4.1 Hasil 4.1.1 Jumlah Moulting Kepiting Baau !"# Data jumlah banyaknya kepiting yang moulting selama penelitian pada budidaya soft shell crab secara lengkap disajikan dalam tabel 2. Tabel 2. Jumlah Moulting Kepiting Bakau (! $langan Pe%lauan &otal A B ' D " #$ %&.&' 2(.&% "( 2 )).))# 22.222 ").))# ").))# % '".))# ").))# ").))# "%.%%% Jumlah ()).))) **.**+ ,4.1-* 4..... 4.,.(*+ /e%ata **.**+ (,.0(- 1+..,- 1).))) 1),..0) *umber + ,enelitian 2("2 Keterangan + ,erlakuan - . ,adat tebar 2 ekor per m 2 ,erlakuan B . ,adat tebar % ekor per m 2 ,erlakuan / . ,adat tebar 0 ekor per m 2 ,erlakuan D . ,adat tebar $ ekor per m 2 "1 21 % . ulangan ,ada Tabel 2 terlihat rerata jumlah moulting kepiting bakau yang paling banyak adalah pada perlakuan - sebesar ##1##& 1 diikuti dengan perlakuan B dengan rerata sebesar 2$1'2) 1 perlakuan / "&1($) 1 dan yang terendah pada perlakuan D sebesar "%1%%% . 2istogram rerata jumlah moulting kepiting bakau disajikan pada gambar $. 26 3ambar $. 2istrogram ,resentase Jumlah Moulting Kepiting Bakau (Scylla sp.! ,ada Tiap ,erlakuan *umber + ,enelitian 2("2 2asil uji kenormalan dengan metode 4iliefors data jumlah moulting kepiting bakau menunjukan bah5a data yang diperoleh menyebar normal pada lampiran 2 dan dari uji keragaman dengan uji Barlett pada lampiran % juga menunjukan bah5a data bersifat homogen1 sehingga menurut *rigandono ("'&#! maka data tersebut dapat diuji dengan uji 6. 2asil uji statistik berdasarkan analisis ragam menunjukan bah5a nilai 6 hitung (%01()0! 7 Tabel (01()) dan #1$'"!1 yang artinya padat tebar yang dcobakan sebagai perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap jumlah moulting kepiting bakau Scylla sp selama penelitian. 27 Tabel %. -nalisis 8agam Jumlah Moulting Kepiting Bakau (! SK 1B JK K& 2 Hit 2 &a3el ," 1" ,erlakuan % #'&&.00$ 2))2.&"$ %0.()099 0.()) #.$'" 3alat & )2$.%)( #&."#( Total "" &)"%.&($ *umber + ,enelitian 2("2 *edangkan dari hasil :ji beda nilai tengah berdasarkan uji Tukey menunjukkan perbedaan nilai tengah antar perlakuan yaitu pada perlakuan B dengan / menunjukan adanya pengaruh tidak berbeda nyata sedangkan perlakuan - dengan B1 - dengan / menunjukan adanya perbedaan nyata1 dan perlakuan - dengan D menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata (4ampiran $.!. 4.1.( /e%ata Pe%tam3ahan Bo3ot Kepiting 4ang Moulting !g%# Data pertambahan bobot kepiting yang moulting selama penelitian pada budidaya soft shell crab secara lengkap disajikan dalam tabel %. Tabel 0. ,ertambahan Bobot Kepiting yang Moulting (gr! $langan Pe%lauan &otal A B ' D " "02% &)# $20 %"0 2 "%#' )(( 0$) 0%" % "&() 0"# $2" 0"" Jumlah 4-.+ 1++4 1,.1 11,- 0140 /e%ata 1,)- -(+ ,..5)) )+,5)) ).405-* *umber + ,enelitian 2("2 ,ada Tabel 0 terlihat rerata pertambahan bobot kepiting bakau yang moulting paling banyak adalah pada perlakuan - sebesar "$%)1 diikuti dengan perlakuan B dengan rerata sebesar )2&1 perlakuan / $((1%% dan yang terendah pada perlakuan D sebesar %&$1%%. 2istogram 28 rerata pertambahan bobot kepiting bakau yang moulting disajikan pada gambar ). 3ambar ). 