Anda di halaman 1dari 41

Dr.Jusuf Saleh Bazed Sp.

U

Nama : Tn. Shino suwito
Umur : 65 tahun
Alamat : cempaka wangi rt 03/15
Pekerjaan : wiraswasta
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : menikah
Suku : Jawa
Agama : Islam
TGL MRS : 31 desember 2013
No. RM : 008229XX
KU : pasien datang ke IGD RSIJ Cempaka Putih dengan keluhan susah BAK
sejak 1 bulan yang lalu SMRS

RPS : 1 bulan SMRS pasien mengeluh susah BAK, setiap keluar selalu sedikit
sedikit serta keluarnya menetes dan terasa nyeri saat BAK, Pasien merasa tidak
puas mengeluarkan air kencingnya, seperti merasakan masih terdapat sisa sesudah
kencing. Air kencing berwarna kuning tanpa disertai darah. Penderita harus
mengedan saat buang air kecil. Pasien selalu merasa ingin buang air kecil dan tidak
bisa menahan pada saat ingin kencing. Riwayat sering ingin kencing di malam hari
diakui pasien bisa sampai 5x. Keluhan tanpa disertai demam. Riwayat buang air
kecil berpasir disangkal. Riwayat pernah trauma sebelumnya disangkal. Pasien juga
mengeluhkan nyeri saat BAK saat mulai sampai akhir BAK dan nyeri juga
dirasakan pada perut bagian bawah. BAB tidak ada keluhan kemudian disangkal
adanya penurunan berat badan.
Tanggal 24 desember 2013 pasien sempat di pasangkan selang kemudian BAK
keluar namun Pasien masih merasa sedikit sakit saat berkemih.Selang kateter
sempat di lepas namun tanggal 31 desember 2013 di pasang lagi dikarenakan
pasien tidak bisa BAK kembali.mual (-),muntah (-),batuk (-),sesak (-),pusing (-)

R.penyakit dahulu
Pasien mempunyai riwayat Hipertensi , DM
disangkal,asma disangkal, 5 tahun yang lalu pernah di
operasi apendiksitis,riwayat penyakit jantung di sangkal

R.penyakit keluarga
Dikeluarga disangkal ada yg mengalami gejala yang
sama dengan pasien, Hipertensi disangkal dan DM
disangkal,asma di sangkal
R.kebiasaan
Pasien sering makan makanan yang mengadung lemak
dan santan, tidak merokok , alkohol (-), kopi (+).

Status Generalis
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
GCS : 15
Tanda Vital
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 80 kali/menit, regular, isi cukup
Suhu : 36,5
o
C
Nafas : 20 kali/menit
Kulit : sawo matang, turgor baik
Kepala : normosefal, deformitas tidak ada
Rambut : hitam, persebaran merata, tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Telinga : normotia, sekret tidak ada
Hidung : deviasi tidak ada, sekret deformi
Tenggorokan : arkus faring simetris, tidak hiperemis, tonsil T1/T1
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,Kel tiroid
(-)

Paru
Inspeksi : simetris statis dan dinamis
Palpasi : vocal fremitus lapang paru kiri dan kanan
simetris
Perkusi : sonor pada lapang paru kiri dan kanan
Auskultasi: lapang paru kiri dan kanan vesikuler,
rhonki dan wheezing tidak ada
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di 1 jari medial sela
iga 5 LMCS
Perkusi : batas-batas jantung dalam batas normal
Auskultasi: Bj1-Bj2 reguler, murmur tidak ada, gallop
tidak ada

Abdomen
Inspeksi : datar,simetris.distensi abdomen (-)
Palpasi : nyeri tekan pada perut bawah,
defans muskular tidak ada,
hepar dan limpa tidak teraba
Perkusi : shifting dullness tidak ada
kelainan,timpani di seluruh lapang abdomen
Auskultasi : bising usus normal
Ekstremitas : akral hangat, edema tidak ada,
capillary refill time < 2 detik

