Y Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
Air bawah tanah atau Air Bawah Tanah yang merupakan sumberdaya alam terbarukan
(renewable natural resources) saat ini telah memainkan peran penting pada penyediaan
pasokan kebutuhan air bagi berbagai keperluan, sehingga hal tersebut menyebabkan
terjadinya pergeseran nilai terhadap air bawah tanah itu sendiri. Masyarakat, baik
perseorangan maupun kelompok membutuhkan air untuk keperluan sehari-hari dan untuk
kebutuhan lainnya. Dari berbagai macam kebutuhan tersebut, maka air untuk keperluan air
minum merupakan prioritas utama, di atas segala keperluan yang lain. Hal ini berarti fungsi
air sebagai air minum harus diupayakan sebaikbaiknya agar memenuhi persyaratan kualitas
dan kuantitasnya, serta digunakan sebaik-baiknya bagi kebutuhan mahkluk hidup. Mengingat
peran air bawah tanah semakin penting, maka pemanfaatan air bawah tanah harus didasarkan
pada keseimbangan dan kelestarian air bawah tanah itu sendiri, atau dengan kata lain
pemanfaatan air bawah tanah harus berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Pada daerah yang berdekatan dengan pantai atau dekat dengan laut, maka terjadi
pertemuan antara air laut dengan air tawar yang kita kenal dengan sebutan interface.
Interface ini bisa menjorok ke arah laut dan juga bisa juga menjorok ke arah darat tergantung
besar kecilnya imbuhan air hujan. Apabila imbuhan air hujan lebih sangat besar, maka
interface akan menjorok ke arah laut, sedangkan imbuhan air hujan sedikit atau tidak ada
sama sekali, maka interface akan menjotok ke arah darat. Perubahan di dalam tanah oleh
imbuhan atau perubahan luar aliran dalam daerah air tawar, menyebabkan
perubahan interface. Penurunan aliran air tawar yang masuk ke laut
menyebabkan interface bergerak ke dalam tanah dan menghasilkan intrusi air asin ke dalam
akuifer. Sebaliknya suatu peningkatan aliran air tawar mendorong interface ke arah laut.
Laju gerakan interface dan respon tekanan akuifer tergantung kondisi batas dan sifat akuifer
pada kedua sisi interface.
Akibat penggunaan air tanah yang berlebihan sementara imbuhan air hujan terbatas
menyebabkan interface menjadi naik ke atas. Keadaan ini kita kenal dengan sebutan up
conning (lihat gambar di atas). Sehingga air yang dikonsumsi menjadi asin akibat pengaruh
air laut.
Tidak semua air yang rasanya asin menunjukkan terjadinya intrusi. Bisa jadi itu hanya
air yang terjebak dalam batuan (water connate /air fosil). Air ini terjebak di dalam batuan
puluhan tahun lamanya, sehingga airnya menjadi asin. Air yang diambil dengan cara jetting,
Intrusi Air Asin Ke Dalam Akuifer Di Daerah Pantai, Meiry Frid D.Y Page 2
maka akan menyebabkan air yang berada di dalam aquitard dapat tersedot, termasuk air
fosilpun ikut tersedot. Dengan demikian air asin yang terjadi bukanlah akibat intrusi. Konon
di Jakarta juga begitu, menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Smith yang berasal dari
Jerman, bahwa air asin yang berada di sumur-sumur penduduk di Jakarta bukanlah hasil dari
intrusi, tetapi akibat adanya air fosil.
Intrusi Air Asin Ke Dalam Akuifer Di Daerah Pantai, Meiry Frid D.Y Page 3
BAB II
PERMASALAHAN
Pada dekade terakhir ini telah terjadi pertumbuhan penduduk yang sangat pesat di
dunia, dan hal tersebut menyebabkan eksploitasi air bawah tanah terus meningkat dengan
pesat. Fenomena ini telah menyebabkan dampak negatif terhadap kuantitasmaupun kualitas
Air bawah tanah, antara lain penurunan muka Air bawah tanah, fluktuasi yang semakin besar
serta penurunan kualitas air bawah tanah, serta terjadinya intrusi air laut di beberapa wilayah.
Dengan demikian perlu dilakukan upaya nyata dan terpadu untuk meminimalkan dampak
negatif tersebut, baik oleh pemerintah, masyarakat maupun swasta.
