Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
4.1.1 Jumlah Moulting Kepiting Baau !"#
Data jumlah banyaknya kepiting yang moulting selama penelitian
pada budidaya soft shell crab secara lengkap disajikan dalam tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Moulting Kepiting Bakau (!
$langan
Pe%lauan
&otal
A B ' D
" #$ %&.&' 2(.&% "(
2 )).))# 22.222 ").))# ").))#
% '".))# ").))# ").))# "%.%%%
Jumlah ()).))) **.**+ ,4.1-* 4..... 4.,.(*+
/e%ata **.**+ (,.0(- 1+..,- 1).))) 1),..0)
*umber + ,enelitian 2("2
Keterangan +
,erlakuan - . ,adat tebar 2 ekor per m
2
,erlakuan B . ,adat tebar % ekor per m
2
,erlakuan / . ,adat tebar 0 ekor per m
2
,erlakuan D . ,adat tebar $ ekor per m
2
"1 21 % . ulangan
,ada Tabel 2 terlihat rerata jumlah moulting kepiting bakau yang
paling banyak adalah pada perlakuan - sebesar ##1##& 1 diikuti dengan
perlakuan B dengan rerata sebesar 2$1'2) 1 perlakuan / "&1($) 1 dan
yang terendah pada perlakuan D sebesar "%1%%% . 2istogram rerata
jumlah moulting kepiting bakau disajikan pada gambar $.
26
3ambar $. 2istrogram ,resentase Jumlah Moulting Kepiting Bakau
(Scylla sp.! ,ada Tiap ,erlakuan
*umber + ,enelitian 2("2
2asil uji kenormalan dengan metode 4iliefors data jumlah moulting
kepiting bakau menunjukan bah5a data yang diperoleh menyebar normal
pada lampiran 2 dan dari uji keragaman dengan uji Barlett pada lampiran
% juga menunjukan bah5a data bersifat homogen1 sehingga menurut
*rigandono ("'&#! maka data tersebut dapat diuji dengan uji 6. 2asil uji
statistik berdasarkan analisis ragam menunjukan bah5a nilai 6 hitung
(%01()0! 7 Tabel (01()) dan #1$'"!1 yang artinya padat tebar yang
dcobakan sebagai perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap jumlah moulting kepiting bakau Scylla sp selama penelitian.
27
Tabel %. -nalisis 8agam Jumlah Moulting Kepiting Bakau (!
SK 1B JK K& 2 Hit
2 &a3el
," 1"
,erlakuan % #'&&.00$ 2))2.&"$ %0.()099 0.()) #.$'"
3alat & )2$.%)( #&."#(
Total "" &)"%.&($
*umber + ,enelitian 2("2
*edangkan dari hasil :ji beda nilai tengah berdasarkan uji Tukey
menunjukkan perbedaan nilai tengah antar perlakuan yaitu pada
perlakuan B dengan / menunjukan adanya pengaruh tidak berbeda nyata
sedangkan perlakuan - dengan B1 - dengan / menunjukan adanya
perbedaan nyata1 dan perlakuan - dengan D menunjukkan adanya
perbedaan yang sangat nyata (4ampiran $.!.
4.1.( /e%ata Pe%tam3ahan Bo3ot Kepiting 4ang Moulting !g%#
Data pertambahan bobot kepiting yang moulting selama penelitian
pada budidaya soft shell crab secara lengkap disajikan dalam tabel %.
Tabel 0. ,ertambahan Bobot Kepiting yang Moulting (gr!
$langan
Pe%lauan
&otal
A B ' D
" "02% &)# $20 %"0
2 "%#' )(( 0$) 0%"
% "&() 0"# $2" 0""
Jumlah 4-.+ 1++4 1,.1 11,- 0140
/e%ata 1,)- -(+ ,..5)) )+,5)) ).405-*
*umber + ,enelitian 2("2
,ada Tabel 0 terlihat rerata pertambahan bobot kepiting bakau
yang moulting paling banyak adalah pada perlakuan - sebesar "$%)1
diikuti dengan perlakuan B dengan rerata sebesar )2&1 perlakuan /
$((1%% dan yang terendah pada perlakuan D sebesar %&$1%%. 2istogram
28
rerata pertambahan bobot kepiting bakau yang moulting disajikan pada
gambar ).
