Anda di halaman 1dari 22

TINJAUAN PUSTAKA

I. LEPTOSPIROSIS
Definisi
Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri Leptospira sp. yang dapat
ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis). Leptospirosis dikenal
juga dengan nama Penyakit Weil, Demam Icterohemorrhage, Penyakit Swineherd's,
Demam pesawah (Ricefield fever), Demam Pemotong tebu (Cane-cutter fever),
Demam Lumpur, Jaundis berdarah, Penyakit tuttgart, Demam Canicola, penyakit
kuning non!"irus, penyakit air merah pada anak sapi, dan ti#us anjing
Penyakit ini disebabkan bakteri leptospira berbentuk spiral yang mempunyai
ratusan serotipe. $akteri leptospira bisa terdapat di genangan air saat iklim panas dan
terkontaminasi oleh urin hewan. Leptospirosis dapat menyerang manusia akibat
kondisi seperti banjir, air bah, atau saat air konsumsi sehari!hari ter%emar oleh urin
hewan.
Penemuan penderita sering tidak optimal karena sering terjadi &underdiagnosis'
atau misdiagnosis. (al ini berakibat keterlambatan tatalaksana penderita yang dapat
memperburuk prognosis. )eskipun sebenarnya penyakit ini pada umumnya
mempunyai prognosis yang baik.
Etiologi
$akteri penyebab Leptosirosis yaitu bakteri Leptospira sp. $akteri Leptospira
merupakan piro%haeta aerobik (membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup), motil
(dapat bergerak), gram negati#, bentuknya dapat berkerut!kerut, dan terpilin dengan
ketat. $akteri Lepstospira berukuran panjang *!+, -m dan diameter ,,.!,,+ -m.
ebagai pembanding, ukuran sel darah merah hanya / -m. Jadi, ukuran bakteri ini
relati# ke%il dan panjang sehingga sulit terlihat bila menggunakan mikroskop %ahaya
dan untuk melihat bakteri ini diperlukan mikroskop dengan teknik kontras. $akteri ini
dapat bergerak maju dan mundur.
22
0b. . Berbagai serovar Leptospira
Leptospira mempunyai 1./2 sero"ar, bahkan ada yang mengatakan Leptospira
memiliki lebih dari +,, sero"ar. 3n#eksi dapat disebabkan oleh satu atau lebih sero"ar
sekaligus. $ila in#eksi terjadi, maka pada tubuh penderita dalam waktu *!.+ hari akan
terbentuk zat kebal aglutinasi. Leptospirosis pada anjing disebabkan oleh in#eksi satu
atau lebih sero"ar dari Leptospira interrogans. ero"ar yang telah diketahui dapat
menyerang anjing yaitu L. australis, L. autumnalis, L. ballum, L. batislava, L.
canicola, L. grippotyphosa, L. hardjo, L. ichterohemorarhagica, L. pomona, dan L.
tarassovi. Pada anjing, telah tersedia "aksin terhadap Leptospira yang mengandung
biakan sero"ar L. canicola dan L. icterohemorrhagica yang telah dimatikan. ero"ar
yang dapat menyerang sapi yaitu L. pamona dan L. gryptosa. ero"ar yang diketahui
terdapat pada ku%ing adalah L. bratislava, L. canicola, L. gryppothyphosa, dan L.
pomona. $abi dapat terserang L. pamona dan L. interogans, sedangkan tikus dapat
terserang L. ballum dan L. ichterohaemorhagicae.
23
$ila terkena bahan kimia atau dimakan oleh #agosit, bakteri dapat kolaps
menjadi bola berbentuk kubah dan tipis. Pada kondisi ini, Leptospira tidak memiliki
akti#itas patogenik. Leptospira dapat hidup dalam waktu lama di air, tanah yang
lembab, tanaman dan lumpur.
Epidemiologi
Dikenal pertama kali sebagai penyakit o%%upational (penyakit yang diperoleh
akibat pekerjaan) pada beberapa pekerja pada tahun .445. Pada tahun .44* Weil
mengungkapkan mani#estasi klinis yang terjadi pada 6 penderita yang mengalami
penyakit kuning yang berat, disertai demam, perdarahan dan gangguan ginjal.
edangkan 3nada mengidenti#ikasikan penyakit ini di jepang pada tahun .7.*. (3nada
8, 3do 9, et al: ;tiology, mode o# in#e%tion and spe%i#i% therapy o# Weil<s disease. J
;=p )ed .7.*> +5: 5//!6,+.)
Penyakit ini dapat menyerang semua usia, tetapi sebagian besar berusia antara
.,!57 tahun. ebagian besar kasus terjadi pada laki!laki usia pertengahan, mungkin
usia ini adalah #aktor resiko tinggi tertular penyakit o%%upational ini.
Leptospirosis terjadi di seluruh dunia, baik di daerah pedesaan maupun
perkotaan, di daerah tropis maupun subtropis. Penyakit ini terutama beresiko terhadap
orang yang bekerja di luar ruangan bersama hewan, misalnya peternak, petani,
penjahit, dokter hewan, dan personel militer. elain itu, Leptospirosis juga beresiko
terhadap indi"idu yang terpapar air yang terkontaminasi. Di daerah endemis, pun%ak
kejadian Leptospirosis terutama terjadi pada saat musim hujan dan banjir.
3klim yang sesuai untuk perkembangan Leptospira adalah udara yang hangat,
tanah yang basah dan p( alkalis, kondisi ini banyak ditemukan di negara beriklim
tropis. ?leh sebab itu, kasus Leptospirosis .,,, kali lebih banyak ditemukan di negara
beriklim tropis dibandingkan dengan negara subtropis dengan risiko penyakit yang
lebih berat. @ngka kejadian Leptospirosis di negara tropis basah 2!+,A.,,.,,,
penduduk per tahun. ?rganisasi Besehatan Dunia (orld !ealth
"ragani#ationAW(?) men%atat, kasus Leptospirosis di daerah beriklim subtropis
diperkirakan berjumlah ,..!. per .,,.,,, orang setiap tahun, sedangkan di daerah
beriklim tropis kasus ini meningkat menjadi lebih dari ., per .,,.,,, orang setiap
tahun. Pada saat wabah, sebanyak lebih dari .,, orang dari kelompok berisiko tinggi
di antara .,,.,,, orang dapat terin#eksi.
24
Di @merika erikat (@) sendiri ter%atat sebanyak 2, sampai .2, kasus
leptospirosis setiap tahun. ebagian besar atau sekitar 2,C terjadi di (awai. Di
3ndonesia penyakit demam banjir sudah sering dilaporkan di daerah Jawa Dengah
seperti Blaten, Demak atau $oyolali.
