Oleh : Nama : Putra Bandu T.T.S NPM : 123210416 Kelas : V B
JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU 2014 KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan suatu anugerah pada kami sehingga kami dapat menyusun tugas makalah Geomigas ini. Karena itu Kami berterima kasih kepada Bapak/Ibu selaku dosen kami, yang telah memberikan kami pelajaran Mengenai Geomigas. Didalam makalah ini kami akan menjelaskan semua yang berkaitan dengan penjelasan log. Kami berharap makalah ini berguna untuk kita sebagai pembaca. Kritik dan saran sangat kami butuhkan sebagai pendukung kedepannya dalam membuat makalah ini.
Pekanbaru, 08 Oktober 2014
Penyusun
1. Log Gamma Ray Log Gamma ray adalah suatu kurva dimana kurva tersebut menunjukan besaran intensitas radioaktif yang ada dalam formasi, sehingga log gamma ray berguna untuk mendeteksi/mengevaluasi endapan-endapan mineral radioaktif seperti potassium/bijih alumunium. Sumber radioaktif batuanberasal dari uranium (U), Thorium (Th) dan Potassium (K). Ketiga unsur tersebut memancarkan sinar alpha, sinar beta, dan sinar gamma. Gamma ray mempunyai energi gelombang elektromagnetik yang tinggi dan mampu menembus material padat sehingga dapat digunakan pada sumur yang sudah terpasang casing. Shale dan terutama marine shale mempunyai emisi sinar gamma yang lebih tinggi dibandingkan dengan sandstone, limestone dan dolomite. Dengan adanya perbadaan tersebut gamma ray log ini dapat digunakan untuk membedakan antara shale dan non shale sehingga gamma ray sering disebut sebagai lithology log. Prinsip Kerja Alat detektor dimasukkan ke dalam lubang bor. Formasi yang mengandung unsur-unsur radioaktif akan memancarkan radiasi dimana intensitasnya akan diterima oleh detektor dan dicatat di permukaan. Di dalam detector sinar gamma tidak dapat diukur secara langsung tetapi melalui prosesionisasi/disintegrasi yaitu proses pelepasan elektron- elektron dari atom yang sebelumnya netral, dimana pelepasan elektron ini akan menimbulkan arus listrik yang dideteksi oleh alat.
fungsi dari Gamma Ray : 1. Menentukan lapisan permeabel 2. Mengidentifikasi lithologi, korelasi antar formasi 3. Menentukan volume serpih 4. Menentukan lapisan shale dan non shale 5. Mendeteksi adanya mineral radioaktif
Faktor yang berpengaruh dalam Gamma Ray : 1. Diameter lubang bor dan lumpur didalamnya Apabila diameter lubang bor > 8'', respon GR akan dipengaruhi oleh lumpur sehingga ada sebagian sinar gamma yang terserap oleh lumpur (respon GR menurun). 2. Lumpur yang ada di dalam lubang bor Apabila lumpur yang digunakan > 10 lb/gall maka perlu dilakukan koreksi.
3. Casing Casing akan menurunkan intensitas radioaktif sekitar 30 % 4. Semen Semen dibuat dari limestone dan shale, sebagian sinar gamma akan terserap oleh semen.
Contoh Log Gamma Ray
Prinsip dasar: GR adalah log yang mengukur dan mencatat secara langsung intensitas radioaktif alamiah yang dikandung oleh formasi batuan, tanpa alat yang memancarkan sumber radioaktif. Radioaktifitas alamiah yang ada di formasi timbul dari elemen-elemen berikut: 1. Uranium (U) 2. Thorium (Th) 3. Potasium (K) Ketiga elemen ini memancarkan Gamma Rays secara terus-menerus,yang merupakan short bursts of high energy radiation (ledakan ledakan radiasi yang berenergi tinggi), yang kemudian diterima oleh sensor. Log GR adalah rekaman radioaktifitas alamiah ini. GR dapat menembus batuan sedalam beberapa inchi. GR yang berasal dari batuan yang berdekatan dengan lubang sumur menembus lubang sumur dan terdeteksi oleh sensor GR. Parameter yang direkam adalah jumlah pulsa yang direkam tiap satuan waktu oleh detector. Log GR diskala dalam satuan API (APIU).
2. Log SP (Spontaneous Potential) Log ini mengukur beda potensial alami antara elektroda yang bergerak dalam lubang bor dengan elektroda yang berada di permukaan. Penggunaan log SP antara lain untuk mengukur resistivitas air formasi dan mengindikasikan permeabilitas, selain itu juga digunakan untuk memperkirakan volume shale, mengindikasikan fasies, dan di beberapa kasus tertentu digunakan untuk korelasi (Rider, 1996). Faktor yang penting untuk menimbulkan arus SP adalah adanya fluida yang bersifat konduktif dalam lubang bor, adalnya lapisan porous dan permeabel yang dikelilingi oleh lapisan impermeabel, dan adanya perbedaan salinitas atau tekanan antara fluida lubang bor dengan fluida formasi (Rider, 1996). Rekaman log SP pada serpih (shale) relatif konstan dan membentuk garis lurus yang disebut garis dasar serpih (shale base line). Pada lapisan yang bersifatimpermeable tidak akan terjadi pencampuran antara Rmf dan Rw sehingga pada log SP kurva akan berbentuk lurus. Kurva log SP yang melewati lapisan yangporous dan permeabel akan mengalami defleksi terhadap shale base line.Defleksi menunjukkan negatif (ke arah kiri shale base line) apabila salinitas fluida dalam lapisan batuan lebih besar daripada salinitas lumpur (Rw < Rmf), defleksi ini menunjukkan bahwa lapisan ini merupakan saline water formation. Sedangkan defleksi positif (ke arah kanan shale base line) apabila salinitas fluida dalam lapisan batuan lebih kecil daripada salinitas lumpur (Rw > Rmf, defleksi ini menunjukkan lapisan merupakan fresh water formation. Bila pada lapisan permeabel salinitas fluidanya sama dengan salinitas lumpur maka defleksi kurva SP akan berupa garis lurus seperti pada shale.
