RT dengan jumlah kepala keluarga 10017 Kepala Keluarga
(KK).
5. Klasifikasi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Rawamerta paling banyak adalah tamat SLTP 11.236 jiwa (34.14%) dan
paling sedikit tamat Universitas yaitu 997 jiwa (3.03%).
6. Klasifikasi penduduk berdasarkan mata pencaharian di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Rawamerta paling banyak bekerja sebagai lain-lain yaitu sejumlah 8.788
jiwa (27,30%) dan paling sedikit bekerja sebagai TNI/Polri yaitu sejumlah 64 jiwa
(0,20%).

4.2.3 Jenis Sarana Kesehatan
Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja UPTD Puskesmas
Rawamerta, Kabupaten Karawang antara lain:, Puskesmas (1),PONED (1), PUSTU
(2), Praktek Dokter Umum (6), Praktek Bidan (13), Balai Pengobatan (9), Klinik 24
jam (1).

4.3. Data khusus
4.3.1. Masukan
4.3.1.1 Tenaga
Dokter : 3 orang
Perawat : 7 orang
Koordinator P2 ISPA : 1 orang

4.3.1.2 Dana
Dana untuk pelaksanaan program P2 ISPA, pengadaan obat dan sarana tersedia
cukup. Dana berasal dari :
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) II

4.3.1.3 Sarana
a. Sarana medis
Stetoskop : 3 buah
Termometer : 1 buah
Timbangan berat badan bayi : 1 buah
Timbangan berat badan dewasa : 1 buah
Sound timer : tidak ada
Senter : 1 buah
Antibiotik
- Tablet Kotrimoksazol 480 mg : Tersedia cukup
- Tablet amoksisilin 500 mg : Tersedia cukup
- Sirup Kotrimoksazol 240 mg/5ml : Tersedia cukup
- Sirup kering Amoksisilin 125 mg/5ml : Tersedia cukup
Analgetik-antipiretik
- Tablet Paracetamol 500 mg : Tersedia cukup
- Sirup Paracetamol 120 mg/5ml : Tersedia cukup
Antitusif-ekspektoran- anti sesak
- Tablet Dekstrometrophan : Tersedia cukup
- Tablet Gliseril guaikolat : Tersedia cukup
- Tablet Ambroksol : Tersedia cukup
- Sirup Ambroksol : Tersedia cukup
- Sirup OBH : Tersedia cukup
- Tablet Salbutamol : Tersedia cukup

b. Sarana non medis
Ruang tunggu : Ada
Ruang untuk pemeriksaan pasien : Ada
Tempat tidur untuk memeriksa : Ada
Pedoman tatalaksana ISPA : Ada
Brosur atau poster P2 ISPA : Ada
Alat administrasi (buku, alat tulis) : Ada

4.3.1.4 Metode
1. Penemuan penderita ISPA.
Penemuan penderita ISPA dilakukan secara pasif (passive case finding) yaitu
penemuan penderita ISPA yang datang berobat ke MTBS Puskesmas Rawamerta
yang menunjukkan gejala-gejala infeksi saluran penapasan yaitu:
Demam (38C-40C)
Batuk, pilek
Dengan atau tanpa kesulitan bernapas