Di 3ndonesia, Leptospirosis tersebar antara lain di Pro"insi Jawa $arat, Jawa
Dengah, Daerah 3stimewa 9ogyakarta, Lampung, umatera elatan, $engkulu, 8iau,
umatera $arat, umatera Etara, $ali, FD$, ulawesi elatan, ulawesi Etara,
Balimantan Dimur dan Balimantan $arat. @ngka kematian Leptospirosis di 3ndonesia
termasuk tinggi, men%apai +,2!.*,62 persen. Pada usia lebih dari 2, tahun kematian
men%apai 2* persen. Di beberapa publikasi angka kematian dilaporkan antara 5 persen
! 26 persen tergantung sistem organ yang terin#eksi. $eberapa tahun terakhir di derah
banjir seperti Jakarta dan Dangerang juga dilaporkan terjadinya penyakit ini. $akteri
leptospira juga banyak berkembang biak di daerah pesisir pasang surut seperti 8iau,
Jambi dan Balimantan.
@ngka kematian akibat leptospirosis tergolong tinggi, men%apai 2!6,C. 3n#eksi
ringan jarang terjadi #atal dan diperkirakan 7,C termasuk dalam kategori ini. @nak
balita, orang lanjut usia dan penderita &immuno%ompromised' mempunyai resiko
tinggi terjadinya kematian.
Penderita berusia di atas 2, tahun, risiko kematian lebih besar, bisa men%apai 2*
persen. Pada penderita yang sudah mengalami kerusakan hati yang ditandai selaput
mata berwarna kuning, risiko kematiannya lebih tinggi lagi.
Paparan terhadap pekerja diperkirakan terjadi pada 5,!2,C kasus. Belompok
yang berisiko utama adalah para pekerja pertanian, peternakan, penjual hewan, bidang
agrikultur, rumah jagal, tukang ledeng, buruh tambang batubara, militer, tukang susu,
dan tukang jahit. 8isiko ini berlaku juga bagi yang mempunyai hobi melakukan
akti"itas di danau atau sungai, seperti berenang atau ra#ting.
)eskipun penyakit ini sering terjadi pada para pekerja, ternyata dilaporkan
peningkatan sebagai penyakit saat rekreasi. @kti#itas yang beresiko meliputi perjalanan
rekreasi ke daerah tropis seperti berperahu kano, mendaki, meman%ing, selan%ar air,
berenang, ski air, berkendara roda dua melalui genangan, dan kegiatan olahraga lain
yang berhubungan dengan air yang ter%emar. $erkemah dan bepergian ke daerah
endemik juga menambahkan resiko.
25
Cara Penlaran
Leptospirosis merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui air (water
borne disease). Erin (air ken%ing) dari indi"idu yang terserang penyakit ini merupakan
sumber utama penularan, baik pada manusia maupun pada hewan . Bemampuan
Leptospira untuk bergerak dengan %epat dalam air menjadi salah satu #aktor penentu
utama ia dapat mengin#eksi induk semang (host) yang baru. (ujan deras akan
membantu penyebaran penyakit ini, terutama di daerah banjir . 0erakan bakteri
memang tidak mempengaruhi kemampuannya untuk memasuki jaringan tubuh namun
mendukung proses in"asi dan penyebaran di dalam aliran darah induk semang.
Di 3ndonesia, penularan paling sering terjadi melalui tikus pada kondisi banjir.
Beadaan banjir menyebabkan adanya perubahan lingkungan seperti banyaknya
genangan air, lingkungan menjadi be%ek, berlumpur, serta banyak timbunan sampah
yang menyebabkan mudahnya bakteri Leptospira berkembang biak. @ir ken%ing tikus
terbawa banjir kemudian masuk ke tubuh manusia melalui permukaan kulit yang
terluka, selaput lendir mata dan hidung. . ejauh ini tikus merupakan reser"oir dan
sekaligus penyebar utama Leptospirosis karena bertindak sebagai inang alami dan
memiliki daya reproduksi tinggi. $eberapa hewan lain seperti sapi, kambing, domba,
kuda, babi, anjing dapat terserang Leptospirosis, tetapi potensi menularkan ke manusia
tidak sebesar tikus.
$entuk penularan Leptospira dapat terjadi se%ara langsung dari penderita ke
penderita dan tidak langsung melalui suatu media. Penularan langsung terjadi melalui
kontak dengan selaput lendir (mukosa) mata (konjungti"a) , kontak luka di kulit,
mulut, %airan urin, kontak seksual dan %airan abortus (gugur kandungan) . Penularan
dari manusia ke manusia jarang terjadi .
Penularan tidak langsung terjadi melalui kontak hewan atau manusia dengan
barang!barang yang telah ter%emar urin penderita, misalnya alas kandang hewan,
tanah, makanan, minuman dan jaringan tubuh. Bejadian Leptospirosis pada manusia
banyak ditemukan pada pekerja pembersih selokan karena selokan banyak ter%emar
bakteri Leptospira. Emumnya penularan lewat mulut dan tenggorokan sedikit
ditemukan karena bakteri tidak tahan terhadap lingkungan asam.
26
Patofisiologi dan Patogenesis
Penularan penyakit ini bisa melalui tikus, babi, sapi, kambing, kuda, anjing,
serangga, burung, landak, kelelawar dan tupai. Di 3ndonesia, penularan paling sering
melalui hewan tikus. @ir ken%ing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke dalam
tubuh manusia melalui permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung.
$isa juga melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi setitik urin tikus yang
terin#eksi leptospira, kemudian dimakan dan diminum manusia.
Leptospirosis tidak menular langsung dari pasien ke pasien. )asa inkubasi
leptospirosis adalah dua hingga +* hari. ekali berada di aliran darah, bakteri ini bisa
menyebar ke seluruh tubuh dan mengakibatkan gangguan khususnya hati dan ginjal.
etelah bakteri Leptospira masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir,
maka bakteri akan mengalami multiplikasi (perbanyakan) di dalam darah dan jaringan.
elanjutnya akan terjadi leptospiremia, yakni penimbunan bakteri Leptospira di dalam
darah sehingga bakteri akan menyebar ke berbagai jaringan tubuh terutama ginjal dan
hati.
aat kuman masuk ke ginjal akan melakukan migrasi ke interstitium, tubulus
renal, dan tubular lumen menyebabkan ne#ritis interstitial dan nekrosis tubular. Betika
berlanjut menjadi gagal ginjal biasanya disebabkan karena kerusakan tubulus,
hipo"olemia karena dehidrasi dan peningkatan permeabilitas kapiler. 0angguan hati
tampak nekrosis sentrilobular dengan proli#erasi sel Bup##er, ikterus terjadi karena
dis#ungsi sel!sel hati.