Di daerah pantai sering terjadi air asin meresap jauh ke daratan. Sumur-sumur
penduduk atau pompa air menjadi payau rasanya sehingga tidak bisa dipakai untuk keperluan
minum dan masak. Penduduk harus mengambil air tawar dari daerah lain yang cukup jauh
atau membeli, hal ini tentu menjadi beban ekonomi. Terjadinya intrusi air asin ini karena
berbagai hal seperti pengambilan air tanah tidak terkendali (pabrik, rumah tangga),
penggundulan hutan di daerah sekitar pantai, tidak terlindunginya daerah resapan air, terlalu
banyaknya pemukiman penduduk. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha-usaha nyata seperti
menghijaukan daerah pantai dengan tanaman bakau dan lain-lain.
Gambar 1 : menghijaukan daerah pantai dengan tanaman bakau
Intrusi Air Asin Ke Dalam Akuifer Di Daerah Pantai, Meiry Frid D.Y Page 4
BAB III
DAMPAK PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH YANG TIDAK TERKONTROL
Pada kenyataannya pemanfaatan air untuk memenuhi kebutuhan di semua sektor dan
jasa masih mengandalkan air bawah tanah sebagai bahan baku dan pasokan air bersih,
sehingga banyak menimbulkan dampak negatif terhadap sumberdaya air bawah tanah
maupun lingkungan, antara lain :
- Penurunan muka air bawah tanah
- Intrusi air laut
- Amblesan tanah
3.1. Penurunan Muka Air bawah tanah
Pemanfaatan air bawah tanah yang terus meningkat menyebabkan penurunan muka
air bawah tanah yang cukup signifikan. Hasil rekaman muka air bawah tanah pada sumur-
sumur pantau di daerah pengambilan air bawah tanah secara intensif, seperti: Cekungan
Jakarta, Bandung, Semarang, Pasuruan, Mojokerto menunjukkan kecenderungan muka air
bawah tanahnya yang terus menurun.
3.2. Intrusi Air Laut
Apabila keseimbangan hidrostatik antara air bawah tanah tawar dan air bawah tanah
asin di daerah pantai terganggu, maka terjadi pergerakan air bawah tanah asin/air dari laut ke
arah daratan.
Intrusi air laut telah terjadi teramati di daerah pantai Jakarta, Semarang, Denpasar,
Medan, serta beberapa kota besar di daerah pantai.
3.3. Amblesan Tanah
Permasalahan amblesan tanah timbul akibat pengambilan air bawah tanah yang
berlebihan dari lapisan akuifer, khususnya akuifer tertekan. Amblesan tanah tidak dapat
dilihat seketika, namun dalam kurun waktu yang lama dan terjadi pada daerah yang luas,
sehingga dapat mengakibatkan dampak negatif yang lain, antara lain :
a) Banjir dan masuknya air laut ke arah darat pada saat pasang naik, sehingga
menggenangi perumahan, jalan, atau bangunan lain yang lebih rendah.
Intrusi Air Asin Ke Dalam Akuifer Di Daerah Pantai, Meiry Frid D.Y Page 5
b) Menyusutnya ruang lintas pada kolong jembatan, sehingga mengganggu lalu lintas.
Secara regional amblesan tanah mengakibatkan pondasi jembatan menurun dan
mempersempit kolong jembatan.
c) Rusaknya bangunan fisik seperti pondasi jembatan/bangunan gedung tinggi, sumur bor,
dan retaknya pipa saluran air limbah dan jaringan yang lain.
Intrusi Air Asin Ke Dalam Akuifer Di Daerah Pantai, Meiry Frid D.Y Page 6
BAB IV
INTRUSI AIR ASIN
Intrusi atau penyusupan air asin ke dalam akuifer di daratan pada dasarnya adalah
proses masuknya air laut di bawah permukaan tanah melalui akuifer di daratan atau daerah
pantai. Dengan pengertian lain, yaitu proses terdesaknya air bawah tanah tawar oleh air
asin/air laut di dalam akuifer pada daerah pantai.
Apabila keseimbangan hidrostatik antara air bawah tanah tawar dan air bawah tanah
asin di daerah pantai terganggu, maka akan terjadi pergerakan air bawah tanah asin/air laut ke
arah darat dan terjadilah intrusi air laut. Terminologi intrusi pada hakekatnya digunakan
hanya setelah ada aksi, yaitu pengambilan air bawah tanah yang mengganggu keseimbangan
hidrostatik. Adanya intrusi air laut ini merupakan permasalahan pada pemanfaatan air bawah
tanah di daerah pantai, karena berakibat langsung pada mutu air bawah tanah.