2istogram 8erata ,ertambahan Bobot Kepiting Bakau yang Moulting *umber + ,enelitian 2("2 2asil uji kenormalan dengan metode 4iliefors data jumlah moulting kepiting bakau menunjukan bah5a data yang diperoleh menyebar normal pada lampiran ) dan dari uji keragaman dengan uji Barlett pada lampiran # juga menunjukan bah5a data bersifat homogen1 sehingga menurut *rigandono ("'&#! maka data tersebut dapat diuji dengan uji 6. 2asil uji statistik berdasarkan analisis ragam menunjukakan bah5a nilai 6 hitung (2'1)"! 7 Tabel (01(# dan #1$'!1 yang artinya padat tebar yang dicobakan sebagai perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap pertambahan berat kepiting bakau Scylla sp selama penelitian. 29 Tabel $. -nalisis 8agam ,ertambahan Bobot Kepiting yang Moulting SK 1B JK K& 2 Hit 2 &a3el ," 1" ,erlakuan % 20&2"%) &2#%#&1$ 2'1)""99 01()) #1$'" 3alat & 22%$2'1% 2#'0"1"# Total "" 2#($))$ *umber + ,enelitian 2("2 *edangakan dari hasil :ji beda nilai tengah berdasarkan uji Tukey menunjukkan perbedaan nilai tengah antar perlakuan yaitu pada perlakuan B dengan / menunjukan adanya pengaruh tidak berbeda nyata sedangkan perlakuan - dengan B1 - dengan / 1 dan perlakuan - dengan D menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata (4ampiran '.!. 4.1.) Su%6i6al /ate !S/# Kelangsungan hidup kepiting bakau tiap perlakuan dan ulangan pada budidaya Soft Shell Crab disajikan pada tabel ). Tabel ). Kelangsungan 2idup Kepiting Bakau (Scylla sp! ,ada *emua ,erlakuan *elama ,enelitian (! $langan Pe%lauan &otal A B ' D " #$ )"1"" $&1%% 0)1)# 2 '"1)# ))1)# 0$1&% %%1%% % #$ )"1"" #(1&% 0( Jumlah (415-* 1++5+0 1*, 1(. *(,5,- /e%ata +.5,- -(50- ,+5)) 4. (415+, *umber + ,enelitian 2("2 Dari tabel diatas terlihat jumlah prosentase kelangsungan hidup paling banyak terdapat pada perlakuan - (&(1$) ! dengan padat tebar 2 per m 2 1 disusul dengan perlakuan B ()21') ! dengan padat tebar % per m 2 1 diikuti oleh perlakuan / ($&1%% ! dengan padat tebar 0 per m 2 1 dan 30 prosentase paling terendah adalah perlakuan D (0(! dengan padat tebar $ per m 2 . 4.1.) Kualitas Ai% ,erubahan kualitas air yang diamati dalam penelitian ini meliputi suhu1 p21 salinitas1 kedalaman dan kecerahan. Data hasil peneraan kisaran perubahan kualitas air pada setiap perlakuan selama penelitian tersaji pada Tabel #. Tabel #. Data 6luktuasi *uhu -ir Media ,emeliharaan Kepiting Bakau *elama ,enelitian ( ( /! $langan Pe%lauan A B ' D " 2# ; %2 2# < %2 2& < %2 2& < %" 2 2# ; %2 2) < %" 2) < %2 2# < %2 % 2) ; %2 2) < %2 2& < %" 2) < %2 *umber + ,enelitian 2("2 Tabel &. *koring nilai suhu $langan Pe%lauan &otal A B ' D " % % % % 2 % % % % % % % % % Jumlah 0 0 0 0 )- /e%ata ) ) ) ) 1( *umber + ,enelitian 2("2 Keterangan + *kor % + 2) ; %2 ( / *kor 2 + 2( < 2$ ( / *kor " + = 2( dan 7 %2 ( / Menurut 2ill ("'#0! kisaran suhu yang optimal untuk budidaya Soft Shell Crab adalah 2) ; %2 ( /1 nilai tersebut termasuk dalam kisaran yang 31 layak untuk kehidupan dan pertumbuhan kepiting bakau. Dari tabel #1 hasil fluktuasi suhu selama penelitian dapat disimpulkan bah5a kisaran p2 saat penelitian (2) ; %2! bisa dikatan layak pada setiap perlakuan untuk budidaya Soft Shell Crab. Tabel '. Data 6luktuasi p2 -ir Media ,emeliharaan Kepiting Bakau *elama ,enelitian $langan Pe%lauan A B ' D " )1& < #10 )1& < # )1# < #1" # < #1% 2 )1) < #1) )1# <#12 )1) < # )1' < #1% % )1) < #1) )1) < #1" )1& < #12 # < #1$ *umber + ,enelitian 2("2 Tabel "(. *koring nilai p2 $langan Pe%lauan &otal A B ' D " % % % % 2 % % % % % % % % % Jumlah 0 0 0 0 )- /e%ata ) ) ) ) 1( *umber + ,enelitian 2("2 Keterangan + *kor % + )1) ; &1$ *kor 2 + 0 ; )1$ *kor " + = 0 dan 7 &1$ Menurut >ahyuni dan ?smail ("'&#!1 dalam *yarifudin (2(""!1 menyatakan bah5a pada kisaran p2 )1) ; &1$ tergolong dalam kondisi yang layak untuk budidaya Soft Shell Crab. Dari nilai fluktuasi p2 pada tabel ' dapat disimpulkan bah5a kisaran p2 selama penelitian ()1) ; #1)! dikatan layak untuk budidaya Soft Shell Crab pada setiap perlakuan. 32 Tabel "". Data 6luktuasi *alinitas -ir Media ,emeliharaan Kepiting Bakau *elama ,enelitian (ppt! $langan Pe%lauan A B ' D " "# < 2( "$ < "& "$ < "' "& < 2( 2 "$ < 2( "$ < 2( "# < 2( ") < "' % ") < 2( "& < 2( "$ < 2( "$ < 2( *umber + ,enelitian 2("2 Tabel "2. *koring nilai *alinitas $langan Pe%lauan &otal A B ' D " % % % % 2 % % % % % % % % % Jumlah 0 0 0 0 )- /e%ata ) ) ) ) 1( *umber + ,enelitian 2("2 Keterangan + *kor % + "$ ; %$ ppt *kor 2 + "2 ; %( ppt *kor " + = "2 dan 7 %$ ppt Kisaran salinitas air media selama penelitian yang tersaji pada tabel ""1 bisa dikatan layak untuk usaha budidaya Soft Shell Crab nilai ("$ ; 2(! kisaran tersebut masih dalam batas normal pada setiap perlakuan1 hal ini sesuai dengan pendapat -friyanto dan 4i@ia5aty ("''2! yang menyatakan bah5a salinitas yang sesuai untuk budidaya Soft Shell Crab. Tabel "%. Data 6luktuasi DA (Kadar Aksigen Terlarut! -ir Media ,emeliharaan Kepiting Bakau *elama ,enelitian (ppm! $langan Pe%lauan A B ' D " 01) < $1& 0 < $1) %10 < %1' 212 < 21& 2 01" < $1' %1' < 0 %12 < %1& "1& < 21& % 01# < $1& %1) < %1& %12 < 0 "1) < 21' *umber + ,enelitian 2("2 33 Tabel "0. *koring nilai DA $langan Pe%lauan &otal A B ' D " % % 2 " 2 % 2 2 " % % 2 2 " Jumlah 0 * - ) (, /e%ata ) (.))) ( 1 +.))) *umber + ,enelitian 2("2 Keterangan + *kor % + 0 ; ) ppm *kor 2 + % ; 0 ppm *kor " + = % ppm. Dari tabel "% dapat disimpulkan bah5a kisaran DA terbaik dan layak untuk budidaya Soft Shell Crab terdapat pada perlakuan - (01) ; $1'!1 hal ini sesuai dengan pendapat -gus (2((#!1 kisaran DA terbaik berkisar antara %10 ; )1$ ppm. *edangkan kisaran DA terburuk terdapat pada perlakuan D yang berkisar antara "1) ; 21'. Tabel "$. Data 6luktuasi Kecerahan -ir Media ,emeliharaan Kepiting Bakau *elama ,enelitian $langan Pe%lauan A B ' D " %( ; 0( %0 <%' 2$ < 2' "0 < "' 2 %2 ; 0( %2 ; 0( "0 < "# "$ < "& % %" ; %& 2# ; %( 2# < 2' "% < "# *umber + ,enelitian 2("2 Tabel "). *koring nilai Kecerahan $langan Pe%lauan &otal A B ' D " % % 2 " 2 % % " " % % 2 2 " Jumlah 0 + , ) (, /e%ata ) (.--* 1.--* 1 (..+) *umber + ,enelitian 2("2 34 Keterangan + *kor % + %( ; $( *kor 2 + 2( ; %( *kor " + = 2( dan 7 $( Menurut Dirjen ,erikanan Budidaya (2((%! dalam -gus (2((#!1 mengemukakan kisaran kecerahan yang layak untuk budidaya Soft Shell Crab yaitu antara %( ; 0(. Dari tabel "$ dapat disimpulkan bah5a kisaran kecerahan terbaik terdapat pada perlakuan - (%( ; 0(! dan kisaran paling terburuk terdapat pada perlakuan D ("% ; "'!. 