Status Urologi :
Regio supra pubis
Nyeri tekan (+)
Rectal Touche
Inspeksi : benjolan yang keluar dari anus (-), darah
dan lendir (-), bekas luka (-)
Palpasi : Tonus spinghter ani baik, ampula recti licin,
tidak teraba adanya massa, feses (-), prostat teraba
permukaan licin, konsistensi kenyal, simetris, pole
atas prostat tidak teraba, nyeri tekan (-)
Hand scone : feses (+), darah dan lendir (-), parasite
(-)


1 bulan SMRS pasien mengeluh susah BAK, setiap
keluar selalu sedikit dan menetes dan terasa nyeri saat
BAK, Pasien merasa tidak puas mengeluarkan air
kencingnya, seperti merasakan masih terdapat sisa
sesudah kencing. Air kencing berwarna kuning tanpa
disertai darah. Penderita harus mengedan saat buang
air kecil. Pasien selalu merasa ingin buang air kecil dan
tidak bisa menahan pada saat ingin kencing. Riwayat
sering ingin kencing di malam hari diakui pasien bisa
sampai 5x.Nyeri juga dirasakan pada perut bagian
bawah.Tanggal 24 desember 2013 pasien sempat di
pasangkan selang kemudian BAK keluar namun Pasien
masih merasa sedikit sakit saat berkemih.Selang
kateter sempat di lepas namun tanggal 31 desember
2013 di pasang lagi dikarenakan pasien tidak bisa BAK
kembali.

Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : tampak sakit sedang
GCS : 15
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7 C

Status Generalis : Nyeri tekan pada kuadran
bawah abdomen.
Status Lokalis
- Regio supra pubis
Nyeri tekan (+)
- Rectal Touche
Inspeksi: benjolan yang keluar dari anus (-), darah
dan lendir (-), bekas luka (-)
Palpasi : Tonus spinghter ani baik, ampula recti licin,
tidak teraba adanya massa, feses (-), prostat teraba
permukaan licin, konsistensi kenyal, simetris, pole
atas prostat tidak teraba, nyeri tekan (-)
Hand scone : feses (+), darah dan lendir (-), parasite
(-)
Pemeriksaan Laboratorium
Protein 2+
Darah samar 3+
Leukosit esterase 2+
Ureum darah 63 mg/dl
PSA total 4,56
Eosinofil 20
Limfosit 16
Monosit 12
LED 12
Kejernihan agak keruh
Leukosit sedimen 30-40/LPB
Eritrosit sedimen 15-20/LPB
USG :terlihat volume prostat 66.4 cc ,intravesical prostatic
pretasian 9mm
Daftar Masalah
Benign Prostaste Hyperplasia (BPH)
Riwayat operasi apendiksitis
Hipertensi grade I (menurut JNC 7)

Tatalaksana
Trans Urethral Resection Prostate (TURP)
Cefixime
Cardura
Pamol

Diagnosis banding
Retensio urin e.c BPH
Retensio urin e.c CA Prostat
Retensio urin e.c Prostatitis
Retensio urin e.c Striktur Uretra

Pembesaran prostat
benigna atau lebih
dikenal sebagai BPH
sering diketemukan
pada pria yang menapak
usia lanjut.

Secara histologis
disebabkan oleh
hiperplasia stroma dan
kelenjar sel prostat yang
progresif
Dialami oleh sekitar 70%
pria di atas usia 60
tahun. Angka ini akan
meningkat hingga 90%
pada pria berusia di atas
80 tahun.