3ambar ). 2istogram 8erata ,ertambahan Bobot Kepiting Bakau
yang Moulting
*umber + ,enelitian 2("2
2asil uji kenormalan dengan metode 4iliefors data jumlah moulting
kepiting bakau menunjukan bah5a data yang diperoleh menyebar normal
pada lampiran ) dan dari uji keragaman dengan uji Barlett pada lampiran
# juga menunjukan bah5a data bersifat homogen1 sehingga menurut
*rigandono ("'&#! maka data tersebut dapat diuji dengan uji 6. 2asil uji
statistik berdasarkan analisis ragam menunjukakan bah5a nilai 6 hitung
(2'1)"! 7 Tabel (01(# dan #1$'!1 yang artinya padat tebar yang dicobakan
sebagai perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata
terhadap pertambahan berat kepiting bakau Scylla sp selama penelitian.
29
Tabel $. -nalisis 8agam ,ertambahan Bobot Kepiting yang Moulting
SK 1B JK K& 2 Hit
2 &a3el
," 1"
,erlakuan % 20&2"%) &2#%#&1$ 2'1)""99 01()) #1$'"
3alat & 22%$2'1% 2#'0"1"#
Total "" 2#($))$
*umber + ,enelitian 2("2
*edangakan dari hasil :ji beda nilai tengah berdasarkan uji Tukey
menunjukkan perbedaan nilai tengah antar perlakuan yaitu pada
perlakuan B dengan / menunjukan adanya pengaruh tidak berbeda nyata
sedangkan perlakuan - dengan B1 - dengan / 1 dan perlakuan - dengan
D menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata (4ampiran '.!.
4.1.) Su%6i6al /ate !S/#
Kelangsungan hidup kepiting bakau tiap perlakuan dan ulangan
pada budidaya Soft Shell Crab disajikan pada tabel ).
Tabel ). Kelangsungan 2idup Kepiting Bakau (Scylla sp! ,ada *emua
,erlakuan *elama ,enelitian (!
$langan
Pe%lauan
&otal
A B ' D
" #$ )"1"" $&1%% 0)1)#
2 '"1)# ))1)# 0$1&% %%1%%
% #$ )"1"" #(1&% 0(
Jumlah (415-* 1++5+0 1*, 1(. *(,5,-
/e%ata +.5,- -(50- ,+5)) 4. (415+,
*umber + ,enelitian 2("2
Dari tabel diatas terlihat jumlah prosentase kelangsungan hidup
paling banyak terdapat pada perlakuan - (&(1$) ! dengan padat tebar 2
per m
2
1 disusul dengan perlakuan B ()21') ! dengan padat tebar % per
m
2
1 diikuti oleh perlakuan / ($&1%% ! dengan padat tebar 0 per m
2
1 dan
30
prosentase paling terendah adalah perlakuan D (0(! dengan padat tebar
$ per m
2
.
4.1.) Kualitas Ai%
,erubahan kualitas air yang diamati dalam penelitian ini meliputi
suhu1 p21 salinitas1 kedalaman dan kecerahan. Data hasil peneraan
kisaran perubahan kualitas air pada setiap perlakuan selama penelitian
tersaji pada Tabel #.
Tabel #. Data 6luktuasi *uhu -ir Media ,emeliharaan Kepiting Bakau
*elama ,enelitian (
(
/!
$langan
Pe%lauan
A B ' D
" 2# ; %2 2# < %2 2& < %2 2& < %"
2 2# ; %2 2) < %" 2) < %2 2# < %2
% 2) ; %2 2) < %2 2& < %" 2) < %2
*umber + ,enelitian 2("2
Tabel &. *koring nilai suhu
$langan
Pe%lauan
&otal
A B ' D
" % % % %
2 % % % %
% % % % %
Jumlah 0 0 0 0 )-
/e%ata ) ) ) ) 1(
*umber + ,enelitian 2("2
Keterangan +
*kor % + 2) ; %2
(
/
*kor 2 + 2( < 2$
(
/
*kor " + = 2( dan 7 %2
(
/
Menurut 2ill ("'#0! kisaran suhu yang optimal untuk budidaya Soft
Shell Crab adalah 2) ; %2
(
/1 nilai tersebut termasuk dalam kisaran yang
31
layak untuk kehidupan dan pertumbuhan kepiting bakau. Dari tabel #1
hasil fluktuasi suhu selama penelitian dapat disimpulkan bah5a kisaran
p2 saat penelitian (2) ; %2! bisa dikatan layak pada setiap perlakuan
untuk budidaya Soft Shell Crab.