4.( Pem3ahasan 4.(.1 Hasil P%o1usi Bu1i1a4a Soft Shell Crab 2asil penelitian menunjukkan bah5a padat tebar yang berbeda mempengaruhi tingkat jumlah moulting kepiting bakau (Scylla serrata!. Banyaknya jumlah rerata kepiting yang moulting dan jumlah rerata pertambahan bobot kepiting yang moulting terjadi karena perbedaan padat tebar stiap perlakuan dengan padat tebar 21 %101 dan $ ekor per m 2 . ,ada perlakuan - yaitu dengan perlakuan jumlah padat tebar 2 ekor per m 2 menunjukkan hasil rerata jumlah dan pertambahan bobot kepiting yang moulting paling banyak dan pertumbuhan bobot paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain yang menunjukkan hasil produksi budidaya Soft Shell Crab1 hal ini dikarenakan padat tebar yang berbeda mempengaruhi faktor lingkungan1 persaingan atau kompetitor terhadap konsumsi oksigen dan nutrisi1 yang akan mempengaruhi jumlah 35 moulting kepiting bakau bahkan akan mengakibatkan kepiting mati jika konsumsi oksigen kurang. ,ada perlakuan B yaitu dengan jumlah padat tebar % ekor per m 2 menunjukan rerata jumlah dan pertambahan bobot kepiting yang moulting semakin menurun dibandingkan dengan perlakuan - dengan jumlah padat tebar 2 ekor per m 2 . 2al ini berkaitan dengan faktor lingkungan seperti kualitas perairan yang menurun dan persaingan atau kompetitor terhadap konsumsi oksigen dan nutrisi yang disebabkan oleh terlalu padatnya kepiting yang menghasilkan feses dan mempengaruhi kualitas perairan budidaya dan konsumsi oksigen tiap indi@idu berkurang (6adnan1?romo1 dan -BiB1 2("(!. *alah satu persoalan pelik yang dihadapi dalam budidaya Soft Shell Crab secara umum adalah terkait dengan keseimbangan lingkungan budidaya. Menurut *ubandar -1 et al. (2(($! keberhasilan suatu usaha budidaya sangat tergantung pada keberhasilan menjaga kondisi lingkungan budidaya dan sekitarnya1 hal ini sangat terkait dengan daya dukung1 daya tampung1 dan self purying1 serta daya asimilasi dalam lingkungan tersebut. akibat dari pengaruh lingkungan yang memburuk bisa mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan1 timbulnya penyakit1 bahkan yang ekstrim berupa kematian massal pada kulti@an tersebut. lebih lanjut dijelaskan bah5a peningkatan kandungan , (posfor! dan C (nitrogen! dalam air dan sedimen perlu di5aspadai terutama pada budidaya yang tidak mengandalkan pemanfaatan pakan alami1 karena dalam proses dekomposisi sisa pakan dan feces akan berpengaruh pada 36 penurunan oksigen terlarut dalam lingkungan budidaya1 sehingga kulit@an akan mengalami masalah dalam kealangsungan hidup dan pertumbuhannya. :ntuk mempercepat pertumbuhan pemberian pakan tambahan berupa ikan rucah diberikan 2 kaliDhari dengan dosis %<"( DBBDhr. ,anen dilakukan maksimal 0 jam setelah kepiting ganti kulit (moulting!1 kemudian kepiting yang berkulit lunak tersebut direndam dalam air ta5ar supaya kulit tetap bertahan lunak (soft crab!1 (-gus1 2((&!. Bila panen dilakukan lebih dari 0 jam setelah moulting maka kepiting sudah dalam proses pengerasan kulit kembali1 hal ini akan menurunkan nilai jual. 8erata jumlah dan pertambahan bobot kepiting yang moulting terendah ditunjukan pada perlakuan D dengan jumlah padat tebar $ ekor per m 2 1 hal ini terkait dengan terlalu padatnya