2. Penentuan Diagnosis ISPA.
Penegakan diagnosis ISPA pneumonia dan bukan pneumonia dilaksanakan melalui
anamnesa (mengajukan pertanyaan kepada ibu) dan pemeriksaan fisik Balita dengan
cara melihat dan mendengarkan pernapasan (saat Balita tenang, tidak menangis, tidak
meronta) serta dengan menghitung frekuensi napas menggunakan sound timer selama
60 detik. Selain itu diperiksa pula apakah terdapat Tarikan Dinding Dada bagian
bawah ke Dalam (TDDK).
TDDK dapat diperiksa sekaligus saat kita menghitung frekuensi pernapasan anak.
Mintalah ibu untuk membuka baju anak dengan syarat anak dalam kondisi tidak
menangis dan tenang, kemudian perhatikan dinding dada bagian bawah anak (tulang
rusuk terbawah) masuk ke dalam ketika anak menarik napas. Pada pernapasan normal,
seluruh dinding dada (atas dan bawah) dan perut bergerak keluar ketika anak menarik
napas.
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian:
Jika melihat dada anak tertarik ke dalam hanya pada saat anak menangis atau diberi
makan , berarti tidak terdapat TDDK
Jika yang tertarik ke dalam itu hanya jaringan lunak di antara rusuk saat anak
menarik napas ( yang juga disebut tarikan/ retraksi interkostal), berarti tidak
terdapat TDDK
Jika tidakyakin ada TDDK , maka periksalah lagi dengan meminta ibu mengganti
posisi anaknya sehingga posisi anak tidak tertekuk di pinggangnya. Sebaiknya anak
dibaringkan di atas pangkuan ibunya. Bila tak tampak pada posisi itu berarti tidak
terdapat TDDK
TDDK terjadi bila kemampuan paru-paru mengembang berkurang dan mengakibatkan
perlunya tenaga untuk menarik napas. Anak dengan TDDK tidak selalu disetai
pernapasan cepat. Kalau anak menjadi letih bernaps, akhirnya anak anak bernapas
lambat. Karena itu TDDK mempunyai risiko mati yang lebih besar dibanding dengan
anak yang hanya menderita napas cepat.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, diagnosis ISPA pada balita diklasifikasikan sesuai
pedoman tatalaksana pneumonia balita oleh Depkes yaitu:
Golongan umur < 2 bulan
a. Pneumonia berat: Adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
yang kuat (TDDK kuat) atau adanya napas cepat, dengan frekuensi napas
lebih 60 kali per menit atau lebih.
b. Batuk bukan pneumonia (batuk, pilek biasa): Bila tidak disertai tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat atau tidak adanya napas
cepat, frekuensi napas kurang dari 60 kali per menit.
Golongan umur 2 bulan - < 5 tahun
a. Pneumonia berat: Adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
(TDDK)
b. Pneumonia: Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
(TDDK). Adanya napas cepat, dengan frekuensi napas:
- 2 bulan - <12 bulan : 50x/menit.
- 12 bulan - <5 tahun : 40x/ menit.
c. Batuk bukan pneumonia: Bila tidak disertai tarikan dada bagian bawah ke
dalam (TDDK) atau tidak adanya napas cepat, dengan frekuensi napas :
- 2 bulan - <12 bulan : < 50x/menit.
- 12 bulan - <5 tahun : < 40x/menit.

3. Pelayanan pengobatan Penyakit ISPA:
Golongan umur < 2 bulan
a. Pneumonia berat :
- Rujuk segera ke rumah sakit.
- Beri 1 dosis antibiotik (Kotrimoksasol sebagai pilihan pertama).
- Obati demam, jika ada.
- Obati wheezing, jika ada.
- Anjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI.

b. Batuk bukan pneumonia :
- Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah /menjaga bayi tetap
hangat.
- Memberi ASI lebih sering.
- Membersihkan lubang hidung jika menggangu pemberian ASI.
- Anjurkan ibu kembali kontrol jika pernapasan menjadi cepat atau
sukar, kesulitan minum ASI, atau sakitnya bertambah parah.

Golongan umur 2 bulan - 5 tahun
a. Pneumonia berat :
- Rujuk segera ke rumah sakit.
- Beri 1 dosis antibiotik (Kotrimoksasol).
- Obati demam, jika ada.
- Obati wheezing, jika ada.

b. Pneumonia :
- Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah.
- Beri antibiotik (Kotrimoksasol/Amoksilin) selama 3 hari.
- Anjurkan ibu untuk kembali kontrol 2 hari atau lebih cepat bila
keadaan anak memburuk.
- Obati demam, jika ada.
- Obati wheezing, jika ada.

c. Batuk bukan pneumonia :
- Jika batuk > 3 minggu rujuk.
- Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah.
- Obati demam, jika ada.

4. Rujukan Penderita ISPA.
Setiap bayi dan Balita dengan pneumonia berat dengan tanda bahaya umum harus
segera dirujuk ke Rumah Sakit.
Tanda bahaya yang perlu diwaspadai yang menyertai anak dengan batuk pada
umur < 2 bulan yaitu: kurang mau minum, kejang, kesadaran menurun atau sukar
dibangunkan, stridor pada waktu anak tenang, wheezing, atau demam/terlalu
dingin.
Tanda bahaya yang perlu diwaspadai yang menyertai anak dengan batuk pada
umur 2 bulan sampai 5 tahun yaitu: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun
atau sukar dibangunkan, stridor pada waktu anak tenang, atau gizi buruk.

5. Penyuluhan mengenai ISPA
a. Perorangan.
Menggunakan metode penyuluhan secara langsung kepada orang tua penderita ISPA
saat membawa anaknya berobat ke MTBS dengan memberikan informasi mengenai
tanda, bahaya dan cara mencegah ISPA.
b. Kelompok.
Penyuluhan ISPA dilaksanakan terhadap kelompok masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Rawamerta melalui metode ceramah, diskusi kelompok dan poster.