Leptospira juga dapat mengin"asi otot skletal menyebabkan edema (bengkak),
"a%uolisasi mio#ibril, dan nekrosis #o%al. 0angguan sirkulasi mikro muskular dan
peningkatan permeabilitas kapiler dapat menyebabkan kebo%oran %airan dan
hipo"olemi sirkulasi. Dalam kasus berat &disseminated "as%uliti% syndrome' akan
menyebabkan kerusakan endotelium kapiler.
0angguan paru adalah mekanisme sekunder kerusakan pada al"eolar and
"askular interstisial yang mengakibatkan hemoptu. Leptospira juga dapat mengin"asi
%airan humor (humor aGueus) mata yang dapat menetap dalam beberapa bulan,
seringkali mengakibatkan u"eitus kronis dan berulang.
27
)eskipun kemungkinan dapat terjadi komplikasi yang berat tettapi lebih sering
terjadi sel# limiting disease dan tidak #atal. ejauh ini, respon imun siostemik dapat
mengeliminasi kuman dari tubuh, tetapi dapat memi%u reaksi gejala in#lamasi yang
dapat mengakibatkan &se%ondary end!organ injury'.
Pada kasus berat akan menyebabkan kerusakan endotelium kapiler dan radang
pada pembuluh darah. Leptospira juga dapat mengin"asi akuos humor mata dan
menetap dalam beberapa bulan, sering mengakibatkan u"eitis kronis dan berulang.
etelah in#eksi menyerang seekor hewan, meskipun hewan tersebut telah sembuh,
biasaya dalam tubuhnya akan tetap menyimpan bakteri Leptospira di dalam ginjal atau
organ reproduksinya untuk dikeluarkan dalam urin selama beberapa bulan bahkan
tahun.
!e"ala Klinis
Pada #e$an
Pada hewan, Leptospirosis kadangkala tidak menunjukkan gejala klinis
(bersi#at subklinis), dalam arti hewan akan tetap terlihat sehat walaupun sebenarnya
dia sudah terserang Leptospirosis. Bu%ing yang terin#eksi biasanya tidak
menunjukkan gejala walaupun ia mampu menyebarkan bakteri ini ke lingkungan
untuk jangka waktu yang tidak pasti.
0ejala klinis yang dapat tampak yaitu ikterus atau jaundis, yakni warna
kekuningan, karena pe%ahnya butir darah merah (eritrosit) sehingga ada
hemoglobin dalam urin. 0ejala ini terjadi pada 2, persen kasus, terutama jika
penyababnya L. pomona. 0ejala lain yaitu demam, tidak na#su makan, depresi,
nyeri pada bagian!bagian tubuh, gagal ginjal, gangguan kesuburan, dan kadang
kematian. @pabila penyakit ini menyerang ginjal atau hati se%ara akut maka gejala
yang timbul yaitu radang mukosa mata (konjungti"itis), radang hidung (rhinitis),
radang tonsil (tonsillitis), batuk dan sesak na#as.
Pada babi mun%ul gejala kelainan sara#, seperti berjalan kaku dan berputar!
putar. Pada anjing yang sembuh dari in#eksi akut kadangkala tetap mengalami
radang ginjal interstitial kronis atau radang hati (hepatitis) kronis. Dalam keadaan
demikian gejala yang mun%ul yaitu penimbunan %airan di abdomen (as%ites),
banyak minum, banyak urinasi, turun berat badan dan gejala sara#. Pada sapi,
28
in#eksi Leptospirosis lebih parah dan lebih banyak terjadi pada pedet dibandingkan
sapi dewasa dengan gejala demam, jaundis, anemia, warna telinga maupun hidung
yang menjadi hitam, dan kematian ($ovine Leptospirosis). @ngka kematian
(mortalitas) akibat Leptospirosis pada hewan men%apai 2!.2 persen, sedangkan
angka kesakitannya (morbiditas) men%apai lebih dari /2 persen.
Pada %ansia
3n#eksi leptospirosis mempunyai mani#estasi yang sangat ber"ariasi dan
kadang asimtomatis (tanpa gejala), sehingga sering terjadi misdiagnosis. (ampir
.2!6,C penderita yang terpapar in#eksi tidak mengalami gejala tetapi menunjukkan
serologi positi#.
)asa inkubasi biasanya terjadi sekitar /!.+ hari dengan rentang +!+, hari.
ekitar 7,C penderita dengan mani#estasi ikterus (penyakit kuning) ringan sekitar
2!.,C dengan ikterus berat yang sering dikenal dengan penyakit Weil.
Perjalanan penyakit leptospira terdiri dari + #ase yang berbeda, yaitu #ase
septisemia dan #ase imun. Dalam periode peralihan dari + #ase tersebut selama .!5
hari kondisi penderita menunjukkan beberapa perbaikkan.
Hase eptisemik dikenal sebagai #ase awal atau #ase leptospiremik karena
bakteri dapat diisolasi dari darah, %airan serebrospinal dan sebagian besar jaringan
tubuh. Pada stadium ini, penderita akan mengalami gejala mirip #lu selama 6!/ hari,
ditandai dengan demam, kedinginan, dan kelemahan otot. 0ejala lain adalah sakit
tenggorokan, batuk, nyeri dada, muntah darah, nyeri kepala, takut %ahaya,
gangguan mental, radang selaput otak (meningitis), serta pembesaran limpa dan
hati.
Hase 3mun sering disebut #ase kedua atau leptospirurik karena sirkulasi
antibodi dapat dideteksi dengan isolasi kuman dari urin, dan mungkin tidak dapat
didapatkan lagi dari darah atau %airan serebrospinalis. Hase ini terjadi pada ,!5,
hari akibat respon pertahanan tubuh terhadap in#eksi. 0ejala tergantung organ tubuh
yang terganggu seperti selaput otak, hati, mata atau ginjal.
0ejala non spesi#ik seperti demam dan nyeri otot mungkin sedikit lebih
ringan dibandingkan #ase awal dan 5 hari sampai beberapa minggu terakhir.
$eberapa penderita sekitar //C mengalami nyeri kepala terus menerus yang tidak
respon dengan pemberian analgesik.
29
0ejala ini sering dikaitkan dengan gejala awal meningitis. Delirium (tidak
waras, kegilaan) juga didapatkan pada tanda awal meningitis, Pada #ase yang lebih
berat didapatkan gangguan mental berkepanjangan termasuk depresi, ke%emasan,
psikosis dan dementia.