kepiting yang sangat mempengaruhi kualitas perairan budidaya dan konsumsi oksigen serta nutrisi yang dibutuhkan kepiting sehingga kepiting banyak mengalami lemas dan bahkan banyak terjadi kematian. 4.(.( Kualitas Ai% *uhu air selama penelitian berkisar antara 2) ( ; %2 ( / pada setiap perlakuan1 nilai ini termasuk dalam kisaran yang layak untuk budidaya soft shell crab. Kestabilan suhu selama penelitian diduga karena intensitas cahaya matahari yang optimal sehingga energy panas dapat diteruskan dalam air media penelitian. *uhu mempunyai peran penting dalam pengaturan akti@itas kepiting diantaranya respirasi1 metabolisme1 dan konsumsi pakan. 2al yang sama juga dikemukakan oleh 6uad /holik 37 (2(($! dalam -gus (2((#!1 bah5a suhu mempunyai peran penting dalam kehidupan kepiting bakau atau organism akuatik lainnya1 peran tersebut antara lain respirasi1 kestabilan konsumsi pakan1 metabolisme1 pertumbuhan1 tingkah laku1 reproduksi1 serta mempertahankan kehidupan. Cilai kandungan oksigen (DA! pada saat penelitian kisaran terbaik terdapat pada perlakuan - padat tebar 2 ekorDm 2 dengan kisaran antara 01) ; $1' ppm dan kisaran DA terburuk terdapat pada perlakuan D padat tebar $ ekorDm 2 dengan kisaran antara "1) ; 21'.. Menurut -gus (2((#!1 kandungan oksigen yang baik dalam perairan untuk budidaya kepiting berkisar antara 0 ; ) ppm. Kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai dua kepentingan yaitu E kebutuhan oksigen bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang tergantung pada metabolisme (3hufron dan 2. Kordi1 2(((!. ,enurunan kadar oksigen terlarut dalam air dapat menghambat akti@itas biota perairan. Aksigen diperlukan untuk pembakaran dalam tubuh. Kebutuhan akan oksigen antara spesies tidak sama. 2al ini disebabkan adanya perbedaan struktur molekul sel darah ikan yang mempunyai hubungan antara tekanan parsial oksigen dalam air dengan keseluruhan oksigen dalam sel darah (Fffendi1 2((%!. Keberadaan oksigen di perairan sangat penting terkait dengan berbagai proses kimia biologi perairan. Aksigen diperlukan dalam proses oksidasi berbagai senya5a kimia dan respirasi berbagai organisme perairan (Dahuri1 et al. 2((0!. 38 2asil pengamatan p2 air saat penelitian )1) ; #1) dapat dikatan normal pada setiap perlakuan. Menurut (>ahyuni dan ?smail1 "'&# dalam *yarifudin1 2(""! p2 yang sesuai untuk budidaya soft shell crab adalah )1) ; &1$. Jika p2 diba5ah $ maka akan menyebabkan kematian dan jika diatas &1$ menyebabkan kepiting kurang nafsu makan. Menurut -gus (2((#!1 Konsentrasi p2 mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. ,erairan yang asam cenderung menyebabkan kematian pada kepiting bakau yang dibudidayakan di tambak1 demikian juga pada p2 yang mempunyai nilai kele5at basa. 2al ini disebabkan konsentrasi oksigen akan rendah sehingga aktifitas pernafasan tinggi dan berpengaruh terhadap menurunnya nafsu makan. Cilai p2 air dipengaruhi oleh konsentrasi /A 2 pada siang hari karena terjadi fotosintesa maka konsentrasi /A 2 menurun sehingga p2 airnya meningkat. *ebaliknya pada malam hari seluruh organisme dalam air melepaskan /A 2 hasil respirasi1 