3.Log Resistivitas (Resistivity Log) Log resistivitas mengukur tahanan jenis batuan atau formasi dan fluida terhadap arus listrik yang melaluinya. Ada dua jenis log resistivitas, yaitu: 1. Lateralog a. Lateralog Deep (LLD) b. Lateralog Shallow (LLS) c. Micro Spherically Focused Log (MSFL) 2. Induction a. Induction Lateralog Deep (ILD) b. Induction Lateralog Medium (ILM) c. Spherically Focused Log (SFL) Secara umum tahanan jenis gas akan lebih besar daripada tahanan jenis minyak, dan tahanan jenis minyak akan lebih besar daripada air. Batuan yang relatif tidak porous maka akan menunjukkan tahanan jenis yang rendah. Batuan porous dengan kandungan fluida minyak atau gas akan menunjukkan nilai resistivitas yang tinggi, kurva ILD/LLD akan berada di sebelah kanan kurva MSFL/SFL dan LLS/LLD. Untuk batuan dengan fluida air kuva ILD/LLD akan berada di sebelah kiri kurva MSFL/SFL dan ILM/ILS. Batugamping akan memberikan respon defleksi lebih besar dibandingkan dengan batupasir dan serpih, karena batugamping bersifat kurang dapat menghantarkan arus listrik. 4. Density Log Log densitas merekam secara menerus dari bulk density formasi. Densitas yang diukur merupakan semua densitas dari batuan termasuk batubara. Secara geologi bulk density adalah fungsi dari densitas dari mineral-mineral pembentuk batuan (misalnya matriks) dan volume dari fluida bebas yang mengisi pori (Rider, 1996). Prinsip pengukuran log densitas adalah menembakan sinar gamma yang membawa partikel foton ke dalam formasi batuan, partikel-partikel foton akan bertumbukan dengan elektron yang ada dalam formasi. Banyaknya energi sinar gamma yang hilang setiap kali bertumbukan menunjukkan densitas elektron dalam formasi yang mengindikasikan densitas formasi. Masuknya sinar gamma ke dalam batuan akan menyebabkan benturan antara sinar gamma dan elektron sehingga terjadi pengurangan energi pada sinar gamma tersebut. Sisa energi sinar gamma ini direkam detektor sinar gamma. Semakin lemah energi yang diterima detektor, maka semakin banyak jumlah elektron di dalam batuan yang berarti semakin padat butiran penyusun batuan per satuan volume yang menjadi indikasi densitas batuan. Log density ini mempunyai kegunaan antara lain: (a). Untuk menentukan harga porositas (b). Untuk membedakan formasi hidrokarbon yang terdiri atas gas atau minyak (c). Dapat digunakan sebagai interpretasi lithologi, setelah dikombinasikan dengan log-log lainnya.
5. Neutron Log Log neutron merekam Hidrogen index (HI) dari formasi. HI merupakan indikator kelimpahan kandungan hidrogen dalam formasi. Satuan pengukuran dinyatakan dalam satuan PU (Porosity Unit) (Rider, 1996). Prinsip kerja dari log ini adalah menembakan partikel neutron berenergi tinggi ke dalam formasi, tumbukan neutron dengan atom H (dengan asumsi atom H berasal dari HC atau air) akan menyebabkan energi neutron melemah, kemudian detektor akan mengukur jumlah partikel neutron yang kembali dari formasi. Semakin banyak atom H dalam formasi, maka partikel neutron yang kembali akan semakin sedikit. Batubara pada log neutron biasanya akan memberikan respon defleksi yang relatif lebih besar dibandingkan dengan batupasir, karena batubra lebih kompak (densitas batuan besar) daripada batupasir. Besarnya porositas batuan sama dengan jumlah energi netron yang hilang, karena atom hidrogen berkonsentrasi pada pori yang terisi fluida (wateratau oil). Pori yang terisi oleh gas akan memiliki pola kurva log netron akan lebih rendah dari yang seharusnya (gas effect). Hal ini terjadi karena konsentrasi hidrogen dalam gas lebih kecil dibandingkan pada minyak dan air. Pengurangan energi ini tercatat didalam detector. Bila formasi batuan mengandung air atau hidrokarbon (atom H) maka neutron akan mengalami penurunan energi yang besar dan tertangkapnya tidak jauh dari sumber radioaktif alat dan sebaliknya bila konsentrasi hydrogen dalam formasi relatif kecil maka partikel- partikel neutron akan jauh menembus formasi sebelum tertangkap.
Kegunaan log neutron ini antara lain: 1. Untuk menentukan harga kesarangan (porositas) neutron batuan 2. Untuk membantu menginterpretasikan batuan dengan dikombinasikan dari log-log lainnya.