Tabel '. Data 6luktuasi p2 -ir Media ,emeliharaan Kepiting Bakau
*elama ,enelitian
$langan
Pe%lauan
A B ' D
" )1& < #10 )1& < # )1# < #1" # < #1%
2 )1) < #1) )1# <#12 )1) < # )1' < #1%
% )1) < #1) )1) < #1" )1& < #12 # < #1$
*umber + ,enelitian 2("2
Tabel "(. *koring nilai p2
$langan
Pe%lauan
&otal
A B ' D
" % % % %
2 % % % %
% % % % %
Jumlah 0 0 0 0 )-
/e%ata ) ) ) ) 1(
*umber + ,enelitian 2("2
Keterangan +
*kor % + )1) ; &1$
*kor 2 + 0 ; )1$
*kor " + = 0 dan 7 &1$
Menurut >ahyuni dan ?smail ("'&#!1 dalam *yarifudin (2(""!1
menyatakan bah5a pada kisaran p2 )1) ; &1$ tergolong dalam kondisi
yang layak untuk budidaya Soft Shell Crab. Dari nilai fluktuasi p2 pada
tabel ' dapat disimpulkan bah5a kisaran p2 selama penelitian ()1) ; #1)!
dikatan layak untuk budidaya Soft Shell Crab pada setiap perlakuan.
32
Tabel "". Data 6luktuasi *alinitas -ir Media ,emeliharaan Kepiting Bakau
*elama ,enelitian (ppt!
$langan
Pe%lauan
A B ' D
" "# < 2( "$ < "& "$ < "' "& < 2(
2 "$ < 2( "$ < 2( "# < 2( ") < "'
% ") < 2( "& < 2( "$ < 2( "$ < 2(
*umber + ,enelitian 2("2
Tabel "2. *koring nilai *alinitas
$langan
Pe%lauan
&otal
A B ' D
" % % % %
2 % % % %
% % % % %
Jumlah 0 0 0 0 )-
/e%ata ) ) ) ) 1(
*umber + ,enelitian 2("2
Keterangan +
*kor % + "$ ; %$ ppt
*kor 2 + "2 ; %( ppt
*kor " + = "2 dan 7 %$ ppt
Kisaran salinitas air media selama penelitian yang tersaji pada
tabel ""1 bisa dikatan layak untuk usaha budidaya Soft Shell Crab nilai ("$
; 2(! kisaran tersebut masih dalam batas normal pada setiap perlakuan1
hal ini sesuai dengan pendapat -friyanto dan 4i@ia5aty ("''2! yang
menyatakan bah5a salinitas yang sesuai untuk budidaya Soft Shell Crab.
Tabel "%. Data 6luktuasi DA (Kadar Aksigen Terlarut! -ir Media
,emeliharaan Kepiting Bakau *elama ,enelitian (ppm!
$langan
Pe%lauan
A B ' D
" 01) < $1& 0 < $1) %10 < %1' 212 < 21&
2 01" < $1' %1' < 0 %12 < %1& "1& < 21&
% 01# < $1& %1) < %1& %12 < 0 "1) < 21'
*umber + ,enelitian 2("2
33
Tabel "0. *koring nilai DA
$langan
Pe%lauan
&otal
A B ' D
" % % 2 "
2 % 2 2 "
% % 2 2 "
Jumlah 0 * - ) (,
/e%ata ) (.))) ( 1 +.)))
*umber + ,enelitian 2("2
Keterangan +
*kor % + 0 ; ) ppm
*kor 2 + % ; 0 ppm
*kor " + = % ppm.
Dari tabel "% dapat disimpulkan bah5a kisaran DA terbaik dan
layak untuk budidaya Soft Shell Crab terdapat pada perlakuan - (01) ;
$1'!1 hal ini sesuai dengan pendapat -gus (2((#!1 kisaran DA terbaik
berkisar antara %10 ; )1$ ppm. *edangkan kisaran DA terburuk terdapat
pada perlakuan D yang berkisar antara "1) ; 21'.