0angguan anikterik dapat dijumpai meningitis aseptik adalah sindrom
mani#estasi klinis yang paling penting didapatkan pada #ase anikterik imun. 0ejala
meningeal terjadi pada 2,C penderita. Palsi sara# kranial, ense#alitis, dan
perubahan kesadaran jarang didapatkan.
)eningitis bisa terjadi apada beberapa hari awal, tapi biasanya terjadi pada
minggu pertama dan kedua. Bematian jarang terjadi pada kasus anikterik.
0angguan ikterik : leptospirosis dapat diisolasi dari darah selama +6!64 jam setelah
timbul ikterik. Fyeri perut dengan diare dan konstipasi terjadi sekitar 5,C,
hepatosplenomegali, mual, muntah dan anoreksia.
E"eitis terjadi pada +!.,C kasus dapat terjadi pada awal atau akhir
penyakit, bahkan dilaporkan dapat terjadi sangat lambat sekitar . tahun setelah
gejala awal penyakit timbul. 3ridosiklitis and korioretinitis adalah komplikasi
lambat yang akanan menetap selama setahun. 0ejala pertama akan timbul saat 5
minggu hingga . bulan setelah paparan.
Perdarahan subkonjunti"a adalah komplikasi pada mata yang sering terjadi
pada 7+C penderita leptospirosis. 0ejala renal seperti azotemia, pyuria, hematuria,
proteinuria dan oliguria sering tampak pada 2,C penderita. Buman leptospira juga
dapat timbul di ginjal. )ani#estasi paru terjadi pada +,!/,C penderita. @denopati,
rash, and nyeri otot juga dapat timbul.
indroma klinis tidak khas pada berbagai serotipe, tetapi beberapa
mani#estasi sering tampak pada serotipe tertentu. )isalnya ikterus didapatkan pada
45C penderita dengan in#eksi L i%terohaemorrhagiae and 5,C pada L pomona.
8ash eritematous pretibial sering didaptkan pada in#eksi L autumnalis. 0angguan
gastrointestinal pada in#eksi dengan L grippotyphosa. @septi% meningitis seringkali
terjadi pada in#eksi L pomona atau L %ani%ola.
indrom Weil adalah bentuk Leptospirosis berat ditandai jaundis, dis#ungsi
ginjal, nekrosis hati, dis#ungsi paru!paru, dan diathesis perdarahan. Bondisi ini
terjadi pada akhir #ase awal dan meningkat pada #ase kedua, tetapi bisa memburuk
setiap waktu. Briteria penyakit Weil tidak dapat dide#inisikan dengan baik.
30
)ani#estasi paru meliputi batuk, dispnu, nyeri dada, sputum darah, batuk
darah, dan gagal napas. Iaskular dan dis#ungsi ginjal dikaitkan dengan timbulnya
ikterus setelah 6!7 hari setelah gejala awal penyakit. Penderita dengan ikterus berat
lebih mudah terjadi gagal ginjal, perdarahan dan kolap kardio"askular.
(epatomegali didapatkan pada kuadran kanan atas. ?liguri atau anuri pada
nekrosis tubular akut sering terjadi pada minggu ke dua sehingga terjadi hipo"olemi
dan menurunya per#usi ginjal.
ering juga didapatkan gagal multi!organ, rhabdomyolysis, sindrom gagal
napas, hemolisis, splenomegali, gagal jantung kongesti#, mio%arditis, dan
peri%arditis. indrom Weil mengakibatkan 2!.,C. ebagian besar kasus berat
sindrom dengan gangguan hepatorenal dan ikterus mengakibatkan mortalitas +,!
6,C. @ngka mortalitas juga akan meningkat pada usia lanjut usia.
Leptospirosis dapat terjadi makular atau rash makulopapular, nyeri perut
mirip apendisitis akut, pembesaran kelenjar lim#oid mirip in#eksi mononu%leosis.
Juga dapat menimbulkan mani#estasi asepti% meningitis, en%ephalitis, atau &#e"er o#
unknown origin'. Leptospirosis dapat di%urigai bila didapatkan penderita dengan
#lulike disease dengan asepti% meningitis atau disproporsi mialgia berat.
Pemeriksaan #isik yang didapatkan pada penderita berbeda tergantung berat
ringannya penyakit dan waktu dari onset timbulnya gejala. Dampilan klinis se%ara
umum dengan gejala pada beberapa spektrum mulai dari yang ringan hingga pada
keadaan toksis.
Pada #ase awal pemeriksaan #isik yang sering didapatkan adalah demam
seringkali tinggi sekitar 6,oJ disertai takikardi. ubkonjunti"al su##usion, injeksi
#aring, splenomegali, hepatomegali, ikterus ringan, mild jaundi%e, kelemahan otot,
lim#adenopati dan mani#estasi kulit berbentuk makular, makulopapular, eritematus,
urti%ari, atau &rash' perdarahan juga didapatkan pada #ase awal penyakit.
Pada #ase kedua mani#estasi klinis yang ditemukan sesuai organ yang
terganggu. 0ejala umum yang didaptkan adalah adenopathy, rash, demam,
perdarahan, tanda hipo"olemia atau syok kardiogenik. Pada pemeriksaan #ungsi
hati didapatkan ikterus, hepatomegali, tanda koagulopati. 0angguan paru
didapatkan batuk, batuk darah, dispneu, dan distres pernapasan.
31
)ani#estasi neurologi didapatkan palsi sara# kranial, penurunan kesadaran,
delirium atau gangguan mental berkepanjangan seperti depresi, ke%emasan, iritabel,
psikosis, dan demensia.
Pemeriksaan mata terdapat perdarahan sub%onjunti"a, u"eitis, tanda
iridosiklitis atau korioretinitis. 0angguan hematologi yang ditemukan adalah
perdarahan, petekie, purpura, ekimosis dan splenomegali. Belainan jantung
dijumpai tanda dari kongesti# gagal jantung atau perikarditis.
Diagnosa
Entuk mendiagnosa Leptospirosis, maka hal yang perlu diperhatikan adalah
riwayat penyakit, gejala klinis dan diagnosa penunjang. ebagai diagnosa penunjang,
antara lain dapat dilakukan pemeriksaan urin dan darah. Pemeriksaan urin sangat
berman#aat untuk mendiagnosa Leptospirosis karena bakteri Leptospira terdapat
dalam urin sejak awal penyakit dan akan menetap hingga minggu ketiga. Jairan tubuh
lainnya yang mengandung Leptospira adalah darah, serebrospinal tetapi rentang
peluang untuk isolasi bakteri sangat pendek. elain itu dapat dilakukan isolasi bakteri
Leptospira dari jaringan lunak atau %airan tubuh penderita, misalnya jaringan hati,
otot, kulit dan mata. Famun, isolasi Leptospira termasuk sulit dan membutuhkan
waktu beberapa bulan.