Air bawah tanah yang sebelumnya layak digunakan untuk air minum, karena adanya
intrusi air laut, maka terjadi degradasi mutu, sehingga tidak layak lagi digunakan untuk air
minum. Penyusupan air asin ini dapat terjadi antara lain akibat :
1. Penurunan muka air bawah tanah atau bidang pisometrik di daerah pantai.
2. Pemompaan air bawah tanah yang berlebihan di daerah pantai.
3. Masuknya air laut ke daratan melalui sungai, kanal, saluran, rawa, atau pun
cekungan lainnya.
4.1. Hukum Ghyben - Herzberg.
Hubungan antara air laut dengan air bawah tanah tawar pada akuifer pantai pada keadaan
statis dapat diterangkan dengan hukum Ghyben - Herzberg. Dengan adanya perbedaan berat
jenis antara air laut dengan air bawah tanah tawar, maka bidang batas (interface) tergantung
pada keseimbangan keduanya. Hubungan antara air asin dengan air bawah tanah tawar pada
akuifer bebas di daerah pantai seperti ditunjukkan pada gambar 2.
Intrusi Air Asin Ke Dalam Akuifer Di Daerah Pantai, Meiry Frid D.Y Page 7
Tekanan hidrostatis di titik A = B
s = kerapatan (berat jenis) air laut = 1,025 gr/cm3
f = kerapatan (berat jenis) air bawah tanah tawar = 1 gr/cm3
g = percepatan gravitasi
hs = kedalaman muka air laut dari titik A.
hf = kedalaman muka air bawah tanah dari muka laut.
Persamaan tersebut hanya berlaku :
1. Muka air bawah tanah (bid. pisometrik) berada di atas muka alaut.
2. Muka air bawah tanah (bid. pisometrik) miring ke arah laut.
Pada kondisi yang dinamis, hukum Ghyben - Herzberg tidak sepenuhnya berlaku.
Gambar 2 : Hubungan air asin dengan air bawah tanah tawar pada akuiferbebas di daerah pantai.
Intrusi Air Asin Ke Dalam Akuifer Di Daerah Pantai, Meiry Frid D.Y Page 8
Gambar 3 : Garis batas sesungguhnya antara air asin dengan air bawah tanah tawar pada kondisi
dinamis.
Gambar 3 menunjukkan garis batas sesungguhnya antara air asin dengan air bawah tanah
tawar pada kondisi dinamis. Pada gambar tersebut juga tampak, bahwa garis aliran air bawah
tanah ada yang berarah cenderung naik.
Pada kondisi pantai yang landai perbedaan bidang batas yang sesuai dengan Hukum Ghyben
- Herzberg dengan bidang batas yang sebenarnya relatif kecil, sedangkan pada pantai yang
curam perbedaan tersebut cukup besar. Bentuk bidang batas tersebut miring ke arah daratan,
seperti pada gambar 4. Dan secara matematis dapat diterangkan sebagai berikut :
Intrusi Air Asin Ke Dalam Akuifer Di Daerah Pantai, Meiry Frid D.Y Page 9
Gambar 4 : Bentuk bidang batas antara air asin dengan air bawah tanah tawar.
Dengan,
V = kecepatan
K = Koefisien kelulusan air
Dengan demikian jelas, bahwa bidang batas tersebut sangat curam dibandingkan dengan
kemiringan muka air bawah tanah.Panjang penyusupan air laut pada akuifer tertekan dapat
dijelaskan dengan gambar 5.
Intrusi Air Asin Ke Dalam Akuifer Di Daerah Pantai, Meiry Frid D.Y Page 10
Gambar 5 : Panjang penyusupan air laut pada akuifer tertekan.
L = panjang penyusupan air laut
K = koefesien kelulusan air
b = tebal akuifer.
q = aliran air bawah tanah tawar (debit aliran air bawah tanah per satuanluas akuifer)
Dengan hukum Darcy :
Sedangkan pada akuifer bebas, dengan zone jenuh air setebal h dapat dihitung panjang
penyusupan L dengan rumus :
Dengan demikian panjang penyususpan air laut pada akuifer pantai tergantung :
1. Tebal akuifer atau tebal zone jenuh air.
2. Koefesien kelulusan air (harga K)
3. Debit air bawah tanah per satuan luas akuifer.
Intrusi Air Asin Ke Dalam Akuifer Di Daerah Pantai, Meiry Frid D.Y Page 11
BAB V
CONTOH KASUS INTRUSI AIR ASIN DI DAERAH PANTAI
Intrusi air laut telah terdeteksi di daerah pantai Jakarta, Semarang, Denpasar, Medan
dan daerah-daerah pantai lainnya, dimana telah terjadi pemanfaatan air bawah tanah secara
berlebihan.