I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

BPH adalah proses patologik yang
berkontribusi terhadap timbulnya Lower
Urinary Tract Symptoms (LUTS) pada pria
lanjut usia.
Kelenjar prostat dan vesika
seminalis merupakan bagian
dari sistem reproduksi pria.
Prostat berfungsi untuk
membentuk komposisi
semen. Pada orgasme, otot
prostat berkontraksi dan
membenatu dorongan
ejakulasi keluar dari penis
McNeal membagi kelenjar
prostat menjadi tiga bagian
oleh McNeal, yaitu zona
sentral, perifer, dan
transisional. Zona transisional
(5-10% volume prostat
normal) ini merupakan bagian
dari prostat yang membesar
pada hiperplasia prostat
jinak, sedangkan sebagian
besar kanker prostat
berkembang dari zona perifer
(75% volume prostat normal).
Prostat adalah berbentuk seperti buahkemiri
dengan ukuran kira-kira 4 x 3 x 2,5 cm dan
beratnya kurang lebih 20 gram pada keadaan
normal. Secara histopatologik kelenjar
prostat terdiri atas komponen kelenjar dan
stroma. Komponen stroma ini terdiriatas otot
polos, fibroblast, pembuluh darah, saraf, dan
jaringan penyanggah yanglain
Benign Prostat hyperplasia (BPH)
adalah hiperplasia kelenjar periuretral
yang mendesak jaringan prostat yang
asli ke perifer dan menjadi simpai
bedah.

Disebut hiperplasia karena secara histopatologi pada
BPH terjadi peningkatan jumlah sel epitelial dan
stromal pada area periuretral dari prostat, hal ini
terjadi mungkin karena proliferasisel epitelial dan
stromal atau terganggunya proses kematian sel
terprogram (apoptosis) yang mengakibatkan
akumulasi seluler
Secara teori dibagi menjadi 3 yaitu :
Teori stem sel
Teori reawakening
Teori keseimbangn testoteron dengan estrogen
dikemukakan oleh Isaacs, menyatakan bahwa
dalam kondisi normal kelenjar periuretral
berada dalam keadaan seimbang antara sel
yang tumbuh dengan yang mati. Kemudian oleh
sebab tertentu seperti usia, gangguan
keseimbangan hormon, atau faktor pencetus
lainnya, stem cell berproliferasi lebih cepat
sehingga sel yang tumbuh lebih banyak
daripada sel yang mati, akibatnya terjadilah
hiperplasi kelenjar periuretral.

dikemukakan oleh McNeal, menyatakan
bahwa jaringan periuretral kembali
berkembang seperti pada tingkat embriologik
sehingga tumbuh lebih cepat dari jaringan
sekitarnya
dikemukakan McConnel menyatakan bahwa
hiperplasi kelenjar periuretral disebabkan oleh
ketidakseimbangan testosteron dengan estrogen.
Testosteron bebas, yaitu testosteron yang tidak
terikat protein dalam bentuk Serum Binding
Hormone, akan dihidrolisis oleh enzim 5-alfa
reduktase menjadi dihidrotestosteron (DHT).
Kemudian DHT akan berikatan dengan reseptor di
sel-sel prostat dan mengakibatkan proliferasi sel.
Seiring bertambahnya usia produksi testosteron
akan berkurang dan terjadi konversi testosteron
menjadi estrogen pada jaringan adiposa oleh
enzim aromatase, estrogen lalu akan
mengakibatkan hiperplasi stroma prostat

Obstruktif Iritatif
Menunggu pada permulaan miksi
(hesitancy)
Peningkatan frekuensi miksi
(frequency)
Miksi terputus (intermittency) Peningkatan frekuensi miksi
malam hari (nocturia)
Urin menetes pada akhir miksi
(terminal dribbling)
Miksi sulit ditahan (urgency)
Pancaran miksi lemah Nyeri pada waktu miksi (dysuria)
Rasa tidak puas setelah miksi
(tidak lampias)


Pemeriksaan colok dubur (rectal touch, RT) dilakukan untuk
memeriksa tonus sfingter ani, mukosa rektum, dan prostat. Jika batas
atas prostat masih teraba, dapat diperkirakan massa prostat kurang
dari 60 gram. Jika prostat teraba membesar maka diberi deskripsi
lebih lanjut mengenai konsistensi, simetri, dan nodul untuk
menentukan dugaan pembesaran jinak atau ganas. Pembesaran
prostat jinak biasanya memiliki konsistensi kenyal, bentuknya
simetris, dan tidak terdapat nodul. Sedangkan pada adenokarsinoma
prostat konsistensinya keras, bentuk asimetris, dan terdapat nodul.