6. Pelatihan Kader.
Pelatihan kader Posyandu dilaksanakan setahun sekali dengan tujuan memberikan
pengetahuan kepada para kader berupa pengenalan mengenai gejala penyakit ISPA
ringan, sedang dan berat berdasarkan perhitungan frekuensi napas dengan
mengunakan sound timer atau jam tangan, serta usaha usaha pencegahan ISPA.

7. Pencatatan dan pelaporan.
Dilaksanakan dengan cara pengisian formulir Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Terpadu Puskesmas (SP2TP) dan dilakukan harian, bulanan, dan tahunan.
Kasus ISPA sedang (Pneumonia) dan ISPA berat (Pneumonia berat)
dilaporkan dalam formulir LB1 sebagai Pneumonia.
Kasus ISPA ringan (batuk-pilek) dilaporkan dalam formulir LB3 sebagai
penyakit ISPA.

4.3.2. Proses
4.3.2.1 Perencanaan
1. Penemuan penderita ISPA
Akan dilaksanakan penemuan kasus ISPA secara pasif oleh dokter umum atau
perawat pada semua penderita ISPA yang datang berobat ke poli MTBS setiap
hari kerja.
Jumlah sasaran adalah 10% dari seluruh balita di wilayah Puskesmas



2. Penentuan diagnosis ISPA:
Penentuan diagnosis ISPA akan dilaksanakan berdasarkan metode sesuai dengan
anamnesa dan pemeriksaan fisik oleh dokter umum atau perawat Puskesmas yang
bertugas di setiap hari kerja.
3. Pelayanan pengobatan penderita ISPA
Akan dilaksanakan sesuai dengan metode oleh dokter umum atau perawat
puskesmas setiap hari kerja.
4. Rujukan penderita ISPA
Akan dilakukan rujukan bila ditemukan penderita pneumonia berat dengan tanda
bahaya umum ke Rumah Sakit terdekat pada setiap hari kerja.
5. Penyuluhan ISPA
a. Perorangan
Akan dilaksanakan penyuluhan secara langsung melalui teknik wawancara dan
memberikan informasi mengenai ISPA kepada orang tua penderita yang datang
berobat ke Puskesmas setiap hari kerja.
b. Kelompok:belum ada
6. Pelatihan kader
Pelatihan kader Posyandu akan dilaksanakan setahun sekali dengan tujuan
memberikan pengetahuan kepada para kader berupa pengenalan mengenai gejala
penyakit ISPA ringan, sedang dan berat berdasarkan perhitungan frekuensi napas
dengan menggunakan jam tangan, serta usaha usaha pencegahan ISPA.
7. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan akan dilaksanakan oleh bidan di MTBS sesuai dengan metoda pada
setiap hari kerja dan pelaporan akan dilaksanakan secara bulanan dan tahunan oleh
petugas kesehatan di Puskesmas.









4.3.2.2 Pengorganisasian
Struktur organisasi tertulis dalam menjalankan program P2 ISPA di Puskesmas
Rawamerta, yaitu:








Bagan 1 : Struktur Organisasi P2 ISPA Puskesmas Rawamerta

4.3.2.3 Pelaksanaan
1. Penemuan penderita ISPA
Dilakukan secara passive case finding oleh dokter umum atau perawat di poli MTBS
setiap hari kerja.
2. Penentuan diagnosis penderita ISPA
Dilakukan oleh dokter umum atau perawat sesuai pedoman diagnosis ISPA di poli
MTBS setiap hari kerja.
3. Pelayanan pengobatan penderita ISPA
Dilakukan oleh dokter umum atau perawat sesuai pedoman penatalaksanaan ISPA di
poli MTBS setiap hari kerja.
4. Rujukan penderita ISPA (pneumonia) berat
Dilakukan rujukan ke RSUD Karawang
5. Penyuluhan ISPA
Penyuluhan perorangan : dilakukan secara langsung melalui wawancara orang tua
penderita ISPA yang datang berobat pada setiap hari kerja, pukul 08.00-12.00 WIB
oleh dokter umum atau bidan.
Penyuluhan kelompok : Tidak dilaksanakan
6. Pelatihan kader : Dilaksanakan 1x/tahun.
7. Pencatatan dan pelaporan
Penanggung jawab program
dr. Dini Nurdianti.P
Koordinator program P2ISPA
Masitoh,SKM
Pelaksana program
Masitoh,SKM
Administrasi program
Masitoh,SKM

MTBS
Pencatatan akan dilaksanakan oleh perawat di poli MTBS sesuai dengan metoda pada
setiap hari kerja dan pelaporan akan dilaksanakan secara bulanan dan tahunan oleh
petugas kesehatan di Puskesmas.