5.1. Cekungan Jakarta
Batas sebaran zona air bawah tanah payau/asin pada setiap sistem akuifer (JuniAgustus 1993)
berikut perubahannnya selama 2 tahun terakhir, yakni antara periode 1991 1993 adalah
sebagai berikut :
a. Zona Air bawah tanah Payau/Asin pada Sistem Akuifer tidak tertekan (< 40 m)
Batas antara air bawah tanah payau/asin dengan air bawah tanah tawar pada sistem
akuifer ini kurang lebih melewati daerah Pakuaji Salembaran Cengkareng Grogol
Pulogadung Tambun Rawarengas selatan Babelan. Sebaran zone ini secara umum
relatif meluas ke arah timur.
Pada periode Juni-Agustus 1993, jarak batas zona air bawah tanah payau/asin
dengan air bawah tanah tawar di beberapa lokasi adalah :
1. Daerah Cengkareng Pedongkelan Grogol Gambir antara 5,0 6,0 km
2. Daerah Pulogadung Cakung Tambun Rawarengas antara 8,0 11,5 km.
Dibandingkan dengan periode sebelumnya (1991-1993), sebaran zone ini
mempunyai pola yang relatif sama, namun di beberapa tempat menunjukkan
pergeseran sebagai berikut :
1. Di daerah Pulogadung, Cakung dan Tambun Rawarengas batas zona pada periode
1993 bergeser ke arah darat antara 0,5 1,5 km, dengan pergeseran terbesar
terjadi di Pulogadung.
2. Di sekitar Babelan, pergeseran ke arah darat mencapai sekitar 3,0 km.
3. Di tempat lain, khususnya di bagian barat daerah pantai, batas zona relatif tidak
berubah dibandingkan pada periode 1992.
b. Zona Air bawah tanah Payau/Asin pada Sistem Akuifer tertekan atas (40 -140 m)
Batas zona air bawah tanah payau/asin dengan air bawah tanah tawar melewati daerah :
selatan Pekayon- selatan Bandara Soekarno Hatta- selatan Cengkareng Pedongkelan
Gambir Kelapagading- Bojongkaratan. Jarak garis batas ini, dari garis pantai, adalah :
1. Daerah antara Pekayon Bandara Soekarno Hatta antara 5,0 13 km
Intrusi Air Asin Ke Dalam Akuifer Di Daerah Pantai, Meiry Frid D.Y Page 12
2. Cengkareng Pedongkelan - Grogol- Kelapagading antara 8,0 10 km
3. Di bagian timur di sekitar Bojongkaratan antara 3,0 6,0 km.
Selama dua tahun terakhir, yakni antara 1991 hingga 1993 garis batas ini
menunjukkan pergeseran ke arah darat. Dibandingkan dengan hasil survei pada Juni-
Agustus 1993, pergeseran yang mencolok terjadi dibagian barat dataran pantai, yaitu
antara daerah Pekayon sampai Cengkareng (Bandara Soekarno Hatta). Namun hal ini
disebabkan perluasan daerah studi pada periode 1993 dan penambahan perolehan data.
Adapun pergeseran batas zona yang disebabkan oleh perubahan salinitas air bawah tanah
adalah :
1. Daerah antara Cengkareng Pedongkelan dan grogol terjadi pergeseran ke arah darat
antara 0,25 1,5 km.
2. Daerah antara Kelapagading Bojongkaratan bergeser 0,75 6,0 km ke arah darat
c. Zona Air bawah tanah Payau/Asin pada Sistem Akuifer tertekan bawah (>140 m)
Sebaran zona ini hanya terbatas di dataran pantai antara Kapuk, Jakarta Kota, dan
Cilincing. Sebaran di bagian barat, yakni antara Kapuk dan Jakarta Kota relatif lebih luas
dibandingkan di bagian timur. Jarak batas zona air bawah tanah payau/asin dengan air
bawah tanah tawar, didaerah Kapuk Jakarta Kota mencapai 5,75 km, sementara
didaerah Walang- Cilincing sekitar 2,5 km.