International Prostate Symptom Score
(IPSS) WHO

Tidak
pernah
Kurang dari
sekali dalam
lima kali
Kurang
dari
setengah
Kadang
(50%)
Lebih dari
setengah
Hampir
selalu
1. Selama sebulan terakhir, seberapa
sering anda merasa tidak lampias saat
selesai berkemih?
0 1 2 3 4 5
2. Selama sebulan terakhir, seberapa
sering anda harus kembali kencing
dalam waktu kurang dari 2 jam setelah
selesai berkemih?
0 1 2 3 4 5
3. Selama sebulan terakhir, seberapa
sering anda mendapatkan bahwa
kencing anda terputus-putus?
0 1 2 3 4 5
4. Selama sebulan terakhir, seberapa
sering anda mendapatkan bahwa anda
sulit menahan kencing?
0 1 2 3 4 5
5. Selama sebulan terakhir, seberapa
sering pancaran kencing anda lemah?
0 1 2 3 4 5
6. Selama sebulan terakhir, seberapa
sering anda harus mengedan untuk
mulai berkemih?
0 1 2 3 4 5
7. Selama sebulan terakhir, seberapa
sering anda harus bangun untuk
berkemih sejak mulai tidur pada malam
hari hingga bangun di pagi hari?
Tidak
ada

0
1 kali

1
2 kali

2
3 kali

3
4 kali

4
5 kali

5
Quality of Life
Senang
sekali
Senang
Pada
umumnya
puas
Campuran
antara puas
dan tidak
Pada
umumnya
tidak puas
Tidak
bahagia
Buruk
sekali
Seandainya anda harus
menghabiskan sisa hidup dengan
fungsi berkemih seperti saat ini,
bagaimana perasaan anda?
0 1 2 3 4 5 6
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk
mendeteksi adanya komplikasi atau faktor komorbid
pada penderita seperti infeksi, penurunan fungsi
ginjal, batu saluran kemih, dan diabetes mellitus.
Pemeriksaan darah terdiri dari darah perifer lengkap,
elektrollit, PSA, ureum, kreatinin, dan kadar glukosa.
Pemeriksaan urin terdiri dari urinalisis, biakan, dan
tes sensitivitas antibiotik
Pemeriksaan Pencitraan
USG secara Trans Abdominal Ultrasound (TAUS)
atau Trans Rectal Ultrasound (TRUS).
BNO-IVP
CT-scan dan MRI
Cara pertama yaitu dengan mengukur volume sisa
urin setelah penderita miksi spontan karena pada
orang normal biasanya tidak terdapat sisa. Sisa
urin lebih dari 100cc merupakan indikasi terapi
intervensi pada penderita BPH. Volume sisa urin
dapat diukur dengan melakukan kateterisasi ke
dalam vesika setelah penderita miksi, dengan
ultrasonografi vesika, atau foto post voiding pada
BNO-IVP.
Cara kedua yaitu dengan uroflowmetri. Pada
pemeriksaan ini diukur pancaran urin, dimana nilai
normal average flow rate (Qave) 10-12 ml/detik,
maximum flow rate (Qmax) 20 ml/detik
Derajat penderita hiperplasi prostat berdasarkan
gambaran klinis:


- Derajat I : Colok dubur ; penonjolan prostat, batas
atas mudah diraba, dan sisa volume urin <50 ml
- Derajat II : Colok dubur: penonjolan prostat
jelas,batas atas dapat dicapai, sisa volume urin 50-
100 ml
- Derajat III : Colok dubur; batas atas prostat tidak
dapat diraba, sisa volume urin>100 ml
- Derajat IV : Terjadi retensi urin total.