Tabel "$. Data 6luktuasi Kecerahan -ir Media ,emeliharaan Kepiting
Bakau *elama ,enelitian
$langan
Pe%lauan
A B ' D
" %( ; 0( %0 <%' 2$ < 2' "0 < "'
2 %2 ; 0( %2 ; 0( "0 < "# "$ < "&
% %" ; %& 2# ; %( 2# < 2' "% < "#
*umber + ,enelitian 2("2
Tabel "). *koring nilai Kecerahan
$langan
Pe%lauan
&otal
A B ' D
" % % 2 "
2 % % " "
% % 2 2 "
Jumlah 0 + , ) (,
/e%ata ) (.--* 1.--* 1 (..+)
*umber + ,enelitian 2("2
34
Keterangan +
*kor % + %( ; $(
*kor 2 + 2( ; %(
*kor " + = 2( dan 7 $(
Menurut Dirjen ,erikanan Budidaya (2((%! dalam -gus (2((#!1
mengemukakan kisaran kecerahan yang layak untuk budidaya Soft Shell
Crab yaitu antara %( ; 0(. Dari tabel "$ dapat disimpulkan bah5a kisaran
kecerahan terbaik terdapat pada perlakuan - (%( ; 0(! dan kisaran paling
terburuk terdapat pada perlakuan D ("% ; "'!.
4.( Pem3ahasan
4.(.1 Hasil P%o1usi Bu1i1a4a Soft Shell Crab
2asil penelitian menunjukkan bah5a padat tebar yang berbeda
mempengaruhi tingkat jumlah moulting kepiting bakau (Scylla serrata!.
Banyaknya jumlah rerata kepiting yang moulting dan jumlah rerata
pertambahan bobot kepiting yang moulting terjadi karena perbedaan
padat tebar stiap perlakuan dengan padat tebar 21 %101 dan $ ekor per m
2
.
,ada perlakuan - yaitu dengan perlakuan jumlah padat tebar 2
ekor per m
2
menunjukkan hasil rerata jumlah dan pertambahan bobot
kepiting yang moulting paling banyak dan pertumbuhan bobot paling tinggi
dibandingkan dengan perlakuan yang lain yang menunjukkan hasil
produksi budidaya Soft Shell Crab1 hal ini dikarenakan padat tebar yang
berbeda mempengaruhi faktor lingkungan1 persaingan atau kompetitor
terhadap konsumsi oksigen dan nutrisi1 yang akan mempengaruhi jumlah
35
moulting kepiting bakau bahkan akan mengakibatkan kepiting mati jika
konsumsi oksigen kurang.
,ada perlakuan B yaitu dengan jumlah padat tebar % ekor per m
2
menunjukan rerata jumlah dan pertambahan bobot kepiting yang moulting
semakin menurun dibandingkan dengan perlakuan - dengan jumlah padat
tebar 2 ekor per m
2
. 2al ini berkaitan dengan faktor lingkungan seperti
kualitas perairan yang menurun dan persaingan atau kompetitor terhadap
konsumsi oksigen dan nutrisi yang disebabkan oleh terlalu padatnya
kepiting yang menghasilkan feses dan mempengaruhi kualitas perairan
budidaya dan konsumsi oksigen tiap indi@idu berkurang (6adnan1?romo1
dan -BiB1 2("(!.
*alah satu persoalan pelik yang dihadapi dalam budidaya Soft
Shell Crab secara umum adalah terkait dengan keseimbangan lingkungan
budidaya. Menurut *ubandar -1 et al. (2(($! keberhasilan suatu usaha
budidaya sangat tergantung pada keberhasilan menjaga kondisi
lingkungan budidaya dan sekitarnya1 hal ini sangat terkait dengan daya
dukung1 daya tampung1 dan self purying1 serta daya asimilasi dalam
lingkungan tersebut. akibat dari pengaruh lingkungan yang memburuk
bisa mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan1 timbulnya penyakit1
bahkan yang ekstrim berupa kematian massal pada kulti@an tersebut.
lebih lanjut dijelaskan bah5a peningkatan kandungan , (posfor! dan C
(nitrogen! dalam air dan sedimen perlu di5aspadai terutama pada
budidaya yang tidak mengandalkan pemanfaatan pakan alami1 karena
dalam proses dekomposisi sisa pakan dan feces akan berpengaruh pada
36
penurunan oksigen terlarut dalam lingkungan budidaya1 sehingga kulit@an
akan mengalami masalah dalam kealangsungan hidup dan
pertumbuhannya.
