Berikut disampaikan contoh sebagai mana tercantum dalam peraturan tersebut.
Budi Karyanto pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana, menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan Rp3.000.000,00. PT Candra Kirana mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT Candra Kirana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Budi Karyanto membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT Candra Kirana juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT Candra Kirana membayar iuran pensiun untuk Budi Karyanto ke dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp100.000,00, sedangkan Budi Karyanto membayar iuran pensiun sebesar Rp50.000,00. Pada bulan Juli 2013 Budi Karyanto hanya menerima pembayaran berupa gaji. Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2013 adalah sebagai berikut: Gaji 3.000.000,00 Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 15.000,00 Premi Jaminan Kematian 9.000,00 Penghasilan bruto 3.024.000,00 Pengurangan 1. Biaya jabatan 5%x3.024.000,00 151.200,00 2. Iuran Pensiun 50.000,00 3. Iuran Jaminan Hari Tua 60.000,00 261.200,00 Penghasilan neto sebulan 2.762.800,00 Penghasilan neto setahun 12x2.762.800,00 33.153.600,00 PTKP - untuk WP sendiri 24.300.000,00 - tambahan WP kawin 2.025.000,00 26.325.000,00 Penghasilan Kena Pajak setahun 6.828.600,00 Pembulatan 6.828.000,00 PPh terutang 5%x6.828.000,00 341.400,00 PPh Pasal 21 bulan Juli 341.400,00 : 12 28.452,00
PEGAWAI TETAP mingguan Contoh Menghitung Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pegawai Tetap Dengan Gaji Mingguan. Untuk menghitung pajak penghasilan pasal 21 (PPh 21) pegawai tetap dengan gaji mingguan, dasar hukum yang digunakan adalah Peraturan Menteri Keuangan PMK-162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan Atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa Dan Kegiatan Orang Pribadi Agar lebih jelas, pada kesempatan ini diberikan dua contoh pengenaan PPh 21 bagi pegawai tetap yang gajinya dibayar secara mingguan atau harian. Contoh pertama, Tatri, belum menikah, pada tahun 20xx bekerja sebagai pegawai tetap pada Perusahaan PT Kutu menerima gaji yang dibayar mingguan sebesar Rp600.000,00. PPh 21 seminggu bila minggu pertama bulan Agustus 20x1 apabila dalam minggu tersebut hanya menerima penghasilan berupa gaji saja sebesar Rp 3.188,00.
Gaji 4 x Rp600.000,00 Rp 2.400.000,00
Pengurangan: Biaya Jabatan 5% x Rp2.400.000,00 Rp 120.000,00 (-) Penghasilan neto sebulan Rp 2.280.000,00
Penghasilan neto setahun 12 x Rp2.280.000,00 Rp27.360.000,00
PTKP setahun - untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00(-) Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 3.060.000,00
PPh Pasal 21 5% x Rp3.060.000,00 = Rp 153.000,00
PPh Pasal 21 sebulan Rp153.000,00 : 12 = Rp 12.750,00
PPh Pasal 21 atas gaji/upah minggu pertama Rp12.750,00 : 4 = Rp 3.188,00
PEGAWAI TIDAK TETAP 1. Upah Pegawai tidak tetap dibayar secara bulanan Dasar pengenaan pajak untuk pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan adalah jumlah kumulatif penghasilan yang diterima dalam 1 bulan kalender telah melebihi PTKP perbulan.
Contoh 1 : Solmet belum menikah bekerja sebagai operator pabrik Tas pada PT. XYZ, Pada bulan Januari 2013 Solmet bekerja selama 24 hari, menyelesaikan 96 buah tas dan mendapatkan upah satuan Rp 35.500,-.. perhitungan PPh 21; Upah Januari 2013 : 96 x Rp 35.500 = Rp 3.408.000,- Penghasilan netto disetahunkan = Rp 40.896.000 PTKP setahun .................................= Rp 24.300.000,- (-) Penghasilan kena pajak disetahunkan.= Rp 16.596.000,- PPh disetahunkan 5% x 16.596.000..= Rp 829.800,- PPh terutang Januari 829.800/12 ..... = Rp 69.150,-
Penerima Honorarium atau Pembayaran lain. Contoh : Saputra (memiliki NPWP) memberikan ceramah pada lokakarya dan menerima honorarium Rp 1.500.000,00. Saputra juga memiliki sumber penghasilan lainnya. Penghitungan PPh Pasal 21 : Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a x (50% x jumlah penghasilan bruto ) = 5% x (50% x Rp1.500.000,00) = Rp37.500,00
Pegawai tetap menerima bonus, gratifikasi, tantiem, Tunjangan Hari Raya atau tahun baru, premi dan penghasilan yang sifatnya tidak tetap, diberikan sekali saja atau sekali setahun. Contoh : Ikhsan Alisyahbani adalah pegawai tetap di PT Tiurmas Lampung Indah. Ia memperoleh gaji bulan Desember sebesar Rp. 2.500.000,00 menerima THR sebesar Rp. 1.000.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp. 50.000,00 sebulan. Ikhsan Alisyahbani menikah tetapi belum mempunyai anak (status K/0). PPh Pasal 21 atas gaji dan THR: Penghasilan Bruto setahun = 12 x 2.500.000 = Rp. 30.000.000 THR = Rp. 1.000.000 Jumlah Penghasilan Bruto = Rp. 31.000.000 Pengurangan: Biaya Jabatan = 5% x 31.000.000 = Rp. 1.550.000 Iuran pensiun = 12 x 50.000 = Rp. 600.000 Total Pengurangan = Rp. 2.150.000 Penghasilan netto setahun = Rp. 28.850.000 PTKP (K/0) setahun = Rp.26.325.000 PKP setahun = Rp. 11.690.000 PPh Ps. 21 terutang = 5% x 11.690.000 Rp. 584.500 PPh Pasal 21 atas gaji Penghasilan Bruto setahun = 12 x 2.500.000 = Rp. 30.000.000 Pengurangan: Biaya Jabatan = 5% x 30.000.000 = Rp. 1.500.000 Iuran pensiun = 12 x 50.000 = Rp. 600.000 Total Pengurangan = Rp. 2.100.000 Penghasilan netto setahun Rp. 27.900.000 PTKP (K/0) setahun = Rp. 17.160.000 PKP setahun = Rp. 10.740.000 PPh Ps. 21 terutang = 5% x 10.740.000 Rp. 537.000 PPh Pasal 21atas gaji dan THR PPh Pasal 21 atas gaji: = Rp. 584.500 Rp.537.000 = Rp. 47.500