4.3.2.4 Pengawasan
Melalui pertemuan bulanan yang diadakan oleh kepala Puskesmas Rawamerta 12x/tahun.


4.3.3 Keluaran
1. Penemuan penderita ISPA (pneumonia)
- Program P2 ISPA menetapkan angka target penemuan penderita ISPA
(pneumonia) balita per tahun pada suatu wilayah kerja sebesar : 10 %.
- Jumlah perkiraan/ target penemuan Balita penderita pneumonia
= insiden pneumonia Balita x jumlah Balita
= 10% x 2187 Balita = 218 Balita
- Penemuan kasus ISPA di wilayah kerja Puskesmas Rawamerta :
Pneumonia : 92 kasus
Bukan Pneumonia : 2084 kasus
- Cakupan penemuan Balita penderita ISPA (pneumonia) di Puskesmas Rawamerta
periode September 2013 sampai dengan Agustus 2014 :
- Jumlah Balita penderita pneumonia yang diobati di 1 wilayah kerja dalam 1 tahun
x100%
Jumlah perkiraan Balita penderita pneumonia di 1 wilayah kerja dalam 1 tahun
= ( 92 / 218 ) x 100%
= 42 %
2. Penentuan diagnosis ISPA (pneumonia)
Jumlah diagnosis ISPA (pneumonia) sesuai metode diagnosis oleh dokter
= X 100%
Jumlah seluruh penderita ISPA (pneumonia) yang didiagnosis
= 92 / 92 x 100%
= 100 %
3. Pelayanan pengobatan penderita ISPA
Jumlah kasus ISPA yang ditangani oleh dokter sesuai standar
= x 100%
Jumlah seluruh penderita ISPA yang diobati
= 92/92 x 100%
= 100 %
4. Rujukan penderita ISPA
Jumlah kasus pneumonia berat yang dirujuk
= x 100%
Jumlah kasus pneumonia berat yang didiagnosis
= 5/5 x 100%
= 100%
5. Penyuluhan
Perorangan: (100 %).
Kelompok: (0%)
6. Pelatihan bagi kader
Dilaksanakan 1x/tahun (100%)

4.3.4 Lingkungan
1. Fisik
Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk adalah = Jumlah penduduk
Luas wilayah
= 32.913 jiwa / 5.404.000 m
2
= 1 orang / 164 m
2
Jadi wilayah Kecamatan Rawamerta termasuk wilayah yang tidak padat.
Fasilitas kesehatan: Tersedia fasilitas kesehatan yang lain seperti klinik 24 jam
Praktek Dokter, Praktek Bidan dan Balai Pengobatan.
Asap dalam ruangan : Tidak ada data mengenai kebiasaan penduduk
menggunakan bahan bakar apa dalam memasak, asap rokok, serta penggunaan
pestisida semprot atau bakar.
Rumah sehat : berdasarkan data rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas
Rawamerta , rumah sehat berjumlah: 4871 rumah sehat
2. Non fisik
Tingkat pendidikan: sebagian besar penduduknya adalah tamat SLTP, yaitu
sebesar 34,`4%
Sosial ekonomi: sebagian besar penduduk yaitu 27.30%% penduduk di
wilayah kerja UPTD puskesmas Rawamerta adalah lain-lain , contohnya
adalah wiraswasta.
Survei masyarakat dalam pemanfaatan Puskesmas: Tidak ada data


4.3.5 Umpan balik
1. Pelaporan kegiatan program : Didapat dari pertemuan bulanan antara kepala
puskesmas, Koordinator P2 ISPA dan dari rapat kerja bulanan puskesmas yang
membahas laporan dari masyarakat.
2. Adanya pertemuan bulanan rutin ataupun lokakarya mini bulanan yang membahas
hasil laporan kegiatan tiap bulan dan dilakukan pencatatan hasil pertemuan untuk
perbaikan pelaksanaan program P2ISPA yang dilaksanakan : Umpan balik diberi saat
rapat pertemuan bulanan tiap bulannya. Disampaikan kekurangan atau masalah yang
ada dan dilakukan pencatatan hasil dari tiap pertemuan yang disebut notulen.

4.3.6 Dampak
1. Langsung :
Menurunnya angka kesakitan ISPA pada Balita : Belum dapat dinilai
2. Tindak langsung :
Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, khususnya Balita : belum dapat
dinilai.

Anda mungkin juga menyukai