Pada pasien dengan skor ringan (IPSS 7 atau ,
dilakukan watchful waiting atau observasi yang
mencakup edukasi, kontrol periodik, dan pengaturan
gaya hidup

Penghambat adrenergik alfa
Obat ini menghambat reseptor alfa pada otot polos di
trigonum, leher vesika, prostat, dan kapsul prostat,
sehingga terjadi relaksasi, penurunan tekanan di
uretra pars prostatika, sehingga meringankan
obstruksi. Perbaikan gejala timbul dengan cepat,
contohnya Prazosin, Doxazosin, Terazosin, Afluzosin,
atau Tamsulosin
Penghambat enzim 5 reduktase
Obat ini menghambat kerja enzim 5 reduktase
sehingga testosteron tidak diubah menjadi DHT,
konsentrasi DHT dalam prostat menurun,
sehingga sintesis protein terhambat. Perbaikan
gejala baru muncul setelah 6 bulan
bertujuan untuk mengurangi jaringan adenoma.
Indikasi absolut untuk melakukan tatalaksana
invasif :
sisa kencing yang banyak
infeksi saluran kemih berulang
batu vesika
hematuria makroskopil
retensi urin berulang
penurunan fungsi ginjal

Trans Urethral Resection of the Prostate (TURP)
yang dilakukan untuk gejala sedang sampai
berat, volume prostat kurang dari 90 gram, dan
kondisi pasien memenuhi toleransi operasi

Trans Urethral Incision of the Prostate (TUIP)
dapat dilakukan apabila volume prostat tidak
begitu besar/ada kontraktur leher vesik /
prostat fibrotik. Indikasi TUIP yaitu keluhan
sedang atau berat dan volume prostat tidak
begitu besar.

Trans Urethral Resection of the
Prostate (TURP)
Operasi terbuka dengan teknik transvesikal atau
retropubik. Karena morbiditas dan mortalitas
yang tinggi yang ditimbulkannya, operasi
sejenis ini hanya dilakukan apabila ditemukan
pula batu vesika yang tidak bisa dipecah dengan
litotriptor / divertikel yang besar (sekaligus
diverkulektomi) / volume prostat lebih dari
100cc.
Pada BPH yang dibiarkan tanpa tatalaksana
dapat menyebabkan komplikasi seperti
trabekulasi,sakulasi,divertikel

Tekanan vesika yang tinggi tadi apabila
diteruskan ke struktur di atasnya dapat
menyebabkan hidroureter, hidronefrosis, dan
penurunan fungsi ginjal

Ramsey EW, Elhilali M, Goldenberg SL, Nickel CJ, Norman R,
Perreault JP et al.
Practice patterns of Canadian urologist in BPH and prostate
cancer. J Urol 163: 499-502, 2000
Purnomo. Dasar-Dasar Urologi, Edisi Kedua. Jakarta: CV.Sagung
Seto. 2007.
Ikatan Ahli Urologi Indonesia. Konsensus sementara benign
prostatic hyperplasia di Indonesia, 2000
Rahardjo D. Prostat: Kelainan-kelainan jinak, diagnosis, dan
penanganan. Jakarta: Asian Medical, 15, 1999
Sjamsuhidajat R, De Jong W. 1997. Tumor Prostat. Dalam: Buku
ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 1997; 1058-64.
Umbas, R. 1995. Patofisiologi dan Patogenesis Pembesaran
Prostat Jinak. Yayasan penerbit IDI, Jakarta ; 1-5
Rahardjo, J. 1996. Prostat Hipertropi. Dalam : Kumpulan Ilmu
Bedah. Bina rupa aksara, Jakarta ; 161-70

Anda mungkin juga menyukai