:ntuk mempercepat pertumbuhan pemberian pakan tambahan
berupa ikan rucah diberikan 2 kaliDhari dengan dosis %<"( DBBDhr. ,anen
dilakukan maksimal 0 jam setelah kepiting ganti kulit (moulting!1 kemudian
kepiting yang berkulit lunak tersebut direndam dalam air ta5ar supaya
kulit tetap bertahan lunak (soft crab!1 (-gus1 2((&!. Bila panen dilakukan
lebih dari 0 jam setelah moulting maka kepiting sudah dalam proses
pengerasan kulit kembali1 hal ini akan menurunkan nilai jual.
8erata jumlah dan pertambahan bobot kepiting yang moulting
terendah ditunjukan pada perlakuan D dengan jumlah padat tebar $ ekor
per m
2
1 hal ini terkait dengan terlalu padatnya

kepiting yang sangat
mempengaruhi kualitas perairan budidaya dan konsumsi oksigen serta
nutrisi yang dibutuhkan kepiting sehingga kepiting banyak mengalami
lemas dan bahkan banyak terjadi kematian.
4.(.( Kualitas Ai%
*uhu air selama penelitian berkisar antara 2)
(
; %2
(
/ pada setiap
perlakuan1 nilai ini termasuk dalam kisaran yang layak untuk budidaya soft
shell crab. Kestabilan suhu selama penelitian diduga karena intensitas
cahaya matahari yang optimal sehingga energy panas dapat diteruskan
dalam air media penelitian. *uhu mempunyai peran penting dalam
pengaturan akti@itas kepiting diantaranya respirasi1 metabolisme1 dan
konsumsi pakan. 2al yang sama juga dikemukakan oleh 6uad /holik
37
(2(($! dalam -gus (2((#!1 bah5a suhu mempunyai peran penting dalam
kehidupan kepiting bakau atau organism akuatik lainnya1 peran tersebut
antara lain respirasi1 kestabilan konsumsi pakan1 metabolisme1
pertumbuhan1 tingkah laku1 reproduksi1 serta mempertahankan kehidupan.
Cilai kandungan oksigen (DA! pada saat penelitian kisaran
terbaik terdapat pada perlakuan - padat tebar 2 ekorDm
2
dengan kisaran
antara 01) ; $1' ppm dan kisaran DA terburuk terdapat pada perlakuan D
padat tebar $ ekorDm
2
dengan kisaran antara "1) ; 21'.. Menurut -gus
(2((#!1 kandungan oksigen yang baik dalam perairan untuk budidaya
kepiting berkisar antara 0 ; ) ppm. Kebutuhan oksigen pada ikan
mempunyai dua kepentingan yaitu E kebutuhan oksigen bagi spesies
tertentu dan kebutuhan konsumtif yang tergantung pada metabolisme
(3hufron dan 2. Kordi1 2(((!.
,enurunan kadar oksigen terlarut dalam air dapat menghambat
akti@itas biota perairan. Aksigen diperlukan untuk pembakaran dalam
tubuh. Kebutuhan akan oksigen antara spesies tidak sama. 2al ini
disebabkan adanya perbedaan struktur molekul sel darah ikan yang
mempunyai hubungan antara tekanan parsial oksigen dalam air dengan
keseluruhan oksigen dalam sel darah (Fffendi1 2((%!. Keberadaan
oksigen di perairan sangat penting terkait dengan berbagai proses kimia
biologi perairan. Aksigen diperlukan dalam proses oksidasi berbagai
senya5a kimia dan respirasi berbagai organisme perairan (Dahuri1 et al.
2((0!.
38
2asil pengamatan p2 air saat penelitian )1) ; #1) dapat dikatan
normal pada setiap perlakuan. Menurut (>ahyuni dan ?smail1 "'&# dalam
*yarifudin1 2(""! p2 yang sesuai untuk budidaya soft shell crab adalah
)1) ; &1$. Jika p2 diba5ah $ maka akan menyebabkan kematian dan jika
diatas &1$ menyebabkan kepiting kurang nafsu makan. Menurut -gus
(2((#!1 Konsentrasi p2 mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena
mempengaruhi kehidupan jasad renik. ,erairan yang asam cenderung
menyebabkan kematian pada kepiting bakau yang dibudidayakan di
tambak1 demikian juga pada p2 yang mempunyai nilai kele5at basa. 2al
ini disebabkan konsentrasi oksigen akan rendah sehingga aktifitas
pernafasan tinggi dan berpengaruh terhadap menurunnya nafsu makan.