Pergeseran batas zona air bawah tanah payau/asin ke arah darat di dataran antara Kapuk
dan Jakarta Kota, pada periode antara 1991-1993 mencapai sekitar 0,50 km. Namun
antara periode 1992-1993, sebarannya cukup meluas mulai dari Tamansari sampai
daerah Cilincing.
5.2 Cekungan Semarang
Daerah Semarang bagian utara penyusupan air asin semakin meningkat sejak
beberapa tahun terakhir, terutama pada daerah pemukiman pusat perkotaan, dan di beberpa
wilayah industri di bagian utara, miksalnya daerah sekitar Muara Kali Garang, Tanah Mas,
Pengapon, Simpang Lima. Data penyusupan air asin tersebut diatas adalah berdasarkan hasil
pemantauan dari beberapa sumur gali penduduk yang tersebar, maupun dari kualitas sumur
bor di beberapa tempat. Didaerah Semarang penyusupan air asin ini diperkirakan sudah
mencapai sejauh 2 km ke arah selatan garis pantai.
Intrusi Air Asin Ke Dalam Akuifer Di Daerah Pantai, Meiry Frid D.Y Page 13
Daerah Kendal penyusupan air asin, dideteksi di utara Kaliwungu, Murorejo,
Kumpulrejo sampai sekitar Sukolilan. Sumurbor yang dikelola oleh PDAM Kendal yakni di
Kamp. Pegandon air bawah tanahnya sudah dipengaruhi oleh penyusupan air asin, yang
diperkirakan berasal dari aliran air sungai K. Bodri, akibat kurang sempurnanya sistem
konstruksi sumurbor. Nilai (DHL) air sumurbor tersebut melebihi 2000 umhos/cm, dengan
jarak lokasi sumurbor dari garis pantai kurang lebih 5 km.
Intrusi Air Asin Ke Dalam Akuifer Di Daerah Pantai, Meiry Frid D.Y Page 14
BAB VI
PENYEBAB DAN PENENTUAN INTRUSI AIR ASIN PADA AKUIFER PANTAI.
Penyusupan air asin/air laut pada akuifer pantai, mengakibatkan perubahan komposisi
kimiawi air bawah tanah. Perubahan ini dapat terjadi dengan cara :
1. Reaksi antara air laut dengan mineral-mineral yang terdapat dalam akuifer.
2. Reaksi sulfat dan penambahan karbon atau asam lemah yang lain.
3. Terjadi pelarutan dan pengendapan.
Perubahan total hanya terjadi pada item yang ketiga, yaitu terjadinya pelarutan dan
pengendapan. Pada kasus ini akan diketahui, bahwa ion Cl dan Na lebih dominan pada air
laut, sedang pada air bawah tanah tawar ion yang dominan adalah CO3 dan HCO3.
Komposisi kimiawi air bawah tanah akan bertambah dengan kandungan ion Cl. Untuk
mengetahui adanya penyusupan tersebut dapat ditentukan dengan analisis kimia
yang disebut perbandingan klorida bikarbonat ("Chlorida Bicarbonate Ratatio")
Harga perbandingan klorida bikarbonat ("Chlorida Bicarbonate Ratio") =
= 1/2 adalah air bawah tanah tawar.
= 1,3 terjadi pengaruh air laut sedikit.
= 2,8 terjadi pengaruh air laut sedang.
= 6,6 terjadi pengaruh air laut agak tinggi.
= 15,5 terjadi pengaruh air laut tinggi.
= 200 adalah air laut.
Intrusi Air Asin Ke Dalam Akuifer Di Daerah Pantai, Meiry Frid D.Y Page 15
BAB VII
PENGENDALIAN INTRUSI AIR LAUT PADA AKUIFER PANTAI
Pengendalian intrusi air laut pada akuifer pantai dapat dilakukan dengan berbagai cara antara
lain :