Entuk mengukuhkan diagnosa Leptospirosis biasanya dilakukan pemeriksaan
serologis. @ntibodi dapat ditemukan di dalam darah pada hari ke!2!/ sesudah adanya
gejala klinis. Bultur atau pengamatan bakteri Leptospira di bawah mikroskop berlatar
gelap umumnya tidak sensiti#. Des serologis untuk mengkon#irmasi in#eksi
Leptospirosis yaitu Microscopic agglutination test ()@D). Des ini mengukur
kemampuan serum darah pasien untuk mengagglutinasi bakteri Leptospira yang hidup.
Famun, )@D tidak dapat digunakan se%ara spesi#ik pada kasus yang akut, yakni kasus
yang terjadi se%ara %epat dengan gejala klinis yang parah. elain itu, diagnosa juga
dapat dilakukan melalui pengamatan bakteri Leptospira pada spesimen organ yang
terin#eksi menggunakan imuno#loresen.
Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk kon#irmasi diagnosis dan
mengetahui sejauh mana gangguan organ tubuh dan komplikasi yang terjadi.
.. 3solasi (pengambilan) kuman leptospira dari jaringan lunak atau %airan tubuh
penderita adalah standar kriteria baku. Erin adalah %airan tubuh yang palih
32
baik untuk diperiksa karena kuman leptospira terdapat dalam urin sejak
gejala awal penyakit dan akan menetap hingga minggu ke!5. Jairan tubuh
lainnya yang mengandung leptospira adalah darah, %erebrospinal #luid (JH)
tetapi rentang peluang untuk ditemukan isolasi kuman sangat pendek.
+. Jaringan hati, otot, kulit dan mata adalah sumber identi#ikasi penemuan
kuman leptospira. 3solasi leptospira %enderung lebih sulit dan membutuhkan
waktu diantaranya dalam hal re#erensi laboratorium dan membutuhkan
waktu beberapa bulan untuk melengkapi identi#ikasi tersebut.
5. pesimen serum akut dan serum kon"alesen dapat digunakan untuk
kon#irmasi diagnosis. Detapi, kon#irmasi diagnosis ini lambat karena serum
akut diambil saat .!+ minggu setelah gejala awal timbul dan serum
kon"alesen diambil + minggu setelah itu. @ntibodi antileptospira diperiksa
menggunakan mi%ros%opi% agglutination test()@D).
6. )etoda laboratorium %epat dapat merupakan diagnosis yang %ukup baik.
Diter )@D tunggal sebesar .:4,, pada sera atau identi#ikasi spiroseta pada
mikroskopi lapang gelap bila dikaitkan dengan mani#estasi klinis yang khas
akan %ukup bermakna.
elain menggunakan diagnosis dari pemeriksaan laboratorium, sekarang
penegakan diagnosis leptospirosis juga bisa dilakukan dengan berdasar pada pedoman
'%aine Criteria&Score' W(? yaitu Blinik, ;pidemiologi dan Pemeriksaan
Laboratorium. @tau bisa juga menggunakan (%aine Criteria&Score' yang sudah di
modi#ikasi oleh Dr. hi"akumar , yang beliau gunakan di 3ndia.
Haine JriteriaA%ore )odi#ied Haine JriteriaA%ore
Part A & Data Klini' %ore Part A & Data Klini' %ore
(eada%he + (eada%he +
He"er + He"er +
Demp K 57
o
J + Demp K 57
o
J +
Jonjunti"al su##ision 6 Jonjunti"al su##ision 6
)eningisme 6 )eningisme 6
)us%le pain 6 )us%le pain 6
Jonjunti"al su##ision
.,
Jonjunti"al su##ision
.,
)eningisme )eningisme
)us%le pain )us%le pain
Jaundi%e . Jaundi%e .
@lbuminuria, Fitrogen retention . @lbuminuria, Fitrogen retention .
Dotal %ore Dotal %ore
Part ( & )a'tor Epidemilogi Part ( & )a'tor Epidemilogi
Bontak dengan hewan yang (ujanA$anjir 2
Bontak dengan lingkungan yang 6
33
terkontaminasi atau Bontak
dengan air yang terkontaminasi
atau Dinggal di daerah endemi
.,
terkontaminasi
Bontak dengan hewan .
Dotal .,
Part C & Teman La*oratorim Part C & Teman La*oratorim
Positi"e serology ()@D) Positi"e serology ()@D)
Leptospirosis!;ndemik
Positi# . L Diter rendah + ;L3@ 3g)!positi# .2
@D!positi# .2
Positi# . L Diter tinggi ., )@D!positi# . pada titer tinggi .2
Leptospirosis!Fon ;ndemik
Positi# . L Diter rendah 2 8ising titre
(paired sera) +2
Positi# . L Diter tinggi .2
8ising titre!(paired sera) +2
Dotal Dotal
Presumti"e diagnosis dari leptospirosis ditegakkan jika #aine s%ore total +* atau
lebih, berdasar :
Part @ atau M part @ N part $ O : +* atau lebih
Part @, $ dan J MDotalO : +2 atau lebih
edangkan untuk s%ore antara +, L +2 bisa juga leptospirosis tapi dengan un!
%on#irmed diagnosis.
Pemeri'saan Penn"ang
Pada penderita yang di%urigai leptospirosis, selanjutnya harus dilakukan
pemeriksaan laboratorium rutin untuk mengetehaui komplikasi dan keterlibatan
beberapa organ tubuh. Pemeriksaan kadar darah lengkap (%omplete blood %ount!J$J)
sangat penting.
Penurunan hemoglobin yang menurun dapat terjadi pada perdarahan paru dan
gastrointestinal. (itung trombosit untuk mengetahui komponen D3J. $lood urea
nitrogen dan serum kreatinin dapat meningkat pada anuri atau oliguri tubulointerstitial
ne#ritis yang dapat terjadi pada penyakit Weil.
Peningkatan serum bilirubin dapat terjadi pada obstruksi kapiler di hati. @gak
jarang terjadi peningkatan (epato%ellular transaminases dan kurang bermakna,
biasanya P+,, EAL. Waktu koagulasi akan meningkat pada dis#ungsi hati atau D3J.
erum kreatin kinase ()) #ra%tion) sering meningkat pada gangguan otot.
34
@nalisis JH berman#aat hanya untuk melakukan eksklusi penyebab meningitis
bakteri. Leptospires dapat diisolasi se%ara rutin dari JH, tetapi penemuan ini tidak
akan merubah tatalaksana penyakit.