Cilai p2 air dipengaruhi oleh konsentrasi /A
2
pada siang hari karena
terjadi fotosintesa maka konsentrasi /A
2
menurun sehingga p2 airnya
meningkat. *ebaliknya pada malam hari seluruh organisme dalam air
melepaskan /A
2
hasil respirasi1 sehingga p2 air menurun. Camun
demikian air payau cukup ter<buffer dengan baik sehinga p2 airnya
jarang turun mencapai nilai diba5ah )1( atau meningkat hingga mencapai
nilai '1 sehingga efek buruk pada kulti@an jarang terjadi (Boyd /.F1 "''(
dalam -gus1 2((#!. ,enurunan p2 terjadi juga sejalan dengan 5aktu
proses produksi budidaya1 fluktuasi p2 air media disebabkan oleh proses
dekomposisi1 respirasi1 dan peningkatan densitas fitoplankton.
*alinitas saat penelitaian berkisar antara "$ ; 2( ppt tergolong
kisaran yang normal untuk budidaya Soft Shell Crab pada setiap
perlakuan. Menurut (-frianto dan 4i@ia5aty1 "''2!1 bah5a kepiting de5asa
39
toleran terhadap perubahan salinitas dan dapat hidup dalam air dengan
salinitas "$ ; %$ ppt1 hal ini diperkuat oleh pendapat kuntiyo et al ("''%!1
kisaran salinitas yang baik untuk kepiting adalah "$ ; %( ppt. *alinitas
merupakan faktor kimia yang mempengaruhi sifat fisik air1 diantaranya
adalah tekanan osmotik dan densitas air. *alinitas juga berpengaruh
terhadap proses fisiologis seluruh organisme yang hidup dalam perairan.
Kecerahan untuk media budidaya kepiting di tambak paling baik
berkisar antara 2$ ; %$ cm (Ffendi1 2((%!1 namun secara umum
kecerahan air media di tambak yang baik berkisar antara %( ; 0( cm
(Dirjen ,erikanan Budidaya1 2((% dalam -gus1 2((#!. Kisaran kecerahan
terbaik terdapa pada perlakuan - dengan padat tebar 2 ekorDm
2
yang
berkisar antara %( ; 0( dan kisaran paling terburuk terdapat pada
perlakuan D dengan padat tebar $ ekorDm
2
berkisar antara "% ; "'.
40
BAB V
SIMP$LAN DAN SA/AN
,.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan1 dapat diambil
simpulan sebagai berikut +
". Jumlah padat tebar yang berbeda berpengaruh sangat nyata
terhadap jumlah moulting kepiting pada budidaya soft shell crab
selama penelitian.
2. ,erlakuan - dengan padat tebar 2 ekor per m
2
menunjukkan rerata
rerata jumlah moulting kepiting bakau yang paling banyak adalah
pada perlakuan - sebesar ##1##&1 diikuti dengan perlakuan B
dengan rerata sebesar 2$1'2)1 perlakuan / "&1($)1 dan yang
terendah pada perlakuan D sebesar "%1%%%.
%. ,ertumbuhan bobot kepiting bakau yang moulting paling banyak
adalah pada perlakuan - sebesar "$%)1 diikuti dengan perlakuan B
dengan rerata sebesar )2&1 perlakuan / $((1%%1 dan yang
terendah pada perlakuan D sebesar %&$1%%.
0. ,ada perlakuan - dengan padat tebar 2 ekorDm
2
menunjukkan
bah5a kualitas air selama penelitian masih dalam kisaran yang
layak dan normal untuk budidaya Soft Shell Crab seperti suhu
berkisar antara 2) ; %2, p2 berkisar antara )1) ; #1)1 *alinitas
berkisar antara "$ ; 2(1 DA (01) ; $1'!1 dan kecerahan (%( ; 0(!.
41
,ada perlakuan D dengan padat tebar $ ekorDm
2
adalah kisaran
paling buruk dan mengakibatkan kepiting stres bahkan terjadi
kematian.
,.( Sa%an
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas1 dapat
disarankan sebagai berikut +
,erlu dialakukan penelitian lebih lanjut tentang perbedaan padat
tebar pada budidaya Soft Shell Crab dengan pengolahan yang berbeda
terhadap hasil produksi1 menggunakan perlakuan sama dengan
memadukan menggunakan sirkulasi air tambak1 dan lebih memperhatikan
kestabilan kualitas air.
42

Anda mungkin juga menyukai