sehingga p2 air menurun. Camun demikian air payau cukup ter<buffer dengan baik sehinga p2 airnya jarang turun mencapai nilai diba5ah )1( atau meningkat hingga mencapai nilai '1 sehingga efek buruk pada kulti@an jarang terjadi (Boyd /.F1 "''( dalam -gus1 2((#!. ,enurunan p2 terjadi juga sejalan dengan 5aktu proses produksi budidaya1 fluktuasi p2 air media disebabkan oleh proses dekomposisi1 respirasi1 dan peningkatan densitas fitoplankton. *alinitas saat penelitaian berkisar antara "$ ; 2( ppt tergolong kisaran yang normal untuk budidaya Soft Shell Crab pada setiap perlakuan. Menurut (-frianto dan 4i@ia5aty1 "''2!1 bah5a kepiting de5asa 39 toleran terhadap perubahan salinitas dan dapat hidup dalam air dengan salinitas "$ ; %$ ppt1 hal ini diperkuat oleh pendapat kuntiyo et al ("''%!1 kisaran salinitas yang baik untuk kepiting adalah "$ ; %( ppt. *alinitas merupakan faktor kimia yang mempengaruhi sifat fisik air1 diantaranya adalah tekanan osmotik dan densitas air. *alinitas juga berpengaruh terhadap proses fisiologis seluruh organisme yang hidup dalam perairan. Kecerahan untuk media budidaya kepiting di tambak paling baik berkisar antara 2$ ; %$ cm (Ffendi1 2((%!1 namun secara umum kecerahan air media di tambak yang baik berkisar antara %( ; 0( cm (Dirjen ,erikanan Budidaya1 2((% dalam -gus1 2((#!. Kisaran kecerahan terbaik terdapa pada perlakuan - dengan padat tebar 2 ekorDm 2 yang berkisar antara %( ; 0( dan kisaran paling terburuk terdapat pada perlakuan D dengan padat tebar $ ekorDm 2 berkisar antara "% ; "'. 40 BAB V SIMP$LAN DAN SA/AN ,.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan1 dapat diambil simpulan sebagai berikut + ". Jumlah padat tebar yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah moulting kepiting pada budidaya soft shell crab selama penelitian. 2. ,erlakuan - dengan padat tebar 2 ekor per m 2 menunjukkan rerata rerata jumlah moulting kepiting bakau yang paling banyak adalah pada perlakuan - sebesar ##1##&1 diikuti dengan perlakuan B dengan rerata sebesar 2$1'2)1 perlakuan / "&1($)1 dan yang terendah pada perlakuan D sebesar "%1%%%. %. ,ertumbuhan bobot kepiting bakau yang moulting paling banyak adalah pada perlakuan - sebesar "$%)1 diikuti dengan perlakuan B dengan rerata sebesar )2&1 perlakuan / $((1%%1 dan yang terendah pada perlakuan D sebesar %&$1%%. 0. ,ada perlakuan - dengan padat tebar 2 ekorDm 2 menunjukkan bah5a kualitas air selama penelitian masih dalam kisaran yang layak dan normal untuk budidaya Soft Shell Crab seperti suhu berkisar antara 2) ; %2, p2 berkisar antara )1) ; #1)1 *alinitas berkisar antara "$ ; 2(1 DA (01) ; $1'!1 dan kecerahan (%( ; 0(!. 41 ,ada perlakuan D dengan padat tebar $ ekorDm 2 adalah kisaran paling buruk dan mengakibatkan kepiting stres bahkan terjadi kematian. ,.( Sa%an Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas1 dapat disarankan sebagai berikut + ,erlu dialakukan penelitian lebih lanjut tentang perbedaan padat tebar pada budidaya Soft Shell Crab dengan pengolahan yang berbeda terhadap hasil produksi1 menggunakan perlakuan sama dengan memadukan menggunakan sirkulasi air tambak1 dan lebih memperhatikan kestabilan kualitas air. 42