Pemeriksaan pen%itraan yang didapatkan adalah kelainan pada #oto polos paru
berupa air spa%e bilateral. Juga dapat menunjukkan kardiomegali dan edema paru
yang didapatkan miokarditis. Perdarahan al"eolar dari kapilaritis paru dan &pat%hy
in#iltrate multiple' yang dapat ditemukan pada parenkim paru. Eltrasonogra#i traktus
bilier dapat menunjukkan kolesistitis akalkulus.
Pemeriksaan histologis beberapa saat setelah inokulasi dan selama periode
inkubasi leptospira melakukan replikasi akti# di hati. Perwarnaan sil"er staining dan
immuno#luores%en%e dapat mengidenti#ikasi leptospira di hati, limpa, ginjal, JF dan
otot. elama #ase akut pemeriksaan histologi menunjukkan organisma tanpa banyak
in#iltrat in#lamasi.
Diagnosis (anding
Dengue He"er
(anta"irus Jardiopulmonary yndrome
(epatitis
)alaria
)eningitis
)ononu%leosis, in#luenza
;nteri% #e"er
8i%kettsial disease
;n%ephalitis
Primary (3I in#e%tion
Pengo*atan dan Pengendalian
Pada #e$an
(ewan, terutama hewan kesayangan, yang terin#eksi parah perlu diberikan
perawatan intensi# untuk menjamin kesehatan masyarakat dan mengoptimalkan
perawatan. @ntibiotik yang dapat diberikan yaitu doksisiklin, enro#loksasin,
%ipro#loksasin atau kombinasi penisillin!streptomisin. elain itu diperlukan terapi
suporti# dengan pemberian antidiare, antimuntah, dan in#us.
35
Pen%egahan dapat dilakukan dengan memberikan "aksin Leptospira. Iaksin
Leptospira untuk hewan adalah "aksin inakti# dalam bentuk %air (bakterin) yang
sekaligus bertindak sebagai pelarut karena umumnya "aksin Leptospira
dikombinasikan dengan "aksin lainnya, misalnya distemper dan hepatitis. Iaksin
Leptospira pada anjing yang beredar di 3ndonesia terdiri atas dua ma%am sero"ar
yaitu L. canicola dan L. ichterohemorrhagiae. Iaksin Leptospira pada anjing
diberikan saat anjing berumur .+ minggu dan diulang saat anjing berumur .6!.*
minggu. istem kekebalan sesudah "aksinasi bertahan selama * bulan, sehingga
anjing perlu di"aksin lagi setiap enam bulan.
Pada %ansia
Leptospirosis yang ringan dapat diobati dengan antibiotik doksisiklin,
ampisillin, atau amoksisillin. edangkan Leptospirosis yang berat dapat diobati
dengan penisillin 0, ampisillin, amoksisillin dan eritromisin.
Derapi antimikrobial adalah pengobatan yang utama pada leptospirosis. Pada
in#eksi tidak dengan komplikasi tidak membutuhkan rawat inap. Penggunaan
doksisiklin oral menunjukkan penurunan durasi demam. 8awat inap diperlukan
untuk penderita dengan pemberian terapi peni%illin 0 intra"ena sebagai pilihan
utama.
Penelitian terakhir menunjukkan se#alosporin sama e#ekti#nya dengan
doksisiklin dan penisillin pada pengobatan #ase akut. ;ritromisin digunakan pada
kasus kehamilan yang alergi terhadap penisillin sedangkan amoksisilin adalah
terapi alternati#.
Pada kasus berat mengakibatkan gangguan beberapa organ dan gagal
multiorgan. 3n addition to antimi%robials, therapy is supporti"e. Datalaksana
penderita yang paling penting adalah memonitor dengan %ermat perubahan klinis
karena berpotensi terjadi gangguan kolap kardio"askular dan syok dapat terjadi
se%ara %epat dan mendadak.
Hungsi ginjal harus die"aluasi se%ara %ermat dan diperlukan dialisis pada
kasus gagal ginjal. Pada umumnya kerusakan ginjal adalah re"ersibel jika penderita
dapat bertahan dalam #ase akut. Penyediaan "entilasi mekanik dan proteksi jalan
napas harus tersedia bila terjadi gangguan pernapasan berat.
36
Pengawasan jantung se%ara terus menerus (%ontinuous %ardia% monitoring)
untuk memantau keadaan yang dapat timbul seperti takikardia "entrikular
(#rekuensi denyut jantung yang berlebihan), kontraksi "entrikel prematur
(premature "entri%ular %ontra%tions), #ibrilasi atrial, #lutter, dan takikardia.
)anusia rawan oleh in#eksi semua sero"ar Leptospira sehingga manusia
harus mewaspadai %emaran urin dari semua hewan . Perilaku hidup sehat dan bersih
merupakan %ara utama untuk menanggulangi Leptospirosis tanpa biaya. )anusia
yang memelihara hewan kesayangan hendaknya selalu membersihkan diri dengan
antiseptik setelah kontak dengan hewan kesayangan, kandang, maupun lingkungan
dimana hewan berada.
)anusia harus mewaspadai tikus sebagai pembawa utama dan alami
penyakit ini. Pemberantasan tikus terkait langsung dengan pemberantasan
Leptospirosis. elain itu, para peternak babi dihimbau untuk mengandangkan
ternaknya jauh dari sumber air. Heses ternak perlu diarahkan ke suatu sumber
khusus sehingga tidak men%emari lingkungan terutama sumber air.
Pen+ega,an
)enghindari atau mengurangi kontak dengan hewan yang berpotensi terkena
paparan air atau lahan yang di%emari kuman. ?rang yang berisiko tinggi
in#eksi harus memakai sarung tangan, baju dan ka%amata pelindung. (arus
memperhatikan se%ara ketat kebersihan dan sanitasi lingkungan seperti kontrol
hewan pengerat seperti tikus, dekontaminasi in#eksi
Penggunaan "aksinasi pada hewan dan manusia masih kontro"ersi.
Bemopro#ilaksis menunjukkan hasil yang e#ekti# pada manusia dengan risiko
tinggi seperti anggota militer atau wisatawan yang berkunjung di daerah
endemik. Pemberian doksisiklin +2, mg peroral sekali seminggu,
menunjukkan e#ikasi yang sangat baik. Detapi pen%egahan ini tidak dianjurkan
untuk jangka panjang.
Kompli'asi dan Prognosis
Bomplikasi tergantung dari perjalanan penyakit dan pengobatannya. Prognosis
penderita dengan in#eksi ringan sangat baik tetapi kasus yang lebih berat seringkali
lebih buruk.
