ORG3
ORG3
, dan
menentukan seberapa cepat reaksi ada temperature tertentu. (The double-dagger superscript, ,
selalu mengacu pada keadaan transisi). Munculnya suatu energi aktivasi yang besar dalam reaksi
yang lambat karena sebagian kecil tumbukan terjadi dengan energi yang cukup untuk reaktan
mencapai keadaan transisi. Munculnya energi aktivasi yang relative kecil dalam reaksi yang
cepat karena hambir semua tumbukan terjadi dengan energi yang cukup untuk reaktan mencapai
keadaan transisi. Sebagai analogi, anda mungkin berfikir bahwa reaktan membutuhkan energi
yang cukup untuk melewati energi hambatan untuk mencapai keadaan transisi sama halnya
seorang pendaki gunung yang membutuhkan banyak energi untuk mencapai puncak gunung.
Secara umum, reaksi organic memiliki energi aktivasi dalam rentang 40 sampai 150
kJ/mol (10-35 kcal/mol). Sebagai contoh reaksi etinena dengan HBr memiliki energi aktivasi 140
kJ/mol (34 kcal/mol). Reaksi dengan energi aktivasi kurang dari 80 kJ/mol terjadi pada
temperature ruang atau dibawahnya, sedangkan reaksi dengan energi aktivasi diatasnya
umumnya membutuhkan temperature yang lebih tinggi untuk memberikan reaktan cukup energi
mencapai keadaan transisi.
Ketika keadaan transisi tercapai, reaksi dapat menghasilkan karbokation atau kembali
membentuk reaktan. Bila reaksi kembali ke reaktan, keadaan transisi hanya terbentuk sebagian
dan sejumlah energi bebas yang berkaitan dengan G
kecil, G
o
negatip); (b)
reaksi exergonic lambat (G
besar,
G
o
negatip); (c) reaksi endergonic
cepat (G
kecil, G
o
positip); (d)
reaksi endergonic lamabat (G
besar, G
o
positip)
LATIHAN 3.12
Tentukan reaksi yang lebih cepat bila suatu reaksi memiliki G
= +70 kJ/mol?
3.10 Penjelasan Reaksi: Intermediate (bentuk antara)
Bagaimana kita menjelaskan karbokation yang dibentuk dalam tahap pertama pada reaksi etilen
dan HBr? Karbokation jelas berbeda dengan reaktan, bukan sebagai keadaan transisi dan juga
bukan produk akhir.
Kita nyatakan sebagai karbokation, yang ada hanya transisi selama reaksi multi tahapan
berlangsung, reaksi intermediate. Saat intermediate terbentuk pada tahap awal melalui reaksi
etilen dengan H+, reaksi berlanjut dengan Br- pada tahap ke 2 untuk menghasilkan produk akhir,
bromoetan. Tahapan kedua juga memiliki energi aktivasi sendiri (G
), memiliki keadaan
transisi, dan perubahan energi (G
o
). Kita dapat menggambarkan keadaan transisi kedua sebagai
suatu kompleks teraktivasi antara intermediate elektrofilik karbokation dan nukleofilik anion
bromide, dimana Br- mendonasikan suatu pasangan elektron pada atom karbon bermuatan
positip sebagai awal pembentukan ikatan baru C-Br.
Energi diagram secara keseluruhan untuk reaksi etilen dengan HBr terlihat pada Gambar
3.7. Pada dasarnya, kita menggambar suatu diagram untuk masing masing tahapan dan kemudian
menggabungkannya sehingga produk karbokation pada tahap satu merupakan reaktan untuk
tahap ke dua.
Gambar 3.7 Energi diagram reaksi Etilen dan HBr
Seperti yang terlihat pada Gambar 3.7, reaksi intermediate terletak pada posisi energi minimum
antara kedua tahapan. Karena tingkat energi intermediate lebih tinggi dari pada reaktan yang
terbentuk ataupun produk yang dihasilkan, intermediate umumnya tidak dapat diisolasi. Namun
intermediate lebih stabil dibanding dengan dua keadaan transisi tetangganya.
Setiap tahapan dalam proses multi step selalu dapat dianggap terpisah. Masing masing
tahapan memiliki nilai G
dan G
o
masing masing. Namun, keseluruhan nilai G
o
reaksi
adalah perbedaan enenrgi antara pereaksi awal dan produk akhir.
Proses reaksi biologi dalam system kehidupan memiliki kebutuhan energi yang sama
seperti halnya reaksi di laboratorium dan dapat diuraikan dengan cara yang sama. Namun reaksi
yang terjadi dibatasi oleh kenyataan bahwa reaksi yang terjadi memiliki energi aktivasi cukup
rendah untuk terjadi pada temperature moderat dan reaksi harus melepaskan energi dalam jumlah
yang relative kecil untuk menghindari kelebihan panas organim. Batasan ini umumnya dapat
dicapai melalui penggunaan molekul besar, struktur komplek, katalis enzim yang merubah
mekanisme reaksi melalui jalur alternative dengan proses berkelanjutan dalam tahapan kecil
dibanding melalui satu atau dua tahapan besar. Sehingga diagram energi yang umum untuk
reaksi biologi dapat terlihat seperti Gambar 3.8
Gambar 3.8 Energi diagram katalis enzim dalam reaksi biologi. Reaksi yang terjadi meibatkan beberapa tahapan
kecil yang masing masing memiliki energi aktivasi yang relative kecil.
CONTOH KERJA 3.3 Menggambar Diagram Energi untuk Reaksi
Gambarkan diagram energi satu tahapan yang berlangsung cepat dan sangat exergonic.
Strategi
Pada reaksi yang cepat memiliki G