Karena MDMA memiliki aktivitas seperti PMMA dan (+)-amphetamine, hal tersebut dapat digambarkan dengan intersect 2. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, R,-(-)- MDA adalah halusinogen, dan S-(+)- MDA adalah stimulan. Kedua isomer memiliki aktivitas seperti PMMA. Demikian R-(-)-MDA digambarkan oleh Intersect 3. Sedangkan S-(+)-MDA digambarkan oleh Intersect 2. Daerah bayangan menggambarkan mekanisme kerja dari ()-MDA
.Terdapat bukti bahwa indolalkilamin juga diklasifiaksikan dengan cara yang sama. Sebagai contoh, S-(+)-a-EtT menghasilkan efek seperti DOM- dan PMMA-, tapi bukan efek seperti (+)-amfetamin, sedangkan R-(-)a-EtT menghasilkan efek seperti (+)- amfetamin dan PMMA, tapi tidak seperti DOM Mungkin, hal yang paling mengkhawatirkan mengenai designer drug adalah hampir semua jenis nya tidak pernah dilakukan pengujian kontrol klinis, toksisitas dan efek jangka panjangnya masih sedikit diketahui, dan karena tenaga medis juga tidak familiar. Situasinya menjadi makin buruk karena tersedianya websites yang sangat luas menggambarkan agen-agen tersebut terhadap orang yang berpotensi menyalahgunakannya. Plastisitas neuronal dan penyalahgunaan obat
Pelepasan neurotransmiter dari terminal presinaptik menghasilkan aktivasi reseptor neurostransmiter di post sinaptik yang kemudian dapat membentuk mekanisme kompleks efektor. Melalui modulasi jalur post sinaptik, status neuron dapat berubah seperti neuron menjadi lebih atau kurang responsif terhadap neurotransmiter. Proses ini menunjukan sebagai fungsi plastisitas Interaksi dopamin pada reseptor D2 (D2/D3/D4, yang secara negatif berpasangan dengan cAMP) memiliki efek yang berlawanan dengan aktivasi reseptor D1. Fosforilasi dari residu asam amino spesifik (treonin34), diinduksi oleh D1 agonis, mengkonversi DARPP-32 menjadi inhibitor dari protein fosfatase - 1 (PP-1), kemudian ketika difosforilasi pada Thr34, DARPP-32 berperan sebagai amplifier PKA yang termediasi sinyal melalui kemampuannya dalam menghambat PP-1 . Aksi dari DARPP-32 juga bisa dimodulasi oleh fosforilasi (atau defosforilasi) dari Thr75 Aktivasi reseptor D1 menurunkan status fosforilasi DARPP-32 pada Thr75 melalui proses yang melibatkan aktivasi (PP-2A), ini tidak menghambat fosforilasi dari Thr34 melalui PKA. Hasilnya merupakan sinyal dopaminergik yang potensial PKA dan PP1 meregulasikan status fosforilasi protein efektor neuronal. DARP-32 dapat difosforilasi pada serine137 (Ser137) dan fosforilasi ini menurunkan rasio defosforilasi Thr34.
Serotonin menyebabkan peningkatan fosforilasi Thr34 dan Ser137, dan penurunan fosforilase Thr75 (melalu aktivasi reseptor 5HT4 dan 5HT6 Karena sebab itu, serotonin menghambat PP-1 melalui mekanisme sinergis. Reseptor lain yang mungkin memodulasi DARPP-32 termasuk glutamat, GABA, adenosin, nitrat oksida, dan reseptor opiod. Oleh sebab itu, telah dispekulasikan beberapa penyalahgunaan obat, termasuk amfetamin, metamfetamin, kokain, kafein, dan opioid (morfin), nikotin, dan etanol melibatkan mekanisme DARPP-32 agen seeprti antidepresan, antipsikotik, dan antiparkinson telah menunjukan pengaruh fosforilasi DARPP-32