37
II. A-OTE%IA
Definisi
@zotemia adalah suatu keadaan dimana di dalam darah pasien ditemukan
peningkatan jumlah dari ureum, kreatinin, dan beberapa jenis komponen nitrogen yang
lain.
Etiologi
Penyebab yang tersering menyebabkan azotemia yaitu #ilttrasi darah di dalam
ginjal yang tidak adekuat. Penyebab langsung bisa juga karena : pengobatan anti"irus,
J(H, diare kronis dan muntah, trauma ginjal, kerusakan hati, luka bakar atau juga
syok.
@zotemia di bagi berdasar penyebabnya :
Prerenal @zotemia : 0injal tidak mendapat suplay darah yang %ukup.
Postrenal @zotemia: Derdapat obstruksi pada saluran kemih, bisa berupa
sumbatan batu ataupun oleh karena penyebab yang lain.
$eberapa bentuk kelainan azotemia yang terjadi biasanya disebabkan se%ara
langsung karena kelainan pada organ ginjal itu sendiri.
!e"ala
0ejala prerenal azotemia, meliputi :
Penurunan pengeluaran urin (bisa juga bahkan anuri)
)ulut kering
Belelahan yang sangat
(ipotensi ?rthostatik
Bulit keringApu%at
Dakikardi (denyut nadi yang %epat)
(aus
$engkak
Pengo*atan
Derapi yang %epat pada azotemia sering mengembalikan #ungsi ginjal menjadi
baik lagi, sementara penundaan dari pengobatan juga bisa menyebabkan penurunan
#ungsi ginjal yang permanen. $eberapa pilihan pengobatan diantaranya hemodialisa,
38
peritoneal dialisa, terapi dengan obat!obatan dan pengobatan azotemia dengan kondisi
tersamarkan.
III. #iper'alemia
Definisi
(iperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana
konsentrasi kalium darah lebih dari 2 m;GAL darah.
$iasanya konsentrasi kalium yang tinggi adalah lebih berbahaya daripada
konsentrasi kalium yang rendah. Bonsentrasi kalium darah yang lebih dari 2.2 m;GAL
akan mempengaruhi sistem konduksi listrik jantung. $ila konsentrasi yang tinggi ini
terus berlanjut, irama jantung menjadi tidak normal dan jantung akan berhenti
berdenyut.
Etiologi
(iperkalemia biasanya terjadi jika ginjal tidak mengeluarkan kalium dengan
baik. )ungkin penyebab paling sering dari hiperkalemia adalah penggunaan obat yang
menghalangi pembuangan kalium oleh ginjal, seperti triamterene, spironola%tone dan
@J; inhibitor.
(iperkalemia juga dapat disebabkan oleh penyakit @ddison, dimana kelenjar
adrenal tidak dapat menghasilkan hormon yang merangsang pembuangan kalium oleh
ginjal dalam jumlah %ukup. Penyakit @ddison dan penderita @3D yang mengalami
kelainan kelenjar adrenal semakin sering menyebabkan hiperkalemia.
0agal ginjal komplit maupun sebagian, bisa menyebabkan hiperkalemia berat.
Barena itu orang!orang dengan #ungsi ginjal yang buruk biasanya harus menghindari
makanan yang kaya akan kalium.
(iperkalemia dapat juga dapat terjadi akibat sejumlah besar kalium se%ara tiba!
tiba dilepaskan dari %adangannnya di dalam sel. (al ini bisa terjadi bila :
ejumlah besar jaringan otot han%ur (seperti yang terjadi pada %edera
tergilas)
Derjadi luka bakar hebat
?"erdosis kokain
$anyaknya kalium yang masuk ke dalam aliran darah bisa melampaui
kemampuan ginjal untuk membuang kalium dan menyebabkan hiperkalemia yang bisa
berakibat #atal.
!e"ala
39
(iperkalemia ringan menyebabkan sedikit gejala. 0ejalanya berupa irama
jantung yang tidak teratur, yang berupa palpitasi (jantung berdebar keras).
Diagnosa
$iasanya hiperkalemia pertama kali terdiagnosis pada pemeriksaan darah rutin
atau karena ditemukannya perubahan pada pemeriksaan ;B0.
Pengo*atan
Pengobatan harus segera dilakukan jika kalium meningkat diatas 2 m;GAL pada
seseorang dengan #ungsi ginjal yang buruk atau diatas * m;GAL pada seseorang
dengan #ungsi ginjal yang normal.
Balium bisa dibuang dari tubuh melalui saluran pen%ernaan atau ginjal ataupun
melalui dialisa. Balium dapat dibuang dengan merangsang terjadinya diare dan dengan
menelan sediaan yang mengandung resin pengisap kalium. 8esin ini tidak diserap di
saluran pen%ernaan, sehingga kalium keluar dari tubuh melalui tinja. $ila ginjal
ber#ungsi dengan baik, diberikan obat diuretik untuk meningkatkan pengeluaran
kalium.
Jika diperlukan pengobatan segera, dapat diberikan larutan intra"ena yang terdiri
dari kalsium, glukosa atau insulin. Balsium membantu melindungi jantung dari e#ek
kalium konsentrasi tinggi, meskipun e#ek ini hanya berlangsung beberapa menit saja.
0lukosa dan insulin memindahkan kalium dari darah ke dalam sel, sehingga
menurunkan konsentrasi Balium darah. Jika pengobatan ini gagal atau jika terjadi
gagal ginjal, mungkin perlu dilakukan dialisa.
DA)TAR PUSTAKA
@nonim. +,... &@zotemia'. http:AAwww.azotemia.netA. Diakses ,. Hebruai +,...
@nonim. +,.,. &(iperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi)'.
http:AA%ommunity.um.a%.idAshowthread.phpQ2/2.7!(iperkalemia!C+4kadar!
kalium!darah!yang!tinggiC+7. Diakses ,. Hebruari +,...
40
@. ;brahimi, L. @lijani, 0 8 @bdollahpour (June +,,5). Rerologi%al ur"ey o# (uman
Leptospirosis in tribal @reas o# West Jentral 3ranR (dalam bahasa ;nglish)
(PDH). I)*S. + ./. http:AAijms.sums.a%.irA#ilesAPDH#ilesA+4S+S..!;brahimi.pd#.
Diakses pada +2 Januari +,...
$o"et P (.777). RHa%tor @ssosiated with Jlini%al Leptospirosis, @ Population $ased
Jontrol tudy in ey%hellesR. +merican )ournal ,ropical *edicine and
!ygiene: 245!27,.