1. Dengan mengurangi pemompaan di aderah pantai.
2. Membuat pengisian buatan ("artificial recharge") pada akuifer pantai.
3. Memompa air laut yang berada pada akuifer pantai.
4. Membuat penghalang di bawah tanah di daerah pantai.
7.1. Mengurangi pemompaan di daerah pantai.
Pemompaan air bawah tanah yang berlebihan akan menggangu kesetimbangan, sehingga
muka air bawah tanah atau bidang pisometrik akan turundan dengan mudah air laut mengisi
kekosongan yang ditinggalkan oleh air bawahtanah tawar, maka dapat terjadi penyusupan
tersebut
7.2. Membuat pengisian air bawah tanah secara buatan.
Pengisian air bawah tanah secara buatan dilakukan dengan cara memasukkan kembali air
yang ada di permukaan ke dalam akuifer dengan melalui beberapa metoda, antara lain dengan
cara :
1. Spreading
2. Sumur pengisian atau sumur injeksi
Cara Spreading adalah cara pengisian air bawah tanah secara buatan yang dilakukan dengan
cara menyebarkan kelebihan air permukaan melalui parit-parit yang dibuat di daerah pantai,
sehingga melalui parit tersebut terjadi penambahan air bawah tanah. Cara sumur injeksi
adalah cara pengisian air bawah tanah secara buatan dengan membuat sumur dalam yang
menembus akuifer dan menginjeksi atau memasukkan air permukaan ke dalam akuifer
tersebut.
7.3. Memompa air laut yang terletak pada akuifer pantai.
Dilakukan dengan cara pemboran di daerah pantai dan pada akuifer yang berisi air asin
dikonstruksi/dipasang pipa saringan seperti halnya konstruksi sumur produksi biasa.
Bedanya, pada kasus ini yang dipompa adalah air asin, dan dengan keluarnya air asin, maka
air bawah tanah tawar akan mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh air asin, akibatnya
Intrusi Air Asin Ke Dalam Akuifer Di Daerah Pantai, Meiry Frid D.Y Page 16
bidang batas antara air asin dan air bawah tanah tawar pada akuifer tersebut bergeser ke arah
laut.
7.4. Membuat Penghalang di bawah tanah di daerah pantai.
Penghalang yang dibuat dengan tujuan untuk menjaga tekanan pematang air bawah tanah
yang dekat atau sejajar dengan pantai, tetap berada di atas muka laut, sehingga tidak terjadi
pendesakan air bawah tanah tawar oleh air asin. Penghalang ini dapat dibuat dengan :
1. Menyebarkan air tawar di permukaan dan air tersebut akan meresap ke dalam tanah,
sehingga di bawah tempat penyebaran air tawar tersebut akan menjadi tinggi seolah-
olah seperti penghalang.
2. Menginjeksi air tawar ke dalam akuifer di tepi panati seperti pada
Selain dengan berbagai cara seperti tersebut di atas dapat pula dilakukan dengan membuat
semacam bendungan di bawah tanah yang membatasi antara air bawah tanah tawar dengan
air asin. Bendungan tersebut dapat berupa lapisan kedap air atau lapisan aspal dan
sebagainya. Cara ini tentunya sangat mahal dan memerlukan teknologi, maka perlu
dipertimbangkan dari segala sisi
Intrusi Air Asin Ke Dalam Akuifer Di Daerah Pantai, Meiry Frid D.Y Page 17
VIII
PENUTUP
Dengan meningkatnya permasalahan air bawah tanah di Indonesia yang semakin komplek,
khususnya mulai terjadinya intrusi air asin ke daerah pantai, yaitu seperti yang terjadi di kota-
kota besar sudah selayaknya dilakukan usaha-usaha pengendalian dan pengawasan terhadap
kelestarian lingkungan berupa program penyelamatan yang mendesak yaitu :
1. Mengurangi pemompaan air bawah tanah di daerah-daerah tertentu misalnya daerah pantai.
2. Memperketat pemberian izin pembuatan sumur bor.
3. Meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan pembuatan sumur bor.
4. Menambah cadangan air bawah tanah dengan pengisian buatan ("artificial recharge").
5. Membuat sumur bor pantau di tempat-tempat tertentu yang dilengkapi dengan pencatat
muka air bawah tanah ("water level recorder").
Intrusi Air Asin Ke Dalam Akuifer Di Daerah Pantai, Meiry Frid D.Y Page 18
DAFTAR PUSTAKA
Hendrayana Heru (2002), Intrusi Air Asin Ke Dalam Akuifer Daratan, Geological
Engineering Dept., Faculty of Engineering, Gadjah Mada University.
www.http//:google= mengenal intrusi air asin, 18 oktober 2011
www.http//:google= proses terjadinya intrusi air asin, 17 oktober 2011