Dharmojono. R.R (dalam bahasa 3ndonesia). Leptospirosis-+ntthra--*ulut dan .u/u-
Sapi 0ila1 aspadailah +/ibatnya2 (edisi ke!.). Jakarta: Pustaka Populer ?bor.
hlm. .!.,. 3$F 7/7!6*. 57/!2.
Dire%tors o# health Promotion and ;du%ation. RLeptospirosisR. Dire%tors o# health
Promotion and ;du%ation. http:AAwww.dhpe.orgAin#e%tALepto.html. Diakses pada
+2 Januari +,...
;ldredge, Debra ). R.R. di dalam $eth @delman (dalam bahasa ;nglish). 3og owner4s
!ome 5eterinary !andboo/ (edisi ke!6th). (oboken: Willey Publishing 3n%.
hlm. **!*/, 7*. 3$F 7/4!,!6/,!,*/42!/.
;sen aban (+,,6). R3mpa%t o# Jlini%al and Laboratory Hindings on Prognosis in
LeptospirosisR. Swiss *edical ee/ly: 56/!52+.
Harida Dwi (andayani dan 8istiyanto (dalam bahasa 3ndonesia) (PDH). Rapid
assessment Inang Reservoir Leptospirosis di 3aerah 6asca 0empa .ecamatan
)ogonalan1 .abupaten .laten1 )awa ,engah.. Jakarta: Litbang Departemen
Besehatan.
http:AAwww.litbang.depkes.go.idATdjunaediAdo%umentationA5*,.,4pd#A#arida.pd#.
Diakses pada +2 Januari +,...
(atta ) ()aret +,,+). RDete%tion o# 3g) to Leptospira @gent with ;L3@ ang
Leptodipsti%k )ethodR. )urnal .edo/teran dan .esehatan %. 7niversitas
,arumanegara 0.
)ari ?katini, 8a%hmadhi Purwana, 3 )ade Djaja (+,,/ Juni). R(ubungan Haktor
Lingkungan dan Barakteristik 3ndi"idu terhadap Bejadian Penyakit
Leptospirosis di Jakarta, +,,5!+,,2.R (dalam bahasa 3ndonesia) (PDH). *a/ara1
/esehatan. . (Jakarta) 00: ./!+6. http:AAjournal.ui.a%.idAuploadAartikelA,5S)ari
C+,?katiniSmanuskriptikus#inalS8e"isi.PDH. Diakses pada +2 Januari +,...
R?"er"iew o# the leptospira ba%terium itsel#R. Dhe Leptospirosis 3n#ormation Jenter. +6
Januari +,... http:AAwww.leptospirosis.orgAtopi%.phpQtU+2. Diakses pada +6
Januari +,...
RPenyakit Dewasa LeptospirosisR (Pd#). $ahagian Pendidikan Besihatan Bemintrian
Besihatan )alaysia. +/ Januari +,...
http:AAwww.in#osihat.go".myAPenyakitADewasaALeptospirosis.pd#. Diakses pada
+2 Januari +,.,.
41
Priyanto,, @gus (+,,4). Mhttp:AAeprints.undip.a%.idA*5+,A.A@gusSPriyanto.pd# RHaktor!
Haktor 8isiko 9ang $erpengaruh Derhadap Bejadian Leptospirosis (tudi Basus
di Babupaten Demak)RO (PDH). Program )agister ;pidemiologi Program
Pas%asarjana Eni"ersitas Diponegoro.
http:AAeprints.undip.a%.idA*5+,A.A@gusSPriyanto.pd#. Diakses pada +* Januari
+,...
Rerologi%al %lassi#i%ation and groupingR. Dhe Leptospirosis 3n#ormation Jenter. +6
Januari +,... http:AAwww.leptospirosis.orgAtopi%.phpQtU+*V#U+2. Diakses pada
+6 Januari +,...
ubronto. R.R. di dalam Funung Prajanto (dalam bahasa 3ndonesia). 6enya/it Infe/si
6arasit dan *i/roba pada +njing dan .ucing (edisi ke!.). 9ogyakarta: 0adjah
)ada Eni"ersity Press. hlm. .44!.7+. 3$F 7/7!6+,!*..!5.
.hi"aBumar. & Diagnosis and )anagement o# Leptospirosis Problems in pra%ti%e'.
http:AAwww.indian.go"Amedi%ineA+,..APDH#ilesADiagnosis and management o#
Leptospirosis Problems in Pra%ti.pd#. Diakses pada +/ Januari +,..
toddard, 8obyn (+,,7!,/!+/). R?ther 3n#e%tious Diseases 8elated to Dra"el:
LeptospirosisR. Jenters #or Disease Jontrol and Pre"ention.
http:AAwwwn%.%d%.go"Atra"elAyellowbookA+,.,A%hapter!2Aleptospirosis.asp=.
Diakses pada +2 Januari +,...
W(? (+,,.). RWater 8elated Diseases: LeptospirosisR. World (ealth ?rganization.
http:AAwww.who.intAwaterSsanitationShealthAdiseasesAleptospirosisAenA. Diakses
pada +2 Januari +,..
Widarso ( dan Wil#ried (+,,+). RBebijaksanaan Departemen Besehatan dalam
Penanggulangan Leptospirosis di 3ndonesiaR. .umpulan *a/alah Simposium
Leptospirosis1 $adan 6enerbit 7niversitas 3iponegoro.
Widodo Judarwanto (@gustus +,,7) (dalam bahasa 3ndonesia) (PDH). Leptospirosis
pada *anusia. Jakarta: @llergy $eha"iour Jlini%, Pi%ky ;aters Jlini% (Blinik
Besulitan )akan) 8umah akit $unda.
http:AAwww.kalbe.%o.idA#ilesA%dkA#ilesA..S./.Leptopirosismanusia.pd#A..S./.Le
ptopirosismanusia.pd#. Diakses pada +* Januari +,...
9uliarti, Furheti. R.R. di dalam @gnes (eni Driyuliana (dalam bahasa 3ndonesia).
!idup Sehat $ersama !ewan .esayangan (edisi ke!.). 9ogyakarta: @ndi ?##set.
hlm. +65!+2,. 3$F 7/7!/*5!46+!..
I. #IPER(ILIRU(INE%IA
De#inisi
(iperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang tinggi di dalam darah,
;tiologi
42
II. PENIN!KATAN S!OT1S!PT2 !A%%A !T
III. RATIO AL(U%IN1!LO(ULIN TER(ALIK
I3. A-OTE%IA
3. #IPERURISE%IA
3I. #IPERKALE%IA
3II. #IPOKLORE%IA
3III. #IPOKALSE%IA
I4. (ISITOPENIA
4. #IPERTENSI STA!E I
43

Anda mungkin juga menyukai